Anda di halaman 1dari 7

PENDALAMAN MATERI

(Lembar Kerja Resume Modul)

A. Nama Mahasiswa : Muhammad Mukhyar


B. Kelas : PAI K2I
C. Judul Modul : TEORI BELAJAR HUMANISTIK, KONSTRUKTIVISTIK, DAN
TEORI BELAJAR SOSIAL SERTA PENERAPANNYA DALAM
KEGIATAN PEMBELAJARAN
D. Kegiatan Belajar : (KB 2)

E. Refleksi

BUTIR
NO RESPON/JAWABAN
REFLEKSI

Konsep
(Beberapa
1 istilah dan
definisi) di
KB
a. Carl R. Rogers
Carl Rogers dalam Hadis (2006: 71) kurang menaruh perhatian
kepada mekanisme proses belajar, tetapi lebih menaruh perhatian
terhadap isi yang dipelajarinya, sehingga belajar dipandang
sebagai fungsi keseluruhan pribadi. Menurutnya, belajar yang
sebenarnya tidak dapat berlangsung bila tidak ada keterlibatan
intelektual maupun emosional peserta didik. Oleh karena itu,
menurut teori belajar humanisme bahwa motivasi belajar harus
bersumber pada diri peserta didik.
b. Arthur Combs
Comb mencurahkan banyak perhatian terhadap dunia pendidikan.
Meaning (makna atau arti) adalah konsep dasar yang sering
digunakan dan belajar terjadi bila mempunyai arti bagi individu.
Guru tidak bisa memaksakan materi yang tidak disukai atau tidak
relevan dengan kehidupan mereka. Ketidakberhasilan siswa pada
mata pelajaran tertentu bukan karena ia bodoh, tetapi karena ia
terpaksa dan merasa tidak ada alasan penting baginya harus
mempelajarinya. Perilaku buruk itu tidak lain adalah
ketidakmampuan seseorang untuk melakukan sesuatu yang tidak
akan memberikan kepuasan baginya (Iskandar, 2009:107).
c. Abraham Maslow
Maslow mengemukakan bahwa individu berperilaku dalam upaya
untuk memenuhi kebutuhan yang bersifat hirarkis. Pada diri
masing-masing orang mempunyai berbagai perasaan takut seperti
rasa takut untuk berusaha atau berkembang, takut untuk
mengambil kesempatan, takut membahayakan apa yang sudah ia
miliki dan sebagainya, tetapi di sisi lain seseorang juga memiliki
dorongan untuk lebih maju ke arah keutuhan, keunikan diri, ke
arah berfungsinya semua kemampuan, ke arah kepercayaan diri
menghadapi dunia luar dan pada saat itu juga ia dapat menerima
diri sendiri (self).
d. Jurgen Habermas
Tokoh humanis lain adalah Hubermas (1929-sekarang).
Menurutnya, belajar baru akan terjadi jika ada interaksi antara
individu dengan lingkungannya. Lingkungan belajar yang
dimaksud di sini adalah lingkungan alam maupun lingkungan
sosial, sebab antara keduanya tidak dapat dipisahkan. Dengan
pandangannya yang demikian, ia membagi tipe belajar menjadi
tiga, yaitu; 1) belajar teknis (technical learning), 2) belajar praktis
(practical learning), dan 3) belajar emansipatoris (emancipatory
learning). Masing-masing tipe memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
a. Manusia itu memiliki keinginan alamiah untuk belajar, memiliki rasa ingin
tahu alamiah terhadap dunianya, dan keinginan yang mendalam untuk
mengeksplorasi dan asimilasi pengalaman baru;
b. Belajar akan cepat dan lebih bermakna bila bahan yang dipelajari relevan
dengan kebutuhan peserta didik;
c. Belajar dapat ditingkatkan dengan mengurangi ancaman dari luar;
d. Belajar secara partisipatif jauh lebih efektif daripada belajar secara pasif
dan orang belajar lebih banyak bila belajar atas pengarahan diri sendiri;
e. Belajar atas prakarsa sendiri yang melibatkan keseluruhan pribadi,
pikiran maupun perasaan akan lebih baik dan tahan lama; dan
f. Kebebasan, kreatifitas, dan kepercayaan diri dalam belajar dapat
ditingkatkan dengan evaluasi diri orang lain tidak begitu penting

Aplikasi Teori Belajar Humanistik dalam Kegiatan Pembelajaran


Berdasarkan beberapa teori dari para ahli humanistik di atas, maka dalam
proses pembelajaran harus menggunakan pendekatan student centered, yaitu
pendekatan yang menjadikan siswa sebagai pusat pembelajaran, artinya siswa
sebagai objek dan sekaligus subjek dalam pembelajaran. Guru berfungsi sebagai
fasilitator dan motivator agar siswa mau belajar.

Teori Belajar Konstruktivisme


Teori belajar konstruktivisme adalah sebuah teori yang memberikan kebebasan
terhadap manusia yang ingin belajar atau mencari kebutuhannya dengan
kemampuan menemukan keinginan atau kebutuhannya tersebut dengan bantuan
orang lain, sehingga teori ini memberikan keaktifan terhadap seseorang untuk
belajar menemukan sendiri kompetensi, pengetahuan, atau teknologi dan hal lain
yang diperlukan guna mengembangkan dirinya sendiri.

Menurut Brooks & Brooks (1993), semula konstruktivisme lebih


merupakan suatu filosofi dan bukan suatu strategi, pendekatan,
maupun model pembelajaran. Bahkan menurut Von Glasersfeld (1987:
204) konstruktivisme sebagai "teori pengetahuan dengan akar dalam-
filosofi, psikologi dan cybernetics". Von Glasersfeld mendefinisikan
konstruktivisme secara aktif dan kreatif akan selalu membentuk
konsepsi pengetahuan. Dia melihat pengetahuan sebagai sesuatu hal
yang dengan aktif menerima apapun melalui pikiran sehat atau
melalui komunikasi dan interaksinya.
Proses mengkonstruksi pengetahuan
Manusia dapat mengetahui sesuatu dengan menggunakan indranya. Melalui
interaksinya dengan obyek dan lingkungan, misalnya dengan melihat,
mendengar, menjamah, membau, atau merasakan, seseorang dapat mengetahui
sesuatu. Pengetahuan bukanlah sesuatu yang sudah ditentukan, melainkan
sesuatu yang dihasilkan dari proses pembentukan. Semakin banyak seseorang
berinteraksi dengan obyek dan lingkungannya, maka pengetahuan dan
pemahamannya akan obyek dan lingkungan tersebut akan meningkat dan lebih
rinci.
Proses Belajar Menurut Teori Konstruktivistik

Peranan Peranan
Sarana
Siswa Guru

Konstruksi Pengetahuan Menurut Lev Vygotsky (1896-1934)


Teori belajar kokonstruktivistik merupakan teori belajar yang dipelopori oleh Lev
Vygotsky. Teori belajar ko-kontruktinvistik atau yang sering disebut sebagai teori
belajar sosiokultur merupakan teori belajar yang titik tekan utamanya adalah
pada bagaimana seseorang belajar dengan bantuan orang lain dalam suatu zona
keterbatasan dirinya yaitu Zona Proksimal Developmen (ZPD) atau Zona
Perkembangan Proksimal dan mediasi. Di mana anak dalam perkembangannya
membutuhkan orang lain untuk memahami sesuatu dan memecahkan masalah
yang dihadapinya
Teori belajar kokonstruktivistik meliputi tiga konsep utama, yaitu:
Aplikasi Teori Belajar Konstruktivistik dalam Kegiatan Pembelajaran
a. Proses pembelajaran harus menggunakan pendekatan student centered,
dimana fungsi guru hanya sebagai fasilitator yang bisa mendorong siswa untuk
menemukan sendiri potensi yang dimilikinya;
b. Proses pembelajaran tidak terlalu berorientasi kepada hasil, tetapi lebih
diorientasikan kepada proses bagaimana siswa memperoleh pemahaman;
c. Guru harus memberikan kebebasan kepada siswa untuk menggunakan
pengalaman dan pemahamannya untuk berpikir, sehingga menumbuhkan
kemandirian pada siswa dalam mengambil keputusan dan tindakan;
d. Guru harus mengembangkan pembelajaran yang collaborative, sehingga siswa
bisa mendapatkan pemahaman dan pengalaman melalui interaksi sosial dengan
teman-temannya.
e. Guru harus menghindari pola pembelajaran yang memberikan tekanan kepada
siswa untuk bertindak sesuai dengan apa yang dikehendaki oleh guru;
f. Guru harus membantu siswa menginternalisasi dan mentransformasi informasi
baru, sehingga menghasilkan pengetahuan baru yang selanjutnya akan
membentuk struktur kognitif baru bagi siswa;
g. Guru harus memfasilitasi siswa agar dia bisa belajar dengan sumber yang tidak
terbatas pada apa yang diberikan oleh guru, oleh karenanya guru harus
membantu siswa agar bisa memanfaatkan media internet untuk memperoleh
pengetahuan dan pemahaman.

Teori Belajar Sosial


Teori belajar sosial merupakan perluasan dari teori belajar perilaku yang
tradisional (behavioristik) yang dikembangkan oleh Albert Bandura (1986). Teori
ini menerima sebagian besar dari prinsip-prinsip teori-teori belajar perilaku,
tetapi memberi lebih banyak penekanan pada efek-efek dari isyarat-isyarat pada
perilaku, dan pada proses-proses mental internal.
Bandura yakin bahwa tindakan mengamati memberikan ruang bagi manusia
untuk belajar tanpa berbuat apapun. Manusia belajar dengan mengamati perilaku
orang lain. Vicarious learning adalah pembelajaran dengan mengamati orang lain.
Fakta ini menantang ide behaviorisme bahwa faktorfaktor kognitif tidak
dibutuhkan dalam penjelasan tentang pembelajaran. Bila orang dapat belajar
dengan mengamati, maka mereka pasti memfokuskan perhatiannya,
mengkonstruksikan gambarannya, mengingat, menganalisis, dan membuat
keputusan-keputusan yang mempengaruhi proses pembelajarannya. Bandura
percaya penguatan bukan esensi dari pembelajaran meskipun dapat memfasilitasi
pembelajaran, namun bukan syarat utama. Pembelajaran manusia yang utama
adalah mengamati modelmodel, dan pengamatan inilah yang terus menerus
diperkuat.
Ada lima kemungkinan hasil dari modeling, yaitu:

MENGARAHKAN PERHATIAN MENYEMPURNAKAN PRILAKU

MEMBANGKITKAN
EMOSI

MEMPERLEMAH HAMBATAN MENGAJARKAN PRILAKU BARU

Aplikasi Teori Belajar Sosial terhadap Kegiatan Pembelajaran


a. Guru harus menampilkan contoh perilaku yang baik dan yang buruk dari
tokoh-tokoh yang dikenal oleh siswa, misalnya dengan menampilkan para
sahabat nabi atau orang-orang terkenal yang memiliki pengalaman untuk
ditiru dalam hidupnya; 66
b. Dalam menentukan model, karakteristik model perlu diperhatikan karena
akan mempengaruhi efektif tidaknya modeling itu untuk siswa. Pilih model
yang memiliki kelebihan atau kekuatan di atas yang lain, sehingga siswa
dapat menentukan apakah perbuatan atau pengalamannya perlu ditiru atau
tidak;
c. Observasi adalah kegiatan pembelajaran yang paling utama dilakukan oleh
siswa, sehingga penggunaan media pembelajaran yang bisa merangsang
inderawi siswa untuk mengamati secara maksimal menjadi penting untuk
diperhatikan;
d. Mengamati perilaku orang lain lebih penting, dibandingkan dengan
mengalami sendiri, karena siswa akan lebih mudah mempelajari
konsekuensi-konsekuensi dari pengalaman orang dibandingkan dengan
konsekuensi-konsekuensi yang dialami sendiri;
e. Reinforcement bukanlah syarat yang utama untuk terjadinya proses
pembelajaran, karena yang paling penting adalah mengamati model-model
yang harus terus menerus diperkuat
Daftar materi
pada KB
2 Tidak ada
yang sulit
dipahami

Daftar materi
yang sering
mengalami Tidak ada
3
miskonsepsi
dalam
pembelajaran

Anda mungkin juga menyukai