Anda di halaman 1dari 5

PENDALAMAN MATERI

(Lembar Kerja Resume Modul)

A. Judul Modul : TEORI BELAJAR HUMANISTIK,


KONSTRUKTIVISTIK, DAN TEORI BELAJAR SOSIAL SERTA
PENERAPANNYA DALAM KEGIATAN PEMBELAJARAN
B. Kegiatan Belajar : TEORI BELAJAR HUMANISTIK, KONSTRUKTIVISTIK,
DAN TEORI BELAJAR SOSIAL SERTA PENERAPANNYA DALAM
KEGIATAN PEMBELAJARAN
C. (KB 1/2/3/4)

D. Refleksi

NO BUTIR REFLEKSI RESPON/JAWABAN

PENGERTIAN TEORI BELAJAR HUMANISTIK

A. Teori Belajar Humanistik

Pendidikan harus berkualitas untuk menghasilkan lulusan


yang mampu menghadapi dinamika perkembangan
masyarakat dan teknologi yang begitu pesat. Di satu sisi
teknologi mampu digunakan untuk membantu
menyelesaikan berbagai masalah, di sisi lain merupakan
tantangan yang sangat besar bagi dunia pendidikan untuk
bertransformasi (Christensen, 1997). Pendidikan harus
dikelola untuk menghasilkan lulusan yang memiliki
kecakapan yang dibutuhkan di abad 21, yaitu mampu
belajar dan berinovasi, berpikir kritis dan mampu
Konsep (Beberapa istilah memecahkan masalah, memiliki kreativitas serta mampu
1
dan definisi) di KB berkomunikasi dan berkolaborasi.

B. Pengertian Belajar Menurut Teori Humanistik

Teori humanistik berangkat dari aliran humanisme sebagai


reaksi atas aliran behaviorisme. Teori belajar ini berusaha
memahami perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya,
bukan dari sudut pandang pengamatnya (Uno, 2006: 13).
Tujuan utama para pendidik adalah membantu peserta
didik untuk mengembangkan dirinya, yaitu membantu
masing-masing individu untuk mengenal diri mereka sendiri
sebagai manusia yang unik dan membantu dalam
mewujudkan potensi-potensi yang ada dalam diri mereka.
Teori Belajar Menurut Para Ahli

Humanistik Banyak tokoh penganut aliran humanistik yang


menyampaikan teorinya tentang belajar, diantaranya Carl
Rogers, Arthur Combs, dan Abraham Maslow. a. Carl R.
Rogers Carl Rogers dalam Hadis (2006: 71) kurang
menaruh perhatian kepada mekanisme proses belajar,
tetapi lebih menaruh perhatian terhadap isi yang
dipelajarinya, sehingga belajar dipandang sebagai fungsi
keseluruhan pribadi.
Menurutnya, belajar yang sebenarnya tidak dapat
berlangsung bila tidak ada keterlibatan intelektual maupun
emosional peserta didik. Oleh karena itu, menurut teori
belajar humanisme bahwa motivasi belajar harus
bersumber pada diri peserta didik.

Aplikasi Teori Belajar Humanistik dalam Kegiatan


Pembelajaran

Berdasarkan beberapa teori dari para ahli humanistik di


atas, maka dalam proses pembelajaran harus
menggunakan pendekatan student centered, yaitu
pendekatan yang menjadikan siswa sebagai pusat
pembelajaran, artinya siswa sebagai objek dan sekaligus
subjek dalam pembelajaran. Guru berfungsi sebagai
fasilitator dan motivator agar siswa mau belajar. Adapun
strategi yang mesti dilakukan oleh guru dalam menerapkan
pembelajaran humanistik, sebagaimana dihimpun oleh R.
Agung SP dan Latifatul Choir adalah:

 Merumuskan tujuan belajar yang jelas


 Mengusahakan partisipasi aktif siswa melalui
kontrak belajar yang bersifat jelas, jujur, dan positif
 Mendorong siswa untuk mengembangkan
kesanggupan siswa untuk belajar atas inisiatif
sendiri;
 Mendorong siswa untuk peka berpikir kritis,
memaknai proses pembelajaran secara mandiri
 Siswa diberi keleluasaan mengemukakan pendapat,
memilih pilihannya sendiri, melakukan apa yang
diinginkan dan menanggung resiko dari perilaku
yang ditunjukkan; 49
 Guru menerima keadaan masing-masing siswa apa
adanya; dengan tidak memihak, memahami
karakter pemikiran siswa, dan tidak menilai siswa
secara normatif belaka melainkan dengan cara
memberikan 2 pandangan dua sisi dalam hal moral
dan etika berkomunikasi;
 Menawarkan kesempatan kepada siswa untuk maju
(tampil).
Konsep Belajar Menurut Konstruktivistik Teori belajar
konstruktivisme adalah

Sebuah teori yang memberikan kebebasan terhadap


manusia yang ingin belajar atau mencari kebutuhannya
dengan kemampuan menemukan keinginan atau
kebutuhannya tersebut dengan bantuan orang lain,
sehingga teori ini memberikan keaktifan terhadap
seseorang untuk belajar menemukan sendiri kompetensi,
pengetahuan, atau teknologi dan hal lain yang diperlukan
guna mengembangkan dirinya sendiri.

Konstruktivisme memandang belajar lebih dari sekedar


menerima dan memproses informasi yang disampaikan
oleh guru maupun teks, tetapi pembelajaran adalah
mengkonstruksi pengetahuan yang bersifat aktif dan
personal (de Kock, Sleegers, dan Voeten, 2004).

Menurut pandangan konstruktivistik, belajar merupakan


suatu proses pembentukan pengetahuan dan harus
dilakukan oleh siswa. Dia harus aktif melakukan kegiatan,
aktif berpikir, menyusun konsep dan memberi makna
tentang hal-hal yang sedang dipelajari. Guru memang
dapat dan harus mengambil prakarsa untuk menata
lingkungan yang memberi peluang optimal 53 bagi
terjadinya belajar. Namun yang akhirnya paling
menentukan terwujudnya gejala belajar adalah niat belajar
siswa sendiri. Dengan istilah lain, dapat dikatakan bahwa
pada hakekatnya kendali belajar sepenuhnya ada pada
siswa

Vygotsky berpendapat bahwa menggunakan alat berfikir


akan menyebabkan terjadinya perkembangan kognitif dalam
diri seseorang. Yuliani (2005: 44) Secara spesifik
menyimpulkan bahwa kegunaan alat berfikir menurut
Vygotsky adalah :

1. Membantu memecahkan masalah Alat berfikir mampu


membuat seseorang untuk memecahkan masalahnya.
Kerangka berfikir yang terbentuklah yang mampu
menentukan keputusan yang diambil oleh seseorang
untuk menyelesaikan permasalahan hidupnya.

2. Memudahkan dalam melakukan tindakan Vygotsky


berpendapat bahwa alat berfikirlah yang mampu
membuat seseorang mampu memilih tindakan atau
perbuatan yang seefektif dan seefisien mungkin untuk
mencapai tujuan.

3. Memperluas kemampuan Melalui alat berpikir setiap


individu mampu memperluas wawasan berpikir
dengan berbagai aktivitas untuk mencari dan
menemukan pengetahuan yang ada di sekitarnya.

4. Melakukan sesuatu sesuai dengan kapasitas


alaminya. Semakin banyak stimulus yang diperoleh
maka seseorang akan semakin intens menggunakan
alat berfikirnya dan dia akan mampu melakukan
sesuatu sesuai dengan kapasitasnya.

Teori Belajar Sosial

1. Konsep Belajar Menurut Teori Belajar Sosial Teori


belajar sosial merupakan

Perluasan dari teori belajar perilaku yang tradisional


(behavioristik) yang dikembangkan oleh Albert Bandura
(1986).

Teori ini menerima sebagian besar dari prinsip-prinsip teori-


teori belajar perilaku, tetapi memberi lebih banyak penekanan
pada efek-efek dari isyarat-isyarat pada perilaku, dan pada
proses-proses mental internal.

Salah satu asumsi paling awal yang mendasari teori


pembelajaran sosial Bandura adalah manusia cukup fleksibel
dan sanggup mempelajari bagaimana kecakapan bersikap
maupun berperilaku. Titik pembelajaran dari semua ini adalah
pengalaman-pengalaman tak terduga (vicarious experiences).
Meskipun manusia dapat dan sudah banyak belajar dari
pengalaman langsung, namun lebih banyak yang mereka
pelajari dari aktivitas mengamati perilaku orang lain.

Aplikasi Teori Belajar Sosial terhadap Kegiatan


Pembelajaran

Berdasarkan konsep belajar yang dikemukakan oleh Albert


Bandura di atas, maka ada beberapa implikasi yang harus
diperhatikan dalam kegiatan pembelajaran, yaitu:

a. Guru harus menampilkan contoh perilaku yang


baik dan yang buruk dari tokoh-tokoh yang
dikenal oleh siswa, misalnya dengan
menampilkan para sahabat nabi atau orang-
orang terkenal yang memiliki pengalaman untuk
ditiru dalam hidupnya; 66 b

b. Dalam menentukan model, karakteristik model


perlu diperhatikan karena akan mempengaruhi
efektif tidaknya modeling itu untuk siswa. Pilih
model yang memiliki kelebihan atau kekuatan di
atas yang lain, sehingga siswa dapat
menentukan apakah perbuatan atau
pengalamannya perlu ditiru atau tidak;

c. Observasi adalah kegiatan pembelajaran yang


paling utama dilakukan oleh siswa, sehingga
penggunaan media pembelajaran yang bisa
merangsang inderawi siswa untuk mengamati
secara maksimal menjadi penting untuk
diperhatikan;

d. Mengamati perilaku orang lain lebih penting,


dibandingkan dengan mengalami sendiri,
karena siswa akan lebih mudah mempelajari
konsekuensi-konsekuensi dari pengalaman
orang dibandingkan dengan konsekuensi-
konsekuensi yang dialami sendiri; e.
Reinforcement bukanlah syarat yang utama
untuk terjadinya proses pembelajaran, karena
yang paling penting adalah mengamati model-
model yang harus terus menerus diperkuat.

Daftar materi pada KB


2 Tidak ada ,sangat di megnerti dan pahami.
yang sulit dipahami

Teori Belajar Humanistik, Dikarenakan siswa


Daftar materi yang sering mungkin perlu lebih adanya penguatan dalam
3 mengalami miskonsepsi memahami materi ajar. Dan tidak siswa bisa
dalam pembelajaran mengikuti dengan baik materi ajar disampaikan
karena keterbatasan per individu siswa.

Anda mungkin juga menyukai