Anda di halaman 1dari 3

PENDALAMAN MATERI

(Lembar Kerja Resume Modul)

A. Judul Modul : RADIKALISME


B. Kegiatan Belajar : KEGIATAN BELAJAR I (KB 1/2/3/4)

C. Refleksi

NO BUTIR REFLEKSI RESPON/JAWABAN


Pengertian Radikalisme Secara etimologi, radikalisme dengan kata
dasar radikal berasal dari bahasa Latin, radix, yang berarti “akar”.
Radikalisme merupakan respons terhadap kondisi yang sedang
berlangsung yang muncul dalam bentuk evaluasi, penolakan, atau
bahkan perlawanan terhadap ide, asumsi, kelembagaan, atau nilai.

Akar Sejarah Radikalisme Agama Islam Allah menciptakan segala


sesuatu di bumi ini dengan keadaan yang setimbang. Beragam ayat yang
disebutkan dalam al-Qur’an menjadi bukti keseimbangan penciptaan Allah
SWT. Hal tersebut semestinya bukan dianggap sebagai fenomena alam
biasa, namun juga harus diresapi sebagai rahmat Allah SWT sebagai Dzat
Yang Maha Bijaksana. Nilai moral yang dapat dipetik dari prinsip
keseimbangan di alam raya ini, yakni Allah mengingatkan agar manusia
senantiasa menjaganya dengan tidak melakukan perilaku-perilaku
menyimpang, seperti tidak berlaku adil, tidak jujur, dan kecurangan-
kecurangan lainnya.
Konsep Islam sebagai agama rahmatan lil ‘alamin haruslah senantiasa
(Beberapa menyebarkan kedamaian tanpa adanya paksaan seperti yang telah
1
istilah dan diajarkan Rasulullah saw. Namun citra Islam yang penuh kemudahan dan
definisi) di KB kedamaian tersebut, juga tidak bisa diartikan bahwa Islam merupakan
agama yang sepele. Islam sebagai agama yang memiliki dasar hukum
yang tertulis bisa dilihat dari berbagai sudut pandang, sehingga
melahirkan beragam penafsiran.

Dalam konteks sejarah Islam, tidak dipungkiri adanya peperangan yang


pernah dilakukan oleh Rasulullah Saw. Tercatat tidak kurang dari 19
sampai 21 kali terjadi ghazwa (perang besar) atau perang yang langsung
dipimpin oleh Rasulullah saw. Bahkan ada yang berpendapat 27 kali
terjadi perang, yang melibatkan pasukan besar dan Rasulullah Saw.
sendiri yang terlibat di dalamnya, atau mengutus pasukan tersebut.

Beberapa literatur menerangkan gerakan radikalisme Islam dimulai


pada masa Kalifah Ali bin Abi Thalib, yakni munculnya kaum Khawarij.
Berakar pada sejarah Islam masa lampau, gerakan kaum Khawarij yang
muncul pada masa akhir pemerintahan Ali bin Abi Thalib dengan
prinsipprinsip radikal dan ekstrim dapat dilihat sebagai gerakan
fundamentalisme klasik dalam sejarah Islam. Langkah radikal mereka
diabsahkan dengan semboyan laa hukma illā li Allah (tidak ada hukum
kecuali milik Allah) dan la hukama illa Allah (tidak ada hakim selain Allah)
yang dielaborasi berdasar Q.S. al-Ma’idah [5]: 44

Dengan mengusung gerakan yang bertujuan untuk memurnikan ajaran


Islam serta mengajak kembali kepada ajaran al-Qur’an dan Sunnah Nabi
Saw., gerakan ini melakukan tindak kekerasan dengan membunuh
orangorang yang dianggap bid’ah, tahayul khurafat. Sejarah juga
mencatat gerakan ini juga melakukan tindak kekerasan dengan
menghancurkan monumenmonumen historis di Mekah dan Madinah.

Indikator Islam Radikal

Al-Walâ’ dan
Takfiri
Barâ’

Takfiri adalah sebutan bagi seorang Muslim yang menuduh Muslim lainya
(atau kadang juga mencakup penganut ajaran Agama Samawi lain)
sebagai kafir dan murtad. Tuduhan itu sendiri disebut takfir, berasal dari
kata kafir (kaum tidak beriman).

Al-Walâ’ dalam bahasa Arab mempunyai beberapa arti, antara lain


mencintai, menolong, mengikuti dan mendekat kepada sesuatu.
Selanjutnya, kata al-muwaalaah (ُ‫( ال ْ ة َواالَ ُم‬adalah lawan kata dari al-
mu’aadaah ُ ‫( ال ْ )معَادَاة‬atau al-‘adawaah (َُ ‫ع َد واة‬َ ْ ‫( ال‬yang berarti
permusuhan.

Bom Bunuh Diri Bom merupakan sebuah senjata modern yang


digunakan untuk berperang dan dapat membunuh banyak nyawa. Bom
bunuh diri merupakan sebutan atas tindakan yang dilakukan seseorang
yang meledakkan dirinya dengan menggunakan bom. Bunuh diri/intihar
menurut bahasa berasal dari kata naharahu yang berarti
menyembelihnya, dan Intahara ar-rajulu berarti seseorang menyembelih
diri sendiri.26 Yang dimaksud adalah seseorang melakukan bunuh diri.
Adapun menurut istilah syar’i adalah “orang yang membunuh dirinya
sendiri dengan menghilangkan ruhnya, melalui salah satu cara yang
mengakibatkan kematian, dikarenakan tertimpa musibah yang tidak kuat
ia tanggung, atau tertimpa ujian yang ia tidak sabar menghadapinya.”
Imam al-Qurtubi mendefinisikan intihar adalah seseorang yang
membunuh diri sendiri dengan sengaja, untuk menghilangkan kerakusan
terhadap dunia dan harta sampai mendorongnya pada bahaya yang
membawa pada kehancuran, atau mungkin saja dikatakan pada ayat “Dan
janganlah kamu membunuh dirimu” (Q.S. an-Nisa [4] ayat 29) dalam
keadaan panik atau marah.

Pernyataan Syekh Al-Qardhawi ini memicu beragam respon dari berbagai


kalangan termasuk di antaranya adalah Professor Hashim Kamali,
seorang pakar hukum internasional. Dalam bukunya yang diterjemahkan
berjudul Membumikan Syariah, Ia menjelaskan bahwa apa yang
diungkapkan Al-Qardhawi memang terbatas pada kasus Palestina. Akan
tetapi premis fatwa yang mengatakan bahwa sasaran pengeboman
hanyalah sasaran pengalihan adalah juga kurang tepat. Hashim Kamali
meyakini bahwa pelaku bom tersebut memang menyasar warga sipil
karena tidak bisa menjangkau barak militer Israel dan ini menyalahi prinsip
mubasyarah, pihak pertama yang semestinya jadi sasaran. Oleh
karenanya, Hashim Kamali menyatakan bahwa terlalu simplistik
menfatwakan tindakan bom bunuh diri warga Palestina dan juga
dimanapun daerah tinggalnya, disamakan dengan jihad dan pelakunya
dihukumi sebagai mati syahid. Hal ini karena tindakan tersebut menyalahi
dua prinsip fundamental ajaran Islam: pertama keharaman bunuh diri
secara mutlak dan kedua haramnya membunuh orang-orang sipil yang
tidak bersalah.

Daftar materi
2 pada KB yang ALHAMDULILLAH MATERI PADA KB SANGAT MUDAH DIPAHAMI
sulit dipahami

Daftar materi
yang sering
mengalami ALHAMDULILLAH MATERI PADA KB TIDAK ADA YANG MENGALAMI
3
miskonsepsi MISKONSEPSI
dalam
pembelajaran

Anda mungkin juga menyukai