Anda di halaman 1dari 1

ENTROK

.
Penulis : Okky Madasari
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Pengulas : @yaziedahmad
.
Jangan baca buku ini!
Ya, aku menyarankan agar tidak membaca buku ini.
Kecuali ingin menjadi manusia yang sadar. Novel ini mengisahkan kehidupan perempuan yang
bukan menunggu pangeran datang agar hidup jadi bahagia. Tetapi mengisahkan perjuangan
dalam merayakan kemanusiaan dan kehidupan.

Kisah yang ditulis oleh Okky dalam buku ini tidak selesai begitu saja sampai halaman terakhir
yang dibaca. Kisahnya mengenai toleransi, hak asasi manusia, kekerasan seksual, kesewenangan,
stigma, kesetaraan dan lainnya masih berjalan di kehidupan sehari hingga kini.

Novel ini bersetting tahun 1950an hingga tahun 1994, bercerita tentang keluarga miskin di saat
kesewenangan rezim penguasa memerintah, lengkap dengan kekejaman para aparat negara
bersenjatanya. Marni, seorang gadis yang turun temurun dididik nyuwun ke leluhur memiliki
cita cita yang tidak dimiliki gadis seusianya bahkan wanita lain disekitarnya, yaitu bercita cita
membeli Entrok alias beha yang pada saat itu hanya dimiliki orang yang kaya. Perjuangan
mendapatkan entrok pun tidak mudah, ia harus nguli yang saat itu hanya lelaki yang melakukan
itu. Saat itu upah uang hanyalah untuk lelaki dan pekerjaan lelaki. Cita cita entrok-nya inilah
yang membuat Marni dewasa hidup dengan segala harapan walau penuh tantangan.

Marni dewasa menikah dan memiliki anak bernama Rahayu. Lalu novel ini bercerita dari dua sisi
yaitu Ibu dan Anak. Mereka berbeda. Marni yang dididik memuja leluhur tidak lantas membuat
anaknya Rahayu- menjadi sama. Rahayu adalah generasi baru yang dididik sekolah modern dan
penjunjung akal sehat melawan ibunya yang memuja leluhur. Keduanya hidup dalam
keterasingannya maing masing.

Novel ini menghadirkan nilai sejarah yang dikemas renyah dan mudah ditangkap oleh saya yang
merasa sulit ketika membaca buku sejarah biasa. Perbedaan yang dimiliki Rahayu dan Marni
ternyata memiliki titik temunya, mereka berdua sama sama korban yang ditindas oleh orang
orang yang memiliki kuasa.

Pendindasan pastilah mendatangkan kesuraman dan kesedihan. Tetapi tidak hanya itu,
penindasan akan selalu dihadapi oleh perjuangan dan perlawanan. Novel ini mengemas itu
semua jadi satu kesatuan yang akan membuat pembacanya tidak berhenti untuk membacanya.

Cinta mungkin hanya sebuah kata kecil yang belum ditemukan, terselip diantara segala
kemudahan dan kenyamanan.

#PecanduBuku

Anda mungkin juga menyukai