PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1) Untuk memahamami hakikat dan pengertian morfofonemik.
2) Untuk mengetahui proses dan kaidah pembentukan morfofonemik.
BAB II
PEMBAHASAN
Apabila morfem {meN-} didikuti oleh dasar kata yang berawalan dengan
fonem /d,s,t/ maka morfem {meN-} itu berubah menjadi {men-}. Dalam hal ini
fonem /t/ luluh, kecuali pada beberapa dasar yang berasal dari bahas asing
(terlebih yang masih mempertahankan keasingannya) dan pada dasar kata yang
berprefiks ter-; juga /s/ hanya berlaku pada beberapa dasar kata dari bahasa asing.
Contoh:
meN- + dahulukan = mendahulukan
meN- + transformasikan = mentransformasikan
meN- + support = mensupport
Morfem {meN-} berubah menjadi {meny-} apabila diikuti oleh dasar kata
yang berfonem awal /s/, terkecuali yang berdasar kata yang berasal dari bahasa
asing), dan dalam hal ini /s/ luluh.
Contoh:
meN- + semarakkan = menyemarakkan
meN- + sita = menyita
meN- + suapi = menyuapi
Morfem {meN-} berubah menjadi {meng-} apabila diikuti oleh dasar kata
yang berfonem awal /g, h, k, x, vokal/. Dalam hal ini fonem /k/ luluh, kecuali
pada beberapa dasar kata yang berasal dari kata asing yang masih
mempertahankan keasingannya.
Contoh:
meN- + guntur = mengguntur
meN- + hujani = menghujani
meN- + kirim = mengirim
meN- + khayalkan = mengkhayalkan
meN- + usahakan = mengusahakan
Morfem {meN-} berubah menjadi {me-} apabila diikuti oleh dasar kata
yang berfonem awal /l, r, w, y, N, m/.
Contoh:
meN- + layari = melayari
meN- + rapatkan = merapatkan
meN- + warnai = mewarnai
meN- + marahi = memarahi
meN- + naiki = menaiki
meN- + nyayikan = menyanyikan
Morfem {meN-} berubah menjadi {me} apabila diikuti oleh dasar kata
yang bersuku kata tunggal.
Contoh:
meN- + bom = mengebom
meN- + cat = mengecat
meN- + pak = mengepak
meN- + las = mengelas
meN- + bor = mengebor
Morfem {peN-} berubah menjadi {pen-} apabila diikuti oleh dasar kata
yang berfonem awal /d,s,t/. Dalam proses ini /t/ luluh kecuali pada beberapa dasar
kata yang berasal dari bahasa asing yang masih mempertahankan keasingannya,
dan fonem /s/ hanya berlaku pada beberapa dasar kata yang berasal dari bahasa
asing yang masih mempertahankan keasingannya.
Contoh:
peN- + datang = pendatang
peN- + sugesti = pensugesti
peN- + tari = penari
Morfem {peN-} berubah menjadi {peny-} apabila diikuti oleh dasar kata
yang berfonem awal /s/. Dalam hal ini fonem /s/ luluh atau tanggal.
Contoh:
peN- + suluh = penyuluh
peN- + sunting = penyunting
peN- + selam = penyelam
Morfem {peN-} berubah menjadi {peng-} apabila diikuti oleh dasar kata
yang berfonem awal /g, h, x, vocal/. Dalam proses ini fonem /k/ luluh.
Contoh:
peN- + ganti = pengganti
peN- + kali = pengali
peN- + khianat = pengkhianat
peN- + ikut = pengikut
Morfem {peN-} berubah menjadi {pe-} apabila diikuti oleh dasar kata
yang berfonem awal /l, r, w, y, m, N/.
Contoh:
peN- + makan = pemakan
peN- + lipur = pelipur
peN- + loncat = peloncat
peN- + rusak = perusak
peN- + wangi = pewangi
Morfem {peN-} berubah menjadi {pe} apabila diikuti oleh pelipur dasar
kata yang terdiri dari satu suku.
Contoh:
peN- + bom = pengebom
peN- + cat = pengecat
peN- + las = pengelas
peN- + pak = pengepak
Morfem {ber-} berubah menjadi {bel-} apabila diikuti dasar kata ajar.
Contoh:
ber- + ajar = belajar
Morfem {ber-} tetap merupakan {ber-} apabila diikuti dasar kata selain
yang tersebut pada kaidah I dan kaidah II di atas, yaitu yang tidak berfonem awal
/r/, dasar kata yang suku pertamanya tidak berakhir dengan /ar/, dan bukan ajar
kata dasarnya.
Contoh:
ber- + arak = beranak
ber- + istri = beristri
ber- + ulang = berulang
ber- + ekor = berekor
ber- + manfaat = bermanfaat
ber- + zakat = berzakat
Morfem {per-} berubah menjadi {pel-} apabila diikuti oleh dasar kata ajar.
Contoh:
per- + ajar = pelajar
Morfem {per-} tetap saja merupakan {per-} apabila diikuti oleh dasar kata
yang tidak berfonem awal /r/, dan dasar kata yang bukan ajar.
Contoh:
per- + baharui = perbaharui
per- + cantik = percantik
per- + nyaring = penyaring
per- + susah = persusah
5) Kaidah Morfofonemik {ter-}
Morfem {ter-} berubah menjadi {te-} apabila diikuti oleh dasar kata yang
berfonem awal /r/, dan dasar kata yang suku pertamanya berakhir dengan /er/.
Contoh:
ter- + rasa = terasa
ter- + rekam = terekam
ter- + pergok = tepergok
Morfem {ter-} tetap saja merupakan {ter-} apabila diikuti oleh dasar kata
yang tidak berfonem awal /r/, dan dasar kata yang suku pertamanya tidak berakhir
dengan /or/.
Contoh:
ter- + angkat = terangkat
ter- + baca = terbaca
ter- + makan = termakan
ter- + dapat = terdapat
ter- + gambar = tergambar
Penambahan fonen nasal /nge/ terjadi apabila bentuk dasarnya terjadi dari satu
suku kata. Misalnya.
me + bom mengebom
pe + bom pengebom
Pemunculan fonem /w/, fonem /y/, dan fonem glotal /?/ jika diberi imbuhan
sufiks an.
pandu + an panduWan
hari + an hariYan
(per) usaha + an (per) usaha?an
2) Pelesapan fonem, yakni hilangnya fonem dalam satuan proses morfologi yang
terjadi apabila bentuk dasarnya dimulai dengan /r/ atau suku pertamanya /er/.
Misalnya, dalam proses pengimbuhan prefiks ber- pada dasar renang, maka
bunyi [r] yang ada pada prefiks ber- dilesapkan. Juga, dalam proses
pengimbuhan akhiran wan pada dasar sejarah, maka fonem /h/ pada dasar
sejarah itu dilesapkan. Contoh lain, dalam proses pengimbuhan akhiran nda
pada dasar anak, maka fonem /k/ pada dasar iu menjadi lesap atau dihilangkan.
Perhatikan!
ber + renang berenang
sejarah + wan sejarawan
anak + nda ananda
Dalam beberapa tahun terakhir ada juga gejala pelesapan salah satu fonem
yang sama yang terdapat pada akhir kata dan awal kata yang mengalami proses
komposisi. Misalnya.
pasar + raya pasaraya
kereta + api keretaapi
ko + operasi koperasi
5) Pergeseran fonem, yaitu berubahnya posisi sebuah fonem dari satu suku kata
ke dalam suku kata yang lainnya. Umpamnya, dalam pengimbuhan sufiks i
pada dasar lompat, terjadi pergeseran dimana fonem /t/ yang semula berada
pada suku kata pat menjadi berada pada suku kata ti. Simaklah.
lompat + i me.lom.pati
Demikian juga dalam pengimbuhan sufiks an pada dasar jawab. Disini fonem
/b/ yang semula berada pada suku kata wab berpindah menjadi berada pada
suku kata ban. Simaklah.
ja.wab + an ja.wa.ban
Juga ma.kan + an ma.ka.nan
mi.num + an mi.nu.man
2.2.3 Pendapat Harimurti Kridalaksana
Menurut Kridalaksana, Ada beberapa proses morfofonemik dilihat dari
sifat pembentukannya. Proses tersebut adalah proses yang secara otomatis dan
proses yang tidak otomatis. Proses dan kaidah morfofonemik tersebut terbagi atas
10, yaitu.
Peristiwa 1
Pemunculan luncuran /y/ terjadi pada morfem dasar yang berakhir pada
/ay/, /i/, atau /e/ dan diikuti oleh sufiks atau bagian akhir konfiks yang diawali
oleh vocal /a/. Contoh:
/k - an/ + /tingi/ /ktingiyan/
/ - an/ + /tpi/ /tpiyan/
/p - an/ + /nanti/ /pnantiyan/
Peristiwa 2
Pemunculan luncuran /w/ terjadi pada morfem dasar yang berakhir pada
/aw/,/u/, atau /o/ yang diikuti olek sufiks atau bagian akhir konfiks yang diawali
oleh vokal /a/. Contoh:
/k - an/ + /pulau/ /kpulauwan/
/ - an/ + /srbu/ /srbuwan/
/p - an/ + /toko/ /prtokowan/
Peristiwa 3
Pemunculan /a/ terjadi pada penggabungan morfem dasar ayah dan sufiks
nda,/ayahan-da/
Peristiwa 4
Pemunculan /n/ terjadi pada penggabungan morfem dasar diri dan perfiks
se-,/sndiri/
Peristiwa 5
Pemunculan /m/ terjadi pada penggabungan morfem dasar barang dan
perfiks se-,/sm-baran/
Peristiwa 6
Pemunculan /w/ terjadi pada penggabungan morfem dasar yang terjadi
dari satu suku kata yang bergabung dengan /m-/, /p/, /p-an/.
Contoh :
/k - an/ + /pulau/ /kpulauwan/
/ - an/ + /srbu/ /srbuwan/
Peristiwa 7
Pemunculan /m/ terjadi pada morfem dasar yang diawali dengan /b/, /f/,
dan /p/ yang bergabung dengan awalan me-, pe-, dan pe-an. Dengan syarat
a) Fonem /f/ merupakan awal morfem pinjaman
b) Fonem /p/ merupakan
fonem awalan dari morfem dasar yang mengandung unsur per- yang
diikuti oleh konsonan.
fonem ini merupakan bagian awal dari morfem dasar punya;
bagian awal dari morfem dasar pinjaman. Contoh :
/m-/ + /bli/ /mmbli/
/m-kan/ + /fatwa/ mmfatwakan/
Peristiwa 8
Pemunculan /n/ terjadi bila morfem dasar yang diawali oleh morfem dasar
yang diawali oleh konsonan /t/ dan /d/ bergabung dengan /m-/ dan kombinasinya,
/p-/, dan /p-an/. Contoh :
/p-/ + /dar/ /pndar/
/m- / + /dapat/ mndapat/
/p-an/ + /dula/ /pndulaan/
Peristiwa 9
Pemunculan // yang terjadi bila morfem dasar diawali oleh konsonan /c/
dan /j/ bergabung dengan /m-/, /p-/, dan /p-an/. Contoh :
/m-/ + /caci/ /mcaci/
/p-/ + /curi/ /pcuri/
/p-an/ + /cari/ /pcarian/
Peristiwa 10
Pemunculan // terjadi bila morfem dasar diawali oleh fonem /g/, /x/, /h/,
atau /?/ bergabung dengan /m-/, /p-/, dan /p-an/. Pemunculan /n/ juga terjadi
pada gabungan morfem dasar yang diawali oleh konsonan /k/, bila morfem dasar
itu berasal dari bahasa asing atau bila ada faktor leksikal dengan tujuan
menghindari homonim. Contoh :
/m-/ + /koordinir/ /mkoordinir/
/p-/ + /gugat/ /pgugat/
/p-an/ + /xusus/ /pxususan/
Peristiwa 4
Pengekalan fonem terjadi bila afiks se- bergabung dengan morfem dasar.
/s-/ + /arah/ /sarah/
/s-/ + /hati/ /shati/
/s-/ + /umur/ /sumur/
/s-/ + /tingkat/ /stingkat/
/s-/ + /butir/ /sbutir/
Peristiwa 5
Pengekalan fonem terjadi bila afiks wan, -man, -wati bergabung dengan
morfem dasar. Contoh :
/sni/ + /-man/ /sniman/
/praga/ + /-wati/ /pragawati/
/warta/ + /-wan/ /wartawan/
Catatan:
Pengekalan fonem pertama morfem dasar yang berupa //, hanya berlaku untuk
bahasawan dan dalam wicara lambat. Contoh :
/br-/ + /indu/ /brindu/
/br-/ + /arah/ /brarah/
/tr-/ + /axir/ /traxir/
/tr-/ + /ukur/ /trukur/
/tr-/ + /isa/ /trisa/
3.1 Simpulan
Berdasarkan pembahasan tersebut, kami dapat memaparkan beberapa
simpulan, yaitu morfofonemik diartikan sebagai proses pembentukan kata dari
pertemuan morfem dengan afiks, baik itu prefiks, sufiks, klofiks, maupun konfiks.
Dan secara garis besar. Inti dari jenis dan proses morfofonemik menurut para ahli
berbeda-beda. Namun, yang paling lengkap adalah pendapat dari Kridalaksana
yang memiliki dua proses otomatis dan tidak otomatis. Proses otomatis meliputi:
(1) Pemunculan fonem, (2) Pengekalan fonem, (3) Pemunculan dan pengekalan
fonem, (4) Pergesaran posisi fonem, (5) Perubahan dan pergeseran posisi fonem,
(6) Proses pelepasan posisi fonem, dan (7) Proses peluluhan fonem. Sedangkan
proses yang tidak otomatis meliputi: (1) Proses pemunculan fonem secara historis,
(2) Proses pemunculan fonem berdasarkan pola bahasa asing, dan (3) Proses
pemunculan variasi fonem bahasa sumber.
Pada dasarnya morfofonemik merupakan satu kaidah untuk mempermudah
pengucapan suatu morfem oleh pengguna bahasa secara luas. Jadi peristiwa
morfofonemik perlu dilakukan agar dapat diketahui kaidah pembentukan kata yng
benar dalam pemakaian bahasa.
3.2 Saran
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan bahan diskusi ini jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, kami memohon kritik dan saran dari pembaca
yang bersifat membangun demi perbaikan dalam penyusunan bahan diskusi
selanjutnya.