Anda di halaman 1dari 18

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Bahasa adalah sebuah proses komunikasi berupa sistem lambang bunyi yang
bersifat arbitrer, konvensional, dan sistematis. Bahasa juga bersifat dinamis,
faktor itu dikarenakan banyaknya penyerapan bahasa asing yang masuk ke dalam
bahasa Indonesia sehingga seiring dengan perkembangan tersebut, kita harus
dapat menyesuaikan dan mempelajarinya.
Perkembangan kata-kata baru yang muncul dalam pemakaian bahasa, sering
bertolak belakang dengan kaidah-kaidah morfologi karena banyak muncul variasi
baru atau alomorf dari sebuah morfem. Perubahan variasi morfem tersebut, dalam
morfologi masuk dalam kajian yang disebut dengan morfofonemik. Permasalahan
dalam morfofonemik cukup variatif, pertemuan antara morfem dengan morfem
dasar atau pertemuan dengan berbagai afiks, baik itu prefiks, konfiks, sufiks,
maupun klofiks. Hal ini sering menimbulkan variasi-variasi yang kadang
membingungkan para pemakai bahasa.
makalah ini mengangkat masalah pengertian, proses, dan kaidah
morfofonemik agar para pemakai bahasa tidak lagi salah dalam penggunaan
bahasa saat berkomunkasi maupun menulis. Jika terjadi kesalahan sampai pada
tataran makna, hal itu akan mengganggu kegiatan komunikasi maupun menulis
yang berlangsung. Apabila terjadi kendala hingga keluar dari kaidah atau dapat
mengubah makna maka gugurlah fungsi utama bahasa yaitu sebagai alat
komunikasi maupun menulis.
Sering timbul pertanyaan dari pemakai bahasa, manakah bentukan kata yang
sesuai dengan kaidah morfologi? Dan yang menarik adalah munculnya pendapat
yang berbeda dari ahli linguis yang satu dengan ahli linguis yang lain. Fenomena
itulah yang menarik bagi kami untuk melakukan pengkajian dan memaparkan
masalah tentang pengertian morfofologi atau morfofonemik.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang makalah ini, kami memaparkan rumusan masalah
yang akan dibahas pada makalah ini, yaitu.
1) Bagaimanakah hakikat morfofonemik dalam bahasa Indonesia?
2) Bagaimanakah proses dan kaidah morfofonemik dalam bahasa Indonesia
menurut beberapa tokoh?

1.3 Tujuan
1) Untuk memahamami hakikat dan pengertian morfofonemik.
2) Untuk mengetahui proses dan kaidah pembentukan morfofonemik.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Hakikat morfofonemik


Kata morfofonemik dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu dari kata
morfo (morfologi) dan fonem (fonemik). Morfologi yaitu ilmu yang
mempelajari tentang masalah bentuk-bentuk dan pembentukan kata. Sedangkan
fonemik merupakan cabang dari fonologi yang berarti suatu bunyi dapat
membedakan makna. Misalnya, kata baku dan paku, perbedaan fonem [b] dan [p]
di akhir kata ini dapat mengakibatkan makna yang berbeda di antara keduanya,
walaupun secara proses pembunyian memiliki sedikit kemiripan atau nampak
sama. Kemudian cabang fonologi yang satunya adalah fonetik, yakni yang
mencakup segi bunyi bahasa, baik yang bersangkutan pembentukan bunyi, bunyi
sebagai getaran udara, dan bunyi yang terdengar tanpa membedakan makna.
Banyak ahli linguis yang mengemukakan mengenai pengertian mengenai
morfofonemik, antara lain:
1) Morfofonemik atau yang biasa disebut morfofonologi adalah ilmu yang
menelaah morfofonem (atau biasa juga disingkat menjadi morfonem) (Tarigan,
2009: 26).
2) Morfofonemik, disebut juga morfonologi atau morfofonologi adalah kajian
mengenai terjadinya perubahan bunuyi atau perubahan fonem sebagai akibat
dari adanya proses morfologi, baik proses afiksasi, proses reduplikasi maupun
proses komposisi (Chaer, 2008: 43).
3) Morfofonemik adalah peristiwa fonologis yang terjadi karena adanya
pertemuan morfem dengan morfem. Proses morfofonemik dalam bahasa
Indonesia terjadi hanya dalam pertemuan secara nyata antara morfem dasar
dengan afiks (morfem terikat) (Kridalaksana, 2007: 183).
Berdasarkan pengertian di atas, dapat dijelaskan mengenai hakikat
morfofonemik sendiri, yakni mempelajari tentang perubahan-perubahan fonem
maupun terjadinya pemunculan baru akibat bertemunya morfem dengan morfem
atau juga bertemunya afiks dengan kata dasar.

2.2 Proses dan Kaidah Morfofonemik


Proses morfofonemik adalah mengenai proses terjadinya perubahan fonem
akibat hubungan dua morfem yang saling bertemu. Menurut beberapa ahli, banyak
hasil yang bervariasi terhadap proses morfofonemik meskipun tujuan dan inti
yang ingin disampaikan tidak terlalu berbeda.
2.2.1 Pendapat Henry Guntur Tarigan
Menurut Henry Guntur Tarigan, berbicara tentang proses morfofonemik
dalam bahasa Indonesia, maka terdapat tiga hal yang penting. Tiga hal tersebut,
antara lain:
1) Proses perubahan fonem.
2) Proses penambahan fonem.
3) Proses penanggalan fonem.
Dari pembicaraan di muka jelas bagi kita bahwa ada aturan-aturan tertentu
mengenai proses morfofonemik itu. Dalam poin ini kita akan membicarakan
kaidah-kaidah morfofonemik dalam bahasa Indonesia. Yang terpenting adalah:
1) Kaidah Morfofonemik {meN-}
Morfem {meN-} berubah menjadi {mem-} apabila diikuti oleh dasar kata
yang berfonem awal /b, f, p/. Perlu dicatat bahwa fonem /p/ luluh, terkecuali pada
beberapa dasar kata yang berasal dari bahasa asing (yang masih mempertahankan
keasingannya) dan juga pada dasar kata yang berprefiks per-.
Contoh:
meN- + bahagiakan = membahagiakan
meN- + fokuskan = memfokuskan
meN- + proklamasikan = memproklamasikan
meN- + putar = memutar
meN- + pertahankan = mempertahankan

Apabila morfem {meN-} didikuti oleh dasar kata yang berawalan dengan
fonem /d,s,t/ maka morfem {meN-} itu berubah menjadi {men-}. Dalam hal ini
fonem /t/ luluh, kecuali pada beberapa dasar yang berasal dari bahas asing
(terlebih yang masih mempertahankan keasingannya) dan pada dasar kata yang
berprefiks ter-; juga /s/ hanya berlaku pada beberapa dasar kata dari bahasa asing.
Contoh:
meN- + dahulukan = mendahulukan
meN- + transformasikan = mentransformasikan
meN- + support = mensupport

Morfem {meN-} berubah menjadi {meny-} apabila diikuti oleh dasar kata
yang berfonem awal /s/, terkecuali yang berdasar kata yang berasal dari bahasa
asing), dan dalam hal ini /s/ luluh.
Contoh:
meN- + semarakkan = menyemarakkan
meN- + sita = menyita
meN- + suapi = menyuapi
Morfem {meN-} berubah menjadi {meng-} apabila diikuti oleh dasar kata
yang berfonem awal /g, h, k, x, vokal/. Dalam hal ini fonem /k/ luluh, kecuali
pada beberapa dasar kata yang berasal dari kata asing yang masih
mempertahankan keasingannya.
Contoh:
meN- + guntur = mengguntur
meN- + hujani = menghujani
meN- + kirim = mengirim
meN- + khayalkan = mengkhayalkan
meN- + usahakan = mengusahakan

Morfem {meN-} berubah menjadi {me-} apabila diikuti oleh dasar kata
yang berfonem awal /l, r, w, y, N, m/.
Contoh:
meN- + layari = melayari
meN- + rapatkan = merapatkan
meN- + warnai = mewarnai
meN- + marahi = memarahi
meN- + naiki = menaiki
meN- + nyayikan = menyanyikan

Morfem {meN-} berubah menjadi {me} apabila diikuti oleh dasar kata
yang bersuku kata tunggal.
Contoh:
meN- + bom = mengebom
meN- + cat = mengecat
meN- + pak = mengepak
meN- + las = mengelas
meN- + bor = mengebor

2) Kaidah Morfofonemik {peN-}


Morfem {peN-} berubah menjadi {pem-} apabila diikuti oleh dasar kata
yang berfonem awal /b,f,p/. Dalam hal ini fonem /p/ luluh.
Contoh:
peN- + bantu = pembantu
peN- + fitnah = pemfitnah
peN- + pikul = pemikul

Morfem {peN-} berubah menjadi {pen-} apabila diikuti oleh dasar kata
yang berfonem awal /d,s,t/. Dalam proses ini /t/ luluh kecuali pada beberapa dasar
kata yang berasal dari bahasa asing yang masih mempertahankan keasingannya,
dan fonem /s/ hanya berlaku pada beberapa dasar kata yang berasal dari bahasa
asing yang masih mempertahankan keasingannya.
Contoh:
peN- + datang = pendatang
peN- + sugesti = pensugesti
peN- + tari = penari
Morfem {peN-} berubah menjadi {peny-} apabila diikuti oleh dasar kata
yang berfonem awal /s/. Dalam hal ini fonem /s/ luluh atau tanggal.
Contoh:
peN- + suluh = penyuluh
peN- + sunting = penyunting
peN- + selam = penyelam

Morfem {peN-} berubah menjadi {peng-} apabila diikuti oleh dasar kata
yang berfonem awal /g, h, x, vocal/. Dalam proses ini fonem /k/ luluh.
Contoh:
peN- + ganti = pengganti
peN- + kali = pengali
peN- + khianat = pengkhianat
peN- + ikut = pengikut

Morfem {peN-} berubah menjadi {pe-} apabila diikuti oleh dasar kata
yang berfonem awal /l, r, w, y, m, N/.
Contoh:
peN- + makan = pemakan
peN- + lipur = pelipur
peN- + loncat = peloncat
peN- + rusak = perusak
peN- + wangi = pewangi

Morfem {peN-} berubah menjadi {pe} apabila diikuti oleh pelipur dasar
kata yang terdiri dari satu suku.
Contoh:
peN- + bom = pengebom
peN- + cat = pengecat
peN- + las = pengelas
peN- + pak = pengepak

3) Kaidah Morfofonemik {ber-}


Morfem {ber-} berubah menjadi {be-} apabila diikuti oleh dasar kata yang
berfonem awal /r/, dan beberapa dasar kata yang suku pertamanya berakhir
dengan /er/.
Contoh:
ber- + rotan = berotan
ber- + kerja = bekerja
ber- + serban = beserban
ber- + ternak = beternak

Morfem {ber-} berubah menjadi {bel-} apabila diikuti dasar kata ajar.
Contoh:
ber- + ajar = belajar
Morfem {ber-} tetap merupakan {ber-} apabila diikuti dasar kata selain
yang tersebut pada kaidah I dan kaidah II di atas, yaitu yang tidak berfonem awal
/r/, dasar kata yang suku pertamanya tidak berakhir dengan /ar/, dan bukan ajar
kata dasarnya.
Contoh:
ber- + arak = beranak
ber- + istri = beristri
ber- + ulang = berulang
ber- + ekor = berekor
ber- + manfaat = bermanfaat
ber- + zakat = berzakat

4) Kaidah Morfofonemik {per-}


Morfem {per-} berubah menjadi {pe-} apabila diikuti oleh dasar kata yang
berfonem awal /r/.
Contoh:
per- + runcing = peruncing
per- + rendam = perendam
per- + rotan = perotan

Morfem {per-} berubah menjadi {pel-} apabila diikuti oleh dasar kata ajar.
Contoh:
per- + ajar = pelajar

Morfem {per-} tetap saja merupakan {per-} apabila diikuti oleh dasar kata
yang tidak berfonem awal /r/, dan dasar kata yang bukan ajar.
Contoh:
per- + baharui = perbaharui
per- + cantik = percantik
per- + nyaring = penyaring
per- + susah = persusah
5) Kaidah Morfofonemik {ter-}
Morfem {ter-} berubah menjadi {te-} apabila diikuti oleh dasar kata yang
berfonem awal /r/, dan dasar kata yang suku pertamanya berakhir dengan /er/.
Contoh:
ter- + rasa = terasa
ter- + rekam = terekam
ter- + pergok = tepergok

Morfem {ter-} tetap saja merupakan {ter-} apabila diikuti oleh dasar kata
yang tidak berfonem awal /r/, dan dasar kata yang suku pertamanya tidak berakhir
dengan /or/.
Contoh:
ter- + angkat = terangkat
ter- + baca = terbaca
ter- + makan = termakan
ter- + dapat = terdapat
ter- + gambar = tergambar

2.2.2 Pendapat Abdul Chaer


Menurut Abdul Chaer, Morfonemik (disebut juga morfonologi atau
morfofonologi) adalah kajian mengenai terjadinya perubahan bunyi atau
perubahan fonem sebagai akibat adanya proses morfologi, baik proses afiksasi,
proses reduplikasi, maupun proses komposisi. Umpamanya, dalam proses
pengimbuhan sufiks -an pada dasar hari akan muncul bunyi [y], yang dalam
ortografi tidak dituliskan, tetapi dalam ucapan dituliskan.
Hari + an [hariyan]
Contoh lain, dalam proses pengimbuhan sufiks an pada dasar jawab akan
terjadi pergeseran letak bunyi [b] kebelakang, membentuk suku kata baru.
Ja.wab + an [ja.wa.ban]
Berikut akan dibicarakan beberapa jenis perubahan fonem dan bentuk-
bentuk morfofonemik pada beberapa proses morfofologi. Dalam bahasa Indonesia
ada beberapa jenis perubahan fonem berkenaan dengan proses morfologi ini. Di
antaranya adalah proses:

1) Pemunculan fonem, yakni munculnya fonem (bunyi) dalam proses morfologi


yang pada mulanya tidak ada. Misalnya, dalam proses pengimbuhan prefiks
me- pada dasar baca akan memunculkan bunyi sengau [m] yang semula tidak
ada.
me + baca membaca
pe + baca pembaca
Penambahan fonem nasal /n/ terjadi apabila bentuk dasarnya dimulai dengan
konsonan /d/. Umpamanya.
me + dengar mendengar
pe + dengar pendengar
Penambahan fonem nasal /ng/ terjadi apabila bentuk dasarnya dimulai dengan
konsonan /g, h, kh, a, i, u,e,dan o/. Umpamanya.

me + goda menggoda me + ambil mengambil


pe + goda penggoda pe + ambil pengambil

me + obral mengobral me + elak mengelak


pe + obral pengobral pe + elak pengelak

me + hina menghina me + iris mengiris


pe + hina penghina pe + iris pengiris

me + khianat mengkhianat me + usir mengusir


pe + khianat pengkhianat pe + usir pengusir

Penambahan fonen nasal /nge/ terjadi apabila bentuk dasarnya terjadi dari satu
suku kata. Misalnya.
me + bom mengebom
pe + bom pengebom
Pemunculan fonem /w/, fonem /y/, dan fonem glotal /?/ jika diberi imbuhan
sufiks an.
pandu + an panduWan
hari + an hariYan
(per) usaha + an (per) usaha?an

2) Pelesapan fonem, yakni hilangnya fonem dalam satuan proses morfologi yang
terjadi apabila bentuk dasarnya dimulai dengan /r/ atau suku pertamanya /er/.
Misalnya, dalam proses pengimbuhan prefiks ber- pada dasar renang, maka
bunyi [r] yang ada pada prefiks ber- dilesapkan. Juga, dalam proses
pengimbuhan akhiran wan pada dasar sejarah, maka fonem /h/ pada dasar
sejarah itu dilesapkan. Contoh lain, dalam proses pengimbuhan akhiran nda
pada dasar anak, maka fonem /k/ pada dasar iu menjadi lesap atau dihilangkan.
Perhatikan!
ber + renang berenang
sejarah + wan sejarawan
anak + nda ananda
Dalam beberapa tahun terakhir ada juga gejala pelesapan salah satu fonem
yang sama yang terdapat pada akhir kata dan awal kata yang mengalami proses
komposisi. Misalnya.
pasar + raya pasaraya
kereta + api keretaapi
ko + operasi koperasi

3) Peluluhan fonem, yakni luluhnya sebuah fonem serta disenyawakan dengan


fonem lain dalam suatu proses morfologi. Umpamanya, dalam pengimbuhan
prefiks me- pada dasar sikat, maka fonem /s/ pada kata sikat itu diluluhkan dan
disenyawakan dengan fonem nasal /ny/ yang ada pada prefiks me- itu. Juga
terjadi pada proses pengimbuhan prefiks pe- atau konfiks pe-an. Misalnya.
me + sikat menyikat
pe + sikat penyikat
pe + sikat + an penyikatan
Peluluhan fonem ini tampaknya hanya terjadi pada proses pengimbuhan prefiks
me- dan prefiks pe- pada bentuk dasar yang dimulai dengan konsonan /s/
lainnya tidak ada.

4) Perubahan fonem, yakni berubahnya sebuah fonem atau sebuah bunyi,


sebagai akibat terjadinya proses morfologi. Umpamanya, dalam pengimbuhan
prefiks ber- dan per- pada dasar ajar terjadi perubahan bunyi, dimana fonem /r/
berubah menjadi fonem /l/. Perhatikan.
ber + ajar belajar
per + ajar pelajar
Contoh lain, dalam proses pengimbuhan prefiks ter- pada dasar anjur terjadi
perubahan fonem, dimana fonem /r/ berubah menjadi fonem /l/. Perhatikan.
ter + anjur telanjur
Proses perubahan fonem memang jarang terjadi, namun, dalam bahasa Jawa
dan bahasa Betawi ada juga yang terjadi.
Jawa : opo + ne apane
Betawi : ape + an apaan
ape + in apein

5) Pergeseran fonem, yaitu berubahnya posisi sebuah fonem dari satu suku kata
ke dalam suku kata yang lainnya. Umpamnya, dalam pengimbuhan sufiks i
pada dasar lompat, terjadi pergeseran dimana fonem /t/ yang semula berada
pada suku kata pat menjadi berada pada suku kata ti. Simaklah.
lompat + i me.lom.pati
Demikian juga dalam pengimbuhan sufiks an pada dasar jawab. Disini fonem
/b/ yang semula berada pada suku kata wab berpindah menjadi berada pada
suku kata ban. Simaklah.
ja.wab + an ja.wa.ban
Juga ma.kan + an ma.ka.nan
mi.num + an mi.nu.man
2.2.3 Pendapat Harimurti Kridalaksana
Menurut Kridalaksana, Ada beberapa proses morfofonemik dilihat dari
sifat pembentukannya. Proses tersebut adalah proses yang secara otomatis dan
proses yang tidak otomatis. Proses dan kaidah morfofonemik tersebut terbagi atas
10, yaitu.

2.2.3.1 Proses Morfofonemik yang otomatis


Ada beberapa jenis yang termasuk dalam proses morfofonemik secara
otomatis. Proses tersebut adalah
1) Proses pemunculan fonem
Proses morfofonemik yang paling banyak terjadi ialah pemunculan fonem.
Fonem yang muncul itu sama tipenya (homorgan) dengan fonem awal dalam
morfem dasar. Perubahan morfofonemik semacam ini menimbulkan alomorf-
alomorf dari morfem yang bersangkutan.

Peristiwa 1
Pemunculan luncuran /y/ terjadi pada morfem dasar yang berakhir pada
/ay/, /i/, atau /e/ dan diikuti oleh sufiks atau bagian akhir konfiks yang diawali
oleh vocal /a/. Contoh:
/k - an/ + /tingi/ /ktingiyan/
/ - an/ + /tpi/ /tpiyan/
/p - an/ + /nanti/ /pnantiyan/
Peristiwa 2
Pemunculan luncuran /w/ terjadi pada morfem dasar yang berakhir pada
/aw/,/u/, atau /o/ yang diikuti olek sufiks atau bagian akhir konfiks yang diawali
oleh vokal /a/. Contoh:
/k - an/ + /pulau/ /kpulauwan/
/ - an/ + /srbu/ /srbuwan/
/p - an/ + /toko/ /prtokowan/
Peristiwa 3
Pemunculan /a/ terjadi pada penggabungan morfem dasar ayah dan sufiks
nda,/ayahan-da/
Peristiwa 4
Pemunculan /n/ terjadi pada penggabungan morfem dasar diri dan perfiks
se-,/sndiri/
Peristiwa 5
Pemunculan /m/ terjadi pada penggabungan morfem dasar barang dan
perfiks se-,/sm-baran/
Peristiwa 6
Pemunculan /w/ terjadi pada penggabungan morfem dasar yang terjadi
dari satu suku kata yang bergabung dengan /m-/, /p/, /p-an/.
Contoh :
/k - an/ + /pulau/ /kpulauwan/
/ - an/ + /srbu/ /srbuwan/
Peristiwa 7
Pemunculan /m/ terjadi pada morfem dasar yang diawali dengan /b/, /f/,
dan /p/ yang bergabung dengan awalan me-, pe-, dan pe-an. Dengan syarat
a) Fonem /f/ merupakan awal morfem pinjaman
b) Fonem /p/ merupakan
fonem awalan dari morfem dasar yang mengandung unsur per- yang
diikuti oleh konsonan.
fonem ini merupakan bagian awal dari morfem dasar punya;
bagian awal dari morfem dasar pinjaman. Contoh :
/m-/ + /bli/ /mmbli/
/m-kan/ + /fatwa/ mmfatwakan/
Peristiwa 8
Pemunculan /n/ terjadi bila morfem dasar yang diawali oleh morfem dasar
yang diawali oleh konsonan /t/ dan /d/ bergabung dengan /m-/ dan kombinasinya,
/p-/, dan /p-an/. Contoh :
/p-/ + /dar/ /pndar/
/m- / + /dapat/ mndapat/
/p-an/ + /dula/ /pndulaan/
Peristiwa 9
Pemunculan // yang terjadi bila morfem dasar diawali oleh konsonan /c/
dan /j/ bergabung dengan /m-/, /p-/, dan /p-an/. Contoh :
/m-/ + /caci/ /mcaci/
/p-/ + /curi/ /pcuri/
/p-an/ + /cari/ /pcarian/
Peristiwa 10
Pemunculan // terjadi bila morfem dasar diawali oleh fonem /g/, /x/, /h/,
atau /?/ bergabung dengan /m-/, /p-/, dan /p-an/. Pemunculan /n/ juga terjadi
pada gabungan morfem dasar yang diawali oleh konsonan /k/, bila morfem dasar
itu berasal dari bahasa asing atau bila ada faktor leksikal dengan tujuan
menghindari homonim. Contoh :
/m-/ + /koordinir/ /mkoordinir/
/p-/ + /gugat/ /pgugat/
/p-an/ + /xusus/ /pxususan/

2) Proses pengekalan fonem


Pengekalan fonem terjadi bila pada proses penggabungan morf tidak
terjadi perubahan apa-apa, baik pada morfem dasar maupun pada afiks. Morfem
dasar dan morfem terikat itu dikekalkan dalam bentuk baru yang lebih konkret.
Peristiwa 1
Pengekalan fonem terjadi bila morfem dasar yang diawali oleh fonem /y/,
/r/, /I/, /w/, atau nasal bergabung dengan /me/, /pe/. Contoh :
/p-/ + /warna/ /pwarna/
/m-kan/ + /ramay/ /mramaykan/
/p-/ + /ramal/ /pramal/
/m-i/ + wajib /mwajibkan/
/p-/ + /mula/ /pmula/
/m-/ + masak /mmasak/
Peristiwa 2
Pengekalan fonem terjadi bila morfem dasar yang berakhir dengan /a/
bergabung dengan konfiks ke-an. Contoh :
/k-an/ + /raja/ /krjaan/
/k-an/ + /ada/ /kadaan/
/k-an/ + /lama/ /klamaan/
Peristiwa 3
Pengekalan fonem terjadi bila afiks ber-, per-, atau ter-, bergabung dengan
morfem dasar kecuali ajar, anjur. Contoh :
/br-/ + /main/ /brmain/
/br-/ + /bali/ /brbali/
/tr-/ + /slip/ /tslip/
/tr-/ + /lalu/ /trlalu/
/pr-/ + /tanda/ /prtanda/

Peristiwa 4
Pengekalan fonem terjadi bila afiks se- bergabung dengan morfem dasar.
/s-/ + /arah/ /sarah/
/s-/ + /hati/ /shati/
/s-/ + /umur/ /sumur/
/s-/ + /tingkat/ /stingkat/
/s-/ + /butir/ /sbutir/
Peristiwa 5
Pengekalan fonem terjadi bila afiks wan, -man, -wati bergabung dengan
morfem dasar. Contoh :
/sni/ + /-man/ /sniman/
/praga/ + /-wati/ /pragawati/
/warta/ + /-wan/ /wartawan/
Catatan:
Pengekalan fonem pertama morfem dasar yang berupa //, hanya berlaku untuk
bahasawan dan dalam wicara lambat. Contoh :
/br-/ + /indu/ /brindu/
/br-/ + /arah/ /brarah/
/tr-/ + /axir/ /traxir/
/tr-/ + /ukur/ /trukur/
/tr-/ + /isa/ /trisa/

3) Proses pemunculan dan pengekalan fonem


Pemunculan dan pengekalan fonem ialah proses pemunculan fonem yang
homorgan dengan fonem pertama morf dasar dan sekaligus pengekalan fonem
pertama morf dasar tersebut; proses ini terjadi karena bahasawan ingin
mempertahankan identitas leksikal morf dasar dan bertujuan menghindari
homonimi dengan bentuk pemunculan. Proses ini hanya terjadi pada prefiksasi.
Peristiwa 1
Pemunculan // dan pengekalan /k/.
Contoh:
/m-/ + /kukur/ /meukur/
/p-/ + /kaji/ /pkaji/
Peristiwa 2
Pemunculan // dan pengekalan //.
Contoh:
/m-/ + /ara/ /mara/
/p-/ + /ukur/ /pukur/

4) Proses pergeseran posisi fonem


Pergeseran posisi fonem terjadi bila komponen dari morfem dasar dan
bagian dari afiks membentuk satu suku kata. Pergeseran ini dapat terjadi ke depan,
ke belakang atau dengan pemecahan.
Peristiwa 1
Pergeseran ke belakang terjadi pada morfem dasar yang berakhir pada
konsonan yang diikuti oleh sufiks atau komponen akhir konfiks yang diawali oleh
vocal, sehingga konsonan tersebut menjadi bagian dari suku kata yang dibelakang,
/baik/ + /pr-i/ /pr-ba-i-ki/
/tais/ + /-i-/ /ta-i-si/
/rambut/ + /-an/ /ram-bu-tan/
/bakar/ + /k-an/ /k-ba-ka-ran/
Peristiwa 2
Pergeseran ke depan terjadi pada morfem dasar yang berakhir pada vokal
yang diikuti oleh sufiks yang berawal dengan konsonan, sehingga konsonan
tersebut menjadi bagian dari suku kata pra-akhir itu. Contoh:
/ibu/ + /-nda-/ /i-bun-da/
/bibi/ + /-nda-/ /bi-bin-da/
/cucu/ + /-nda-/ /cu-cun-da/
Peristiwa 3
Pemecahan suku kata terjadi dalam proses penyisipan dengan el, -er, dan
em-, sehingga unsur-unsur sisipan itu terpecah dalam suku kata yang berlainan.
Contoh:
/gmbu/ + /-I-/ /g-lm-bu/
/gigi/ + /-r-/ /g-ri-gi/
/gtar/ + /-m-/ /g-m-tar/

5) Proses perubahan dan pergeseran posisi fonem


Perubahan dan pergeseran posisi fonem terjadi pada proses penggabungan
morfem dasar yang berakhir dengan konsonan dengan afiks yang berawal dengan
vokal, atau penggabungan morfem dasar ajar dengan afiks ber-, per-, dan per-an,
atau pada penggabungan morfem dasar anjur dengan afiks ter-.
Peristiwa 1
Perubahan dari fonem // menjadi fonem /k/ terjadi bila morfem dasar
yang berakhir dengan fonem // bergabung dengan sufiks /-an/ atau bagian akhir
konfiks yang berawal dengan vokal, dan membentuk suku kata baru. Contoh :
/mr-i/ + /nai/ /m-na-i-ki/
/k-an/ + /dudu/ /k-du-du-kan/
/-an/ + /gra/ /g-ra-kan/
Realisasi fonem /k/ pada akhir morfem dasar hanya terjadi dalam dialek-
dialek tertentu.
Peristiwa 2
Perubahan dari fonem /r/ menjadi fonem /I/ pada akhir afiks ber-, per-, dan
per-an terjadi bila afiks-afiks tersebut bergabung dengan morfem dasar ajar.
Fonem yang berubah itu membentukan suku kata baru dengan vokal awal. Contoh
/br-/ + /anjar/ /br-la-jar/
/pr-/ + /ajar/ /p-la-jar/
Peristiwa 3
Perubahan dari fonem /r/ menjadi fonem /I/ pada akhir afiks ter- terjadi
bila afiks itu bergabung dengan morfem dasar anjur dan antar. Fonem yang
berubah itu membentuk suku kata baru dengan vokal awal morfem dasar.
Contoh :
/tr-/ + /antar/ /tr-lan-tar/
/tr-/ + /anjur/ /tr-lan-jur/

6) Proses pelepasan fonem


Proses pelepasan fonem terjadi bila morfem dasar atau afiks melesap pada
saat terjadi penggabungan morfem.
Peristiwa 1
Pelepasan fonem /k/ atau /h/ terjadi bila morfem dasar yang berakhir pada
konsonan tersebut bergabung dengan sufiks yang berasal dari konsonan juga.
Contoh :
/anak/ + /-nda/ /ananda/
/sjarah/ + /-wan/ /sjarawan/
/ilmiah/ + /-wan/ /ilmiyawan/
Peristiwa 2
Pelepasan fonem /r/ dari afiks /br-/, /tr-/, /pr-/ dan /pr-an/ karena
bergabung dengan morfem dasar yang suku pertamanya berawal dengan fonem /r/
atau yang suku pertamanya mengandung /r/. penggabungan afiks tersebut dengan
morfem dasar ajar, dan anjur. Contoh :
/br-/ + /rumah/ /brumah/
/tr-/ + /ramai/ /tramai/
/pr-/ + /ramal/ /pramal/
/br-/ + /krja/ /bkrja/
/pr-an/ + /raya/ /prayaan/

7) Proses peluluhan fonem


Peluluhan fonem terjadi bila proses penggabungan morfem dasar dengan
afiks membentuk fonem baru.
Peristiwa 1
Peluluhan fonem /k/ dari morfem dasar yang diawali dengan fonem /k/
yang bergabung dengan /m-/, /m-kan/, /m-i/ /p-/ dan /p-an/. Dalam proses
morfofonemik dengan morfem dasar yang diawali oleh konsonan /k/ yang berasal
dari bahasa asing atau karena adanya. Contoh:
/m-/ + /kara/ /maran/
/p-/ + /kara/ /para/
/m-kan/ + /kirim/ /mirimkan/
/p-an/ + /kura/ /puraan/
/m-i/ + /kura/ /murai/
Peristiwa 2
Peluluhan fonem /p/ bila afiks /m-/, /m-kan/, /m-i/ /p-/ dan /p-an/
digabungkan dengan morfem dasar yang diawali oleh fonem /p/, kecuali pada
morfem dasar yang berprfiks per- atau yang berasal dari bahasa asing. Contoh:
/m-/ + /pilih/ /mmilih/
/p-/ + /pahat/ /pmahat/
/m-kan/ + /pikir/ /mmikirkan/
/p-/ + /putih/ /pmutihan/
/m-i/ + /pra/ /mmrai/
Peristiwa 3
Peluluhan fonem /s/ terjadi pada penggabungkan morfem dasar yang
diawali oleh fonem /s/ dengan afiks /m-/, /m-kan/, /m-i/ /p-/ dan /p-an/,
kecuali bila fonem /s/ mengawali morfem dasar yang berasal dari bahasa asing.
Contoh:
/m-/ + /sayur/ /mayur/
/m-i/ + /sakit/ /makiti/
/m-kan/ + /saksi/ /maksikan/
/p-/ + /susun/ /pusun/
Peristiwa 4
Peluluhan fonem /t/ pada morfem dasar yang diawali oleh fonem /t/ yang
bergabung dengan afiks /m-/, /m-kan/, /m-i/ /p-/ dan /p-an/, kecuali pada
morfem dasar yang berasal dari bahasa asing atau morfem dasar yang berprefiks
ter-. Contoh:
/m-/ + /tata/ /mnata/
/m-kan/ + /tidur/ /mnidurkan/
/m-i/ + /tlusur/ / mnlusuri/

2.2.3.2 Proses morfofonemik yang tidak otomatis


1) Proses pemunculan fonem secara historis
Penyisipan ini terjadi bila morfem dasar yang berasal dari bahasa asing
diberi afiks yang berasal dari bahasa asing pula, sehingga fonem yang semula
tidak ada pada morfem dasar itu, muncul kembali pada saat penggabungan morf.
Contoh :
/standar/ + /-isasi/ /standardisasi/
/objek/ + /-if/ /obyektif/
2) Proses pemunculan fonem berdasarkan pola bahasa asing
Pemunculan fonem terjadi karena mengikuti pola morfofonemik bahasa
asing. Gabungan ini terjadi dari morfem dasar dalam bahasa Indonesia dengan
afiks asing, baik afiks Arab maupun Inggris.
Contoh :
/greja/ + /-i/ /grejani/
/pompa/ + /-isasi/ /pompanisasi/
/dunia/ + /-i/ /duniawi/
/tenda/ + /-isasi/ /tendanisasi/
3) Proses variasi fonem bahasa sumber
Variasi fonem ini mengikuti pola bahasa sumber dan memiliki makna
yang sama dengan makna pada bahasa sumber.
Contoh:
-kus -si -ik -s
kritikus kritisi klinik klinis
politikus politisi teknik teknis
Selain proses morfofonemik yang tidak otomatis yang terjadi karena faktor
fonologis, ada pula proses morfofonemik yang terjadi karena faktor semantik.
Dalam proses ini bahasawan rupanya ingin mempertahankan identitas leksem,
sehingga tidak timbul pengacauan makna.
Contoh :
mengaji : membaca Al Quran mengukur : mukur kelapa
mengkaji : mempelajari mukur : kekuatan lawan

beruang : brua : nama hewan mengarang : mara


b-rua : mempunyai ruang mara : menjadi arang
bruang : mempunyai uang mengkarang :menjadi karang

Penggabungan me dan karang secara otomatis akan menghasilkan


mengarang/mara/saja, tetapi identitas morfem dasarnya atau leksemnya tidak
tampak.
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Berdasarkan pembahasan tersebut, kami dapat memaparkan beberapa
simpulan, yaitu morfofonemik diartikan sebagai proses pembentukan kata dari
pertemuan morfem dengan afiks, baik itu prefiks, sufiks, klofiks, maupun konfiks.
Dan secara garis besar. Inti dari jenis dan proses morfofonemik menurut para ahli
berbeda-beda. Namun, yang paling lengkap adalah pendapat dari Kridalaksana
yang memiliki dua proses otomatis dan tidak otomatis. Proses otomatis meliputi:
(1) Pemunculan fonem, (2) Pengekalan fonem, (3) Pemunculan dan pengekalan
fonem, (4) Pergesaran posisi fonem, (5) Perubahan dan pergeseran posisi fonem,
(6) Proses pelepasan posisi fonem, dan (7) Proses peluluhan fonem. Sedangkan
proses yang tidak otomatis meliputi: (1) Proses pemunculan fonem secara historis,
(2) Proses pemunculan fonem berdasarkan pola bahasa asing, dan (3) Proses
pemunculan variasi fonem bahasa sumber.
Pada dasarnya morfofonemik merupakan satu kaidah untuk mempermudah
pengucapan suatu morfem oleh pengguna bahasa secara luas. Jadi peristiwa
morfofonemik perlu dilakukan agar dapat diketahui kaidah pembentukan kata yng
benar dalam pemakaian bahasa.

3.2 Saran

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan bahan diskusi ini jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, kami memohon kritik dan saran dari pembaca
yang bersifat membangun demi perbaikan dalam penyusunan bahan diskusi
selanjutnya.

Anda mungkin juga menyukai