Anda di halaman 1dari 11

kesalahan-kesalahan yang sering guru lakukan yang

berhubungan dengan fonologi, morfologi, sintaksis, dan


semantik!
a.      Analisis Kesalahan Berbahasa dari Segi Fonologi
Fonologi dalam bahasa adalah salah satu bidang dalam linguistik yang menyelidiki
tentang bunyi-bunyi dalam bahasa menurut fungsinya. Kesalahan berbahasa dari segi
fonologi adalah kesalahan berbahasa yang diperoleh dari kesalahan pengucapan bunyi-bunyi
bahasa yang dihasilkan oleh dari alat ucap manusia, serta kesalahan yang diperoleh dari
karena perbedaan penangkapan makna.
Kesalahan berbahasa yang dihasilkan karena kesalahan pengucapan manusia, jika dilihat
dari ada tidaknya rintangan terhadap arus udara, bunyi bahasa dapat dibadakan menjadi 2
(dua) kelompok, yaitu vokal dan konsonan. Vokal adalah pada pembentukan vokal bunyi
bahasa yang arus udaranya tidak mengalami rintangan dan kualitasnya ditentukan oleh tiga
faktor, yaitu : tinggi rendahnya posisi lidah, bagian lidah yang dinaikkan, dan bentuk bibir
pada pembentukan vokal itu.
1.      Pada vokal
Kesalahan pengucapan pada vokal biasanya terdapat pada perbedaan cara pengucapan
oleh penutur bahasa antar daerah (logat/dialek) yang sudah menjadi kebiasaan dengan cirri
khasnya masing-masing, baik dari tekanan, intonasi, serta panjang pendeknya bunyi yang
membangun aksen yang berbeda-beda.

Pada vokal e, terkadang disebut dengan è atau é.

Contohnya, kata “pilek”. Orang yang berkebudayaan Jawa akan mengatakan kata “pilek”
sama halnya dengan bahasa Indonesia pada umumnya, namun terkadang terdapat kebudayaan
yang dialek/logatnya justru berbeda, seperti Sumatra, Flores, dan daerah luar jawa lainnya.

2.      Pada konsonan


Kesalahan pengucapan pada konsonan sesuai dengan aslinya, konsonan dalam bahasa
Indonesia dapat dikategorikan berdasarkan 3 faktor, yakni : (1). Keadaan pita suara, (2).
Daerah artikulasi, dan (3). Cara artikulasi.
a.       Keadaan Pita Suara
Karakteristik dari konsonan adalah diucapkan dengan saluran suara yang lebih konstriksi.
Ada konsonan yang diucapkan dengan saluran suara yang ditutup secara sesaat, yang lainnya
diucapkan dengan penutupan saluran suara pada titik-titik tertentu.
b.      Daerah Artikulasi
      Artikulasi atau pembentukan vokal, dimana udara yang berasal dari pernafasan melalui
pita suara dan kaviti-kaviti yang ada dibentuk menjadi suara yang dipakai untuk berbicara
dibantu oleh organ-organ bicara seperti bibir, lidah gigi dan sebagainya.
Artikulasi Vowel (Huruf Hidup). Karakteristik dari Vowel adalah diucapkan dengan saluran
suara yang terbuka (open vocal tract). Secara umum dapat dijelaskan dari posisi lidah, bibir
dan pharynx.
Artikulasi Konsonan (Huruf Mati). Karakteristik dari konsonan adalah diucapkan dengan
saluran suara yang lebih konstriksi. Ada konsonan yang diucapkan dengan saluran suara yang
ditutup secara sesaat, yang lainnya diucapkan dengan penutupan saluran suara pada titik-titik
tertentu.

c.       Cara artikulasi


Kesulitan pada Artikulasi atau pengucapan, biasanya dapat dibagi menjadi: substitution
(penggantian), misalnya: rumah menjadi lumah, l/t; orrission (penghilangan), misalnya: sapu
menjadi apic, distortion (pengucapan untuk konsonan terdistorsi); indistinct (tidak jelas); dan
addition (penambahan).
      Pada kasus ini, seseorang yang mengalami kesulitan artikulasi sehingga dikatakan melakukan
kesalahan dalam berbahasa, biasanya diberi sebutan “celat”.

b.      Analisis Kesalahan Berbahasa dari Segi Morfologi


Kesalahan berbahasa dari segi morfologi adalah kesalahan berbahasa yang terletak pada
ketidaktepatan pada bentuk-bentuk kata.
Pada analisis ini ada beberapa segi kesalahan dan memerlukan ralat/pembenaran,
diantaranya :
a.       Kesalahan Pada Diksi (pemilihan kata)
Sebuah kata mengemban peran yang penting dalam sebuah kalimat/tuturan karena 
arti atau makna sebuah kalimat dapat dibangun dengan pemilihan kata yang tepat. Apabila
terjadi kesalahan pemilihan kata  maka akan terjadi pergeseran  arti/ makna kalimat, tidak
sebagaimana diinginkan oleh penulisnya.  Bagi pembaca, kesalahan tersebut akan
menimbulkan kesalahpaham atas arti/makna yang dimaksudkan penulis.
Kesalahan yang lakukan pada pemilihan kata meliputi (1) penggunaan kata yang
benar-benar tidak tepat  untuk suatu konteks kalimat tertentu (2) penggunaan kata yang tidak
lazim dalam konteks masyrakat Indonesia (3) pengunaan sinonim kata yang tidak tidak
benar-benar tepat sebagaimana dituntut konteks kalimat tertentu (4) kerancuan dalam
penggunaan kata-kata yang mirip, seperti penggunaan ada dan adalah , mudah dan murah,
dsb. (5) penggunaan kata-kata yang merupakan hasil terjemahan secara harafiah dan (6)
kesalahan penggunaan kata  terjemahan  yang bersinonim, seperti kata to leave yang
terjemahan bahasa Indonesianya meninggalkan  dan berangkat. Pasangan kata seperti inilah
yang sering dikacaukan dalam penggunaannya.
Beberapa kata yang  kesalahan pemakaiannya cukup sering adalah kata ada   yang
dikacaukan dengan kata  adalah; penggunaan pronomina kita  dengan  kami (yang dalam
bahasa Inggris ‘us’); kata  berangkat dengan kata meninggalkan; kata cara dengan kata
secara;  kata tidak  dengan kata  bukan; kata ada  dengan kata mempunyi. Beberapa contoh
kesalahan pembelajar dalam memilih kata di paparkan di bawah ini.
Contoh kesalahan pemilihan kata:
a)      Situasi ini pusing untuk anak-anak dan bisa sangat mempengaruhi mereka.
b)      Saya berbicara dengan sopir sambil naik. Dia ada sopir untuk enam tahun.
c)      Adalah banyak penjual dan pembeli dalam pasar.
d)     Kami berangkat SMA 3 kira-kira pada jam sepuluh malam.
e)      Jam empat kami berangkat Hotel Radisson pergi ke Prambanan Temple.
f)       Setelah itu bis mengambilkan kami ke tempat yang ramai.
g)      Di Inggris masalah-masalah dengan disiplin sedang lebih jelek, misalnya kemangkiran dari
sekolah, kedatangan yang terlambat dan kekerasan.
h)      Menurut tradisi, orang Batak adalah petani nasi tetapi pada waktu sekarang ekonomi Batak
sangat beruntung pada karet dan kopi. A

Alternatif pembenarannya:
a)      Situasi ini membingungkan anak-anak dan  sangat mempengaruhi mereka.
b)      Saya berbicara dengan sopir ketika sudah di dalam taksi. Dia sudah menjadi sopir selama
enam tahun.
c)      Ada banyak penjual dan pembeli di dalam pasar itu.
d)     Kami meningglkan SMA 3 kira-kira pada jam sepuluh malam.
e)      Pada jam empat, kami berangkat dari  Hotel Radisson dan  pergi ke Candi Prambanan.
f)       Setelah itu, sopir bis mengantar kami ke tempat yang ramai.
g)      Di Inggris, masalah disiplin  lebih jelek, misalnya ketidakhadiran ke sekolah,  keterlambatan
masuk sekolah  dan  kekerasan.
h)      Menurut tradisi, orang Batak adalah petani padi, tetapi  sekarang ekonomi masyarakat Batak
lebih baik dengan perkebunan karet dan kopi. 

b.      Kesalahan Penggunaan Afiks


Kesalahan penggunaan afiks me-, yang dapat dikacaukan dengan penggunaan afiks
di- . Hal ini juga berkaitan dengan bentuk aktif dan pasif yang akan diuraikan tersendiri.
Kesalahan lain yang intensitasnya juga cukup sering dilakukan adalah penggunaan afiks me-
yang dikacaukan pemakaiannya dengan afiks ber-. Afiks me- yang dikacaukan dengan
penggunaan verba bentuk dasar dan verba bentuk dasar + -i. Kesalahan lain yang intensitas
terjadinya relatif sering adalah penggunaan afiks me- yang dikacaukan dengan afiks me-....-
kan, afiks me-....-kan yang dikacaukan penggunaannya dengan afiks ber-, dan penggunaan
verba bentuk dasar yang dikacaukan pemakaiannya dengan afiks ber-.
Contoh kesalahan-kesalahan penggunaan afiks:
a)      Saya nikmat perjalan di Indonesia.
b)      Kalau orang tua perceraian, anaknya sering tinggal dengan ibunya.
c)      Ketika saya membaca tentang perkelahian pelajar, saya mengherankan.
d)     Kain batik paling terkenal di Australia dan sekarang saya tahu bagaimana batik membuat
menggunakan dua cara, batik cap dan batik tulis tangan.
e)      Di Inggris guru-guru harus beruniversitas untuk tiga tahun kemudian mereka harus pergi ke
mengajar TCC (teacher training college) untuk satu tahun.
f)       Lebih dari itu, Soeharto memperlihatkan menarik di Agama Islam.
g)      Untuk menulis presentasi ini, saya dibicara dengan tiga orang.
h)      Mungkin mayoritas orang Indonesia merasa kecemburuan kepada orang asing.
i)        Dia menyuruh Kunto menyanyakan polisi.
j)        Dalam karangan ini saya akan membicara tentang perbedaan keluarga di Yogyakarta atau
Jaaawa dan di Inggris.
Alternatif pembenarannya:
a)      Saya menikmati perjalanan  di Indonesia.
b)Kalau orang tua bercerai, anak-anaknya sering tinggal bersama ibunya.
c)      Ketika saya membaca berita tentang perkelahian pelajar, saya heran.
d)     Kain batik paling terkenal di Australia dan sekarang saya mengetahui cara membuat  batik
yang menghasilkan dua jenis batik,  batik cap dan batik tulis tangan.
e)      Di Inggris, guru-guru harus belajar di universitas selama tiga tahun kemudian mereka harus
belajar di  TCC (Teacher Training College) selama satu tahun.
f)       Lebih dari itu, Soeharto memperlihatkan ketertarikannya pada Agama Islam.
g)Untuk menulis presentasi ini, saya berbicara dengan tiga orang.
h)Mayoritas orang Indonesia merasa cemburu kepada orang asing.
i)        Dia menyuruh Kunto bertanya kepada polisi.
j)        Dalam karangan ini, saya akan membicarakan perbedaan keluarga di Yogyakarta atau Jawa
dengan keluarga di Inggris

c.       Kesalahan Urutan Kata


Urutan kata dimaksudkan sebagai susunan kata untuk membentuk tataran yang lebih
tinggi. Dalam bahasa Indonesia, pada umumnya, sesuatu yang diterangkan berada di depan
yang menerangkan. Namun demikian, sering terjadi kesalahan dalam urutan ini. Dari hasil
analisis data penelitian ini, ada 74 kesalahan dalam hal urutan kata. Para pembelajar
melakukan pembalikan atas urutan kata sebagaimana terlihat dalam beberapa contoh di
bawah ini.
Contoh kesalahan dalam urutan kata:
(1)    Hari ini, menarik hari.
(2)    Keluarga adalah sosial  kesatuan yang paling penting bagi orang Batak Toba.
(3)    Bernama ini ‘Ngelangkahi’.
(4)      Kadang-kadang orang yang datang baru menjadi terkejut, mereka harap memenuhi mimpi
mereka.
(5)      Jamu saset belum komplit harus dicampur dengan lain bahan-bahan seperti beras kencur,
anggur merah, madu, dll.
(6)      Pada tanggal 16 September setulisan di halaman sembilan memberi kesan bahwa musik
pendidikan memerlukan sebagai dasar baik sekali untuk humaniora.
(7)    Bentuk kedua di polusi datang dari industri.
(8)      Mayoritas orang-orang saya dengan berbicara adalah sopir taksi dan juga tetangga saya di
desa saya.
(9)      Terbang itu dipasang oleh British Aerospace pegawai dari onderdil dari Indonesia.
(10)    Dia diajarkan SMA curikulum yang sama-sama di semua sekolah.

Alternatif pembenarannya:
(1)    Hari ini adalah hari yang menarik.
(2)    Keluarga adalah  kesatuan sosial  yang paling penting bagi orang Batak Toba.
(3)    Ini bernama ‘Ngelangkahi’.
(4)      Kadang-kadang, orang yang baru datang menjadi terkejut karena mereka berharap mimpi
mereka terpenuhi.
(5)      Jamu saset yang belum komplit harus dicampur dengan bahan-bahan lain seperti beras
kencur, anggur merah, madu, dll.
(6)      Pada tanggal 16 September, sebuah tulisan di halaman sembilan memberi kesan bahwa
pendidikan musik  diperlukan sebagai dasar yang  baik untuk pendidikan humaniora.
(7)    Kedua bentuk polusi ini berasal dari industri.
(8)      Mayoritas orang-orang yang berbicara dengan saya adalah sopir taksi dan juga tetangga saya
di desa.
(9)      Pesawat terbang itu dirakit oleh pegawai British Aerospace dengan onderdil dari Indonesia.
(10)    Dia mengajar sesuai dengan Kurikulum SMA yang sama di setiap sekolah.

Tarigan dan Sulistyaningsih (1979) dan Semi (1990) mengemukakan bahwa kesalahan


berbahasa dalam bidang sintaksis meliputi: kesalahan frasa, kesalahan klausa, dan kesalahan
kalimat. Adapun rincian kesalahan setiap aspek tersebut antara lain sebagai berikut.

1. Kesalahan bidang frasa

Kesalahan berbahasa yang biasa terjadi dalam bidang sintaksis, khususnya segi frasa, antara
lain sebagai berikut.

(1) Pengunaan kata depan tidak tepat: di masa itu

Beberapa frasa preposisional yang tidak tepat karena mengunakan kata depan yang tidak
sesuai. Hal ini pengaruh dari bahasa sastra atau bahasa media masa, misalnya sebagai berikut.
Di masa itu pada masa itu

Di waktu itu pada waktu itu

Di malam ini padamalam ini

Di hari itu pada hari itu

(2) Penyusunan frasa yang salah struktur

Sejumlah frasa kerja yang salah karena strukturnya yang tidak tepat karena kata keterangan
atau modalitas terdapat sesudah kata kerja.

Misalnya:
Belajar sudah Sudah belajar

Minum belum Belum minum

Makan sudah Sudah makan

(3) Penambahan yang dalam frasa benda (B+S)

Frasa benda yang berstruktur kata benda + kata sifat tidak diantarai kata penghubung yang.

(4) Penambahan kata dari atau tentang dalam Frasa Benda (B+B)

Frasa benda yang berstruktur Kata benda + kata benda tidak diantarai kata penghubung yang
atau dari, karena tanpa kata dari sudah menunjukkan asal.

(5) Penambahan kata kepunyaan dalam Frasa Benda (B+Pr)

Frasa benda yang berstruktur kata benda + kata pronomina tidak diantarai kata penghubung
milik atau kepunyaan, karena tanpa kata itu sudah menunjukkan kepunyan posesif,

(6) Penambahana kata untuk dalam frasa Kerja (K pasif + K lain)

Frasa kerja yang berstruktur kata kerja pasif + kata kerja aktif tidak diantarai kata seperti
untuk supaya makna yang ditunjuk tanpak jelas,

(7) Penghilangan kata yang dalam Frasa Benda (Benda+yang+K pasif)

Frasa benda yang berstruktur kata benda + kata kerja pasif memerlukan kata yang untuk
memperjelas makna frase tersebut.

(8) Penghilangan kata oleh dalam Frasa Kerja Pasif (K pasif+oleh+B)

Frasa yang berstruktur dimulai dari kata kerja fasif + kata benda seharusnya tidak dihilangkan
kata oleh atau perlu ada kata oleh  diantaranya untuk memperjelas makna pasif frase tersebut.

(9) Penghilangan kata yang dalam frasa Sifat (yang +paling +sifat)

Dialah paling pintar di kampung ini . Kalimat tersebut kurang tegas makna yang dimaksud
karena tidak menggunakan kata penghubung yang sesudah kata Dialah. Oleh karena itu,
kalimat tersebut seharusnya menjadi Dialah yang paling pintar di kampung ini.

semantik adalah bahagian dari tatabahasa yang meneliti makna dalam bahasa tertentu, mencari asal
mula dan perkembangan arti suatu kata.” Dengan kata lain, semantik adalah salah satu cabang ilmu
bahasa yang menyelidiki seluk beluk makna suatu kata dan perkembangan maknanya secara
berkesinambungan .

Sehubungan dengan analisis kesalahan berbahasa yang berkaitan dengan bidang semantik,


Badudu (1982) Tarigan dan Sulistyaningsih (1979) mengemukakan kesalahan berbahasa
yang mungkin terjadi di bidang semantik, adalah seperti berikut.

(1) Adanya penerapan gejala hiperkoret

Gejala hiperkoret adalah suatu bentuk yang sudah betul lalu dibetul-betulkan ahli akhirnya
menjadi salah.

Misalnya:

(a) /sy/ diganti dengan /s/ atau sebaliknya

Syarat dijadikan sarat ’ atau sebaliknya, padahal kedua kata itu masing-masing mempunyai
arti yang berbeda. Syarat ‘ketentuan/aturan’ sarat ‘penuh’. Contoh dalam kalimat:

– Kita harus mengikuti syarat itu.

– Perahu itu sarat muatan.

Syah dijadikan sah atau sebaliknya, padahal kedua kata tersebut masing-masing mempunyai
makna yang berbeda. Syah ‘raja’ sedangkan sah ’sesuai dengan aturan’. Jadi, tak dapat
dipertukarkan penggunaannya, contoh:

– Tahun depan akan dinobatkan sebagai Syah Iran.

– Belum sah sebagai mahasiswa S1.

(b) /E/ diganti /e/

Kata dekan diganti menjadi dEkan, padahal kedua kata itu berbeda maknanya, dEkan
‘pimpinan fakultas’, sedang dekan ‘ulat’.

– Adikku menjadi dEkan FIP UNM.

– Pepaya itu banyak dekannya.

(2) Gejala pleonasme

Yang dimaksudkan gejalan pleonasme adalah suatu penggunaan unsur-unsur bahasa secara


berlebihan, misalnya

– Lukisanmu sangat indah sekali.

Seharusnya:

Lukisanmu sangat indah atau indah sekali.


– Dia bekerja demi untuk keluarganya.

Seharusnya

Dia bekerja demi keluarganya, atau untuk keluarganya.

Anda telah mempelajari dengan sungguh-sungguh materi subunit 2 ini dengan seksama,


bukan? Anda memang pebelajar yang tekun dan cermat!

Kalau sudah, untuk lebih memantapkan pemahaman Anda terhadap materi subunit 2 ini
silakan kerjakan latihan analisis sintaksis dan semantik berikut.

1. Dalam bidang sintaksis ada tiga macam kesalahan berbahasa yang biasa terjadi,
yakni kesalahan frasa, klausa, dan kalimat. Jelaskan ketiga hal tersebut dan berikan
contoh ketiga macam kesalahan tersebut!

2. Analisislah kesalahan kalimat berikut.

– Ini hari pemerintah sedang melaksanakan kampanye antinarkoba.

– Meskipun banjir besar, namun Dedy tetap pergi.

– Ibunya sealu anaknya yang sedang menuntut ilmu di Jawa.

– Dalam masyarakat Bugis mengenal budaya mappadendang.

– Susy pergi ke rumahnya Andika kemarin.

– Paman sedang mencangkul rumput di halaman rumah.

– Mereka ke Malang dengan kereta api tadi pagi.

– Kamus dibeli oleh dia di pasar kemarin.

– Sisawa selalu menghargai akan gurunya yang bijaksana.

– Dia dinasihati kakak iparnya di rumah nenek kemarin.

3. Kesalahan berbahasa dalam bidang semantik antara lain berkaitan dengan gejala


hiperkoret dan ploenasme. Jelaskan keduakedua hal tersebut disertai

contoh!

4. Analisislah kesalahan aspek semantik kalimat berikut:

– Sepeda motormu amat bagus sekali.

– Ahmad turun ke bawah lantai tadi pagi.

– Bayak petani semang rugi karena terkena wabah dEkan ganas.


– Diana pergi membeli kain kapan buat pamannya.

– Belajar tiap hari agar supaya semakin pintar.

Rambu-rambu pengerjaan latihan.

1. Sebelum mengerjakan latihan pertama, baca secara cermat uraian yang berkaitan


dengan pengertian frasa, klausa, dan kalimat serta contohnya masing-masing.

2. Agar pekerjaan Anda bisa benar dalam mengerjakan latihan bagian ketiga,


perhatikan hakikat frasa, klausa dan kalimat serta jenisnya dan contohnya masing-
masing.

3. Kalau Anda akan mengerjakan latihan bagian ketiga terlebih dahulu membaca


secara cermat uraian yang berkaitan dengan pengertian gejala hiperkoret dan
pleonsame serta contohnya masing-masing.

4. Sebelum Anda mengerjakan latihan bagian keempat, cermati sungguhsungguh lebih


dahulu pengertian gejala hiperkoret dan pleonasme dan contohnya masing-masing.

Rangkuman

Mengnalisis kesalahan berbahasa dalam bidang sintaksis dan semantik merupakan bagian


integral dari analisis kesalahan berbahasa secara terpadu di bidang kebahasaan. Kesalahan
yang relatif sering terjadi dalam bidang sintaksis adalah sebagai berikut.

(a) Dalam segi frasa, seperti: penggunaan kata depan tidak tepat, penyusunan yang salah,
penambahan yang dalam frasa Benda (B+S), penambahan kata dari atau tentang dalam Frasa
Benda (B+B), penghilangan kata yang dalam Frasa Benda (B + yang + K pasif.

(b) Dalam segi klausa, seperti: penambahan kata depan di antara kata kerja

dan objeknya dalam klausa aktif, pemisahan pelaku dan kata kerja dalam klausa pasif,
penghilangan kata oleh dalam klausa pasif, penghilangan kata kerja dalam klausa intranstif.

(c) Dari segi kalimat, seperti: kalimat yang tidak bersubjek karena terdapat preposisi di awal,
penggunan kata penghubung pada kalimat majemuk, penggunaan kata penghubung
berpasangan secara tidak tepat, penyusunan kalimat yang terpengaruh pada struktur bahasa
daerah.

Adapun kesalahan dalam bidang semantik disebabkan pertama adanya adanya penerapan


gejala hiperkoret dalam penyusunan kalimat seperti penggantian /E/ menjadi /e/, penggantian
fonem /sy/ menjadi /s/, kedua adanya penerapan gejala pleonasme dalam penyusunan kalimat
tertentu.

perbedaan kata mejemuk dan frase, berilah contoh katanya


Frasa adalah gabungan dua kata atau lebih yang bersifat nonpredikatif atau lazim juga disebut
gabungan kata yang mengisi salah satu fungsi sintaksis di dalam kalimat. Contoh: Nenek
saya, baru datang, di pasar, dan sedang membaca.

Kata majemuk atau kompositum adalah gabungan morfem dasar yang seluruhnya berstatus
sebagai kata yang mempunyai pola fonologis, gramatikal, dan semantis yang khusus menurut
kaidah bahasa yang bersangkutan (KBBI). Kata majemuk juga memiliki pengertian gabungan
dua kata atau lebih yang memiliki struktur tetap, tidak dapat disisipi kata lain atau dipisahkan
strukturnya karena akan memengaruhi arti secara keseluruhan. Contoh: rumah makan, rumah
sakit, kereta api, dan air mata.

Anda mungkin juga menyukai