Anda di halaman 1dari 5

NAMA : HERLINA

NPM : 3062056250

KELAS : 12

RANGKUMAN KESALAHAN BERBAHASA


a. Kesalahan fonologi
(Wijana, 2011: 14). Wijana menjelaskan bahwa fonologi memiliki dua bidang pengkajian
yaitu fonetik dan fonemik. Fonetik merupakan salah satu cabang ilmu bunyi yang
mempelajari sifat-sifat fisik sebuah bunyi bahasa. Sedangkan fonemik merupakan
cabang ilmu bunyi yang mempelajari bunyi bahasa dalam kapasitasnya sebagai penanda
pembeda makna. Berdasarkan pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa kesalahan
pada tataran fonologi meliputi kesalahan dalam penggunaan bunyi bahasa. Misalnya
kata kuping ditulis dengan kata kupimg hal tersebut merupakan kesalahan dalam kajian
fonologi karena yang seharusnya fonem [n], tetapi ditulis dengan fonem [m] sehingga
makna dari kata tersebut menjadi berbeda.

menurut Markhamah (2010, 76-77) yaitu kesalahan yang berhubungan dengan pelafalan dan
penulisan bunyi bahasa. Dalam menulis cerpen, masih banyak ditemukan kesalahan-kesalahan
berbahasa terutama di bidang fonologi, disebabkan pahaman siswa mengenai ejaan yang baik
dan benar. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk mengurangi dan mengatasi kesalahan
tersebut adalah dengan mengadakan analisis kesalahan berbahasa bidang fonologi pada cerpen
berdasarkan peristiwa yang dialami oleh siswa. Penelitian terhadap kesalahan berbahasa
bidang fonologi sangat menarik untuk dilakukan karena belum ada yang membahasnya secara
khusus. Selain itu, dari cerpen yang ditulis siswa berdasarkan peristiwa yang dialami dapat
ditemukan wujud dan besar persentase kesalahan berbahasa terutama di bidang fonologi.

Contoh kesalahan fonologi

Yaitu pada Kesalahan Penulisan Bunyi Fonem Konsonan Fonem konsonan pada bahasa Jawa pada
hakekatnya berjumlah 23 fonem. Menurut artikulasinya, 23 fonem tersebut dapat dikelompokkan
menjadi 10 jenis. Kesepeluh jenis itu ialah (1) bilabial /p,b,m/ (2) labiodental /f,w/ (3) apiko-dental /t,d/
(4)apiko-alveolar /n,l,r/ (5) apiko-palatal /t,d/ (6) lamino-alveolar /s,z/ (7) medoi-palatal /c,j,n,y/ (8)
dorso-velar /k,g,ŋ/ (9) laringal /h/ (10)glotal stop /ˀ/. Masing –masing jenis fonem tersebut memiliki
variasi masing-masing dalam pelafalanya, akibatnya dalam penulisan terkadang sulit dalam
membedakan bentuk fonem tersebut.
B . kesalahan morfologi

Marsono (2011:10) yang

menyatakan bahwa bahasa berfungsi sebagai alat yang menyampaikan pesan

kepada pendengar atau pembaca.

Depdiknas (2008:116) menyatakan bahwa

bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang digunakan oleh anggota

suatu masyarakat untuk bekerja sama, berinteraksi, dan mengidentifikasikan diri.

Sebagai sebuah sistem yang berfungsi untuk menyampaikan pesan, maka bahasa

terbentuk oleh aturan, kaidah, baik dalam tata bunyi, tata bentuk, maupun tata

kalimat. Kaidah dalam bahasa berfungsi agar hal yang akan disampaikan kepada

orang lain dapat dipahami secara efektif.

Selain sebagai pengantar pesan, bahasa juga dapat menjadi identitas suatu

suku, bangsa, dan negara. Penggunaan bahasa yang baik dan santun akan

mencerminkan budi pekerti setiap penuturnya.

Chaer (2008:3) menyatakan “Di dalam kajian linguistik, morfologi berarti „ilmu mengenai
bentuk-bentuk dan pembentukan kata‟”. Sementara Badudu

dalam Slamet (2014:6) menyatakan morfologi adalah salah catu cabang ilmu bahasa yang
mengulas tentang proses sebuah morfem dibentuk menjadi kata. Jadi,

kesalahan berbahasa dalam tataran morfologi merupakan kesalahan yang


dilakukan dalam pembentukan kata.

Menurut Setyawati (2010:2) jika dilihat dari cara pemakaiannya, pada

ragam tulis penggunaan unsur-unsur bahasanya cenderung lebih tidak lengkap

apabila dibandingkan ragam lisan. Oleh karena itu, agar pesan yang ingin

disampaikan melalui tulisan dapat diterima dengan jelas oleh pembaca unsurunsur bahasa yang
digunakan harus lebih lengkap.

menurut Definisi Tradisional dalam Putri (2009:1) kata depan yaitu kata yang merangkaikan kata
kata atau bagian-bagian kalimat. a.       Di, ke, dari: ketiga macam kata depan ini dipergunakan

untuk merangkaikan kata-kata yang menyatakan tempat atau sesuatu yang dianggap tempat.

Contoh Tradisional dalam putri

b.      Pada: bagi kata-kata yang menyatakan orang,nama orang atau binatang, nama waktu atau kiasan

yang dipergunakan kata pada untuk menggantikan di, atau kata-kata depan lain yang

digabungkan dengan pada, seperti daripada, kepada.

c.       Selain daripada itu terdapat kata depan lain, seperti, dimana, disini, disitu, akan, oleh, dalam,

atas, demi, guna, untuk, buat, berkat, teerhadap, antara, tentang, hingga  dan lain-lain. Di

samping itu ada juga beberapa kata kerja yang dipakai pula sebagai kata depan, yaitu: menurut,

menghadap, mendapatkan, melalui, menuju, menjelang, sampai.

Kemudian menurut C.A. Mees dalam Putri (2009:2) kata depan pada umumnya dipergunakan

untuk menguraikan perhubungan kata-kata. Berdasarkan Pedoman Umum Ejaan Bahasa

Indonesia yang Disempurnakan (2009:18) kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata

yang mengikutinya kecuali di dalam gabungan kata yang sudah lazim dianggap sebagai satu kata

seperti kepada dan daripada. Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka peneliti


menyimpulkan bahwa kata depan adalah kata yang ditulis terpisah dengan kata yang

mengikutinya, yang menunjukkan tempat, orang, dan asal.

Menurut Tardjan Hadidjaja dalam Putri (2003:1) kata depan adalah kata-kata yang selalu berada di depan

kata benda atau kata ganti, sedangkan hubungannya dengan kata benda atau kata ganti yang

mengikutinya itu lebih erat daripada hubungan dengan kata yang di depannya, bahkan   sering juga di

depannya itu tidak ada sepatah kata pun.

Contoh menurut Tardjan dalam putri

1)      Kata depan pengantar tempat, seperti: ke, di, dari.

2)      Kata depan pengantar pihak yang akan menerima bagian, seperti: untuk, buat, bagi.

3)      Kata depan pengantar alat, kawan, atau lawan, ialah kata dengan.

4)      Kata maksud dan tujuan, seperti: akan, untuk, guna.

5)      Kata depan pengantar pelaku pekerjaan, ialah: oleh.

6)      Kata depan pengantar waktu atau temapt, seperti: hingga, hampir, sampai.

7)      Kata depan pengantar sebab, seperti: atas, demi, sebab.

Menurut Darmawati, dkk, (2011:10) kata depan adalah kata yang digunakan untuk menunjukkan tempat,

orang, asal (daerah, kota, atau negara).

Contoh menurut Darmawati, ddk

1)      di. Contoh: Ayah membaca koran di teras.

2)      ke. Contoh: Ibu berbelanja ke pasar tradisional.

3)      Dari. Kata depan dari  menyatakan arah dan tempat yang telah diketahui sebelumnya. Contoh:

Ia datang dari Surabaya kemarin.


4)      Untuk dan bagi. Contoh: kue ini aku sisakan untuk kedua orang itu, bagiku semua harta ini tidak

ada artinya.

5)      Kepada. Contoh: berikan kue ini kepada bocah kecil itu.

Anda mungkin juga menyukai