NPM : 3062056250
KELAS : 12
menurut Markhamah (2010, 76-77) yaitu kesalahan yang berhubungan dengan pelafalan dan
penulisan bunyi bahasa. Dalam menulis cerpen, masih banyak ditemukan kesalahan-kesalahan
berbahasa terutama di bidang fonologi, disebabkan pahaman siswa mengenai ejaan yang baik
dan benar. Salah satu cara yang dapat digunakan untuk mengurangi dan mengatasi kesalahan
tersebut adalah dengan mengadakan analisis kesalahan berbahasa bidang fonologi pada cerpen
berdasarkan peristiwa yang dialami oleh siswa. Penelitian terhadap kesalahan berbahasa
bidang fonologi sangat menarik untuk dilakukan karena belum ada yang membahasnya secara
khusus. Selain itu, dari cerpen yang ditulis siswa berdasarkan peristiwa yang dialami dapat
ditemukan wujud dan besar persentase kesalahan berbahasa terutama di bidang fonologi.
Yaitu pada Kesalahan Penulisan Bunyi Fonem Konsonan Fonem konsonan pada bahasa Jawa pada
hakekatnya berjumlah 23 fonem. Menurut artikulasinya, 23 fonem tersebut dapat dikelompokkan
menjadi 10 jenis. Kesepeluh jenis itu ialah (1) bilabial /p,b,m/ (2) labiodental /f,w/ (3) apiko-dental /t,d/
(4)apiko-alveolar /n,l,r/ (5) apiko-palatal /t,d/ (6) lamino-alveolar /s,z/ (7) medoi-palatal /c,j,n,y/ (8)
dorso-velar /k,g,ŋ/ (9) laringal /h/ (10)glotal stop /ˀ/. Masing –masing jenis fonem tersebut memiliki
variasi masing-masing dalam pelafalanya, akibatnya dalam penulisan terkadang sulit dalam
membedakan bentuk fonem tersebut.
B . kesalahan morfologi
bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer, yang digunakan oleh anggota
Sebagai sebuah sistem yang berfungsi untuk menyampaikan pesan, maka bahasa
terbentuk oleh aturan, kaidah, baik dalam tata bunyi, tata bentuk, maupun tata
kalimat. Kaidah dalam bahasa berfungsi agar hal yang akan disampaikan kepada
Selain sebagai pengantar pesan, bahasa juga dapat menjadi identitas suatu
suku, bangsa, dan negara. Penggunaan bahasa yang baik dan santun akan
Chaer (2008:3) menyatakan “Di dalam kajian linguistik, morfologi berarti „ilmu mengenai
bentuk-bentuk dan pembentukan kata‟”. Sementara Badudu
dalam Slamet (2014:6) menyatakan morfologi adalah salah catu cabang ilmu bahasa yang
mengulas tentang proses sebuah morfem dibentuk menjadi kata. Jadi,
apabila dibandingkan ragam lisan. Oleh karena itu, agar pesan yang ingin
disampaikan melalui tulisan dapat diterima dengan jelas oleh pembaca unsurunsur bahasa yang
digunakan harus lebih lengkap.
menurut Definisi Tradisional dalam Putri (2009:1) kata depan yaitu kata yang merangkaikan kata
kata atau bagian-bagian kalimat. a. Di, ke, dari: ketiga macam kata depan ini dipergunakan
untuk merangkaikan kata-kata yang menyatakan tempat atau sesuatu yang dianggap tempat.
b. Pada: bagi kata-kata yang menyatakan orang,nama orang atau binatang, nama waktu atau kiasan
c. Selain daripada itu terdapat kata depan lain, seperti, dimana, disini, disitu, akan, oleh, dalam,
atas, demi, guna, untuk, buat, berkat, teerhadap, antara, tentang, hingga dan lain-lain. Di
samping itu ada juga beberapa kata kerja yang dipakai pula sebagai kata depan, yaitu: menurut,
Kemudian menurut C.A. Mees dalam Putri (2009:2) kata depan pada umumnya dipergunakan
yang mengikutinya kecuali di dalam gabungan kata yang sudah lazim dianggap sebagai satu kata
Menurut Tardjan Hadidjaja dalam Putri (2003:1) kata depan adalah kata-kata yang selalu berada di depan
kata benda atau kata ganti, sedangkan hubungannya dengan kata benda atau kata ganti yang
mengikutinya itu lebih erat daripada hubungan dengan kata yang di depannya, bahkan sering juga di
2) Kata depan pengantar pihak yang akan menerima bagian, seperti: untuk, buat, bagi.
Menurut Darmawati, dkk, (2011:10) kata depan adalah kata yang digunakan untuk menunjukkan tempat,
3) Dari. Kata depan dari menyatakan arah dan tempat yang telah diketahui sebelumnya. Contoh:
ada artinya.