Dosen:
…..????
Penyusun:
Arya Putra Rinanto (1236000200) (Ayah)
Ghefira Nur Fatimah Az Zahra (1236000143) (Psikolog, Narator)
Restina Sandra Puspita (1236000129) (Ibu)
Tria Suparti (1236000169) (Anak)
Zahra Hilwa Alfizya (1236000054) (Teman, Narator)
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI
2023
Seperti biasa, anak pulang ke rumah disambut dengan suasana rumah yang sepi karena kedua orang
tuanya sibuk bekerja. Lalu ibu dan ayah datang pulang kerja tapi mere tetap sibuk dengan gadget
masing masing.
Ayah : kamu sibuk kerja terus, kalau udah sampai rumah itu harusnya yang di perhatiin anak
sama suami. Bukan kerjaan
Ibu : kerjaan aku banyak pah, perusahaan lagi sibuk ngurusin proyek besar
Ayah : kamu kira aku ngak sibuk? Aku sibuk juga tapi aku usahain buat luangin waktu kalau
lagi dirumah
Ibu : gak bisa, aku susah payah bangun karier aku dan harus kamu inget kalau gaji aku lebih
besar dari gaji kamu
Ayah : sombong banget kamu, karena gaji kamu lebih tinggi bukan berarti kamu bisa
seenaknya.
Ayah keluar kamar, tetapi handphonenya tertinggal dikamar. Handphonenya berdering, sang ibu
melihat panggilan masuk. Ibu menggeledah handphone ayah dan segera mencari ayah untuk
meminta penjelasan
Ibu : jujur aja, gak mungkin temen kayak gini, liat ini ada foto kalian mesra
Ayah : Ini semua karena kamu terlalu sibuk sama pekerjaan kamu, anak dan suami gak
pernah kamu perhatiin
Sang ayah mendorong sang ibu sampai jatoh, ayah ingin menampar ibu namun sang anak melerai
dan ayah mendorong sang anak hingga terjatuh. Ayah melempar barang barang. Si anak masuk
kamar dan depresi. Selama berminggu Minggu sang ayah tidak pulang ke rumah, ibu sibuk kerja, dan
anak sudah berminggu Minggu depresi diam di kamar sambil menyilet tangan dan memukul
kepalanya sendiri. Akhirnya temannya menemui si anak untuk meminta dia menceritakan semuanya
Anak : gak ada yang peduli sama aku, semuanya pergi ninggalin aku
Teman : Kamu ikut aku yuk? Aku kenal seseorang yang mungkin punya solusi untuk masalah
kamu.
(Berangkat ke psikolog)
Psikolog : Selamat pagi, selamat datang di layanan konsultasi, ada yang bisa di bantu?
Teman : Selamat pagi juga, perkenalkan ini teman saya, dia sedang mengalami masalah yang
besar, dia sampai mencoba untuk menyakiti dirinya sendiri.
Psikolog : bolehkah saya tahu masalah apa yang sedang kamu alami?
Teman : orang tuanya tidak pernah memperhatikan dia, mereka selalu sibuk dengan
pekerjaannya masing masing. Ibunya selalu egois tidak mau berhenti bekerja sampai ayahnya
memilih untuk berselingkuh.
Anak : Saya rasa tidak ada gunanya saya lahir di dunia ini. Lebih baik saya mati!
Psikolog : tidak baik berpikir seperti itu, coba kamu pikirkan jika kamu memilih cara itu untuk
menyelesaikan permasalahan kamu. Akan ada orang yang tersakiti, contohnya teman kamu.
Ia akan sedih karena dia sangat perduli dan sayang dengan kamu, bahkan ketika kamu berada
dititik terendah sekalipun.
(Teman mengangguk)
Psikolog : Di luar sana banyak orang tidak pernah melihat orang tuanya, mereka bahkan tidak
tahu siapa orang tua mereka sendiri. Walaupun begitu, banyak dari mereka tetap bertahan
melanjutkan kehidupan mereka.
Anak : tapi saya tidak pantas hidup, saya hanya menyusahkan teman saya.
Psikolog: tolong kamu hubungi orang tuanya dan minta mereka datang kesini
Psikolog itu menjelaskan mengenai kondisi mental sang anak. Ayah dan ibunya terkejut karena
selama ini sang anak terlihat baik baik saja.
Psikolog : saran saya, lebih baik kalian berikan perhatian yang anak kalian harapkan. Yang
paling dia butuhkan saat ini adalah perhatian dan kasih sayang dari orang tuanya.
Sang ayah dan ibu meratapi kesalahan mereka, ternyata selama ini yang menjadi korban sebenarnya
adalah anak mereka sendiri. Lalu mereka pun segera pergi menemui sang anak yang masih
mengurung diri di kamarnya. Mereka sangat mereka bersalah karena melihat penampilan sang anak
yang hancur.
Ayah : maafkan ayah nak, ayah berjanji akan meninggalkan orang itu dan hidup bahagia
bersama kamu. Ayah akan mencoba menebus semua kesalahan yang ayah lakukan.
Ibu : Iya nak, Ibu akan lebih memperhatikan kamu dan akan lebih banyak menghabiskan
waktu dengan kamu. Kamu akan jadi prioritas utama kami. Maafkan kami karena menjadikan
kamu korban dari keegoisan kami.
Sang ayah dan sang ibu tersadar jika keegoisan mereka selama ini menjadikan anak mereka sendiri
sebagai korban. Akhirnya mereka hidup bahagia dengan belajar dari kesalahan mereka di masa lalu.