Anda di halaman 1dari 11

KELUARGA DENGAN ANAK REMAJA

KARAKTER
Ayah : Priscylia Sandehang (tegas, pemarah, temperamen) Bpk. Budi
Ibu

: Lisniaty Leong (penyabar, lemah lembut, perhatian)

Anak : Enjen Makamea (merindukan kebebasan, terkekang, mudah tergoda)


Pacar : Susanty Yamba (perayu, tidak pengertian, masa bodoh) Temon
Kakak : Maria Theis (pengertian, sabar, dan perhatian)
Teman : Nolisia Tani (suka menolong dan membantu Enjen)
Perawat: Priska Runtu (memberi askep keluarga dgn anak remaja)
Narator: Feby Bawinti

Narator:
Keluarga merupakan suatu unit terkecil, dimana setiap individu mendapatkan pendidikan awal
dan tempat untuk mencari jati dirinya. Namun, masalah-masalah yang ada dalam dunia dewasa
ini membuat tugas keluarga seringkali terganggu apalagi jika di dalam keluarga memiliki anak
remaja, yang membutuhkan pendekatan khusus sehingga tugas perkembangan remaja untuk
menyeimbangkan kebebasan dengan tanggung jawab serta kebutuhan untuk berotonomi dapat
terwujud dengan baik melalui komunikasi yang terbuka antara anak dan orang tua.
Dalam role play ini, kelompok memunculkan berbagai karakter sehubungan dengan hal itu.
Keluarga cemara, yang terdiri dari ayah yang begitu keras, tegas, dan disiplin; begitu kontras
dengan karakter ibu yang begitu lembut dan pengertian, menerapkan pola asuh pada kedua anak
remaja mereka. Dimana anak sulung, si Enjen yang begitu merindukan kebebasan dalam
pergaulannya, akhirnya bertemu si Temon, lelaki perayu yang menawarkan kebebasan berujung
pada sebuah penyesalan! Namun disinilah peran keluarga dan perawat untuk membangun
kembali keharmonisan dalam keluarga itu dan memberikan askep keluarga yang tepat
sehubungan dengan hal itu.

Setting 1: Bapak dan Ibu duduk di ruang tamu. Si bapak sementara membaca Koran dan ibu
sementara menjahit.
Ibu

: Pa, si Enjen kan sebentar lagi lulus SMA, rencananya dia mau kuliah dimana yah?

Ayah : Aduh, mama. Urusan itu nanti saja dibicarakan, kan masih setahun lagi dia lulus!
Ibu

: Iya, pa. Tapi kan tidak ada salahnya kita membicarakan masa depan anak-anak.

Ayah : Ma, bisa diam apa tidak? Papa sudah capek mendengar ocehan mama.

(Tiba-tiba Enjen masuk)


Enjen : Mama, papa, Enjen izin keluar yah, bisa tidak?
Papa

: Mau kemana lagi kamu?

Enjen : Aku mau buat tugas, pa.


Papa

: Tugas apa tugas? Dimana? Sama siapa?

Enjen : Ehhhhmmm, tugas sekolah pa, sama temanku nolisia, kami mau buat tugas di kitawaya.
Papa

: Pokoknya, tidak! Tidak ada yang keluar rumah!

Enjen : Tapi, pa!


Ayah : Kamu dengar tidak? Punya telinga tidak? Sekarang tidak ada tapi-tapi! Masuk sana!

Setting 2:Kakak sementara duduk sambil menggambar dan tiba-tiba terkejut karenam Enjen
masuk kamar sambil menangis dan curhat kepada kakaknya.
Enjen : (sambil menangis) Aku bosanaku bosan!
Kakak : Ada apa de?
Enjen

: Kak, aku bosan! Masa aku mau buat tugas saja, dilarang sama papa? Kita hidup
seperti di penjara saja

Kakak

: Sabar, de. Mungkin ini juga demi kebaikanmu juga. Kakak mengerti perasaanmu,
sabar saja de.

(Tiba-tiba ibu masuk)

Enjen

: Ma, kenapa papa seperti itu? Apakah kami mau dipasung???

Ibu

: Sabar, nak. Papamu memang seperti itu, dia tegas itu karena dia sayang pada kalian!

Enjen

: Sayang bagaimana? Aku kan hanya mau buat tugas saja malah dilarang-larang!

Ibu

: Iya, begini saja. Ibu akan izinkan kamu keluar, tapi jam 8 malam kamu sudah harus
ada di rumah ya!

Enjen

: (gembira sambil memeluk ibu) Oh, terima kasih mama! Mama memang is the best!

Narator: (Enjen dan Santy memperagakan adegan bergandengan tangan sambil tersenyum
bahagia dan bercanda)Akhirnya, Enjen bisa keluar. Dan ternyata bukannya membuat
tugas, Enjen jalan-jalan bersama Temon
Waktu terasa berjalan begitu cepat bagi kedua insan yg saling mencintai ini. Bagi
mereka berdua, dunia ini milik mereka! Akhirnya, Enjen menjadi lupa waktu, ia lupa
akan janjinya! Pukul 20.00 telah berlalu selama 2 jam namun ia tetap asyik pacaran!
Baginya, inilah kompensasi dirinya yang terkekang oleh sang ayah! Sementara di
rumah, terjadi kekacauan!

Setting 3: Di ruang tamu, bapak sementara menonton TV dan minum kopi, ibu dan kakak duduk
di samping bapak dengan suasana hati gelisah sambil melirik kanan kiri dan
menggosok-gosokkan telapak tangan
Bapak

: Mama, mana si Enjen? Dari tadi tidak kelihatan juga batang hidungnya!

Ibu

:Eeehhmmm,,, Mungkin dia masih ngambek, pa! Biarkan saja dulu, dia masih di kamar.
(ekspresi seperti menyembunyikan sesuatu)

Bapak

: Ngambek? Sejak kapan ia mulai begitu? Siapa yang mengajarkannya untuk


ngambek??? Echan, benar adikmu ngambek di kamar?

Kakak

: Iiiiya,, pa! (menjawab dengan gugup)

Bapak

: Kenapa caramu menjawab seperti itu!Apakah ada yang kalian sembunyikan?

Ibu

: Tidak ada yag disembunyikan, pa.

Bapak

: Pokoknya, papa tunggu 15 menit! Kl Enjen tidak juga keluar dari kamar dan
menghadap papa maka papa sendiri yang akan pergi ke kamarnya dan mendidiknya
dengan cara khusus.

Ibu

: Iya, pa. Sabar, mama dan Echan akan memanggilnya di kamar.

Narator : (ibu dan kakak berjalan menuju dapur dengan penuh kegelisahan sambil menelpon
Enjen) Akhirnya sang ibu dan kakak bertambah gelisah. Mereka berusaha menelpon
Enjen tapi hp-nya di non-aktifkan! 30 menit berlalu dan tiba-tiba terdengar suara
ayah
Ayah

: Echan, mama! Mana si Enjen?

Kakak

: Eeee.hhhmmm. iiiiiiyya papa. Tunggu sebentar!

Papa

: Arrrggghhh,,, lama sekali! Biar papa sendiri yang menyeret dia di kamar!

Narator: Dengan penuh kemarahan sang ayah pergi ke kamar Enjen. Namun, ia tak mendapati
sang anak di kamar!
Setting 4: (ibu dan Echan sudah duduk di ruang tamu dengan penuh rasa bersalah dan ketakutan,
ayah masuk sambil memandang mereka dengan penuh amarah!

Ayah

: Dari tadi memang saya sudah berpikir bahwa ada yang kalian sembunyikan! Lihat, ini
sudah jam berapa! Anak perempuan macam apa yang masih di jalanan tengah malam
begini! Buat tugas??? Omong kosong!

Ibu

: Sudahlah, pa! Mungkin jalanan macet atau ban mobil angkotnya kempes jadi ia
terlambat pulang. Jangan terlalu keras-lah, pa!

echan

: Iya, pa! Tadi echan telpon katanya td tugasnya banyak yg belum diselesaikan dan juga
waktu mau pulang angkotnya mogok. Jadi dia terlambat pulang!

Ayah

: Aaahhh,,, diam kalian!Dari tadi kan memang saya tak mengizinkannya keluar! Tapi,
berani-beraninya dia berbuat seperti ini! Lebih baik cepat matikan lampu ruang tamu
lalu kalian berdua masuk kamar! Biar saya yang menunggunya disini!

Ibu

: Pa, jangan begitulah!

Ayah

: Tidak, cepat lakukan saja seperti yang papa katakana!

Narator : Akhirnya ibu dan Echan masuk kamar sambil mengintip-intip. Di suasana kegelapan,
sang ayah menunggu dengan penuh kegelisahan. Tiba-tiba Enjen masuk sambil
mengendap-endap, dengan penuh kewaspadaan. Tiba-tiba suara terdengar!

Ayah

: Bagus ya, kamu! Cepat ke sini!

Enjen

: (mendekat ke arah sang ayah dengan penuh ketakutan sambil menunduk, ibu dan
echan keluar dari kamar dan ikut bergabung di ruang tamu)

Ayah

: Eh, cepat jawab! Darimana saja kamu dan siapa yang izinkan kamu keluar?

Enjen

: Aaaaku pergi buat tugas pa!

Ayah

: Tugas apa yang kamu kerjakan sampai jam 12 malam???

Enjen

: Maamaaamaaf papa!

Ayah : Maaf, maaf! Maaf untuk apa? Hey, siapa yang izinkan kamu keluar?
Enjen : hhhmmm
Ayah : Ayo jawab pertanyaan papa!
Ibu
Ayah

: Pa, sudahlah (sambil memegang pundak ayah)


: Arrrggghh (sambil menyingkirkan tangan mama) Cepat jawab atau tangan ini
melayang ke wajahmu!

Enjen : Aaa..ampun papa!


Ayah

: (menampak tapi tiba-tiba mama menahan tangan papa, enjen menutup wajahnya dan
sang kakak merangkul enjen) Dasar kamu anak tak tau adat!

Ibu

: Papa, jangan! Aku yang izinkan dia keluar!

Ayah

: (Menatap ibu dengan pandangan tajam) Ooohh,, kamu! Jadi, sekarang kamu kepla
keluarga ya! Eh, echan-enjen, sekarang kalian ke kamar! Dan kamu enjen, kamu papa
hukum. Kamu tak bisa keluar rumah selama 1 minggu, dan hanya boleh keluar untuk
sekolah. Selama 1 minggu itu kamu akan diantar jemput sama papa atau kakakmu!
Cepat masuk!

Echan : (enjen mengangis sambil menutup wajah dan masuk ke kamar) Iiiiiya, pa.
Ayah

: Ini semua karena kamu, ma! Begitu caramu mendidik anak-anak yah! Kalau sampai
terjadi apa-apa dgn Enjen, kamu yang bertanggung jawab!

Ibu

: Ini semua karena cara mendidikmu yang terlalu keras, arogan, dan menjadikan rumah
bagai neraka bagi mereka!

Ayah

: Oh, jadi kamu menyalahkan saya! Siapa yang memberi izin dia keluar??? Kamu kan!
Saya muak dengan caramu itu! (Sambil membanting meja dan berlalu.

Narator : Malam itu berlalu dengan penuh amarah dan pertengkaran. Keesokan harinya suasana
berlalu dengan penuh ketegangan. Suasana rumah tidak menyenangkan, hubungan anakorang tua da hubungan suami-istri menjadi tidak harmonis. Dan, sudah 3 hari Enjen
diantar jemput oleh kakaknya

Noli

: Enjen, kamu kenapa? Kelihatannya lagi banyak masalah ya? Ada apa? Kamu bisa
ceritakan padaku, mudah-mudahan ada yg bisa ku bantu.

Enjen

: Hhhhmmm, begitulah Noli. Kamu asyik ya! Kamu tidak pernah dilarang oleh orang
tuamu. Mau jalan dengan teman, mau buat tugas, selalu diizinkan!

Noli

: Ah, tidak juga. Kalau memang keperluanku itu beralasan, pasti diizinkan asalkan
bicarakan dengan baik sama orang tuaku.

Enjen

: Iya, tapi orang tuamu pengertian kan. Sedangkan aku? Sepertinya aku dipasung,
hidupku tidak bebas, bagaikan di penjara saja.

Noli

: Mungkin orang tuamu bermaksud baik, saat ini kamu mungkin belum memahami
alasan mereka. Tak ada orang tua yang menginginkan anaknya tersiksa. Kamu yang
sabar saja, coba bicarakan baik-baik dengan mereka.

Enjen

: Yah, nanti saya usahakan, mudah-mudahan hati papa bisa luluh dan mengerti
keadaanku. Terima kasih ya, kamu sudah memberikan masukan kepadaku.

Noli

: Iya, sama-sama. Kamu kan temanku juga, jadi sudah selayaknya kita saling
membantu.

Narator : Hari-hari berjalan terasa begitu berat, terutama bagi Enjen yang menjalani hukuman.
Namun, ia tak kehabisan akal, ia memiliki Temon yang bisa menjadi penghibur duka
laranya. Sampai suatu hari ia menelpon dengan Temon

(adegan saat di telepon, Temon dan Enjen memegang hp)


Temon : Hai, babe! Lagi apa sih?
Enjen

: Hai jg, babe! Aku lagi di kamar. Hufft, sungguh membosankan, aku lagi dihukum sama
papa. Tidak boleh keluar rumah selama seminggu karena minggu lalu kita jalan-jalan
dan pulang larut malam.

Temon : Aah, papamu sepertinya tidak pernah muda saja! Dulu kan mereka lebih parah dari
kita! Dasar ortu gak gaul!
Enjen

: Iya, babe. Lama-lama aku bosan juga, ingin keluar saja dari rumah!

Temon : Iya, babe. Lebih baik, kamu tinggal denganku saja. Aku bisa memberikanmu rasa aman
dan rasa cinta yang tak bisa diberikan oleh orang tuamu. Bagaimana babe? Mau kan?
Enjen

: Iya juga sih, tapi aku takut!

Temon : Takut? Takut apa? Aku kan selalu ada untukmu! Jangan takut, kalau kita sudah
bersama, tak ada orang lain lagi yang bisa mengganggu kita, kamu akan merasakan
surga bersamaku!
Enjen

: Tapi, bagaimana caranya aku keluar dari rumah ini?

Temon : Tenang, serahkan saja semuanya pada pacarmu ini. Sebentar kalau semua orang di
rumahmu sudah tidur, kamu cari jalan keluar dari pintu belakang dan aku akan
memanjat pagar untuk menjemputmu. Bagaimana? Kamu mau kan, babe?
Enjen

: Ok, akan aku coba sayang.

Temon : Iya, sayang. Pasti kita bisa, sampai jumpa sebentar malam yah..

Narator : Akhirnya, pada malam itu, Enjen bisa dikeluar dari rumah dan pergi bersama Temon.
Sementara keesokan harinya, ketika seisi rumah terbangun, maka mereka terkejut
melihat Enjen sudah tak ada
Echan : Ma, pa, Enjen tidak ada di kamar! Dia pergi!
Papa

: (terkejut) Apa? Kemana larinya anak sialan itu? Apa lagi yang dia buat? Apakah dia
mau saya mati karena dia! Cepat cari dia! Papa akan telpon polisi!

Mama : Echan, cepat hubungi teman-teman Enjen yang kamu kenal! Mama akan lapor ke
sekolah

Narator : seminggu berlalu Enjen masih tak bisa ditemukan. Orang tuanya begitu galau,
kakaknya terus berusaha menghubungi teman-temannya namun Enjen belum ditemukan.
Sementara di tempat yang lain, Enjen menikmati kebersamaan dan kebebasannya
bersama sang kekasih
Temon : Babe, kamu benar-benar mencintaiku kan? Apakah kamu bahagia bersamaku.
Enjen

: Pasti, karena itu aku ada disini bersamamu. Bagaimana dengan kamu, sayang?

Temon : Ohhh, rasa cintaku begitu besar padamu. Tp, aku merasa kenapa pacaran kita hanya
begini saja?
Enjen

: Maksudnya apa? Kita kan sudah bersama saat ini.

Temon : Iya, maksudku bagaimana kalau kita melakukan hal yang spektakuler! Kamu pasti
akan merasa bahagia! Kalau kamu benar-benar mencintaiku, buktikanllah sekarang!
Enjen

: Ta..ta..pi.. aku takut!

Temon : Tidak usah takut, kan ada aku. Percayalah padaku

Narator : Akhirnya Enjen taklut pada rayuan Temon. Dan dengan penuh kepolosan dan
kepasrahan, Enjen menyerahkan harta yang sangat berharga bagi setiap wanita, yaitu
keperawanannya. 2 minggu kemudian, Enjen dan Temon tahu bahwa Enjen hamil.
Dan Temon mencampakkan Enjen. Enjen pun pergi dari tempat kos Temon, dia tak tahu
akan pergi kemana, menyusuri jalan dengan penuh kebingungan dan keputusasaan. Dan
di tepi jalan, sang kakak melihat Enjen
Echan : (mengejar dan menarik Enjen) Enjen, kemana saja kamu? Mama dan papa
mengkhawatirkanmu!
Enjen

: (menangis) Maafkan aku, kak!

Echan : Sekarang kamu harus pulang, de!


Enjel

: Ta..ta..tapi aku takut! Papapapa tak akan menerimaku lagi

Echan : Tidak usah takut, kakak yang akan menolongmu!

Narator: Akhirnya, Echan berhasil membawa Enjen Pulang!


Ibu

: (batu dan berlari sambil memeluk Enjen) Nak, darimana saja kamu? Kami
mengkhawatirkanmu! Apa yang terjadi padamu, nak?

Ayah

: Dasar anak durhaka! Sudah puas kamu membuat kami ketakutan? Kamu hampir
membuat ibumu hamil karena ulahmu!?

Enjen

: (berlutut dan memeluk kaki ibu dan ayah) Ampun pa, ampun

Ibu

: Iya nak, kami sudah memaafkanmu!

Ayah

: Tidak, sampai mati kamu tak akan saya maafkan (sambil mendorong Enjen dan Enjen
terjatuhn dan pingsan)

Echan

: Pa, apa yang papa lakukan! Lihat Enjen! Dia sudah menderita karena perlakuan papa
yang selalu kasar!

Ibu

: Pa, sudahlah! Ayo bawa Enjen ke rumah sakit!

j
Narator : Dengan penuh kegelisahan, mereka membawa Enjen ke rumah sakit. Sementara Enjen
di periksa di rumah sakit, kakaknya menelpon teman baik Enjen utk datang ke rumah
sakit. Tak lama kemudian perawat datang dan memberitahu kondisi Enjen.

Nurse : Permisi, dimana keluarga dari Enjen?


Ayah

: Kami keluarganya, ses!

Ibu

: Bagaimana keadaannya, ses?

Nurse : Iya, silahkan duduk kembali. Saya akan memberitahukan keadaan anak anda.
Echan : Iya, ses. Tolong beritahu kami apa yang terjadi pada adik saya.
Nurse

: Bapak-ibu, kondisi anak anda baik-baik saja. Tapi, bisakah saya bertanya tentang anak
bp ibu?

Ibu

: iya, bisa ses.

Ns

: Bagaimana dengan pergaulannya di rumah? Apakah dia punya teman dekat, terutama
pria? Lalu bagaimana perangainya di rumah?

Ayah

: Kalau di rumah, dia jarang keluar. Saya selalu melarangnya! Tapi, ia baru saja pulang
ke rumah karena melarikan diri. Coba tanya saja sama temannya bagaimana di
pergaulannya!

Noli

: Dia anak yang baik. Tapi, dia sempat curhat bahwa ia merasa terkekang di rumah
karena ayahnya, katanya ia ingin diberi otonomi sebagai anak remaja!

Ns

: Ok, saya kira cukup. Tapi, saya mohon keluarga bapak sudah siap mendengar kabar
ini. Tapi pertama, perlu bapak ibu ketahui Bahwa setiap anak terutama anak remaja
membutuhkan rasa nyaman dan cinta yang tulus untuk berkembang, saat ia sudah
beranjak dewasa, ia butuh otonomi untuk tegak berdiri, lebih bertanggung jawab atas
dirinya untuk mempersiapkan masa depannya. Nah, jika hal-hal itu tak seorang anak
temukan dalam keluarganya maka ia akan mencari cinta dan kebebasan di luar, mungkin
bersama pacarnya atau siapa saja yang bisa membuatnya merasa dirinya berarti!
Nah, itulah yang terjadi sekarang! Anak papa merasa terkekang dan ia mencari
kebebasan dan rasa cinta di luar sana. Akibatnya sekarang, anak bapa ibu hamil!

(semua ekspresi terkejut)


Ayah

: Apa??? Tidak mungkin! Bunuh saja anak itu!

Ibu

: Papa, berhentilah menyalahkan dia. Ini salah papa juga yang tak mampu mendidik dia,
mau bicara apa lagi kalau sudah begini?

Ns

: Pak, bukan begitu cara satu-satunya menyelesaikan masalah. Tanpa bapak sadari,
bapak sudah membunuh kepribadian, karakter dan membunuh kebebasan anak anda
sehingga ia mencari cinta yang salah karena bapak belum mampu memberi kasih sayang
untuk dia!

Noli

: Iya om, tolong kasihanilah dia! Dia sudah tertekan, ia sebenarnya hanya ingin otonomi
yang cukup sebagai anak yang mencari jati dirinya!

Echan : (sambil memeluk sang ayah) Pa, tolong sayangi adik pa!
Ayah

: (dengan penuh penyesalan) Iya, ini semua salahku! Ma, maafkan aku! Aku tidak
mampu menjadi ayah yang baik bagi anak-anak kita (sambil memegang tangan mama)

Ibu

: Iya, pa. Sekarang belum terlambat. Ayo, lihat enjen dan berikan dia kasih sayang
selayaknya seorang ayah yang baik.

Ayah

: Ses, terima kasih atas masukan anda. Bisakah saya bertemu Enjen?

Ns

: Iya, pak. Silahkan!

Ayah

: Enjen, maafkan papa. Papa sudah bersikap keras terhadapmu!

Enjen

: Maafkan aku juga, aku sudah mengecewakan papa. Aku sudah menghancurkan masa
depanku!

Ayah

: Tidak apa-apa, nak! Kita akan memulainya dari awal!

Narator : Akhirnya, sang ayah bisa menerima keadaan sang anak dan mereka membangun
kembali keluarga yang harmonis dan penuh cinta.

Anda mungkin juga menyukai