Abstrak: Telah dilakukan penelitian mengenai identifikasi senyawa yang memliki aktivitas antibakteri
pada getah pelepah pisang Manggala dengan metode bioautografi kontak. Ekstraksi dilakukan dengan
metode maserasi bertingkat dengan pelarut n-heksan (MH), etil asetat (MEa),dan etanol 70% (MEt).
Setiap ekstrak diuji aktivitas antibakteri dengan metode difusi agar sumur. Hasilnya menunujukan bahwa
pada MH dan MEt baik dengan konsentrasi 5%, 10%, 15%,20% tidak terbentuk zona hambat. Sebaliknya,
pada MEa terbentuk zona hambat dengan diameter 0,845cm (5%); 1,35cm (10%); 1,245cm (15%); dan
1,190 (20%). Ekstrak terpilih yaitu MEa dipantau dengan Kromatografi Lapis Tipis menggunakan fase
diam silika gel Gf 254 fase gerak kloroform : etanol (9 : 1). Fraksinasi dilakukan dengan metode
Kromatografi Cair Vakum menghasilkan 11 fraksi. Pemantauan fraksi hasil KCV menggunakan fase
diam silika gel Gf 254 fase gerak kloroform : etanol (9 : 1). Fraksi 2-11 hasil KCV diuji aktivitas
antibakteri dengan metode bioautografi kontak. Hasilnya menunjukan adanya bercak yang menghasilkan
zona hambat pada fraksi 4. Pemantauan KLT pada fraksi 4 dilakukan dengan menggunakan fase diam
silika gel Gf 254 fase gerak toluen : kloroform : metanol (5 : 4 : 1) menghasilkan pemisahan bercak pada
Rf 0,14 ; 0,30 ; 0,50 dan 0,62. Setelah dilakukan kembali pengujian dengan bioautografi kontak,
menunjukan bahwa bercak pada Rf 0,62 menghasilkan zona hambat. Karakterisasi bercak yang dilakukan
dengan penampak bercak FeCl3 dan Folin Ciocalteu menunjukan dugaan bahwa bercak adalah senyawa
fenol.
Kata kunci : Getah, pelepah, pisang Manggala, bioautografi kontak, kromatografi cair vakum, FeCl3,
folin ciocalteu
A. Pendahuluan
Salah satu tanaman yang memiliki potensi untuk meningkatkan kesehatan yaitu
pisang (Musa x paradisiaca L.). Pemanfaatannya tidak hanya sebagai bahan pangan
namun juga dapat digunakan sebagai bahan pengobatan. Tanaman pisang memiliki
banyak kandungan senyawa aktif (metabolit sekunder) yang berperan sebagai senyawa
antimikroba dan agen kemoterapi. Beberapa penelitian mengenai pisang telah
dilakukan, antara lain mengenai ekstrak bonggol pisang yang memiliki kandungan
metabolit sekunder senyawa fenol sepertisaponin dalam jumlah yang banyak, glikosida
dan tanin (Soesanto dan Ruth, 2009). Pelepah pisang diketahui memiliki kandungan
metabolit sekunder saponin dalam jumlah banyak, flavonoid dan tanin (Priosoeryanto
dkk., 2006).
Getah pohon pisang mengandung senyawa saponin, antrakuinon dan kuinon
yang berfungsi sebagai antibakteri dan penghilang rasa sakit. Terdapat pula kandungan
lektin yang berfungsi untuk menstimulasi sel kulit, tanin yang bersifat antiseptik, dan
kalium yang bermanfaat untuk melancarkan air seni, serta saponin yang berkhasiat
untuk mengencerkan dahak. Penelitian yang telah dilakukan menyatakan bahwa ekstrak
batang pisang mengandung beberapa jenis senyawa fitokimia yaitu saponin, tannin,dan
flavonoid (Wijaya, 2010).
Maka rumusan masalah dalam penelitian ini penulis tertarik untuk melakukan
pengujian dan identifikasi senyawa yang memiliki aktivitas antibakteri dari getah
pelepah daun pisang, dan pemanfatan apa yang dapat deberikan setelah pengujian.
dalam hal ini pisang yang digunakan adalah pisang Manggala.
637
638 | Muhanad Ramdan, et al.
B. Landasan Teori
1.1 Pisang (Musa x paradisiaca)
Pisang yang tergolong tanaman buah berupa herba tidak asing lagi bagi sebagian
besar masyarakat. Tumbuhan ini berdasarkan klasifikasi ilmiahnya tergolong dalam
keluarga besar Musaceae, Tanaman pisang termasuk dalam golongan terna monokotil
tahunan berbentuk pohon yang tersusun atas batang semu. Batang semu ini merupakan
tumpukan pelepah daun yang tersusun secara rapat teratur. Percabangan tanaman
bertipe simpodial (Suhardiman, 1997 dan Cronquist, 1981).
Getah batang herba pisang mengandung beberapa jenis senyawa fitokimia yaitu
saponin dengan kandungan yang paling banyak, kemudian flavonoid dan tanin, alkaloid
dan tidak mengandung steroid dan triterpenoid. Polifenol dan flavono merupakan
golongan fenol yang telah diketahui memiliki aktivitas antiseptik (Suhardiman, 1997
dan Cronquist, 1981).
C. Metode Penelitian
Tahap penelitian dimulai dengan pengumpulan getah pelepah pisang Manggala,
penapisan fitokimia terhadap getah pisang, fraksinasi bahan, Pengujian aktivitas
antibakteri, Kromatografi Lapis Tipis (KLT) pada ekstrak terpilih, fraksinasi bahan
dengan metode Kromatografi Cair Vakum (KCV), bioautografi terhadap fraksinat,
pemantauan KLT, identifikasi senyawa.
Penyiapan bahan meliputi determinasi dan pengumpulan getah. Penapisan
fitokimia terhadap getah pisang Manggala meliputi pemeriksaan golongan alkaloid,
flavonoid, saponin, kuinon, polifenolat, tanin, monoterpen dan seskuiterpen serta steroid
dan triterpenoid. Evaluasi parameter non spesifik yang dilakukan yaitu beberapa
penetapan kadar abu total, kadar abu tidak larut air, kadar sari larut air dan kadar sari
larut etanol pada simplisia, sedangkan evaluasi parameter spesifik dilakukan
pemeriksaan secara makroskopik dan mikroskopik.
Proses penelitian dilakukan dengan beberapa tahapan yaitu pengumpulan getah
pelepah pisang Manggala yang dilakukan dengan cara menampung getah yang keluar
dari bagian pelepah pisang yang telah dipotong, kemudian getah di ekstraksi
menggunakan metode maserasi bertingkat terhadap tiga ekstrak yang diperoleh (MH,
MEa, Met) kemudian dilakukan pengujian aktifitas antibakteri menggunakan metode
difusi agar untuk mendapat nilai KHM. Ekstrak dengan nilai KHM paling tinggi
kemudian di pantau menggunakan KLT, dan difraksinasi menggunakan KCV. Terhadap
fraksinat yang diperoleh kemudian dilakukan pengujian bioautografi untuk memantau
aktifitas antibakteri, fraksinat yang terpilih dipantau kembali dengan KLT, setelah
didapat pemisahan yang baik dilakukan kembali uji bioautografi. Dan identifikasi
senyawa melalui penambahan penampak bercak.
bening. Dengan demikian, dapat terlihat bahwa ekstrak etil asetat memiliki aktivitas
antibakteri yang dapat menarik senyawa antibakteri lebih baik dibanding ekstrak etanol.
Pemantauan KLT ekstrak etil asetat dilakukan untuk melihat seberapa komplek
senyawa yang terkandung pada ekstrak etil asetat menggunakan fase diam plat KLT
silika gel GF 254 dengan fase gerak kloroform : etanol (9 : 1). Hasil pemantauan KLT
menunjukkan bahwa ekstrak etil asetat masih memiliki banyak komponen sehingga
diperlukan pemisahan lebih lanjut
Fraksinasi dengan Kromatografi Cair Vakum (KCV) dilakukan untuk
memisahkan komponen dalam ekstrak etil asetat getah pelepah pisang Manggala.
Fraksinasi dengan KCV ini menggunakan fase diam silika gel 60 H dan dielusi secara
gradien menggunakan 11 fase gerak yang meningkat kepolarannya Tabel D.1
Gambar D.1 Kromatogram KLT fraksi etil asetat ke 4 getah pelepah pisang Manggala, fase diam :
silika gel GF 254, fase gerak : Toluen : kloroform : metanol (5 : 4 : 1) a. Secara visual ; b. Penampak
bercak sinar UV 254 nm ; c. Penampak bercak sinar UV 366 nm ; d. Uji bioautografi sebelum inkubasi ;
e. Uji bioautografi setelah inkubasi.
E. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa senyawa
yang memiliki aktivitas antibakteri pada getah pelepah pisang Manggala “ABB”
terdapat pada fraksi etil asetat.
Pemantauan aktivitas antibakteri dilakukan dengan metode bioautografi kontak
menunjukan adanya senyawa yang berpotensi menghasilkan aktivitas antibakteri yaitu
pada Rf 0,62. Setelah dilakukan identifikasi dengan penampak bercak folin ciocalteu
senyawa tersebut diduga sebagai senyawa fenol.
Daftar Pustaka
Akhyar. (2010). Uji Daya Hambat dan Analisis KLT Bioautografi Ekstrak Akar dan
Daun Buah Bakau (Rhizophora stylosa Griff.) terhadap Vibrio
harveyi,[skripsi] Universitas Hasanudin, Makasar.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2000). Parameter Standar Umum Ekstrak
Tumbuhan Obat, Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan, Jakarta.
Dwidjoseputro, D. (1985). Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Gramedia, Jakarta
Farnsworth, N.R., (1996). Biological and Phytochemical Screening of Plants, J. Pharm.
Sci.
Fidrianny, I. Ruslan, K. Diani, R. (2012) antioxidant capacities of various exstracts
from purple sweet potatoes (Ipomoea batatas (L)Lamk.) tubers and isolation of
antioxidant coumpound. [Jurnal] Institut Teknologi Bandung. Bandung.
Harborne. (1987). Metode Fitokimia : Penuntun cara modern menganalisis tumbuhan.
Edisi II. Terjemahan Kosasih Padmawinata dan Iwang Soediro. Penerbit ITB,
Bandung.
Hostettmann. K, Marston, A. (1995). Preparative Chromatography Techniques:
Applications in Natural Product Isolation. University of Lausanne. Switzerland.
Jawetz, E., J.L. Melnick., E.A. Adelberg., G.F. Brooks., J.S. Butel., dan L.N. Ornston.
(1995). Mikrobiologi Kedokteran. Edisi ke-20 (Alih bahasa : Nugroho &
R.F.Maulany). Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Prasetyo, T. (2009). Pola resistensi bakteri dalam darah terhadap kloramfenikol,
trimetroprim/sulfametoksazol, dan tetrasiklin di Laboratorium Mikrobiologi
Klinik Fakultas Ke dokteran Univertsitas Indonesia (LMK FKUI). [skripsi]
Fakultas kedokteran. Jakarta.
Priosoeryanto, B. P., Huminto, H., Wientarsih, I.,S. Estuningsih. (2006). Aktifitas Getah
Batang Pohon Pisang Dalam Proses Persembuhan Luka Dan Efek Kosmetiknya
Pada Hewan. http://repository.ipb.ac.id. 11 desember 2015.
Rostinawati. T (2009) Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Bunga Rosella (Hibiscus
Sabdariffa L) Terhadap Escherichia coli, Salmonella typhi dan Staphylococcus
aureus dengan Metode Difusi Agar, [Skripsi] Fakultas Farmasi Universitas
Padjadjaran, Bandung.
Rukmana, R. (1999). Usaha Tani Pisang. Kanisius. Yogyakarta.
Ryan, K.J., Champoux, J.J, Falkow, S, Plonde, J.J, Drew, W.L, Neidhardt, F.C and Roy,
C.G. (1994). Medical Microbiology An Introduction to Infectious Diseases. 3rd
ed. Connecticut: Appleton&Lange.
Septyaningsih, D, (2010). Isolasi dan Identifikasi Komponen Utama Ekstrak Biji Buah
Merah (Pandanus conoideus Lamk.), [Skripsi] Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
Pelczar,M.J., (1986), Dasar-Dasar Mikrobiologi , Jilid 1 dan 2, : UI Press, Jakarta.
Suhardiman, P. (1997). Budidaya Pisang Cavendish. Penerbit Kansius. Yogyakarta