Anda di halaman 1dari 6

Prosiding Penelitian SPeSIA Unisba 2015 ISSN 2460-6472

Identifikasi Senyawa yang Memiliki Aktivitas Antibakteri pada Getah Pelepah


Pisang Manggala (Musa X Paradisiaca L.) dengan Metode Bioautografi Kontak
1
Muhanad Ramdan A., 2Kiki Mulkiya Y, 3Esti Rachmawati S
1,2,3
Prodi Farmasi, Fakultas MIPA, Unisba, Jl. Tamansari No. 1 Bandung 40116
e-mail: 117algipar@gmail.com, 2qqmulkiya@gmail.com, 3esti_sadiyah@ymail.com

Abstrak: Telah dilakukan penelitian mengenai identifikasi senyawa yang memliki aktivitas antibakteri
pada getah pelepah pisang Manggala dengan metode bioautografi kontak. Ekstraksi dilakukan dengan
metode maserasi bertingkat dengan pelarut n-heksan (MH), etil asetat (MEa),dan etanol 70% (MEt).
Setiap ekstrak diuji aktivitas antibakteri dengan metode difusi agar sumur. Hasilnya menunujukan bahwa
pada MH dan MEt baik dengan konsentrasi 5%, 10%, 15%,20% tidak terbentuk zona hambat. Sebaliknya,
pada MEa terbentuk zona hambat dengan diameter 0,845cm (5%); 1,35cm (10%); 1,245cm (15%); dan
1,190 (20%). Ekstrak terpilih yaitu MEa dipantau dengan Kromatografi Lapis Tipis menggunakan fase
diam silika gel Gf 254 fase gerak kloroform : etanol (9 : 1). Fraksinasi dilakukan dengan metode
Kromatografi Cair Vakum menghasilkan 11 fraksi. Pemantauan fraksi hasil KCV menggunakan fase
diam silika gel Gf 254 fase gerak kloroform : etanol (9 : 1). Fraksi 2-11 hasil KCV diuji aktivitas
antibakteri dengan metode bioautografi kontak. Hasilnya menunjukan adanya bercak yang menghasilkan
zona hambat pada fraksi 4. Pemantauan KLT pada fraksi 4 dilakukan dengan menggunakan fase diam
silika gel Gf 254 fase gerak toluen : kloroform : metanol (5 : 4 : 1) menghasilkan pemisahan bercak pada
Rf 0,14 ; 0,30 ; 0,50 dan 0,62. Setelah dilakukan kembali pengujian dengan bioautografi kontak,
menunjukan bahwa bercak pada Rf 0,62 menghasilkan zona hambat. Karakterisasi bercak yang dilakukan
dengan penampak bercak FeCl3 dan Folin Ciocalteu menunjukan dugaan bahwa bercak adalah senyawa
fenol.

Kata kunci : Getah, pelepah, pisang Manggala, bioautografi kontak, kromatografi cair vakum, FeCl3,
folin ciocalteu

A. Pendahuluan
Salah satu tanaman yang memiliki potensi untuk meningkatkan kesehatan yaitu
pisang (Musa x paradisiaca L.). Pemanfaatannya tidak hanya sebagai bahan pangan
namun juga dapat digunakan sebagai bahan pengobatan. Tanaman pisang memiliki
banyak kandungan senyawa aktif (metabolit sekunder) yang berperan sebagai senyawa
antimikroba dan agen kemoterapi. Beberapa penelitian mengenai pisang telah
dilakukan, antara lain mengenai ekstrak bonggol pisang yang memiliki kandungan
metabolit sekunder senyawa fenol sepertisaponin dalam jumlah yang banyak, glikosida
dan tanin (Soesanto dan Ruth, 2009). Pelepah pisang diketahui memiliki kandungan
metabolit sekunder saponin dalam jumlah banyak, flavonoid dan tanin (Priosoeryanto
dkk., 2006).
Getah pohon pisang mengandung senyawa saponin, antrakuinon dan kuinon
yang berfungsi sebagai antibakteri dan penghilang rasa sakit. Terdapat pula kandungan
lektin yang berfungsi untuk menstimulasi sel kulit, tanin yang bersifat antiseptik, dan
kalium yang bermanfaat untuk melancarkan air seni, serta saponin yang berkhasiat
untuk mengencerkan dahak. Penelitian yang telah dilakukan menyatakan bahwa ekstrak
batang pisang mengandung beberapa jenis senyawa fitokimia yaitu saponin, tannin,dan
flavonoid (Wijaya, 2010).
Maka rumusan masalah dalam penelitian ini penulis tertarik untuk melakukan
pengujian dan identifikasi senyawa yang memiliki aktivitas antibakteri dari getah
pelepah daun pisang, dan pemanfatan apa yang dapat deberikan setelah pengujian.
dalam hal ini pisang yang digunakan adalah pisang Manggala.

637
638 | Muhanad Ramdan, et al.

Tujuan dari penelitian ini mengidentifikasi senyawa yang memiliki aktivitas


antibakteri dari getah pelepah daun pisang Manggala melalui metode isolasi senyawa
yang disertai pemantauan aktivitas antibakteri terhadap bakteri Staphylococcus aureus.
Penelitian ini diharapkan memberikan informasi ilmiah akan kegunaan pohon pisang
sebagai antibakteri berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan.

B. Landasan Teori
1.1 Pisang (Musa x paradisiaca)
Pisang yang tergolong tanaman buah berupa herba tidak asing lagi bagi sebagian
besar masyarakat. Tumbuhan ini berdasarkan klasifikasi ilmiahnya tergolong dalam
keluarga besar Musaceae, Tanaman pisang termasuk dalam golongan terna monokotil
tahunan berbentuk pohon yang tersusun atas batang semu. Batang semu ini merupakan
tumpukan pelepah daun yang tersusun secara rapat teratur. Percabangan tanaman
bertipe simpodial (Suhardiman, 1997 dan Cronquist, 1981).
Getah batang herba pisang mengandung beberapa jenis senyawa fitokimia yaitu
saponin dengan kandungan yang paling banyak, kemudian flavonoid dan tanin, alkaloid
dan tidak mengandung steroid dan triterpenoid. Polifenol dan flavono merupakan
golongan fenol yang telah diketahui memiliki aktivitas antiseptik (Suhardiman, 1997
dan Cronquist, 1981).

1.2 Staphylococcus aureus


Staphylococcus aureus merupakan bakteri Gram positif berbentuk bulat
berdiameter 0,7-1,2 μm, tersusun dalam kelompok-kelompok yang tidak teratur seperti
buah anggur, fakultatif anaerob, tidak membentuk spora, dan tidak bergerak. Bakteri ini
tumbuh pada suhu optimum 37ºC, tetapi membentuk pigmen paling baik pada suhu
kamar. Infeksi oleh Staphylococcus aureus ditandai dengan kerusakan jaringan yang
disertai abses bernanah. Beberapa penyakit infeksi yang disebabkan oleh S. aureus
adalah bisul, jerawat, impetigo, dan infeksi luka. (Jawetz dkk.,1995).

1.3 Bioautografi KLT


Bioautografi adalah suatu metode pendeteksian untuk menemukan suatu
senyawa antimikroba yang belum teridentifikasi dengan cara melokalisir aktivitas
antimikroba tersebut pada suatu kromatogram hasil Kromatografi Lapis Tipis (KLT).
Pada bioautogafi ini didasarkan atas efek biologi berupa antibakteri, antiprotozoa,
antitumor dan lain-lain dari substansi yang diteliti. Bioautografi dapat dibagi atas tiga
kelompok yaitu bioautografi kontak, bioautografi langsung, bioautografi pencelupan.
(Akhyar, 2010).

C. Metode Penelitian
Tahap penelitian dimulai dengan pengumpulan getah pelepah pisang Manggala,
penapisan fitokimia terhadap getah pisang, fraksinasi bahan, Pengujian aktivitas
antibakteri, Kromatografi Lapis Tipis (KLT) pada ekstrak terpilih, fraksinasi bahan
dengan metode Kromatografi Cair Vakum (KCV), bioautografi terhadap fraksinat,
pemantauan KLT, identifikasi senyawa.
Penyiapan bahan meliputi determinasi dan pengumpulan getah. Penapisan
fitokimia terhadap getah pisang Manggala meliputi pemeriksaan golongan alkaloid,
flavonoid, saponin, kuinon, polifenolat, tanin, monoterpen dan seskuiterpen serta steroid
dan triterpenoid. Evaluasi parameter non spesifik yang dilakukan yaitu beberapa

Prosiding Penelitian Sivitas Akademika Unisba (Kesehatan dan Farmasi)


Identifikasi Senyawa yang Memiliki Aktivitas Antibakteri pada Getah Pelepah Pisang Manggala (Musa X ... | 639

penetapan kadar abu total, kadar abu tidak larut air, kadar sari larut air dan kadar sari
larut etanol pada simplisia, sedangkan evaluasi parameter spesifik dilakukan
pemeriksaan secara makroskopik dan mikroskopik.
Proses penelitian dilakukan dengan beberapa tahapan yaitu pengumpulan getah
pelepah pisang Manggala yang dilakukan dengan cara menampung getah yang keluar
dari bagian pelepah pisang yang telah dipotong, kemudian getah di ekstraksi
menggunakan metode maserasi bertingkat terhadap tiga ekstrak yang diperoleh (MH,
MEa, Met) kemudian dilakukan pengujian aktifitas antibakteri menggunakan metode
difusi agar untuk mendapat nilai KHM. Ekstrak dengan nilai KHM paling tinggi
kemudian di pantau menggunakan KLT, dan difraksinasi menggunakan KCV. Terhadap
fraksinat yang diperoleh kemudian dilakukan pengujian bioautografi untuk memantau
aktifitas antibakteri, fraksinat yang terpilih dipantau kembali dengan KLT, setelah
didapat pemisahan yang baik dilakukan kembali uji bioautografi. Dan identifikasi
senyawa melalui penambahan penampak bercak.

D. Hasil Dan Pembahasan


Getah pelepah pisang Manggala yang didapat sebanyak 517 gram merupakan
simplisia yang akan digunakan pada penelitian. Simplisia yang diperoleh kemudian
ekstraksi dengan menggunakan metode maserasi bertingkat dengan tiga pelarut yang
memiliki perbedaan sifat kepolaran yaitu N-Heksan, Etil asetat dan etanol 70%. Hingga
diperoleh ekstrak cair N-Heksan (MH), ekstrak cair etil asetat (MEa), ekstrak cair etanol
70% (Met). Pemekatan ekstrak cair dilakukan menggunakan alat evaporator dengan
mekanisme kerja menekan suhu dengan menggunakan bantuan alat vakum sehingga
titik didih pelarut dapat diturunkan dan penguapan terjadi lebih cepat. Hasil ekstrak
pekat yang diperoleh adalah sebagai berikut : MH sebanyak 0 g (tidak terukur), MEa
sebanyak 1,2030 g dan Met sebanyak 14,16 g. Dilihat dari jumlah randemennya MEt
merupakan ekstrak yang diperoleh paling banyak. Hal ini menunjukan bahwa lebih
banyak senyawa yang tertarik kedalam pelarut etanol dibanding kepada pelarut etil
asetat dan N-Heksan. Hal ini didukung pula dengan data hasil penetapan kadar sari larut
etanol yang menunjukan angka lebih tinggi dibandingkan angka kadar sari larut air.
Pengujian aktivitas antibakteri dilakukan dengan menggunakan metode
Konsentrasi Hambat Minimum (KHM). Dalam metode ini dibuat seri konsentrasi dari
setiap ekstrak sebanyak empat konsentrasi yaitu 5% ; 10% ; 15% ; 20% dibuat dalam 2
mL dengan pengenceran bertingkat.
Pengujian aktivitas antibakteri dilakukan dengan metode difusi agar sumur
menggunakan bakteri Staphylococcus aureus yang mana bakteri ini merupakan flora
normal pada kulit, jika bakteri S. aureus terdapat pada luka maka bisa menjadi bakteri
patogen yang dapat menimbulkan infeksi. S. aureus disuspensikan pada media cair NB
dengan pengukuran transmitan 25% untuk mendapatkan pertumbuhan bakteri yang
maksimal. Sementara itu dibuat media dengan cara melarutkan agar NA dalam
aquadest. Setelah media NA pada cawan petri memadat dibuat lubang sumur
menggunakan perforator sebagai tempat penyimpanan seri konsentrasi yang telah
dibuat. Kemudian cawan petri tersebut diinkubasi pada suhu 370 C, yang ini diketahui
merupakan suhu tumbuh bakteri dan menyerupai suhu tubuh manusia.
Hasil inkubasi kemudian diamati dalam waktu 24 jam. Hasil pengujian aktivitas
antibakteri menunjukkan bahwa ekstrak pada semua konsentrasi ekstrak etil asetat yang
diuji terdapat zona bening dibandingkan ekstrak etanol yang tidak menghasilkan zona

Farmasi Gelombang 2, Tahun Akademik 2014-2015


640 | Muhanad Ramdan, et al.

bening. Dengan demikian, dapat terlihat bahwa ekstrak etil asetat memiliki aktivitas
antibakteri yang dapat menarik senyawa antibakteri lebih baik dibanding ekstrak etanol.
Pemantauan KLT ekstrak etil asetat dilakukan untuk melihat seberapa komplek
senyawa yang terkandung pada ekstrak etil asetat menggunakan fase diam plat KLT
silika gel GF 254 dengan fase gerak kloroform : etanol (9 : 1). Hasil pemantauan KLT
menunjukkan bahwa ekstrak etil asetat masih memiliki banyak komponen sehingga
diperlukan pemisahan lebih lanjut
Fraksinasi dengan Kromatografi Cair Vakum (KCV) dilakukan untuk
memisahkan komponen dalam ekstrak etil asetat getah pelepah pisang Manggala.
Fraksinasi dengan KCV ini menggunakan fase diam silika gel 60 H dan dielusi secara
gradien menggunakan 11 fase gerak yang meningkat kepolarannya Tabel D.1

Tabel D.1 : Pelarut KCV

Pengujian Bioautografi Kontak dilakukan terlebih dahulu terhadap 10 fraksi


hasil KCV yang telah dipantau dengan KLT. Hal ini dimaksudkan untuk melihat fraksi
mana yang memilki aktivitas antibakteri. Hasil pengujian menunjukan bahwa fraksi ke 4
adalah fraksi yang memiliki aktivitas antibakteri.
Kemudian dilakukan kembali pengujian bioautografi pada fraksi terpilih yang
sebelumnya telah dilakukan optimasi eluen untuk mendapatkan pemisahan yang baik,
Pemantauan dilakukan dengan fase diam silika gel GF 254 dan fase gerak Toluen :
Kloroform : Metanol (5 : 4 : 1) yang menghasilkan bercak (1 – 4) dengan Rf 0,14 ; 0,3
; 0,5 ; 0,62. Hasil bioautografi fraksi terpilih dapat dilihat pada Gambar D.1

Prosiding Penelitian Sivitas Akademika Unisba (Kesehatan dan Farmasi)


Identifikasi Senyawa yang Memiliki Aktivitas Antibakteri pada Getah Pelepah Pisang Manggala (Musa X ... | 641

Gambar D.1 Kromatogram KLT fraksi etil asetat ke 4 getah pelepah pisang Manggala, fase diam :
silika gel GF 254, fase gerak : Toluen : kloroform : metanol (5 : 4 : 1) a. Secara visual ; b. Penampak
bercak sinar UV 254 nm ; c. Penampak bercak sinar UV 366 nm ; d. Uji bioautografi sebelum inkubasi ;
e. Uji bioautografi setelah inkubasi.

Dari hasil bioautografi menunjukan bahwa senyawa yang memiliki aktifitas


antibakteri terdapat pada bercak 4 dengan Rf 0,62. Dengan demikian, bercak 4
merupakan target uji yang kemudian diidentifikasi dengan pemberian penampak bercak
pada plat KLT
Berdasarkan hasil identifikasi dengan penampak bercak, dapat dilihat bahwa
pada plat b menggunakan reagen folin ciocalteu menunjukan perubahan yang cukup
jelas dimana yaitu terbentuknya warna kuning yang mendadak jelas pada bercak no 4.
Senyawa yang terdapat pada lingkaran merah (bercak ke 4) merupakan senyawa target
yang diduga memiliki aktivitas antibakteri. Senyawa tersebut memiliki nilai Rf yang
sama dengan bercak yang menunjukan positif terhadap uji bioautografi yaitu dengan
nilai Rf 0,62. Diduga senyawa yang memiliki aktivitas antibakteri pada Rf 0,62 tersebut
adalah senyawa fenol. Senyawa fenol ini berinteraksi dengan sel bakteri melalui proses
adsorbsi yang melibatkan ikatan hidrogen. Pada kadar rendah terbentuk kompleks
protein fenol dengan ikatan yang lemah dan segera mengalami peruraian, diikuti
penetrasi fenol ke dalam sel dan menyebabkan denaturasi protein (Pelczar dan
Chan,1988).

E. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa senyawa
yang memiliki aktivitas antibakteri pada getah pelepah pisang Manggala “ABB”
terdapat pada fraksi etil asetat.
Pemantauan aktivitas antibakteri dilakukan dengan metode bioautografi kontak
menunjukan adanya senyawa yang berpotensi menghasilkan aktivitas antibakteri yaitu
pada Rf 0,62. Setelah dilakukan identifikasi dengan penampak bercak folin ciocalteu
senyawa tersebut diduga sebagai senyawa fenol.

Farmasi Gelombang 2, Tahun Akademik 2014-2015


642 | Muhanad Ramdan, et al.

Daftar Pustaka
Akhyar. (2010). Uji Daya Hambat dan Analisis KLT Bioautografi Ekstrak Akar dan
Daun Buah Bakau (Rhizophora stylosa Griff.) terhadap Vibrio
harveyi,[skripsi] Universitas Hasanudin, Makasar.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2000). Parameter Standar Umum Ekstrak
Tumbuhan Obat, Direktorat Jendral Pengawasan Obat dan Makanan, Jakarta.
Dwidjoseputro, D. (1985). Pengantar Fisiologi Tumbuhan. Gramedia, Jakarta
Farnsworth, N.R., (1996). Biological and Phytochemical Screening of Plants, J. Pharm.
Sci.
Fidrianny, I. Ruslan, K. Diani, R. (2012) antioxidant capacities of various exstracts
from purple sweet potatoes (Ipomoea batatas (L)Lamk.) tubers and isolation of
antioxidant coumpound. [Jurnal] Institut Teknologi Bandung. Bandung.
Harborne. (1987). Metode Fitokimia : Penuntun cara modern menganalisis tumbuhan.
Edisi II. Terjemahan Kosasih Padmawinata dan Iwang Soediro. Penerbit ITB,
Bandung.
Hostettmann. K, Marston, A. (1995). Preparative Chromatography Techniques:
Applications in Natural Product Isolation. University of Lausanne. Switzerland.
Jawetz, E., J.L. Melnick., E.A. Adelberg., G.F. Brooks., J.S. Butel., dan L.N. Ornston.
(1995). Mikrobiologi Kedokteran. Edisi ke-20 (Alih bahasa : Nugroho &
R.F.Maulany). Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Prasetyo, T. (2009). Pola resistensi bakteri dalam darah terhadap kloramfenikol,
trimetroprim/sulfametoksazol, dan tetrasiklin di Laboratorium Mikrobiologi
Klinik Fakultas Ke dokteran Univertsitas Indonesia (LMK FKUI). [skripsi]
Fakultas kedokteran. Jakarta.
Priosoeryanto, B. P., Huminto, H., Wientarsih, I.,S. Estuningsih. (2006). Aktifitas Getah
Batang Pohon Pisang Dalam Proses Persembuhan Luka Dan Efek Kosmetiknya
Pada Hewan. http://repository.ipb.ac.id. 11 desember 2015.
Rostinawati. T (2009) Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Bunga Rosella (Hibiscus
Sabdariffa L) Terhadap Escherichia coli, Salmonella typhi dan Staphylococcus
aureus dengan Metode Difusi Agar, [Skripsi] Fakultas Farmasi Universitas
Padjadjaran, Bandung.
Rukmana, R. (1999). Usaha Tani Pisang. Kanisius. Yogyakarta.
Ryan, K.J., Champoux, J.J, Falkow, S, Plonde, J.J, Drew, W.L, Neidhardt, F.C and Roy,
C.G. (1994). Medical Microbiology An Introduction to Infectious Diseases. 3rd
ed. Connecticut: Appleton&Lange.
Septyaningsih, D, (2010). Isolasi dan Identifikasi Komponen Utama Ekstrak Biji Buah
Merah (Pandanus conoideus Lamk.), [Skripsi] Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
Pelczar,M.J., (1986), Dasar-Dasar Mikrobiologi , Jilid 1 dan 2, : UI Press, Jakarta.
Suhardiman, P. (1997). Budidaya Pisang Cavendish. Penerbit Kansius. Yogyakarta

Prosiding Penelitian Sivitas Akademika Unisba (Kesehatan dan Farmasi)

Anda mungkin juga menyukai