Anda di halaman 1dari 4

http://www.indonesiaindonesia.

com/f/45350-diskusi-mengenai-penyakit-
diabetes/index3.html

Pengobatan Diabetes Melitus

Penyakit diabetes tidak dapat disembuhkan secara total tetapi dapat dikendalikan. Diantaranya adalah pemberian
insulin akan menurukan kadar glukosa darah. Pemberian insulin dilakukan secara subkutan atau melalui infus
intravena . Pengobatan lainnya adalah antidiabetes oral, yaitu obat yang digunakan dalam terapi oral. Pengobatan ini
disebut juga hipoglikemik oral. Obat-obatan oral yang lazim digunakan adalah : sulfonilurea, biguanid, inhibitor
alfa-glukosidase, thiazolidinedione, dan meglitinida.
Sulfonilurea banyak digunakan untuk mengobati diabetes jenis NIDDM (diabetes tak tergantung insulin). Obat ini
mempunyai efek utama meningkatkan sekresi insulin oleh sel beta langerhans di pankreas. Cara kerjanya adalah
dengan mengikat reseptor sulfonilurea (SUR 1) di sel beta sehingga memicu depolarisasi membran sel beta dan
mendorong sekresi insulin. Efek sampingnya adalah kadar gula darah terlalu rendah.
Obat-obatan kelompok biguanid adalah metformin. Obat ini memiliki efek utama mengurangi produksi glukosa hati.
Mekanisme kerja dari obat ini adalah menstimulasi glikolisis secara langsung dalam jaringan dengan meningkatkan
eliminasi glukosa dari saluran cerna dengan meningkatkan prubahan glukosa menjadi laktat oleh eritrosit dan
menunrunkan kadar glukagon plasma.
Salah satu obat dari kelompok inhibitor alfa-glukosamidase adalah akarbose. Obat ini merupakan penghambat
kompetitif alfa-glukosidase usus, memodulasi pencernaan post prandial dan absorpsi zat tepung serta disakarida.
Mekanisme kerjanya adalah meminimalkan pencernaan pada usus bagian atas dan menunda pencernaan (dan juga
absorpsi) zat tepung dan disakarida yang masuk pada usus kecil bagian distal sehingga dapat menurunkan glikemik
stelah makan sebanyak 45-69 mg/dL dan menciptakan efek hemat insulin. Afinitas kerja acarbose ini adalah sucrase,
maltase, glycoamylase, dextranase, dan isomaltase. Efek samping dari obat ini adalah flatulasi, diare, rasa nyeri pada
abdominal, dan meningkatkan gas di dalam perut.
Obat thiazolidinedione bekerja pada otot, lemak dan liver untuk melapaskan gula dari jaringan penyimpanan sumber
gula darah. Obat ini dapat digunakan bersama dengan sulfonilurea, insulin dan metformin untuk menurunkan kadar
glukosa dalam darah.
Meglitinida bekerja pada pankreas seperti kelompok sulfonilurea tetapi dengan cara kerja yang berbeda. Salah satu
contoh yang beredar adalah obat generik Repaglinide yang memiliki kerja sangat cepat dalam waktu 1 jam telah
memiliki efek puncak.

Sumber: http://id.shvoong.com/medicine-and-health/epidemiology-public-health/2094447-pengobatan-diabetes-
mellitus/#ixzz1OaBwLyfb
http://id.shvoong.com/medicine-and-health/epidemiology-public-health/2094447-pengobatan-diabetes-mellitus/
http://www.google.co.id/imgres?imgurl=http://biofarmasiumi.files.wordpress.com/2010/10/patofis-
dm.jpg&imgrefurl=http://biofarmasiumi.wordpress.com/2010/10/19/obat-diabetes-mellitus

.2.1 Sulfonilurea (klorpropamide, tolbutamide, glibenklamide, gliklazide, glipizid, glikuidon, glimepiride)

§ Mekanisme Kerja
Mekanisme kerjanya adalah merangsang pelepasan insulin dari sel b, sehingga terjadi peningkatan sekresi insulin.
Di dalam tubuh sulfonilurea akan terikat pada reseptor spesifik sulfonilurea pada sel beta pankreas. Ikatan tersebut
menyebabkan berkurangnya asupan kalsium dan terjadi depolarisasi membran. Kemudian kanal Ca+ terbuka dan
memungkinkan ion-ion Ca2+ masuk sehingga terjadi peningkatan kadar Ca2+ di dalam sel. Peningkatan tersebut
menyebabkan translokasi sekresi insulin ke permukaan sel. Insulin yang telah terbentuk akan diangkut dari pankreas
melalui pembuluh vena untuk beredar ke seluruh tubuh. Obat ini hanya efektif bagi penderita NIDDM yang tidak
begitu berat, yang sel-sel betanya masih bekerja cukup baik. Golongan ini mampu menurunkan kadar gula puasa 60-
70 mg/dL dan menurunkan HbA1c 1,5-2 %.

§ Klasifikasi
Sulfonilurea diklasifikasikan menjadi sulfonilurea generasi pertama dan kedua. Pembagian tersebut didasarkan atas
kekuatan daya kerja dan efek samping yang ditimbulkan obat tersebut. Sulfonilurea generasi pertama meliputi
asetoheksamid, klorpropamid, tolazamid dan tolbutamid. Generasi kedua meliputi glimepirid, glipizid dan gliburid.
Generasi kedua berdaya kerja lebih kuat daripada generasi pertama. Perlu diketahui bahwa semua obat-obat
sulfonilurea akan menghasilkan efek sama dalam menurunkan kadar gula darah jika diberikan dosis yang sesuai.
§ Farmakokinetik
Resorpsinya dari usus umumnya lancar dan lengkap, sebagian besar terikat pada protein antara 90-99%. Plasma-t½-
nya berkisar antara 4-5 jam (tolbutamid, glizipida), 6-7 jam (glibenklamida) sampai 10 jam (gliklazida) atau lebih
dari 30 jam (klorpropamida).
§ Efek samping
Efek samping utama yang diketahui dari sulfonilurea adalah hipoglikemia. Kadar gula darah puasa merupakan
indikator akan potensi terjadinya hipoglikemia. FPG yang tinggi menandakan peluang terjadinya hipoglikemia
besar. Hiponatremia (serum natriun <129>60 tahun), wanita, penggunaan bersama diuretik tiazid.
Efek samping lain dari penggunaan sulfonilurea antara lain adalah ruam kulit, anemia hemolitik, gangguan
gastrointestinal dan kolestasis. Reaksi tipe disulfiram pernah dilaporkan terjadi pada pengguna tolbutamid dan
klorpropamid yang dikombinasi dengan alkohol
http://referensiartikelkedokteran.blogspot.com/2011/04/penggolongan-dan-mekanisme-obat-dm.html

Diabetes Mellitus atau kencing manis merupakan penyakit kronis (menahun) yang ditandai dengan tingginya kadar
gula darah yang disertai dengan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein sebagai akibat dari
terganggunya fungsi insulin di dalam tubuh. Gangguan fungsi insulin ini dapat disebabkan oleh kurangnya produksi
insulin oleh sel-sel beta langerhans kelenjar pancreas atau disebabkan oleh kurang responsifnya sel-sel tubuh
terhadap insulin.
Insulin berfungsi memanfaatkan glukosa sebagai sumber energi dan mensintesa lemak. Bila produksi insulin
berkurang maka glukosa akan tertumpuk di dalam darah (hiperglikemia) dan akhirnya glukosa akan diekskresikan
melalui saluran kemih tanpa digunakan (glicosuria).

Gejala Diabetes Mellitus

Penyakit diabetes mellitus mempunyai gejala-gejala klinik sebagai berikut :

1. Sering buang air kecil (poliuria)

2. Banyak minum atau sering merasa haus (polidipsia)

3. Banyak makan atau mudah lapar (polifagia)

4. Penurunan berat badan tanpa sebab yang jelas

5. Kesemutan pada tangan atau kaki

6. Rasa gatal-gatal dan radang pada kulit (pruritis)

Tipe Diabetes Mellitus

Berdasarkan dimulainya penyakit, diabetes mellitus dibagi menjadi 2 tipe yaitu, diabetes mellitus tipe 1, IDDM
(Insulin Dependent Diabetes Mellitus) dan tipe 2, NIDDM (Non Insulin Dependent Diabetes Mellitus).

1. Diabetes Mellitus Tipe 1 (IDDM/Diabetes mellitus tergantung insulin)

Yaitu suatu kondisi kekurangan produksi insulin olah pancreas. Hal ini disebabkan sel-sel beta di pulau-pulau
langerhans telah mengalami kerusakan sehingga pancreas berhenti untuk memproduksi insulin. Kerusakan sel beta
dapat terjadi sejak kecil ataupun setelah dewasa.

2. Diabetes Mellitus Tipe 2 (NIDDM/ Diabetes mellitus tidak tergantung insulin)

Yaitu suatu kondisi ketidakmampuan tubuh untuk merespon terhadap aktivitas insulin yang dihasilkan oleh
pancreas, sehingga tidak tercapai kadar glukosa yang normal di dalam darah. Biasanya penderita yang terkena
diabetes mellitus tipe ini adalah orang dewasa.

Terapi farmakologis (menggunakan obat) pada penderita diabetes mellitus dilakukan apabila penatalaksanaan terapi
non farmakologis (tanpa menggunakan obat) belum berhasil mengendalikan kadar glukosa darahnya.
Penatalaksanaan terapi pada penderita diabetes mellitus bertujuan untuk mempertahankan kadar gula darah dalam
kisaran normal dan mencegah terjadinya komplikasi. Penatalaksanaan terapi farmakologis dilakukan dalam bentuk
terapi dengan obat hipoglikemik oral, terapi dengan insulin atau kombinasi dengan keduanya.

Terapi farmakologis untuk penderita diabetes mellitus tipe 1 hanya dengan pemberian insulin. Hal ini dikarenakan
sel-sel beta di pancreas tidak dapat menghasilkan insulin sehingga harus diberikan insulin pengganti. Terapi
farmakologis untuk penderita diabetes mellitus tipe 2 dengan pemberian obat hipoglikemik oral, atau kombinasi
dengan pemberian insulin. Terapi farmakologi (dengan obat) pada penderita diabetes mellitus dapat dilakukan
dengan menggunakan obat-obat sebagai berikut :

1. Obat Hipoglikemik Oral (OHO)

a. Golongan Sulfonilurea
Obat golongan ini bekerja menurunkan kadar glukosa darah dengan cara merangsang sel-sel beta dari pulau
langerhans sehingga pelepasan insulin menjadi meningkat. Obat golongan ini efektif untuk penderita diabetes
mellitus tipe 2 yang tidak begitu berat, yang sel-sel betanya masih bekerja cukup baik untuk merangsang pelepasan
insulin.

Berdasarkan kekuatan daya kerjanya, golongan obat ini dibagi menjadi dua, yaitu : sulfonilurea generasi pertama
(tolbutamid, klorpropamid, tolazamid) dan generasi kedua (glibenklamid, glikazid, glipizid, glimepirid). Generasi
kedua berdaya kerja lebih kuat daripada generasi pertama.

Efek samping utama dari sulfonilurea adalah hipoglikemia yang dapat terjadi secara terselubung dan adakalanya
tanpa ada gejala yang khas.

b. Golongan Biguanida

Obat golongan biguanid (metformin) bekerja dengan cara meningkatkan sensitivitas insulin di hati dan jaringan
periferal (otot). Efeknya adalah penurunan kadar gula darah, tetapi tidak meningkatkan pelepasan insulin. Penurunan
kadar gula darah ini disebabkan oleh peningkatan asupan glukosa ke dalam otot, penurunan glukoneogenesis yang
meningkat dan penghambatan absorpsi glukosa intestinal.

Golongan obat ini efektif diberikan untuk penderita diabetes mellitus yang overweight, yang biasanya mengalami
resistensi insulin, sehingga pemberian obat golongan sulfonilurea kurang efektif. Pemberian obat golongan ini dapat
menyebabkan penurunan kadar insulin yang terlalu kuat. Golongan obat ini juga memiliki efek anorexia (menekan
nafsu makan), sehingga dapat menyebabkan penurunan berat badan.

Efek samping yang paling sering terjadi dari golongan biguanid adalah gangguan gastrointestinal (mual, anorexia,
diare, sakit perut). Efek samping ini dapat diatasi dengan pemberian obat dengan makanan atau setelah makan. Efek
samping lain adalah acidosis asam laktat, yang terjadi terutama pada manula dan pada penderita gangguan hati atau
ginjal.

c. Glukosidase inhibitor

Golongan obat Glukosidase inhibitor bekerja dengan cara menghambat kerja enzim alfa glukosidase secara
kompetitif dalam usus halus sehingga menunda pemecahan sukrosa dan kompleks karbohidrat. Akibatnya pelepasan
glukosa menjadi lambat, absorbsi glukosa dalam darah lambat sehingga kadar glukosa dalam darah tidak
memuncak. Golongan obat ini digunakan sebagai kombinasi dengan golongan sulfonilurea atau biguanid pada DM
yang tidak dapat dikendalikan dengan obat dan pengaturan pola makan. Kombinasi dengan golongan obat lain akan
memperkuat efeknya.

Efek samping yang sering terjadi dari golongan ini adalah adalah flatulence, bloating, kembung, diare. Yang
termasuk dalam obat golongan ini adalah akarbose dan miglito

http://sehat.selfhomemedicine.com/?p=33

Anda mungkin juga menyukai