Anda di halaman 1dari 34

BAB I

PENDAHULUAN

Farmakologi adalah ilmu yang yang mengintegrasikan ilmu

praklinik dan klinik dan mempunyai keterkaitan khusus yaitu ilmu

mengenai cara membuat, memformulasi, menyimpan dan menyediakan

obat. Farmakognosi termasuk ilmu farmasi yang menyangkut cara

pengenalan tanaman dan bahan-bahan lain sebagai sumber obat dari

alam. Ilmu farmasi sejauh yang diperlukan oleh praktek dokter farmakologi

terutama terfokus pada pada dua supdisiplin yaitu farmakodinamik dan

farmakokinetik. Farmakodinamik menyangkut pengaruh obat terhadap sel

hidup. Organ atau mahluk, secara keseluruhan erat berhubungan dengan

fisiologi, biokimia, dan patologi. Farmakokinetik adalah apa yang dialami

obat yang diberikan pada suatu makhluk yaitu absorbsi, distribusi,

biotrasnsformasi dan ekskresi. Secara keseluruhan erat berhubungan

dengan fisiologi, biokimia, dan patologi. (Farmakologi dan terapi, 2009)

Dalam arti luas farmakologi ialah ilmu mengenai pengaruh

senyawa terhadap sel hidup lewat proses kimia khususnya lewat reseptor.

Dalam ilmu kedokteran senyawa tersebut disebut obat dan lebih

menekankan pengetahuan yang mendasari manfaat dan resiko

penggunaan obat. Karena itu dikatakan farmakologi merupakan seni

menimbang.

Obat didefinisikan sebagai senyawa yang digunakan untuk

mencegah, mengobati, mendiagnosa penyakit atau gangguan atau


menimbulkan suatu kondisi, misalnya membuat seseorang interbil atau

melumpuhkan obat rangka selama pembedahan. (Farmakologi dan terapi,

2009).

Fenomena inflamasi pada tingkat bioseluler semakin jelas.

Respon inflamasi terjadi dalam 3 fasedan mekanisme yang berbeda yaitu

fase akut dimana dengan ciri vase dilatasi lokal dan peningkatan

permeabilitas kapiler. Reakse lambat, tahap sub akut dengan ciri inflamasi

sel leukosit dan fogosit dan fase proliteratik kronik. Saat degeneratif dan

fibrosis terjadi.

Fenomena inflamasi ini meliputi kerusakan mikromikrovaskuler

meningkatnya permeabilitas kapiler dan migrasi leukosit ke jaringan

radang. Gejala proses inflamasi yang sudah dikenal yaitu kalor, rubor,

dolor. Selama berlangsung fenomena inflamasi banyak mediator kimiawi

yang dilepaskan secara lokal antara lain histamin, bradikinin, leukotrien

dan prostaglandin. Penelitian terakhir menunjukan autokoloid lipid juga

merupakan mediator inflamasi. Dengan migrasi sel fagosit ke daerah ini,

terjadi lisis membran losozim dan lepasnya enzim pemeaah.

Inflamasi merupakan manifestasi dari terjadinya kerusakan

jaringan, dimana nyeri merupakan salah satu gejala karena dipandang

merugikan maka inflamasi memerlukan obat untuk mengendalikannya.

(Farmakologi dan terapi, 2007)

Adapun maksud percobaan ini ialah untuk mengetahui efek ant i

inflamasi pada sediaan obat terhadap hewan uji Mencit (Mus muscullus)
Tujuan percobaan yaitu untuk mengetahui efek anti inflamasi

pada sediaan obat yang diberikan secara oral. Terhadap hewan uji Mencit

dengan menghitung volume udem pada hewan uji mencit dengan

menggunakam obat pletysnometer setelah pemberian karagen.

Prinsip percobaan yaitu penentuan efek anti inflamasi suatu

sediaan obat yaitu asam mefenamat, dexametason dan cataflam dengan

zat pembanding Na cmc 1 % dengan pengukuran volume udem telapak

kaki Mencit pada interval waktu 10, 20, 30 menit setelah pemberian

karagen
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Uraian Tentang Inflamasi

Inflamasi adalah suatu rangsangan yang menyebabkan lepasnya

mediator inflamasi seperti histamin, bradiknin dan prostaglandin dan

lainnya sehingga menimbulkan reaksi radang berupa panas, nyeri

merah, bengkan disertai gangguan fungsi.

Pada masa lalu pada proses inflamasi ditekankan promosi

migrasi sel, akhir-akhir ini fokus tertuju pada interaksi mediator-

mediator adesif antara leukosit dan trombosit termasuk selektin dan

leukosit integrin dalam proses adhesi leukosit dan trombosit dengan

endotelium di area inflamasi Sel endotel teraksifasi oleh molekul

adhesi.

Inflamasi meliputi kerusakan mikrovaskuler, meningkatnya

permeabiitas kapiler da migrasi leukosit ke jaringan radang. Gejalah

proses inflamai yang sudah dikenal yaitu kalor, rubor, tumor dan dolor.

selama berlangsungnya fenomena mediator kimiawi, yang dilepaskan

secara lokal antara lain histamin s. hidrositritamin.


B. Penggolongan Obat

1. Golongan NSAIDS.

Cara kerja NSAIDS untuk sebagian besar berdasarkan

hambatan sintase prostaglandin, di mana kedua jenis cyclo–

oxygenase diblokir.

Efek sampingnya sejumlah efek samping berkaitan dengan

penghambatan sistesa prostaglandin dan terutama terjadi pada

lambung – usus, ginjal dan fungsi trumbisit.

a. Asam salisilat, salislamid dan deflunisal

Pada pemberian oral diabsorbsi dengan dengan cepat

dalam bentuk untuk dilambung dan sebagian besar diusus

halus bagian atas. Setelah diabsorbsi akan menyebar

keseluruh jaringan tubuh. Kemudian diekskresi dalam bentuk

metabolitnya terutama melalui ginjal, sebagian kecil melalui

keringat dan empedu .

Contoh obat : aspirin

b. Para aminofenol

Diabsorbsi cepat dan sempurna melalui saluran cerna.

Konsentrasi tinggi dalam plasma dicapai dalam waktu dan

masa paruh plasma antara 1 – 3 jam.

Contoh obatnya : paracetamol dan fenasetin.


c. Analgetik anti inflamasi non – steroid lainnya.

1) Asam mefenamat

Asam mefenamat termasuk dalam turunan

antraniket terikat sangat kuat pada protein plasma.

2) Diklofenak

Termasuk turunan asam asetat, diklasifikasiakan

selektif penghambatan cox absorbsi obat ini melalui

saluran Cuma berlangsung cepat dan lengkap.obat ini

terkait 99% pada protein plasma.

3) Ketofren

Merupakan turunan asam asetat diklasifikasikan

selektif penghambatan cox2, absorbsi obat ini melalui

saluran cerna berlangsung cepat dan lengkap obat ini

terkait 99% pada protein plasma

4) Ibuprofen

Merupakan derivate asam propionate, bersifat

analgesik dan daya antiinflamasi yang tidak terlalu kuat.

5) Piroksikam dan meloksikam

Piroksikam merupakan derivate asam enaloat,

absrobsinya berlangsung cepat dilambung, terikat 99%

pada protein plasma.

Meloksikam tentang preferential cox-2, cenderung

menghambat cox-2 lebih dari cox-1 pada dosis terapi.


2. Golongan kortikosteroid

Golongan ini berdaya hambat fosfolopase sehingga

pembentukan prostaglandin maupun leukatrien dihalangi. Oleh

karena itu, efeknya terhadap gejala icma lebih baik dari pada

NSAIDS.

Efek sampingnya lebih berbahaya pada dosis tinggi dan

penggunaan lama. Contoh obat : dexametasone (sulistia gan

gunawan, 2007).

C. Uraian Obat

1. Dexametason

Farmakologi : Pemberian oral : absorbs cepat, efek puncak

tercapai dalam 1-2 jam – onset dan durasi bentuk

infeksi berkisar 2 hari, 3 minggu, tergantung cara

pemberian (IA atau IU) dan tergantung luasnya

suplai darah pada tempat tersebut.mengalami

metabolisme dari hati menjadi bentuk in aktif.

Waktu paruh eliminasi pada fungsi ginjal normal

adalah 1,8 – 3,5 jam

Ekskresi : Dikeluarkan melalui urine dan feses.

KI : Hipersensitif terhadap dexametasone atau

komponen lain dalam formulasi, infeksi jamur

sistematik, cerebral malaria, jamur atau

penggunaan pada mata dengan infeksi


virus(active acular herjus simplex). Pemberian

kortikosteroid sistemik jangka panjang atau

absorbs sistemik dari preparat tipikal dapat

menekan hypothalamic - Pituitary – adrenal (HPA)

dan antar manifestasi sindroma chasing pada

beberapa pasien, namun risiko penekanan HPA

pada penggunanaan dexametashone topical

sangat rendah. Insufisiensi adrenal akut dan

kematian dapat terjadi apabila penggunaan.

sistemik alikentikan mendadak.

ES : Kardiovaskuler : aritnera bradikardia, henti

jantung, kardiomiopati, CHF kolaps, sirkulasi,

edema, hipertensi, riptal, miokardial, syncope,

trombo embolesme, vasculitis. Susunan saraf

pusat : depresi, instabilitas emosional, evoria,

sakit kepala, peningkatan tekanan intra cranial,

insomnia, malaise, neuritis, psedotunur cerebral,

kejang, vertigo.

Mekanisme : Mengurangi inflamasi dengan migrasi metrafil,

mengurangi produksi mediatornya nyeri dan

menurunkan permeabilitas kapiler yang semula

tinggi dan menekan respon imun.


2. Natrium deklofenak

Farmakologi : Aktifitas sebagai antiinflamasi dan antipeuritik

metabolisme terutama melalui hati, ekskresi

pada orang dewasa sehat kira-kira 50 – 70 %

melalui urin, 30 – 35 % melalui feses

Indikasi : Nyeri pasca bedah, nyeri dan radang pada

penyakit arthritis dan gangguan obat

kerangka(airnya, nyeri, pada gort akar dan

dismenorea.

Kontra Indikasi : Pasien dengan hipersensitivitas, asma, urtikaria

firistis parah, angrodema, tikak lambung aktif.

Efek samping : Pencernaan : gangguan pada saluran cerna

bagian atas (20% pasien) tekak lambung,

perdarahan, saluran cerna. Saraf : sakit kepala

(3 – 9% pasien), depresi, insomnia, lemas, ginjal

: ginjal (azatemra, proteinuria, nefostik, sindrom

dll). Kardiovaskuler : retensi cairan, hipertensi

(3-9%). Pernapasan : asma (kurang dari 1%

pasien) Darah : leukepenia, trombositopenia,

hemoletik anemia (kurang dari 1%) Hati :

hepatitis, sakit kuning, peningkatan SGCT terjadi

pada 2% pasien.
Mekanisme : Menghambat sintesis prostaglandin dengan

menghambat cox-1 dan cox-2

Dosis oral : 150mg/hari dalam dosis terbagi 2-3 kali

Dosis lazim : 100 – 200 mg/hari dalam dosis terbagi 2 -3 kali

sehari (max 225 mg), sesudah makan.

Dosis oral : 50 mg dianjurkan 50 mg setiap 8 jam, jika perlu

pada pasien dengan gangguan ginjal dan hati

tidak perlu penyesuaian dosis, tetapi perlu

pemantauan yang ketat.

D. Uraian Hewan Uji

1. Klasifikasi Mencit (Mus musculus)

Kerajaan : Animalia

Filum : Chordata

Kelas : Mammalia

Ordo : Rodentia

Famili : Muridae

Genus : Mus

Spesies : Mus musculus

2. Karakteristik Mencit (Mus musculus )

Lama Hidup : 1-2 tahun

Lama Bunting : 19-21 hari

Umur di Sapih : 21 hari


Umur Dewasa : 35 hari

Siklus Kehamilan : Foliestrus

Siklus Estrus : 12-24 jam

Berat Dewasa : Jantan 24-40 gram

Betina 18-35 gram

Berat Lahir : 0,5- 1,0 gram

Jumlah Anak : 6-15 anak

Suhu Rektal : 35oC-39oC

Perkawian : 4 betina, 1 jantan

Aktivitas : Malam hari

Pernapasan : 94-165 napas/menit

Denyut jantung : 325-780 denyut/ menit

Life Spon : 1,5- 3 tahun.

3. Morfologi mencit (Mus muscullus)

Mencit adalah anggota muridae atau tikus-tikusan yang

berukuran kecil, mencit merupakan binatang asli Asia, India dan

Eropa Barat. Jenis ini ditemuka diseluruh dunia karena

pengenalan oleh manusia. Hewan ini diduga sebagai mamalia

terbanyak ke dua di dunia. Perubahan yang dibuat manusia

bahkan jumlahnya yang hidup liar di hutan, barangkali lebih sedikit

daripada yang ada dipermukaan masyarakat.


BAB III

METODE KERJA

A. Alat yang digunakan

1. Batang pengaduk

2. Gelas kimia

3. Gelas ukur

4. Labu ukur

5. Pipet tetes

6. pletysnometer

7. sendok tanduk

8. Spot oral

9. Timbangan

B. Bahan yang digunakan

1. Aquadest (H2O)

2. Dexametason

3. Kataflam

4. Na.CMC %

5. Natrium diklofenat
C. Prosedur kerja

1. Pembuatan suspensi Na.CMC 1 %

a. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.

b. Ditimbang 1 gram Na.CMC, dilarutkan dalam 100 ml

aquadest, dipanaskan hingga terbentuk cairan kental yang

bening.

c. Didinginkan dan masukan dalam botol, lalu diberi etiket

2. Pembuatan suspensi dexametazon

a. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.

b. Ditimbang 0,6981 gram dexametazon dilarutkan dalam 50 ml

Na.CMC, dikocok hingga homogen.

c. Dimasukan dalam botol, lalu diberi etiket

3. Pembuatan suspensi natrium diklofenat

a. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.

b. Ditimbang 0,8794 gram natrium diklofenat dilarutkan dalam 50

ml Na.CMC, dikocok hingga homogen.

c. Dimasukan dalam botol, lalu diberi etiket

4. Pembuatan suspensi kataflam

a. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.

b. Ditimbang 0,8697 gram kataflam dilarutkan dalam 50 ml

Na.CMC, dikocok hingga homogen.

c. Dimasukan dalam botol, lalu diberi etiket


5. Pembuatan larutan albumin (Karagen)

a. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.

b. Dipipet albumin kemudian dilarutkan dalam aquadest .

c. Dimasukan dalam botol, lalu diberi etiket

6. Perlakuan terhadap hewan uji mencit (Mus musculus)

a. Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.

b. Disiapkan hewan uji mencit (Mus musculus)

c. Ditimbang beratbadan mencit

d. Diukur udem telapak kaki awal hewan uji mencit dengan

menggunakan lat pletysnometer

e. Disuntiksn ksrsgen pada telapak kaki mencit

f. Diukur kembali telapak kaki pada hewan uji mencit setelah

pemberian karagen

g. Diberi suspensi dexametazon, Na diklofena, kataflam. Dan

Na.CMC 1%
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan

Tabel pengamatan penurunan volume udem telapak kaki mencit

Perlakuan N Volume Volume Volume %


udem udem udem penurunan
puasa awal akhir volume
udem
Na. CMC 1% I 0,2 0,3 0,2 100 %
II 0,2 0,5 0,4 33,3 %
III 0,2 0,3 0,2 100 %
∑ 0,6 1,1 0,8 233,3 %
X 0,2 0,36 0,26 77, 76 %
Dexamethason I 0,2 0,4 0,3 50 %
II 0,2 0,5 0,3 66, 7 %
III 0,2 0,4 0,3 50 %
∑ 0,6 1,3 0,9 166,7 %
X 0,2 0,43 0,3 55, 56 %
Kataflam I 0,2 0,6 0,3 75 %
II 0,2 0,5 0,4 33, 3 %
III 0,2 0,5 0,3 66, 7 %
∑ 0,6 1.6 1 175 %
X 0,2 0,53 0,33 58, 3 %
Na. Diklopenat I 0,2 0,5 0,2 100 %
II 0,2 0,4 0,3 50 %
III 0,2 0,6 0,5 25 %
∑ 0,6 1,5 1 175 %
X 0,2 0,5 0,33 58,3 %
B. Pembahasan

Inflamasi adalah usaha tubuh untuk menginaktivasi atau

merusak organisme yang menyerang, menghilang zat iritan dan

mengatur derajat perbaikan jaringan, jika penyembuhan lengkap

proses peradangan biasanya rendah, namun kadang-kadang

inflamasi tidak bisa diteruskan oleh zat yang tidak berbahaya,

inflamasi dicetuskan oleh pelepasan mediator kimia dari jaringan yang

rusak dan migrasi sel.

Respon peradangan terjadi setelah infeksi atau cedera jaringan.

Peningkatan tekanan intracranial adalah setiap stimulus yang

menyebabkan edema dan pembengkakan kompartemen cairan

interstisisal dan edema yang disebabkan oleh pelepasan mediator

inflamasi vasoaktif yang menstimulasi peningkatan aliran darah kapiler

dan peningkatan permeabilitas kapiler.

Perantara (mediator) kimia peradangan adalah histamin, yang

dilepaskan oleh basofil, stombosit, dan sel mast. Histamin ikut

berkontribusi terhadap tahapan respons vaskular terhadap

peradangan, relaksasi pembuluh darah sehingga terjadi peningkatan

permeabilitas kapiler. Prostaglandin merupakan perantara penting

peradangan, prostaglandin meningkatkan aliran darah ke tempat

peradangan, sintetis prostaglandin dihambat oleh obat-obat anti

inflamasi nonsteroid yang bekerja dengan memblok emzim COX I dan

COX II.
Leuktrien merupakan hasil produksi metabolisme asam

arakidonat, zat ini meningkatkan permeabilitas vaskular dan

meningkatkan adhesi sel darah putih ke kapiler selama cedera atau

infeksi. Leukotrien bertindak sebagai bahan kimia kemoatraktan satu

jenis leukotrien, bahan kimia anafilatik reaksi lambat, berperan penting

dalam konstriksi bronkiolus pada asma dan reaksi alergi, produksi

leukotrien tidak diblok oleh inhibitor enzim COX.

Udem adalah merupakan salah satu gejala adanya inflamasi

(radang). Beberapa faktor penyebab udem antara lain :

a. Adanya kongesti

b. Obstruksi limfatik

c. Permeabilitas kapiler yang bertambah

d. Hipoproteinemia

e. Tekanan osmotic koloid

f. Retensi natrium dan airs

Inflamasi terjadi karena membrane sel mengalami kerusakan

oleh suatu rangsangan kimiawi, fisik atau mekanis, maka enzim

fosfolipase diaktifkan untuk mengubah fosfolipida menjadi asam

arachidonat. Kemudian untuk sebagian diubah oleh enzim cyclo-

oxygenase menjadi asam endoperoksida dan seterusnya menjadi zat-

zat prostaglandin. bagian lain dari arachidonat diubah oleh enzym

lipo-oxygenase menjadi zat-zat leukotrin. Baik leukotrien maupun

prostaglandin bertanggung dalam gejala peradangan dan nyeri.


Peroksida melepaskan radikal bebas oksigen yang juga memegang

peranan penting pada timbulnya rasa nyeri.

Pada percobaan ini digunakan 3 hewan uji mencit. Adapun tidak

ada perbedaan efek yang nyata dar masing-masing obat, dimana

pada pemberian na.cmc 1 % terjadi penurunan volume udem sekitar

77,76% , Dexametason 55,56%, Kataflam 58,3% dan na.diklofenat

58,3%, Dalam percobaan ini kataflam dan na.diklofenat memiliki efek

yang sama dan juga efeknya non signifikan artinya tidak ada

perbedaan efek atau sama efeknya dari tiap blok, dimana dilihat dari F

hitung lebih kecil dari F tabel


BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan maka dapat

disimpulkan bahwa setelah mencit disuntikan karagen volume udem

telapak kaki mencit menjadi bertambah dimana volume udem normal

0,2. Persen penurnan volume udem setelah disuntikan Na.cmc 1%

yaitu 77,76%, Dexametason 55,56%, Kataflam 58,3% dan

Na.diklofenat 58,3% dan juga Na.diklofenat dengan kataflam memiliki

efek yang sama.

B. Saran

Arahan dan bimbingan dari asisten sangat diharapkan baik

dalam praktikum maupun pada saat pemeriksaan laporan.


LAMPIRAN

1. Dexametason 0,5 mg

Berat rata-rata 20 tab 0,179 g

Berat 20 tab 3,58 g

FK mencit 0,0026

Berat mencit 1 22 g

Berat mencit II 27 g

Dosis untuk mencit = dosis × FK mencit

= 0,5 mg × 0,0026

= 0,0013 mg/20 g BB

30 g
Dosis untuk mencit 30 g ¿ ×0,0013 mg
20 g

  = 0,00195 mg/30 g BB

= 0,000002 g

Sedian dalam % b/v = 100 ml x 1 ml x 0, 000002 g

= 0,000195 %

= 0,00195 mg

179mg
Berat serbuk yang ditimbang ¿ × 0,00195 mg
0,5 mg

= 0,6981 mg

50ml
Sedian dalam 50 ml ¿ × 0,6981mg
1ml

= 34, 905 mg
Berat badan mencit
Volume pemerian I ¿ × 1ml
Berat badan standart

22 g
 ¿ ×1 ml
30 g

= 0,73 ml

Berat badan mencit


Volume pemerian II ¿ × 1ml
Berat badan standart

27 g
¿ ×1 ml
30 g

= 0,9 ml

2. Na. Diklofenat 50 mg

Berat rata-rata 20 tab 0,2255 g

Berat 20 tab 4,51 g

FK mencit 0,0026

Berat mencit 1 25 g

Berat mencit II 24 g

Dosis untuk mencit = dosis × FK mencit

= 50 mg × 0,0026

= 0,13 mg/20 g BB

30 g
Dosis untuk mencit 30 g ¿ ×0,13 mg
20 g

= 0,195 mg/30 g BB

= 0,000195 g

Sedian dalam % b/v = 100 ml x 1 ml x 0, 000195 g

= 0,0195 %

= 0,195 mg
225,5mg
Berat serbuk yang ditimbang ¿ ×0,195 mg
50 mg

= 0,87945 mg

50ml
Sedian dalam 50 ml ¿ × 0 ,87945 mg
1ml

= 43, 97 mg

Berat badan mencit


Volume pemerian I ¿ × 1ml
Berat badan standart

25 g
¿ ×1 ml
30 g

= 0,83 ml

Berat badan mencit


Volume pemerian I ¿ × 1ml
Berat badan standart

24 g
¿ ×1 ml
30 g

= 0,8 ml

3. Kataflam 50 mg

Berat rata-rata 20 tab 0,223 g

Berat 20 tab 4,46 g

FK mencit 0,0026

Berat mencit 1 26 g

Berat mencit II 24 gDosis untuk mencit = dosis × FK mencit

= 50 mg × 0,0026

= 0,13 mg/20 g BB
30 g
Dosis untuk mencit 30 g ¿ ×0,13 mg
20 g

= 0,195 mg/30 g BB

= 0,000195 g

Sedian dalam % b/v = 100 ml x 1 ml x 0, 000195 g

= 0,0195 %

= 0,195 mg

223 mg
Berat serbuk yang ditimbang ¿ ×0,195 mg
50 mg

= 0,8697 mg

50ml
Sedian dalam 50 ml  ¿ × 0 ,8697 mg
1ml

 = 43, 48 mg

Berat badan mencit


Volume pemerian I ¿ × 1ml
Berat badan standart

26 g
¿ ×1 ml
30 g

= 0,87 ml

Berat badan mencit


Volume pemerian II ¿ × 1ml
Berat badan standart

24 g
¿ ×1 ml
30 g

= 0,8 ml
4. Na.CMC 1%

Berat mencit I 22 g

Berat mencit II 23 g

Berat badan mencit


Volume pemerian I ¿ × 1ml
Berat badan standart

22 g
¿ ×1 ml
30 g

= 0,88 ml

Berat badan mencit


Volume pemerian II ¿ × 1ml
Berat badan standart

23 g
¿ ×1 ml
30 g

= 0,76 ml
LAMPIRAN II

A. Penurunan volume udem dalam %

1. Na.CMC 1%

a. Perlakuan 1

Awal−ak h ir
% Penurunan volume udem ¿ × 100 %
Awal− puasa

0,3−0,2
¿ ×100 %
0,3−0,2

   ¿ 100 %

b. Perlakuan II

Awal− Ak h ir
% penurunan volume udem ¿ ×100 %
Awal− puasa

0,5−0,4
 ¿ ×100 %
0,5−0,2

     ¿ 33,3 %

c. Perlakuan III

Awal−akhir
% Penurunan volume udem ¿ × 100 %
Awal− puasa

0,3−0,2
¿ ×100 %
0,3−0,2
¿ 100 %

2. Dexametason

a. Perlakuan 1

Awal−a k h ir
% Penurunan volume udem ¿ ×100 %
Awal−puasa

0,4−0,3
¿ ×100 %
0,4−0,2

¿ 50 %

b. Perlakuan II

Awal− Akhir
% penurunan volume udem ¿ × 100 %
Awal− puasa

0,5−0,3
¿ ×100 %
0,5−0,2

¿ 66,7 %

c. Perlakuan III

Awal−akhir
% Penurunan volume udem ¿ × 100 %
Awal− puasa

0,4−0,3
¿ ×100 %
0,4−0,2

¿ 50 %
3. Kataflam

a. Perlakuan 1

Awal−akhir
% Penurunan volume udem ¿ × 100 %
Awal− puasa

0,6−0,3
¿ ×100 %
0,6−0,2

¿ 75 %

b. Perlakuan II

Awal− Akhir
% penurunan volume udem ¿ × 100 %
Awal− puasa

0,5−0,4
¿ ×100 %
0,5−0,2

¿ 33,3 %

c. Perlakuan III

Awal−akhir
% Penurunan volume udem ¿ × 100 %
Awal− puasa

0,5−0,3
¿ ×100 %
0,5−0,2

¿ 66 , 7 %

4. Na. diklofenat

a. Perlakuan 1

Awal−akhir
% Penurunan volume udem ¿ × 100 %
Awal− puasa

0,5−0,2
¿ ×100 %
0,5−0,2
   ¿ 100 %

b. Perlakuan II

Awal− Ak h ir
% penurunan volume udem  ¿ ×100 %
Awal− puasa

0,4−0,3
¿ ×100 %
0,4−0,2

    ¿ 50 %

c. Perlakuan III

Awal−ak h ir
% Penurunan volume udem ¿ × 100 %
Awal− puasa

0,6−0,5
¿ ×100 %
0,6−0,2

25 %

Persen penurunan volume udem setelah perlakuan pada mencit

Perlakuan (P)
N Na. Total
Na. CMC 1% Dexametason Kataflam Diklofenat
I 100 % 50 % 75 % 100 % 325 %
II 33,3 % 66,7 % 33,3 % 50 % 183, 3 %
III 100 % 50 % 66,7 % 25 % 241,7 %
∑x 233, 3 % 166,7 % 175 % 175 % 750 %
X 77, 76 % 55,6 % 58,3 % 58, 3 % 250 %
B. Perhitungan

1. Perhitungan derajat bebas (db)

db total = total banyaknya pengamatan – 1

= (3 x 4) – 1

= 11

db perlakuan = banyaknya perlakuan – 1

= 4 -1

=3

db galat = db total – db perlakuan

= 11 – 3

  =8

2. Perhitungan jumlah kuadrat (jk)

a. Total = ∑ yij

             = (100)2 + (33,3)2 + (100)2 + (50)2 + (66,7)2 + (50)2

+ (75)2 + (33,3)2 + (66,7)2 + (100)2 + (50)2 + (25)2

                             = 54865,56
( Total l )2
b. Rata-rata ¿
Totalnya banyak pengamatan

                          ¿ ¿ ¿

                          = 46875

c. Perlakuan

2 ¿
¿ ∑ Total p erlakuan n ¿ – rata−rata
Banyaknya perlakuan

( 233,3 )2+ (166,7 )2+ (175 )2+ ( 175 )2


¿ −4687 5
3

143467,78
¿ – 46875
3

          = 947,59

d. Galat ¿ Total−total rata−rata−Perlakuan

¿ 54865,56−46875−947,59                    

                      = 7042, 97

3. Perhitungan jumlah kuadrat total (jkt)

perlakuan
a. jkt perlakuan   ¿
db perlakuan

947,59
 =
3

                          = 315,86

galat
b. jkt galat            ¿
db galat
7042,97
¿                           
8

= 880, 37

4. Perhitungan nilai distribusi F

jkt perlakuan
F hitung ¿
jkt galat

315,86
¿
880,37

             ¿ 0,36

Statistik F daftar C (dalam appendix) adalah

FK ¿ F ¿)

¿ F ( p−1 ) , ( b−1 ) ( p−1)

                                       ¿ 3,8

Sehingga : F α = 0,05 % = 4,07

F α = 0,01 % = 7,56

F hitung dibanding F tabel pada α = 0,05 menunjukan

Fh<Ft

0,36 < 4,07

Pengujiannya juga bersifat non signifikan karena dengan taraf α =

0,05 didapat =

Fh<Ft

0,36 < 4,07


SKEMA KERJA

Hewan Uji Mencit (Mus-musculus)

Di puasakan

Di timbang, di kelompokkan

Di ukur volume telapak kaki Awal (dengan alat pletysmometer)

Di ukur telapak kaki setelah pemberian karagen

Na CMC 1% Dexametazon Asam Mefenamat Cataflam

Di ukur vloume udem telapak kaki pada mencit ke 10,20,30 menit

Data
Pembahasan

Kesimpulan

DAFTAR PUSTAKA

Dirjen POM 1979 “Farmakope Indonesia Edisi III“ DEPKES RI:Jakarta

Edward K. Chung. 1995. “Penuntun Praktius Penyakit Kardiovaskuler”


EGC : Surakarta.

Irianto Kus. 2007. “Gizi dan Pola Hidup Sehat”. CV. Irama Widya
Bandung.

Soetedjo. 2008. “Mengenal Obat-Obatan Secara Mudah” Amara Book :


Yogyakarta.

Sukandar, dkk. 2008. “Iso Farmakologi”. ISFI : Jakarta.

Sulistria G Gariswana. 1995. “Farmakope dan Terafi Edisi V“ Universitas


Indonesia Timur : Jakarta

Tan Hoan Tjay. 2007. “Obat-Obat Penting”. PT. Gramedia : Jakarta.

Tim Dosen UIT 2011 “Penuntun Praktikum Farmakologi dan Toksikologi“


Universitas Indonesia Timur: Makassar

Wiryowidayolo Sudjaswadi. 2010. “Tanam Obat Untuk Jantung, Darah


Tinggi dan Kolesterol”. Agromedia Pustaka : Jakarta.

Http://uploud.Wikipedia./wikipidia/commons/thumb/3/37/Musmusculus.jpg

Anda mungkin juga menyukai