Anda di halaman 1dari 20

Assalamualaikum

Kelompok 2:
aldi gustiawan
elawati
I’anatud diyanah
maszahrotul pembayun
ristiani dewi maharani
siti miftahul Jannah
syaiful anwar
fikri faturochman
Kulit merupakan :
1. Bahagian terbesar dari organ tubuh, rata rata kulit manusia
dewasa mempunyai luas permukaan sebesar 2 m2 dan berperanan
sebagai lapisan pelindung tubuh terhadap pengaruh dari luar, baik
pengaruh fisik maupun pengaruh kimia. Meskipun kulit relatif
permeabel terhadap senyawa-senyawa kimia, namun dalam
keadaan tertentu kulit dapat ditembus oleh senyawa obat atau
bahan berbahaya, yang dapat menimbulkan efek terapetik atau
efek toksik, yang bersifat setempat atau sistemik.
2. Sawar (barrier) fisiologik yang penting, karena mampu menahan
penembusan bahan gas, cair maupun padat, baik yang berasal dari
lingkungan luar tubuh maupun dari komponen organisme.
sediaan obat dapat menembus ke dalam atau melalui kulit
dengan berbagai jalan (cara) sebagai berikut :
1. Diantara sel-sel dari stratum corneum
2. Melalui slauran dari folikel rambut
3. Melalui kelenjar keringat (sweat glands)
4. Melalui kelenjar sebaseus (sebaceous glands)
5. Melalui sel-sel dari stratum corneum.
Susunan kulit manusia sangat komplek, dan untuk lebih
mudah memahami efek proses absorbsi pada kulit
maka, dibatasi hanya menguraikan bahagian kulit yang
berperanan dalam hal tersebut. Kulit secara umum
tersusun atas 3 (tiga) lapisan yang berbeda dan secara
berturutan dari luar ke dalam adalah lapisan epidermis,
lapisan dermis yang tersusun atas pembuluh darah dan
pembuluh getah bening, ujung-ujung syaraf dan lapisan
jaringan di bawah kulit yang berlemak atau yang
disebut hipodermis.
EPIDERMIS
Adalah permukaan paling luar dari kulit, yang merupakan tempat sediaan
obat digunakan. Menurut Montagna, Lobitz dan Jarret, epidermis
merupakan lapisan epitel dengan tebal rata-rata 200 μm, mempunyai sel-
sel yang berdiferensiasi terhadap keratinisasi bertahap dari bagian yang
lebih dalam menuju ke bahagian sebelah luar (permukaan). Epidermis
dibedakan atas 2 (dua) bagian :
1. Lapisan malfigi berupa sel yang hidup, dan menempel pada dermis
2. Lapisan tanduk yang tersusun atas sekumpulan sel-sel mati yang
mengalami keratinisasi
Secara umum epidermis terdiri atas 5 (lima) lapisan.
1. Stratum corneum (lapisan tanduk)
2. Stratum lucidum (zone barrier)
3. Stratum granulosum (lapisan glanular)
4. Stratum malpighii (lapisan sel prickle)
5. Stratum germinativum (Lapisan sel basal)
BAGIAN KULIT
Bagian kulit menurut Montagna W,. dkk, 1958, terdiri dari sistem
pilosebasea dan kelenjar sudoripori. Setiap rambut membentuk saluran
epidermis yang masuk ke dalam dermis dan selanjutnya membentuk
selubung luar dari rambut tersebut. Bagian yang paling dalam, tertanam
pada akar oleh sebuah papilla dari jaringan penyangga dermik yang
mempunyai banyak pembuluh darah. Selubung epitel bagian dalam
mengelilingi rambut mulai dari bahagian akar sampai di tempat yang
berhubungan dengan kelenjar sebasea.
BERBAGAI FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PROSES LDA OBAT PADA
PEMBERIAN SECARA PERKUTAN
 PENYERAPAN (ABSORBSI)
Sampai saat ini secara keseluruhan dari proses penyerapan secara perkutan
obat, belum diketahui. Kajian yang telah dilakukan hanya terbatas pada
faktor-faktor yang dapat mengubah ketersediaan hayati zat aktif yang
terdapat dalam sediaan yang dioleskan pada kulit, seperti
1. Lokalisasi Sawar (Barrier)
Kulit mengandung sejumlah tumpukan lapisan spesifik yang dapat
mencegah masuknya bahan-bahan kimia dan hal ini terutama disebabkan
oleh adanya lapisan tipis lipida pada permukaan, lapisan tanduk dan
lapisan epidermis malfigi
2. jalur Penembusan (Absorbsi)
Penembusan = penetrasi = absorbsi perkutan, terdiri dari
pemindahan obat dari permukaan kulit ke stratum corneum,
dibawah pengaruh gradien konsentrasi, dan berikutnya difusi
obat melalui stratum corneum yang terletak dibawah
epidermis, melewati dermis dan masuk kedalam
mikrosirkulasi.
Penahanan Dalam Struktur Permukaan Kulit dan Penyerapan
Perkutan Telah lama diketahui, adanya penumpukan
senyawa yang digunakan setempat pada bahagian tertentu
kulit, terutama pada lapisan tanduk (stratum corneum).
Malkinson danFergusson membuktikan bahwa pada
pemakaian setempat dari sediaan hidrokortison berlabel,
maka pengeluaran senyawa radioaktif tersebut akan
diperpanjang beberapa hari
FAKTOR FISIOLOGIK YANG MEMPENGARUHI PENYERAPAN PERKUTAN
1. Keadaan dan Umur Kulit
Kulit utuh merupakan suatu sawar (barrier) difusi yang efektif dan
efektivitasnya berkurang bila terjadi perubahan dan kerusakan pada sel-sel
lapisan tanduk.Pada keadaan patologis yang ditunjukkan oleh perubahan
sifat lapisan tanduk
2. Aliran Darah
Perubahan debit darah ke dalam kulit secara nyata akan mengubah
kecepatan penembusan molekul. Pada sebahagian besar obat obatan,
lapisan tanduk merupakan faktor penentu pada proses penyerapan dan
debit darah selalu cukup untuk menyebabkan senyawa menyetarakan diri
dalam perjalanannya
3. Tempat pengolesan
Jumlah yang diserap untuk suatu molekul yang sama, akan berbeda dan
tergantung pada susunan anatomi dari tempat pengolesan: kulit dada,
punggung, tangan atau lengan (Cronin E, dkk, thn 1962; Wahlberg J. E, thn
1965). Perbedaan ketebalan terutama disebabkan oleh ketebalan lapisan
tanduk (stratum corneum) yang berbeda pada setiap bagian tubuh
4. Kelembaban dan Temperatur
Pada keadaan normal, kandungan air dalam lapisan tanduk rendah, yaitu
5-15%, namun dapat ditingkatkan sampai 50% dengan cara pengolesan pada
permukaan kulit suatu bahan pembawa yang dapat menyumbat: vaselin,
minyak atau suatu pembalut impermeabel. Peranan kelembaban terhadap
penyerapan perkutan telah dibuktikan oleh Scheuplein R, J, dkk, thn 1971;
stratum corneum yang lembab mempunyai afinitas yang sama terhadap
OPTIMASI KETERSEDIAANHAYATI DARI SEDIAAN PERKUTAN
Kemampuan penembusan dan penyerapan obat dengan pemberian secara
perkutan terutama tergantung pada sifat-sifat fisiko-kimianya. Peranan
bahan pembawa pada peristiwa ini sangat kompleks; pada keadaan dimana
senyawa tidak mengganggu fnngsi fisiologik kulit, maka dapat dipastikan
kulit tidak dapat melewatkan senyawasenyawa yang tidak dapat diserap
Dengan melakukan pemilihan terhadap bahan pembawa yang sesuai, maka
kemungkinan ketersediaan hayati dari zat aktif dapat diperbaiki
FAKTOR FISIKO-KIMIA
1. Tetapan difusi
Tetapan difusi suatu membran erat hubungannya dengan tahanan yang
menunjukkan keadaan perpindahan. Bila dihubungkan dengan gerakan Brown,
maka tetapan difusi merupakan fungsi dari bobot molekul senyawa dan interaksi
kimia dengan konstituen membran; selain itu juga tergantung pada kekentalan
media serta suhu
2. Konsentrasi zat aktif
hukum Fick secara umum dapat diterapkan untuk menjelaskan proses
penyerapan secara perkutan dari gas, ion atau molekul non elektrolit. Beberapa
pengecualian hukum ini ditemukan pada senyawa yang diserap dapat mengubah
struktur kulit, misalnya menyebabkan terjadinya pengendapan dengan protein
kulit
Koefisien partisi
Pengaruh koefisien partisi antara lapisan tanduk dan
pembawa dari suatu senyawa yang diserap, telah dibuktikan
oleh Treherne (Treheme J, E, thn 1953) dengan meneliti
hubungan antara penyerapan perkutan berbagai senyawa
organik dalam larutan berair terhadap koefisien partisi eter
air, dan terbukti bahwa keterserapan bahan aktif yang lebih
tinggi lebih penting, dibandingkan dengan koefisien partisi
EVALUASI KETERSEDIAAN HAYATI OBAT YANG DIBERIKAN
MELALUI KULIT
Jumlah senyawa yang diserap melalui jalur perkutan sangat sedikit dan
pada umumnya sulit diketahui, bahkan kadang tidak mungkin, hal ini
karena sensitivitas dari metoda penentuan kadar berdasarkan sifat
fisikokimia yang digunakan sering tidak memadai. Pemakaian molekul
berlabel dilakukan untuk mengatasi masalah analitik yaitu metoda dengan
berbagai tehnik vang digunakan mempunyai sensitivitas tinggi dan
spesifisitas yang mutlak
STUDI DIFUSI IN VITRO
Berdasarkan dari penilaian biofarmasetik obat-obatan yang diberikan melalui kulit,
maka sesudah dilakukan uji kekentalan bentuk sediaan, ketercampuran, pengawetan,
selanjutnya dilakukan uji pelepasan zat aktif in vitro, dengan maksud agar dapat ditentukan
bahan pembawa yang paling sesuai digunakan untuk dapat melepaskan zat aktif di tempat
pengolesan. Ada beberapa metoda, yang dapat dilakukan di antaranya adalah
- Difusi sederhana dalam air (Bandelin F, J, dkk, thn 1946; Foster S, dkk, thn
1951; Mutiner M, N, dkk, thn 1956) atau difusi dalam gel (Paulsen B, J, dkk, thn
1968; Lockie L, D, dkk, thn 1949; Plein M, dkk, thn 1957).
- Dialysis melalui membran kolodion (Jurist A, E, thn 1953) atau selofan (Mutiner
M, N, dkk, thn 1956; Stark J, F, dkk, thn 1958; Nakano M, dkk, thn 1970).
STUDI PENYERAPAN (ABSORBSI)
Penyerapan perkutan dapat diteliti berdasarkan dua aspek utama yaitu
penyerapan sistemik dan lokalisasi senyawa dalam strukiur kulit. Dengan
cara in vitro dan in vivo dapat dipastikan lintasan penembusan dan tetapan
permeabilitas, serta membandingkan efektivitas dari berbagai bahan
pembawa
Kesimpulan
Sawar kulit terutama dibentuk oleh lapisan tanduk (stratum corneum),
yang merupakan struktur kulit yang mati, serta mampu menghambat
penembusan senyawa kimia. Walaupun demikian kulit bersifat permeabel
dan dapat melewatkan senyawasenyawa yang penyerapannya terjadi
secara difusi pasif. Molekul yang diserap dengan baik adalah molekul yang
larut dalam lemak dan sedikit larut dalam air. Pada molekul yang dapat
diserap, derajat penembusan dapat diubah dengan menggunakan bahan
pembawa yang sesuai, dengan komposisi yang dapat mendorong pelepasan
zat aktif sedemikian rupa, agar dapat mencapai jaringan tempat obat
menunjukkan kerja terapetiknya.

Anda mungkin juga menyukai