OLEH :
KELOMPOK 3
A. Latar Belakang
Para ilmuwan mulai memahami kompleksitas pengiriman obat secara
transdermal. Penjelasan komposisi biokimia dan fungsi hambatan diffusional
intrinsik dari stratum corneum telah mendorong penyelidikan kimia dan sarana
fisik yang meningkatkan penetrasi perkutan dari obat-obatan yang diserap dengan
buruk. Enhancer kimia berfungsi membantu penyerapan dari gugus co-
administered dengan meningkatkan kelarutan dalam stratum korneum atau
meningkatkan fluiditas lemak dari lapisan bilayer intraselular. Dengan
penggunaan ionto atau phonophoresis dapat memfasilitasi penyerapan beberapa
molekul obat dengan perubahan penghalang secara fisik. Peran inklusi peningkat
penetrasi dalam formulasi topikal telah didokumentasikan dengan baik dan
berperan dalam jenis pengiriman obat yang lebih luas melalui stratum korneum.
Sebuah pendekatan umumnya diteliti untuk mempromosikan permeasi melalui
kulit yang buruk dalam penetrasi molekul obat adalah formulasi yang cocok
dalam pengiriman atau penggabungan dari enhancer kimia ke sistem pengiriman
secara transdermal. Dengan mekanisme fisik seperti iontophoresis dan
phonophoresis dapat digunakan untuk mempromosikan difusi obat jenis tertentu.
Peran utama dari stratum korneum untuk memberikan barrier diffusional
substansial dan melindungi tubuh dari ingress oleh xenobiotik. Hal ini dapat
diketahui berdasarkan bahwa stratum korneum adalah lapisan yang mati yang
tidak berguna lagi, dengan cara melihat stratum korneum yang telah berubah
(Walker and Smith, 1995).
Kulit sangat efektif sebagai penghalang penetrasi yang selektif. Absorbsi
perkutan melibatkan bagian dari molekul obat dari permukaan kulit ke lapisan
bawah corneum dibawah pengaruh konsentrasi gradien dan berdifusi melalui
stratum korneum dan menuju epidermis dan dermis melalui sirkulasi darah. Kulit
merupakan penghalang pasif ke molekul penetran, stratum corneum memberikan
perlawanan terhadap penetrasi dan membatasi absorbsi secara perkutan. Peningkat
penetrasi (enhancer) merupakan zat yang membantu dalam penyerapan atau
penetrasi dengan mengurangi impermeabilitas kulit (Sinha dan Kaur, 2000).
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kulit
Kulit merupakan lapisan pelindung tubuh yang sempurna terhadap
pengaruh luar (Aiache, 1993). Kulit berfungsi sebagai sistem epitel pada tubuh
untuk menjaga keluarnya substansi-subtansi penting dari dalam tubuh dan
masuknya subtansi-subtansi asing ke dalam tubuh (Chien, 1987). Meskipun kulit
relatif permeabel terhadap senyawa-senyawa kimia, namun dalam keadaan
tertentu kulit dapat ditembus oleh senyawa-senyawa obat atau bahan berbahaya
yang dapat menimbulkan efek terapetik atau efek toksik baik yang bersifat
setempat maupun sistemik (Aiache, 1993).
Dari suatu penelitian diketahui bahwapergerakan air melalui lapisan kulit
yang tebal tergantung pada pertahanan lapisan stratum corneum yang berfungsi
sebagai rate-limiting barrier pada kulit(Swarbirck dan Boylan, 1995).
Kulit mengandung sejumlah bentukan bertumpuk dan spesifik yang dapat
mencegah masuknya bahan-bahan kimia. Hal tersebut disebabkan oleh adanya
lapisan tipis lipida pada permukaan lapisan tanduk dan lapisan epidermis malfigi.
Sawar kulit terutama disusun oleh lapisan tanduk (stratum corneum), namun
demikian cuplikan lapisan tanduk (stratum corneum) terpisah mempunyai
permeabilitas yang sangat rendah dengan kepekaan yang sama seperti kulit utuh.
Lapisan tanduk saling berikatan dengan kohesi yang sangat kuat merupakan
pelindung kulit yang paling efisien (Aiache, 1993).
Secara mikroskopik, kulit tersusun dari berbagai lapisan yang berbeda,
berturutturut dari luar kedalam yaitu lapisan epidermis, lapisan dermis yang
tersusun atas pembuluh darah dan pembuluh getah bening dan lapisan dibawah
kulit yang berlemak atau yang disebut hipodermis (Aiache, 1993). Struktur kulit
yang terdiri dari lapisan epidermis, dermis dan hipodermis dapat dilihat pada
gambar 1.
Gambar 1. Struktur kulit, terdiri dari epidermis, dermis dan hipodermis
1. Epidermis
Epidermis merupakan lapisan kulit yang paling luar. Lapisan yang
disebut juga dengan kulit ari ini merupakan lapisan kulit yang tahan air yang
memiliki ketebalan yang berbeda-beda. Bagian kulit yang tebal (telapak
tangan dan kaki) memiliki ketebalan berkisar antara 400 hingga 600 µm,
sedangkan untuk kulit yang tipis (selain kulit telapak tangan dan kaki)
memiliki ketebalan antara 75 hingga 150 µm. Fungsi lapisan epidermis :
a. Sebagai penghalang untuk melindungi tubuh dari mikroba atau patogen
berbahaya
b. Melindungi tubuh dari resiko stress oksidan akiban paparan sinar UV
maupun bahan-bahan kimia lainnya.
c. Memberikan ketahanan mekanis pada tubuh.
d. Menjaga agar kulit tetap terhidrasi
e. Memberikan warna pada kulit.
Epidermis merupakan lapisan kulit yang tidak memiliki pembuluh
darah. Lapisan ini tersusun atas beberapa sel utama, yaitu :
a. Sel Merkel, yaitu sel epidermis lokal yang terletak di lapisan basal
epidermis dan selubung epitel folikel rambut yang berfungsi sebagai
reseptor sensorik.
b. Sel Keratinosit, yaitu sejenis sel yang ditemukan di lapisan terluar kulit
yang bertugas menghasilkan keratin, yaitu protein pembentuk kulit,
rambut, dan kuku.
c. Melanosit, yaitu sel-sel yang terdapat pada epidermis yang bertanggung
jawab untuk memproduksi melanin, yaitu zat yang memberikan warna
pada kulit.
d. Sel Langerhans, yaitu sel-sel yang terdapat dalam penile epithelium
yang berperan penting dalam proses imunologi kulit.
Epidermis kulit terbagi atas 5 lapisan, yaitu :
a. Stratum Korneum (Lapisan Zat Tanduk)
Ini merupakan lapisan teratas dan menutupi semua lapisan epiderma.
Stratum corneum juga disebut sebagai lapisan kulit mati (corneocytes)
yang dapat terkelupas dan digantika oleh sel-sel kulit yang baru.
Lapisan ini terdiri dari 15 hingga 20 lapisan sel gepeng tanpa inti dan
organ sel. Stratum korneum berfungsi untuk menghalangi serta
melindungi jaring yang ada di bawahnya dari infeksi, dehidrasi, stres
mekanik, maupun paparan bahan kimia.
b. Stratum Lucidum (Lapisan Bening)
Lapisan ini disebut juga sebagai lapisan barrier yang terletak di bawah
lapisan tanduk yang menghubungkan stratum korneum dengan stratum
granulosum. Di lapisan inilah proses keratinisasi dimulai. Stratum
Lucidum terdiri atas protoplasma sel-sel berwarna jerih yang kecil-
kecil, tipis, dan bersifat translusen sehingga tembus cahaya. Stratum
Lucidum dapat terlihat dengan jelas di telapak tangan dan kaki.
c. Stratum Granulosum (Lapisan Granular)
Stratum granulosum merupakan lapisan epidermis kulit yang tersusun
atas keratinosit yang bermigrasi dari lapisan spinosum. Keratinosit
mengandung keratohyalin yang berfungsi untuk mengikat filamen
keratin.
d. Stratum Spinosum (Lapisan Bertaju)
Merupakan lapisan epidermis yang terletak antara stratum granulosum
dan stratum basal. Lapisan ini terdiri atas keratinosit polyhedral yang
aktif dalam mensintetis protein fibrilar yang dikenal dengan
cytokeratin.
e. Stratum Germinativum (Startum Basale)
Ini merupakan lapisan epidermis yang paling bawah. Stratum ini terdiri
dari sel-sel keratinosit basal batang yang dianggap sebagaii sel induk
epidermis. Beberapa jenis sel yang bisa ditemukan dalam stratum ini
antara lain adalah sel melanosit (yaitu sel yang menghasilkan pigmen),
sel langerhans (yaitu sel kekebalan tubuh), sel merkel (sentuhan
reseptor).
2. Dermis
Dermis merupakan lapisan kulit yang berada di bawah lapisan
epidermis yang keduanya terhubung oleh suatu membran yang dinamakan
membran basal. Lapisan ini lebih tebal daripada lapisan epidermis, yaitu
sekitar 2,5 mm. Dermis tersusun atas beberapa komponen struktural seperti
kolagen (sejenis protein yang menyumbang sekitar 30% dari keseluruhan
protein dalam tubuh), serat elastis, dan matrix ekstrafibrillar, yaitu zat
ekstraseluler yang terdiri dari glukosaminoglikan, proteoglikan, serta
glikoprotein. Selain komponen tersebut, dalam lapisan dermis juga terdapat
mechanoreceptor yang berfungsi untuk memberikan rasa sentuhan, dan
thermoreceptor yang memberikan rasa panas.
Dermis terbagi menjadi 2 lapisan :
a. Stratum Papilare yang merupakan bagian yang berbatasan dengan
epidermis yang mengandung jaringan terminal kapiler.
b. Lapisan Retikular yang merupakan bagian yang terletak di bawah
papiler dan memiliki ukuran yang lebih tebal. Lapisan ini terdiri dari
jaringan ikat yang tidak teratur. Dalam lapisan ini terdapat akar rambut,
kelenjar sebaceous, kelenjar keringat, reseptor, kuku, serta pembuluh
darah.
Lapisan dermis terdiri dari 3 sel utama, yaitu :
a. Fibroblas, yaitu sejenis sel yang bertugas untuk mensintesis matriks
ekstraseluler dan kolagen. Sel ini paling umum terdapat dalam jaringan
ikat hewan.
b. Makrofag, yaitu sel yang terdapat pada jaringan yang berasal dari sel
darah putih (monosit). Presentasi antigen ke sel T dan fagositosis
merupakan kemampuan yang dimiliki oleh sel makrofag ini.
c. Adiposit, yaitu sejenis sel yang berfungsi sebagai tempat penyimpan
lemak. Sel ini merupakan sel penyusun jaringan adiposa serta jaringan
penghantar areolar.
Lapisan dermis merupakan tempat dimana ujung akhir syaraf
sensorik berada. Ujung syaraf tersebut antara lain adalah :
a. Paccini, yaitu ujung syaraf yang terletak di sekitar akar rambut dan
memiliki kepekaan terhadap rangsangan seperti tekanan.
b. Ruffini, yaitu ujung syaraf yang memiliki kepekaan terhadap
rangsangan panas
c. Krause, yaitu ujung syaraf pada kulit yang memiliki kepekaan terhadap
rasa dingin.
d. Lempeng merkel, yaitu ujung syaraf yang terletak di permukaan kulit
yang bertindak sebagai perasa terkait dengan sentuhan serta tekanan
yang ringan.
e. Meisner, yaitu ujung syaraf yang memiliki kepekaan terhadap adanya
sentuhan
f. Ujung syaraf tanpa selaput, yaitu ujung syaraf yang memiliki kepekaan
terhadap adanya rasa nyeri.
3. Hipodermis
Hipodermis merupakan bagian yang terletak di bawah lapisan
dermis. Hipodermis merupakan lapisan yang banyak mengandung lemak
yang bertindak sebagai cadangan makanan, melindungi tubuh terhadap
benturan, serta untuk menahan panas pada tubuh. Hipodermis merupakan
lapisan terdalam kulit yang di dalamnya terdapat pembuluh darah, limfa,
serta saraf yang sejajar dengan permukaan kulit.
Secara umum, hipodermis memiliki berbagai macam fungsi
seperti :
a. Membantu menyangga tubuh bagian dalam terhadap adanya benturan
b. Memberikan bentuk pada tubuh
c. Sebagai lumbung atau penyedia caadangan makanan.
d. Membantu mempertahankan suhu tubuh.
Saat ini, terdapat dua tipe plester yaitu plester dengan sistem reservoir dan
plester dengan sistem matriks (drug in adhesive system). Inti perbedaan di antara
keduanya adalah pada sistem reservoir laju pelepasan obat dari sediaan dan laju
permeasi kulit ditentukan oleh kemampuan kulit mengabsorbsi obat sedangkan
pada sistem matriks laju pelepasan obat dari sediaan diatur oleh matriks.
Contoh obat yang diberikan secara transdermal adalah nitrogliserin
(digunakan untuk pengobatan angina). Pada umumnya patch nitrogliserin
transdermal ditempelkan di dada atau punggung. Yang harus diperhatikan adalah
patch ini harus ditempatkan pada kulit yang bersih, kering, dan sedikit ditumbuhi
rambut agar patch dapat menempel dengan baik.
Ada lima jenis utama patch transdermal yaitu :
1. SINGLE-LAYER OBAT-IN-ADHESIVE
Dalam sistem ini obat ini termasuk langsung dalam-menghubungi perekat
kulit. Dalam jenis ini patch lapisan perekat bertanggung jawab atas pelepasan
obat, dan berfungsi untuk mematuhi berbagai lapisan bersama-sama, bersama
dengan seluruh sistem pada kulit. Lapisan perekat dikelilingi oleh liner
sementara dan pendukung. Single-layer Obat-in-Adhesive sistem ini ditandai
dengan masuknya obat langsung dalam perekat kulit menghubungi. Dalam
sistem desain transdermal, perekat tidak hanya berfungsi untuk
menempelkan sistem untuk kulit, tapi juga berfungsi sebagai dasar
formulasi, yang berisi obat dan semua eksipien di bawah film dukungan
tunggal. Laju pelepasan obat dari jenis sistem tergantung pada difusi di
seluruh kulit.
2. MULTI LAYER-DRUG-IN-ADHESIVE
Multi-layer Drug-in-Adhesive mirip dengan lapisan-Single Obat-in-Adhesive
dalam bahwa obat ini dimasukkan langsung ke dalam perekat. The-lapisan
sistem multi menambahkan lapisan lain obat--perekat dalam, biasanya
dipisahkan oleh membran. Patch ini juga memiliki lapisan sementara-liner
dan dukungan permanen. Obat-in-Adhesive multi-lapisan mirip dengan
Single-layer Obat-in-Adhesive di bahwa obat ini dimasukkan langsung ke
dalam perekat. Namun, multi-layer meliputi baik penambahan membran
antara dua lapisan obat-in-perekat yang berbeda atau penambahan lapisan
obat-in-perekat ganda bawah tunggal dukungan film.
3. DRUG RESERVOIR IN ADHESIVE
Desain sistem transdermal Reservoir termasuk kompartemen cair yang
mengandung solusi obat atau suspensi dipisahkan dari liner rilis oleh
membran semi-permeabel dan perekat. Komponen perekat produk dapat
menjadi sebagai lapisan kontinu antara membran dan liner pelepasan atau
sebagai konfigurasi konsentris di sekitar membran.
4. DRUG MATRIX- IN- ADHESIVE
Desain sistem Matrix ditandai oleh dimasukkannya matriks semisolid yang
mengandung obat larutan atau suspensi yang bersentuhan langsung dengan
liner rilis. Komponen yang bertanggung jawab untuk kulit adhesi yang
tergabung dalam overlay dan membentuk konsentris konfigurasi sekitar
semipadat matriks.
5. PATCH UAP
Dalam hal ini jenis patch lapisan perekat tidak hanya berfungsi untuk
mematuhi berbagai lapisan bersama-sama, tetapi juga untuk melepaskan
uap. Patch uap yang baru di pasar dan mereka melepaskan minyak esensial
hingga 6 jam. Uap patch melepaskan minyak esensial dan digunakan dalam
kasus decongestion terutama. Uap lainnya tambalan di
pasar adalah pengendali uap patch yang meningkatkan kualitas tidur. Uap
patch yang mengurangi jumlah rokok yang satu merokok dalam satu bulan
adalah juga tersedia di pasar.
C. Definisi Enhancer
Enhancer adalah suatu bahan yang ditambahkan dalam formulas sediaan
topikal yang diharapkan dapat meningkatkan jumlah obat yang berpenetrasi ke
dalam kulit, sehingga kadar obat yang diberikan memberikan efek yang
diharrapkan. Enhancer adalah bahan kimia yang berinteraksi dengan konstituen
kulit untuk meningkatkan flux obat (Sari, 2007) (Prasetia, 2007)
D. Syarat Enhancer
Syarat enhancer yang boleh digunakan pada formulasi sediaan topikal
adalah (Barry, 1983):
1. Tidak toksik, tidak menyebabkan iritasi dan alergi.
2. Onset of action dalam meningkatkan penetrasi obat ce[pet, durasi efeknya
dapat diprediksi dan reprodusibel.
3. Tidak memiliki efek farmakologis dan tidak berinteraksi dengan reseptor
pada kulit.
4. Saat enhancer dibersihkan dari kulit, jaringan kulit harus dapat kembali
seperti semula dengan fungsi sawar normal.
5. Ketika menggunakan enhancer, cairan tubuh, elektrolit atau bahan- bahan
endogen tidak boleh hilang dari tubuh.
6. Kompatibel secara fisika dan kimia dengan bahan obat dan bahan- bahan
penunjang lainnya.
7. Enhancer mudah menyebar di kulit dan aseptabel.
8. Tidak berbau, tidak berasa, tidak berwarna, aseptabel secara kosmetika,
dan murah.
Selain itu, syarat enhancer harus farmakologi inert, tidak beracun, tidak
menyebabkan iritasi, nonallergenic, kompatibel dengan obat dan eksipien, tidak
berbau, berasa, tidak berwarna, dan murah dan memiliki sifat pelarut yang baik
(Sinha dan Kaur, 2000). Enhancer seharusnya tidak menyebabkan hilangnya
cairan tubuh, elektrolit, dan bahan endogen lainnya, dan kulit harus segera
kembali seperti semula (Sinha dan Kaur, 2000).
F. Penggolongan Enhacer
1. Enhancer Kimia
Lingkungan dari stratum corneum adalah dianggap sebagai tempat
kegiatan penetrasi enhancer kimia. Sementara diperkirakan mekanisme
senyawa ini adalah meningkatkan permeasi. Aktivitas mereka dianggap
sebagai hasil dari beberapa efek dalam biokimia beragam lingkungan dari
lapisan ini. Saat ini dipercaya bahwa enhancer bahan kimia aktif oleh
spasial gangguan pengaturan dari antar molekul. Hal ini adalah seragam,
sifat biokimia diperintah secara alami ,terutama lipid bilayer, yang
menjaga dan mempromosikan lebih banyak perlawanan diffusional dari
penghalang. Selain itu, modifikasi dari lingkungan intraselular dari
korneosit juga mungkin berpengaruh dalam jenis penetrasi tertentu dari
obat. Kisaran komponen biokimia yang ditemukan di lapisan penghalang
penetrasi menunjukkan bahwa enhancer kimia dari kelompok harus efektif
dalam mempromosikan penetrasi perkutan. Kisaran enhancer kimia yang
telah diteliti sampai saat ini adalah luas, Berikut ini adalah tinjauan dari
beberapa senyawa dan mekanismenya:
a. Sulfosida
c. Poliol
Kompleksitas molekul glikol yang berbeda adalah penentu
keberhasilan mereka sebagai permeasi enhancer.
Kelarutan obat dalam pengiriman vehicle , dipengaruhi oleh jumlah
etilenaoksida dalam kelompok fungsional pada molekul enhancer,
modifikasi kelarutan ini dapat meningkatkan atau menghambat
perubahan transdermal yang terus menerus tergantung pada obat
tertentu dan pengiriman lingkungan.
Kegiatan propilenglikol diperkirakan sebagai hasil dari solvasi dari
alfa-keratin dalam stratum korneum, tempat ikatan hidrogen protein
dapat mengurangi jaringan obat yang mengikat dan
mempromosikan permeasi (Walker and Smith, 1995)..
d. Alkana
Alkana rantai panjang (C-C,,) dapat meningkatkan permeabilitas
kulit oleh yang tidak bersifat merusak perubahan penghalang lapisan
corneum. Temuan ini dikonfirmasi pada studi di mana nonane
diselidiki sebagai enhancer, meskipun harus ada solubilisasi yang
merusak dan ekstraksi biokimia yang disebabkan oleh pelarut yang
lipofilik (Walker and Smith, 1995).
e. Asam Lemak
Perturbasi selektif dari lipid antar bilayer dalam stratum korneum
adalah faktor utama dari kegiatan yang dapat meningkatkan asam
lemak.
Hubungan struktur aktivitas adalah predominan yaitu variasi dari
asam oktadekanoik sehubungan dengan jumlah ikatan rangkap dan
konfigurasi isomer cis/trans, misalnya menunjukkan perbedaan
efek enhancing dalam penetrasi.
Khususnya, asam oleat telah ditemukan untuk menurunkan
temperatur lipid kulit dalam fase transisi dengan peningkatan resultan
dalam motional freedom atau fluiditas inistruktur. Penyerapan obat
perkutan telah ditingkatkan oleh berbagai macam asam lemak rantai
panjang, yang paling populer yang adalah asam oleat. Menarik untuk
dicatat bahwa penetrasi enhancer banyak seperti Azone berisi rantai
hidrokarbon jenuh atau tak jenuh dan hubungan struktur aktivitas
beberapa telah diambil dari studi luas Aungst yang meneliti berbagai
asam lemak dan alkohol, sulfoksida, surfaktan dan amida sebagai
peningkat untuk nalokson.
Dari eksperimen yang ekstensif, tampak bahwa panjang rantai alkil
jenuh dari sekitar C10-C12 melekat pada kelompok kepala polar
menghasilkan enhancer kuat. Sebaliknya, untuk penetrasi enhancer
mengandung rantai alkil tak jenuh, kemudian C18 muncul mendekati
optimum. Seperti senyawa tak jenuh, konfigurasi cis membungkuk
diharapkan mengganggu lipid lebih daripada pengaturan trans, yang
sedikit berbeda dari analog jenuh.
Asam lemak telah digunakan untuk memperbaiki pemberian
transdermal, antara lain, estradiol, progesteron asiklovir, 5-fluorouracil
dan asam salisilat, menunjukkan bahwa enhancer dapat digunakan
untuk meningkatkan pemberian dari kedua lipofilik dan hidrofilik
permeants. Asam laurat PG meningkatkan pengiriman lipofilik-
estrogen.
Efek asam lemak pada pemberian obat melalui kulit manusia dapat
bervariasi. Misalnya, Santoyo dan Ygartua, digunakan mono-
unsaturated asam oleat, poliunsaturated, linoleat dan asam linolenat
dan enhancer jenuh asam laurat untuk mempromosikan fluks
piroksikam. Pra memperlakukan jaringan dengan asam lemak
meningkatkan jumlah piroksikam yang ditahan dalam kulit dan juga
menurun lag time untuk fluks pseudo steady state. Seperti Azone,
asam oleat dipengaruhi pada konsentrasi yang relatif rendah (biasanya
kurang dari 10%) dan dapat bekerja secara sinergis ketika dibebaskan
dari vesikel seperti PG atau sistem terner dengan mononitrat dimetil.
Berbagai analog dari lemak telah diteliti sebagai penetrasi enhancer,
untuk diesters misalnya meningkatkan permeasi obat anti-inflamasi
non-steroid melalui kulit tikus.
Upaya sungguh-sungguh telah diarahkan pada investigasi
mekanisme kerja dari asam oleat sebagai enhancer penetrasi di kulit
manusia. Hal ini jelas dari laporan berbagai literatur, enhancer
bertindak dengan memodifikasi domain lipid dari stratum korneum,
seperti yang diharapkan untuk panjang rantai asam lemak dengan
konfigurasi cis . Investigasi spektroskopi menggunakan asam oleat
deuterated di stratum korneum manusia menunjukkan bahwa Asam
oleat pada konsentrasi yang lebih tinggi juga bisa eksis sebagai fase
terpisah (atau sebagai 'pools') dalam dua lapis lipid. Baru-baru ini,
studi elektron mikroskopis telah menunjukkan bahwa domain lipid
hati diinduksi dalam lipid stratum korneum pada lapisan asam oleat.
Pembentukan tersebut akan memberikan cacat permeabilitas dalam
lapisan lipid ganda sehingga memfasilitasi permeasi hidrofilik
permeants melalui membran (Walker and Smith, 1995).
f. Ester
Ester seperti etil asetat secara relatif bersifat polar.
Ikatan senyawa hydrogen dapat meningkatkan permeasi dengan
cara yang sama dengan sulfosida dan formamida oleh
penetrasi ke stratum corneum dan meningkatkan fluiditas lipid
oleh gangguan kemasan lipid. Hal yang sama untuk isopropil
miristat dan di samping ester alifatik dapat mempengaruhi
partisi antara vehicle dan kulit dengan efek solubilisasi (Walker
and Smith, 1995).
g. Air
Salah satu pendekatan lama untuk meningkatkan pengiriman obat-
obatan transdermal topikal adalah dengan menggunakan air.
Kandungan air pada stratumkorneum manusia biasanya sekitar 15-
20% dari berat kering jaringan, meskipun ini jelas tapi variasi
tergantung pada lingkungan eksternal seperti kelembaban.
Perendaman kulit dalam air, memperlihatkan kelembaban membran
tinggi atau, seperti yang lebih biasa di bawah kondisi klinis,
oklusijaringan sehingga mencegah kehilangan air transepidermal.
Memungkinkan stratum korneum untuk mencapai kadar air yang
seimbang dengan lapisan epidermis yang mendasari sel-sel kulit.
Dengan demikian, pada oklusi, kandungan air pada membran luar bisa
mendekati 400% dari berat jaringan kering. Banyak persiapan dan
produk klinis efektif seperti oklusi salep dan patch, yang menyediakan
satu mekanisme enhancer obat pengiriman hanced; banyak formulasi
patch memberikan obat pada tingkat yang lebih tinggi dari yang
diharapkan karena modifikasi air di konten stratum korneum (Walker
and Smith, 1995).
h. Azone
Azone (1-dodecilazacukloheptan-2-satu atau Lauro-kapram) adalah
molekul pertama yang dirancang khusus sebagai peningkat
penetrasi kulit.
Bahan kimia itu dapat dianggap sebagai hibrida dari amida siklik,
seperti dengan struktur pirolidon (lihat Bagian 3.4 menjadi rendah)
dengan sebuah alkilsulfoksida tetapi hilang kelompok sulfoksida
aprotik yang menyediakan beberapa kerugian yang tercantum di
atas untuk DMSO. Azone berupa cair tidak berwarna, tidak berbau
dengan titik leleh -7 oC dan halus, berminyak tapi belum merasa
tidak berminyak. Seperti yang akan diharapkan dari struktur kimia,
Azone merupakan bahan yang sangat lipofilik dengan log
Poktanol/air 6.2 di sekitar dan itu larut dalam dan kompatibel
dengan pelarut organik termasuk alkohol dan propilen glikol (PG).
Bahan kimia iritasi rendah, toksisitas sangat rendah (LD50 oral
pada tikus 9 g / kg) dan sedikit aktivitas farmakologi meskipun
beberapa bukti ada untuk efek antivirus. Jadi, kalau dilihat dari
atas, Azone tampaknyamemiliki banyak kualitas yang diinginkan
terbuka dalam penetrasi enhancer. Azone meningkatkan
transportasi kulit yang luas berbagai obat termasuk steroid, agen
antibiotik dan antivirus. berisi laporan memotong aktivitas dalam
mempromosikan fluks hidrofilik dan lipofilik permeant. Seperti
banyak enhancer penetrasi, konsentrasi azone sangat tergantung
oleh pilihan dari mana ia diterapkan. Anehnya, Azone yang paling
efektif adalah dalam konsentrasi rendah, yang digunakan biasanya
antara 0,1% dan 5%, sering antara 1% dan 3%. Meskipun azone
telah digunakan selama 25 tahun, penelitian terus menyelidiki
mekanisme kerjanya. Azone mungkin exerts meningkatkan efek
penetrasinya melalui interaksi dengan domain lipid dari stratum
korneum. Menimbang struktur kimia molekul (yang memiliki besar
kelompok kepala polar dan rantai lemak alkil) akan diharapkan
bahwa partisi enhancer ke lapisan ganda lipid mengganggu
pengaturan; integrasi ke dalam lipid tidak mungkin homogen
mempertimbangkan berbagai komposisi dan packing domain dalam
lapisan lipid stratum korneum. Dengan demikian, molekul Azone
mungkin tersebar dalam penghalang lipid atau dalam domain yang
terpisah dalam lapisan. ‘soup spoon' Sebuah model untuk
konfordalmasi azone lipid stratum corneum mendukung atas
mekanisme aksi dan studi fraksi elektron menggunakan lipid
terisolasi dari manusia stratum korneum menyediakan bukti yang
baik bahwa Azone ada (atau sebagian ada) sebagai fase yang
berbeda dalam stratum corneum lipid. Ekstensif diskusi tentang
metabolisme dan nasib Azone dan pada penggunaannya sebagai
peningkat penetrasi telah ditinjau dan molekul yang masih
diselidiki saat ini (Walker and Smith, 1995)..
Pirolidon
Pirolidon dan turunannya dilaporkan berinteraksi dengan kedua
keratin dan dengan lipid di kulit Azon menunjukkan:
Efek yang signifikan pada konsentrasi rendah kedua obat
hidrofilik dan
hidrofobik dan adalah salah satu dari beberapa enhancer yang
telah dikembangkan secara komersial.
Mempengaruhi struktur lipid pada stratum corneum
Dapat mengurangi transisi suhu dalam bilayers lipid untuk
mendorong pembentukan fasa cair dengan resultan peningkatan
fluiditas lipid.
Berbagai pirrolidon dan struktural terkait senyawa telah diteliti
sebagai potensi penetrasisipil enhancer di kulit manusia. Seperti
Azone dan banyak enhancer penetrasi lain, mereka tampaknya
memiliki efek lebih besar pada permeant hidrofilik daripada bahan
lipofilik, walaupun ini mungkin potensi peningkatan yang lebih besar
bagi hidrofilik permeants yang kecil. N-metil-2-pirrolidon dilakukan
(NMP) dan 2-pirolidon (2P) adalah enhancer yang paling dipelajari
secara luas dari kelompok ini. NMP adalah aprotik polar pelarut dan
digunakan untuk mengekstrak gugus aromatik dari minyak, olefin dan
pakan ternak. Ini adalah cairan bening pada suhu kamar dan larut
dengan pelarut yang paling umum termasuk air dan alkohol. Demikian
juga 2P yang larut dengan pelarut termasuk air dan alkohol, dan cairan
di atas 25oC. 2P juga digunakan secara komersial sebagai pelarut
dalam minyak produksi dan berguna sebagai pelarut untuk gula,
yodium dan polimer. 2P banyak digunakan pembuatan eksipien
farmasi polivinil. Pirrolidon telah digunakan sebagai permeasi
promoters untuk berbagai molekul termasuk hidrofilik (misalnya
manitol, 5-fluorourasil dan sulfaguanidin) dan hidrokor lipofilik
(betametason-17-benzoatison dan progesteron) permeants. Seperti
banyak studi, peningkatan fluks yang lebih tinggi telah dilaporkan
untuk molekul hidrofilik. Baru-baru ini NMP bekerja dengan
keberhasilan yang terbatas sebagai penetrasi enhancer untuk kaptopril
ketika dirumuskan ke dalam matriks transdermal jenis patch. Dalam
hal mekanisme, partisi pirrolidon baik ke strata stratum manusia.
Dalam jaringan mereka mungkin bertindak dengan mengubah sifat
pelarut membran dan pirrolidon telah digunakan untuk menghasilkan
'reservoirs' dalam selaput kulit. Seperti efek reservoir menawarkan
potensi untuk pelepasan permeant dari stratum corneum atas
diperpanjang periode waktu. Namun, seperti dengan beberapa
penetrasi enhancer lain, penggunaan klinis dari pirrolidon dihindari
karena reaksi yang merugikan. Seorang vasokonstriktor studi
bioavailabilitas in-vivo didemonstrasikan bahwa pirrolidon
menyebabkan eritema di beberapa relawan, meskipun efek ini relatif
singkat. Reaksi racun kontak higroskopis untuk N-metil-2- pirolidon
baru-baru ini telah dilaporkan (Walker and Smith, 1995).
j. Senyawa terpen
Baik mono dan seskuiterpen: meningkatkan penyerapan perkutan
dari campuran dengan meningkatkan difusivitas obat dalam stratum
korneum dan atau gangguan dari penghalang antar sel lipid.
Terpenoida: meningkatkan konduktivitas listrik jaringan sehingga
membuka jalur kutub dalam stratum corneum (Walker and Smith,
1995).
l. Siklodekstrin
Siklodekstrin adalah zat biokompatibel yang dapat membentuk
kompleks inklusi dengan lipofilik obat dengan peningkatan resultan
pada kelarutan mereka, khususnya dalam larutan air .Namun,jika
digunkan siklodekstrin saja , menjadi kurang efektif sebagai peningkat
penetrasi daripada ketika dikombinasikan dengan asam lemak dan
propilen glikol (Walker and Smith, 1995).
n. Fosfolipid
Banyak penelitian telah mempekerjakan fosfolipid sebagai vesikel
(liposom) untuk membawa obat ke dalam dan melalui manusia kulit.
Namun, beberapa studi telah menggunakan fosfolipid dalam bentuk
non-vesikuler sebagai penetrasi enhancer. Sebagai contoh, teofilin
telah ditingkatkan melalui kulit tikus berbulu oleh pospatidilcholin
1%- pada PG, konsentrasi di mana liposom tidak akan terbentuk.
Demikian pula, fluks indometasin ditingkatkan melalui kulit tikus oleh
fosfolipid yang sama dan fosfolipid kacang kedelai dihidrogenasi telah
dilaporkan untuk meningkatkan permeasi diklofenak melalui kulit
tikus secara in vivo. Tidak ada bukti kuat yang menunjukkan bahwa
fosfolipid berinteraksi langsung dengan pembungkus stratum
corneum, meskipun ini mungkin dipertimbangkan sifat dan struktur-
fisika-kimia. Namun, fosfolipid dapat menutup permukaan kulit dan
dengan demikian dapat meningkatkan hidrasi jaringan, sehingga dapat
meningkatkan permeasi obat. Ketika diterapkan pada stratum korneum
sebagai vesikel, fosfolipid dapat sekering seperti lipid stratum
korneum. Ini membebaskan struktur permeant ke vehikel di mana obat
mungkin kurang larut dan karenanya aktivitas termodinamika bisa
dinaikkan dengan pengiriman obat (Walker and Smith, 1995).
p. Intervensi metabolik
Pendekatan yang lebih intervensionis pada peningkatan penetrasi
diusulkan oleh Elias et al.). Strategi yang mengganggu salah satu atau
semua proses sintesis, perakitan, sekresi, aktivasi, pemrosesan, atau
assembling/disasembling membran pipih ekstraseluler, bisa
mempromosikan permeasi sebagai pengubah barier homeostasis.
Konsep mengganggu barier homeostasis dalam skala waktu yang
relatif lama menimbulkan segudang pertimbangan klinis (Walker and
Smith, 1995).
q. Umum
Penetrasi kimia enhancer memungkinkan mengubah potensi
pelarut dari lapisan corneum yang, mungkin menyediakan suatu
daerah yang lebih besar afinitasnya untuk permeant sehingga
memberikan potensi yang lebih besar untuk mempartisikan obat ke
dalam kulit.
Kelarutan enhancer dalam permeant di enhamcer yang
dimodifikasi dalam stratum corneum, bisa memfasilitasi translokasi
obat.
Banyak penetrasi enhancer beroperasi dengan gangguan dari lipid
antar matriks stratum korneum, baik oleh peningkatan medium
fluiditas sehingga memfasilitasi difusi obat atau dengan pembentukan
dari alternate domains dalam struktur bilayer. Mekanisme ini
memungkinkan operasi secara simultan dan dengan demikian dapat
meningkatkan permeant transdermal secara terus-menerus lebih besar
daripada jika mekanisme masing-masing operasi sendiri (Walker and
Smith, 1995).
2. Enhancer Fisik
a. Iontophoresis,
suatu teknik yang membutuhkan lipatan suatu arus listrik kecil di
kulit, telah digunakan untuk memberikan molekul obat yang
terionisasi dan peptida pada tingkat yang lebih cepat daripada pada
normal.
Mekanisme molekul yang dipaksa kedalam stratum korneum
karena ditolak dari polaritas elektroda yang sama.
Keuntungannya adalah bahwa permeant secara terus menerus bisa
secara efektif dikendalikan oleh perubahan arus, sehingga dapat
digunakan sebagai terapi untuk kondisi tertentu.
Alterasi dari permeabilitas kulit tergantung pada iontoforetik
setelah penghentian, setelah yang fungsi penghalang kembali ke
keadaan normal. Hal ini menyatakan bahwa perubahan fisik kulit
atau lapisan corneum dibandingkan dengan kekuatan elektrostatik
sendiri adalah berhubungan dengan penetasi yang ditingkatkan dari
penghalang kulit (Walker and Smith, 1995).
b. Fonoforesis
Sebuah alternatif untuk iontophoresis adalah USG, atau
penggunaan phonophoresis, untuk meningkatkan permeabilitas
kulit untuk molekul obat
Mekanisme yang tepat dengan phonophoresis tidak diketahui,
dimana mekanisme tersebut dianggap mengurangi potensial
penghalang, tetapi mungkin terjadi peningkatan fluiditas domain
penghalang dan energi kinetik dari molekul permeant sebagai hasil
dari konversi energi gelombang untuk energi mekanik, dan panas
dalam stratum corneum.
Penggunaan phonophoresis dapat merusak struktur kulit jika
aplikasi frekuensi dan intensitas komprehensif (Walker and Smith,
1995).
BAB III
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA