PERCOBAAN VI
Kelompok G/6 :
2019
PERCOBAAN VI
ABSORBSI PERKUTAN OBAT
I. TUJUAN
Percobaan ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh absorbsi perkutan asam
salisilat dengan basis salep vaselin dan PEG.
1. Epidermis
Terbagi atas beberapa lapisan yaitu :
a. Stratum basal, lapisan basal atau germinativum, disebut stratum basal
karena selselnya terletak dibagian basal. Stratum germinativum
menggantikan sel-sel di atasnya dan merupakan sel-sel induk.
b. Stratum spinosum, lapisan ini merupakan lapisan yang paling tebal dan
dapat mencapai 0,2 mm terdiri dari 5-8 lapisan.
c. Stratum granulosum, terdiri dari sel–sel pipih seperti kumparan. Sel–sel
tersebut hanya terdapat 2-3 lapis yang sejajar dengan permukaan kulit.
d. Stratum lusidum, langsung dibawah lapisan korneum, terdapat sel-sel
gepeng tanpa inti dengan protoplasma.
e. Stratum korneum, memiliki sel yang sudah mati, tidak mempunyai inti
sel dan mengandung zat keratin.
2. Dermis
Dermis merupakan lapisan kedua dari kulit. Batas dengan
epidermis dilapisi oleh membran basalis dan disebelah bawah berbatasan
dengan subkutis tetapi batas ini tidak jelas hanya yang bisa dilihat sebagai
tanda yaitu mulai terdapat sel lemak pada bagian tersebut. Dermis terdiri
dari dua lapisan yaitu bagian atas, pars papilaris (stratum papilar) dan
bagian bawah pars retikularis (stratum retikularis).
3. Subkutis
Subkutis terdiri dari kumpulan sel lemak dan di antara gerombolan
ini berjalan serabut jaringan ikat dermis. Sel-sel lemak ini bentuknya bulat
dengan inti yang terdesak kepinggir, sehingga membentuk seperti cincin.
Lapisan lemak disebut penikulus adiposus yang tebalnya tidak sama pada
setiap tempat.
4. Adneksa Kulit
Terdiri atas kelenjar-kelenjar kulit, rambut dan kuku.Kelenjar kulit
terdapat di lapisan dermis, terdiri atas kelenjar keringat dan kelenjar
palit.Terdapat 2 macam kelenjar keringat, yaitu kelenjar ekrin yang
berukuran kecil, terletak dangkal pada bagian dermis dengan sekret yang
encer, dan kelenjar apokrin yang lebih besar, terletak lebih dalam dan
sekretnya lebih kental (Djuanda, 2003).
Fungsi kulit :
Absorpsi perkutan adalah masuknya molekul obat dari luar kulit ke dalam
jaringan di bawah kulit, kemudian masuk ke dalam sirkulasi darah dengan 6
mekanisme difusi pasif (Chien, 1987). Mengacu pada Rothaman, penyerapan
(absorpsi) perkutan merupakan gabungan fenomena penembusan suatu senyawa
dari lingkungan luar ke bagian kulit sebelah dalam dan fenomena penyerapan dari
struktur kulit ke dalam peredaran darah dan getah bening. Istilah perkutan
menunjukkan bahwa penembusan terjadi pada lapisan epidermis dan penyerapan
dapat terjadi pada lapisan epidermis yang berbeda (Aiache, 1993). Untuk obat-
obat dengan indeks terapi yang sempit dapat menggunakan rute transdermal
sebagai sistem penghantaran obat, juga untuk obat-obat dengan waktu paro yang
kecil. Pada penggunaan transdermal, pengobatan dapat dengan segera dihentikan
bila diinginkan, melalui penghilangan sediaan transdermal dari permukaan kulit
(Bannakar dan Osborne, 1991) Fenomena absorpsi perkutan (atau permeasi pada
kulit) dapat digambarkan dalam tiga tahap yaitu penetrasi pada permukaan
stratum corneum, difusi melalui stratum corneum, epidermis dan dermis,
masuknya molekul ke dalam mikrosirkulasi yang merupakan bagian dari sirkulasi
sistemik (Chien, 1987).
a. Penetrasi Transepidermal
Sebagian besar penetrasi zat adalah melalui kontak dengan lapisan
stratum corneum. Jalur penetrasi melalui stratum corneum ini dapat
dibedakan menjadi jalur transeluler dan interseluler. Prinsip masuknya
penetran ke dalam stratum corneum adalah adanya koefisien partisi dari
penetran. Obat-obat yang bersifat hidrofilik akan berpartisi melalui jalur
transelular sedangkan obat-obat lipofilik akan masuk kedalam stratum
corneum melalui rute interseluler. Sebagian besar difusan berpenetrasi
kedalam stratum corneum melalui kedua rute tersebut, hanya kadang-
kadang obat-obat yang bersifat larut lemak berpartisi dalam corneocyt
yang mengandung residu lemak. Jalur interseluler yang berliku dapat
berperan sebagai rute utama permeasi obat dan penghalang utama dari
sebagian besar obat obatan (Swarbrick dan Boylan, 1995).
b. Penetrasi Transappendageal
Penetrasi melalui rute transappendageal adalah penetrasi melalui
kelenjarkelenjar dan folikel yang ada pada kulit. Setiap satu sentimeter
persegi kulit manusia terdapat 10 folikel rambut, 15 kelenjar minyak dan
100 kelenjar keringat yang dapat dilalui oleh obat. Rute transappendageal
ini sangat berarti bagi ion-ion dan molekul dengan ukuran besar yang
berpermeasi lambat melalui stratum corneum (Swarbrick dan Boylan,
1995). Rute transappendageal ini dapat menghasilkan difusi yang lebih
cepat segera setelah penggunaan obat karena 8 dapat menghilangkan
waktu yang diperlukan oleh obat untuk melintasi stratum corneum. Difusi
melalui transappendageal ini dapat terjadi dalam 5 menit dari pemakaian
obat (Swarbrick dan Boylan, 1995).
Berbagai tahap difusi zat aktif ke dalam lapisan kulit adalah
sebagaimana pada gambar :
Diambil 1 ml beningan
Dicentrifuge 15'
Diambil 1ml beningan
Ditambah 3ml air
Ditentukan konsentrasi obat dengan
spektrofotometer
Salep ditutup dengan aluminium foil dan di balut dengan kain kasa
Pengambilan sampel darah dilakukan menit ke 0,10, 20, 30, 45, 60,
90, dan 120
VASELIN PEG
t (menit)
KEL 1 KEL 2 KEL 3 KEL 4
0 -0,073 -0,087 0,048 0,112
10 -0,145 -0,376 0,125 -0,174
20 -0,348 0,041 0,125 -0,151
30 -0,341 -0,087 0,112 -0,243
40 -0,271 0,064 -0,484 -0,285
45 -0,301 0,101 0,052 0,465
60 -0,251 -0,491 0,209 -0,313
90 -0,109 -0,26 0,005 -0,055
120 -0,797 -0,044 0,09 -0,124
VASELIN PEG
WAKTU KEL 1 KEL 2 KEL 3 KEL 4
Cp ln Cp Cp ln Cp Cp ln Cp Cp ln Cp
0 -9,34318 #NUM! -11,8188 #NUM! 12,05288 2,489304 23,36981 3,151445
10 -22,0747 #NUM! -62,9217 #NUM! 25,66856 3,245267 -27,2027 #NUM!
20 -57,9706 #NUM! 10,8151 2,380943 25,66856 3,245267 -23,1357 #NUM!
30 -56,7328 #NUM! -11,8188 #NUM! 23,36981 3,151445 -39,4038 #NUM!
40 -44,3549 #NUM! 14,88211 2,70016 -82,019 #NUM! -46,8305 #NUM!
45 -49,6597 #NUM! 21,42471 3,064545 12,76019 2,54633 85,78971 4,451899
60 -40,8184 #NUM! -83,2568 #NUM! 40,52202 3,701846 -51,7816 #NUM!
90 -15,7089 #NUM! -42,4098 #NUM! 4,449326 1,492753 -6,16029 #NUM!
120 -137,366 #NUM! -4,21519 #NUM! 19,47961 2,969369 -18,3613 #NUM!
AUC TRAPEZOID
VASELIN PEG
WAKTU
KEL 1 KEL 2 KEL 3 KEL 4
t0-t10 -267,5 -688,3 248,9 97,68
t10-t20 -690,1 -206,5 385 -387,7
t20-t30 -857,2 -64,11 373,5 -428,4
t30-t40 -727,2 89,73 -176,4 -628,2
t40-t45 -359,2 144,3 -378,2 -19,68
t45-t60 -984,7 -1088 495,3 898,5
t60-t90 -1084 -2521 1282 -1646
t90-120 -4357 -762,6 425,7 -460,2
AUC
TOTAL -9326 -5097 2656 -2574
VI. PEMBAHASAN
1. Faktor fisika-kimia
3. Waktu difusi
Dari persamaan Higuchi (5), terlihat bahwa semakin cepat waktu difusi
akan semakin besar obat yang dilepaskan, sebaliknya obat yang dilepaskan
akan semakin kecil bila waktu difusinya semakin lambat (Zopf dan Blang,
1974).
5. Faktor biologis
Menurut Lachman dkk (1994), absorbsi obat dari basisnya tidak hanya
tergantung pada komposisi dasar salep tetapi juga tergantung pada
beberapa faktor biologis yaitu: - kondisi kulit, daerah kulit yang diobati ,
keadaan hidrasi pada stratum corneum, suhu kulit, ketebalan fase penebal
kulit perbedaan spesies dan kelembaban kulit.
Setelah salep dioleskan pada kulit, maka asam salisilat akan keluar dari
bahan pembawa atau basis kemudian akan kontak dengan stratum corneum. Obat
akan menuju epidermis dan masuk ke sirkulasi secara difusi pasif. Diharapkan
asam salisilat sebagai keratolitik tidak sampai berdifusi pasif masuk ke sirkulasi
sistemik. Untuk mengetahui ada atau tidaknya asam salisilat yang masuk ke
saluran sistemik maka dilakuaan pengambilan darah kelinci untuk dihitung
konsentrasi asam salisilat yang ada dalam darah. Darah diambil melalui vena
telinga pada kelinci. Darah diambil pada menit ke 0 sebagai blanko dan
selanjutnya pada menit ke 10, 20, 30, 45, 60, 90, dan 120 setelah pengolesan
salep.
Darah yang diambil ditempatkan pada ependrof yang telah diberi heparin.
Penambahan heparin bertujuan untuk mencegah penggumpalan darah hewan uji.
Darah dimasukkan tabung centrifuge dan ditambah 2ml TCA 20% kemudian
divortex dengan tujuan untuk menghomogenkan larutan. Penambahan 2ml TCA
20% bertujuan untuk mengendapkan makromolekul protein dalam larutan (darah).
Protein dalam darah (albumin) akan mengganggu dalam proses pengukuran
serapan dengan spektofotometer UV karena protein dapat mengikat obat dalam
plasma. Setelah itu disentrifuge selama 15 menit dengan kecepatan 2500 rpm. Hal
ini bertujuan untuk memperoleh beningannya yang berupa plasma darah.
Beningan yang diperoleh diambil sebanyak 1,0 mL kemudian ditambah 3,0 mL
aquadest dan diukur serapannya dengan metode spektrofotometri UV. Digunakan
metode spektrofotometri UV karena asam salisilat memiliki gugus auksokrom dan
gugus kromofor dalam strukturnya. Setelah diketahui kadar asam salisilat dalam
darah kemudian dihitung luas area di bawah kurva atau area under curve (AUC).
Tujuan penghitungan AUC untuk mengetahui kadar obat dalam sirkulasi sitemik.
Berdasarkan data pengamatan di dapatkan AUC PEG lebih besar dari pada
vaselin, maka dapat disimpulkan bahwa vaslin lebih bagus sebagai basis dari asam
salisilat. Hal itu sesuai dengan teori, bahwa AUC PEG lebih besar dari pada vaselin,
karena vaselin yang sifatnya mmilih dengan vaselin sehinga susah dilepas.
Dalam pratikum, asam salisilat digunakan sebagai keratolitik yang
seharusnya kontak lama dengan kulit. Obat yang lebih mudah menembus kulit
adalah yang bersifat lipofil. Sehingga dibutuhkan basis yang cocok dengan asam
salisiilat adalah bersifat lipofil pula yaitu vaselin karena ikatannya dengan obat
asam salisilat akan kuat sehingga memungkinkan kontak yang lama dengan kulit.
VII. KESIMPULAN
1. Absorbsi perkutan merupakan penembusan suatu senyawa dari lingkungan luar
ke bagian kulit sebelah dalam dan penyerapan dari struktur kulit ke dalam
sirkulasi darah atau bagian getah bening.
2. Faktor yang mempengaruhi absorbsi perkutan obat, antara lain luas permukaan
kulit, konsentrasi obat, bobot molekul obat, koefisien partisi obat, profil
pelepasan obat dari pembawanya, waktu kontak obat dengan kulit, dan faktor
vasodilatasi pembuluh darah.
3. AUC total basis vaselin sebesar
a.
AUCtotal 9325,999761g.menit / ml
b.
AUCtotal 5096,741632 g.menit / ml
4. AUC total basis PEG sebesar
c.
AUCtotal 2656,23517 g.menit / ml
d.
AUCtotal 2573,86339 g.menit / ml
5. Berdasarkan data pengamatan di dapatkan AUC PEG lebih besar dari pada
vaselin, maka dapat disimpulkan bahwa vaslin lebih bagus sebagai basis dari
asam salisilat. Hal itu sesuai dengan teori, bahwa AUC PEG lebih besar dari pada
vaselin, karena vaselin yang sifatnya mmilih dengan vaselin sehinga susah
dilepas.
VIII. DAFTAR PUSTAKA