Anda di halaman 1dari 6

KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG


FAKULTAS SYARIAH
Jl. Gajayana 50 Malang 65144 Telepon (0341) 559399 Faksimile (0341)559399
Website: http://syariah.uin-malang.ac.id E-mail: syariah@uin-malang.ac.id

Mata Kuliah :Hukum Konstitusi UTS


Semester Genap Tahun Akademik
Dosen :Yayuk Whindari, M.H., LLM.
2022/2023

NO SOAL BOBOT

Berikan satu contoh perubahan konstitusi di negara lain, jelaskan


1 20%
mekanismenya dan lembaga yg memiliki kewenangannya!

Jelaskan bagaimana perubahan konstitusi di Indonesia secara formal dan


2 20%
informal!

Berikan salah satu contoh keputusan Mahkamah Konstitusi yang memuat


3 15%
penafsiran konstitusi! Uraikan!

Sebutkan point-poin perubahan konstitusi amandemen ke 1,2,3 dan 4.


4 15%
Jelaskan!

Berikan pendapat anda dalam bentuk uraian mengenai kedudukan Mahkamah


5 Konstitusi sebagai The Guardian of Constitution! (sertakan minimal 5 sumber 30%
jurnal pendukung)

Nama Ahmad hasbullah al khoiri


NIM 200203110072
Jawaban :
Lembaga yang memiliki kewenangan dalam merubah konstitusi amerika adalah house of
representatives and the senate. Konstitusi amerika menetapkan bahwa amandemen dapat
diusulkan baik oleh kongres dengan dua pertiga suara mayoritas di dewan perwakilan
rakyat dan senat atau oleh konvensi konstitusional yang diminta oleh dua pertiga dari
badan legislatif negara bagian. Pasal Lima Konstitusi Amerika Serikat menjelaskan
1. mekanisme untuk mengubah Konstitusi. Berdasarkan Pasal Lima, mekanisme untuk
mengubah Konstitusi terdiri dari mengusulkan amandemen atau amandemen, dan
ratifikasi berikutnya. Amandemen dapat diusulkan baik oleh Kongres dengan dua pertiga
suara di Dewan Perwakilan Rakyat dan Senat ; atau oleh konvensi untuk mengusulkan
amandemen yang diminta oleh Kongres atas permintaan dua pertiga dari badan legislatif
negara bagian .

Perubahan konstitusi di Indonesia secara formal yang dalam bahasa belanda nya disebut
verfassungsanderung adalah perubahan yang mekanismenya telah diatur di dalam
konstitusi suatu negara. Secara umum, hal ihwal mengenai amendemen UUD 1945
2 diatur dalam Pasal 37 UUD 1945. Perubahan konstitusi di Indonesia secara Informal
(verfassungswandlung) Perubahan informal konstitusi tidak mengubah teks konstitusi,
hanya mengubah makna dan/atau praktik (kontekstualisasi) atas ketentuan konstitusi.
Dalam catatan sejarah ketatanegaraan RI, perubahan informal konstitusi sudah beberapa
kali terjadi. Yang paling masyhur adalah Ketetapan MPR-RI Nomor IV/MPR/1983
tentang Referendum, yang mengatur hak penentuan usul perubahan undang-undang
dasar ada pada rakyat yang akan ditentukan melalui referendum.

3 contoh keputusan Mahkamah Konstitusi yang memuat penafsiran konstitusi adalah


Putusan Nomor 138/PUU-VII/2009 tentang Pengujian Peraturan Pemerintah Penganti
Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Perubahan Atas UndangUndang Nomor
30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi menyatakan
berwenang untuk menguji konstitusionalitas peraturan pemerintah pengganti undang-
undang. Padahal, Pasal 24C ayat (1) UUD 1945 menyatakan bahwa ”Mahkamah
Konstitusi berwenang mengadili pada tingkat pertama dan terakhir yang putusannya
bersifat final untuk menguji undang-undang terhadap undang-undang dasar...”. Jadi,
sama sekali Pasal 24C ayat (1) tersebut tidak menyebutkan peraturan pemerintah
pengganti undang-undang. Adanya putusan MK ini, secara tidak langsung telah terjadi
perubahan informal terhadap UUD 1945. Memang secara teks tidak ada perubahan,
namun dari sisi makna sesungguhnya Pasal 24C ayat (1) UUD 1945 tersebut telah
mengalami perubahan yang sangat mendasar.

1. Amandemen UUD 1945 yang pertama


Amandemen UUD 1945 yang pertama dilaksanakan pada Sidang Umum MPR 1999
4.
tanggal 14-21 Oktober 1999.

Hasil Amandemen UUD 1945 yang pertama meliputi 9 pasal dan 16 ayat sebagai
berikut:

- Pasal 5 Ayat 1: Hak presiden untuk mengajukan RUU kepada DPR


- Pasal 7: Pembatasan masa jabatan presiden dan wakil presiden
- Pasal 9 Ayat 1 dan 2: Sumpah presiden dan wakil presiden
- Pasal 13 Ayat 2 dan 3: Pengangkatan dan penempatan duta
- Pasal 14 Ayat 1: Pemberian grasi dan rehabilitasi
- Pasal 14 Ayat 2: Pemberian amnesti dan abolisi
- Pasal 15: Pemberian gelar, tanda jasa, dan kehormatan lain
- Pasal 17 Ayat 2 dan 3: Pengangkatan menteri
- Pasal 20 Ayat 1-4: Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)
- Pasal 21: Hak DPR untuk mengajukan Rancangan Undang-Undang (RUU)

2.Amandemen UUD 1945 yang kedua


Amandemen UUD 1945 yang kedua dilaksanakan pada Sidang Tahunan MPR 2000
tanggal 7-18 Agustus 2000. Perubahan kedua UUD 1945 ditetapkan pada 18 Agustus
2000.

Hasil Amandemen UUD 1945 yang kedua meliputi 27 Pasal dalam 7 Bab sebagai
berikut:
- Bab VI mengenai Pemerintah Daerah
- Bab VII mengenai Dewan Perwakilan Daerah
- Bab IXA mengenai Wilayah Negara
- Bab X mengenai Warga Negara dan Penduduk
- Bab XA mengenai Hak Asasi Manusia
- Bab XII mengenai Pertahanan dan Keamanan
- Bab XV mengenai Bendera, Bahasa, Lambang Negara, serta Lagu Kebangsaan

3. Amandemen UUD 1945 yang ketiga


Amandemen UUD 1945 yang ketiga dilaksanakan pada Sidang Tahunan MPR 2001
tanggal 1-9 November 2001. Perubahan ketiga terhadap UUD 1945 ditetapkan tanggal 9
November 2001.

Hasil Amandemen UUD 1945 yang kedua meliputi 23 Pasal dalam 7 Bab sebagai
berikut:
- Bab I mengenai Bentuk dan Kedaulatan
- Bab II mengenai MPR
- Bab III mengenai Kekuasaan Pemerintahan Negara
- Bab V mengenai Kementerian Negara
- Bab VIIA mengenai DPR
- Bab VIIB mengenai Pemilihan Umum
- Bab VIIIA mengenai BPK

4. Amandemen UUD 1945 yang keempat


Amandemen UUD 1945 yang keempat dilaksanakan pada Sidang Tahunan MPR 2001
tanggal 1-11 Agustus 2002.
Hasil Amandemen UUD 1945 yang kedua meliputi 19 Pasal yang terdiri atas 31 butir
ketentuan serta 1 butir yang dihapuskan. Hasil Amandemen UUD 1945 yang keempat
menetapkan:

- UUD 1945 sebagaimana telah diubah dengan perubahan pertama, kedua, ketiga, dan
keempat adalah UUD 1945 yang pada tanggal 18 Agustus 1945 dan diberlakukan
kembali dengan Dekrit Presiden 5 Juli 1959.
- Perubahan tersebut diputuskan dalam rapat paripurna MPR RI ke-9 tanggal 18 Agustus
2000 Sidang Tahunan MPR RI dan mulai berlaku pada tanggal ditetapkan.

- Bab IV tentang "Dewan Pertimbangan Agung" dihapuskan dan pengubahan substansi


pasal 16 serta penempatannya ke dalam Bab III tentang "Kekuasaan Pemerintahan
Negara"

Adanya upaya warga negara untuk melakukan pengaduan melalui mekanisme


Constitutional Complaint dan pertanyaan konstitusional melalui Constitutional Question
5.
kepada Mahkamah Konstitusi sebagai muara perlindungan terhadap hak konstitusional
warga negara yang merupakan salah satu bentuk dari fungsi Mahkamah Konstitusi
sebagai Pengawal Konstitusi ( The Guardian Of The Constitution).1

Adanya dualisme kewenangan judical review menimbulkan banyak problematika dalam


pelaksanaannya. Oleh karena itu diperlukan adanya revitalisasi kewenangan Mahkamah
Konstitusi yaitu tidak hanya terbatas melakukan uji undang-undang terhadap Undang-
Undang Dasar 1945, tetapi harus diperluas dengan kewenangan uji seluruh perturan
perundangundangan, sehingga Mahkamah Konstitusi benarbenar menjadi sebagai
pengawal konstitusi (the guardian of the constitution).2

Mahkamah Konstitusi dibentuk untuk menjamin agar konstitusi sebagai hukum tertinggi
dapat ditegakkan sebagaimana mestinya. Oleh karena itu, Mahkamah Konstitusi bisa
disebut sebagai the guardian of the constitution, keberadaan MK dimaksud sebagai
penjaga kemurnian konstitusi.3Maksudnya adalah gagasan pembentukan Mahkamah
Konstitusi untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan hukum dan keadilan.
Mengadili tingkat pertama dan terakhir yang putusannya bersifat final dalam hal menguji
Undang-Undang terhadap Undang-Undang Dasar 1945, dan kewenangan lain yang

1
Yenny, Oktavani.” Perluasan Wewenang Mahkamah Konstitusi Sebagai Pengawal Konstitusi,” Tanjungpura
Law Journal, no 1 (2020): 39-58
2
Sudirman.” Memurnikan Kewenangan Mahkamah Konstitusisebagai Lembaga Pengawal Konstitusi(The
Guardian Of The Constitution),” Jurnal Ilmiah Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, no. 1 (2016): 48-55
3
Jimly Asshiddiqie, Perkembangan dan Konsolidasi Lembaga Negara Pasca Reformasi, (Jakarta: Sinar
Grafika, 2012), Cet. 2, h. 130.
dimilikinya.
Mahkamah Konstitusi merupakan pengawal konstiusi (The Guardian Of The
Constitutional) terkait empat wewenang dan satu kewajiban yang dimilikinya. Hal itu
membawa konsekuensi Mahkamah Konstitusi berfungsi sebagai penafsir konstitusi4.

Undang undang dasar memberikan kewenangan yang sangat besar kepada mahkamah
konstitusi sebagai pengawal Undang Undang Dasar (UUD 1945) (the guardian of the
constitution) terkait dengan empat wewenang dan satu kewajiban yang
dimilikinya.Konstitusi sebagai hukum tertinggi mengatur penyelenggaraan negara
berdasarkan prinsip demokrasi, dan salah satu fungsi konstitusi adalah melindungi hak
asasi manusia yang dijamin dalam konstitusi, sehingga menjadi hak konsitusional warga
negara. Oleh karena itu, mahkamah konstitusi juga sebagai pengawal demokrasi (the
guardian of democracy), pelindung hak-hak konstitusional warga negara (the protector
of the citizen’s konstitusional rights) serta pelindung hak asasi manusia (the procetor of
human rights)5

4
Ni’matul Huda, UUD 1945 dan Gagasan Amandemen Ulang, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2008), h.
256.
5
Novendri M. Nggilu, Hukum Dan Teori Konstitusi (Perubahan Konstitusi Yang Partisipatif dan Populis),
Yogyakarta : UII Press, 2014, hal. 147-148

Anda mungkin juga menyukai