Anda di halaman 1dari 5

BUKU JAWABAN TUGAS MATA KULIAH

TUGAS 2

Nama Mahasiswa : STEFANUS MARTIN SEDEH

Nomor Induk Mahasiswa/ NIM : 048119842

Kode/Nama Mata Kuliah : HKUM4209/Ilmu Negara

Kode/Nama UPBJJ : 79 / UPBJJ-UT KUPANG

Masa Ujian : 2022/23.2(2023.1)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS


TERBUKA
NASKAH TUGAS MATA KULIAH
UNIVERSITAS TERBUKA
SEMESTER: 2022/23.2 (2023.1)

Fakultas : FHISIP/Fakultas Hukum, Ilmu Sosial dan Ilmu Politik


Kode/Nama MK : HKUM4209/Ilmu Negara
Tugas :2

SOAL

1. Berikan analisis anda, sejauh mana rakyat sebagai pemegang


kekuasaan di negara demokrasi? Sertakan dasar hukumnya!

JAWABAN
Pengertian demokrasi oleh Abraham Lincoln adalah pemerintah dari rakyat,
oleh rakyat, dan untuk rakyat. Rakyat adalah pemergang kedaulatan atau
kekuasaan tertinggi dalam negara demokrasi. Bila pemerintah telah mendapat
mandat dari rakyat untuk memimpin penyelenggaraan bernegara, maka
pemerintah tersebut sah.
Secara substantif, prinsip utama dalam demokrasi ada dua, yaitu:

Kebebasan atau persamaan


Kebebasan dan persamaan merupakan dasar yang kuat dari demokrasi.
Kebebasan adalah sarana mencapao kemajuan dengan memberikan hassil
maksimal dari usaha. Sedangkan persamaan yakni sarana penting untuk
kemajuan setiap orang. Dengan prinsip persamaan, setiap orang dianggap sama,
tanpa dibeda-bedakan. Serta memperoleh akses dan kesempatan yang sama.

KEDAULATAN RAKYAT
Kedaulatan rakyat artinya kehendak rakyat dan untuk kepentingan rakyat.
Dengan kedaulatan yang dipegang rakyat kecil kemungkinan adanya
penyalahgunaan kekuasaan. Selain itu juga terjaminnya kepentingan rakyat
dalam tugas-tugas pemerintahan. Wujud lain dari konsep kedaulatan adalah
pengawasan oleh rakyat.

DEMOKRASI
Demokrasi dapat terwujud karena adanya proses kehidupan rakyat berdaulat
yang dinamis. Hal tersebut juga dibarengi dengan adanya keberanian moral
dalam rakkyat. Tanpa keberanian moral, maka niolai moral termasuk keadilan
dan kebenaran tidak akan terjadi dan selaras.
Indonesia menganut sistem pemerintahan demokrasi, yaitu demokrasi Pancasila.
Hal ini berlandaskan pada Pembukaan UUD 1945 dan Batang Tubuh UUD
1945.

2. Berikan analisis pengaruh pengesahan kekuasaan pada negara


demokrasi dalam kasus di atas!

JAWABAN

Kekuasaan adalah kewenangan yang didapatkan oleh seseorang atau kelompok


guna menjalankan kewenangan tersebut sesuai dengan kewenangan yang
diberikan, kewenangan tidak boleh dijalankan melebihi kewenangan yang
diperoleh atau kemampuan seseorang atau kelompok untuk memengaruhi
tingkah laku orang atau kelompok lain sesuai dengan keinginan dari pelaku
(Miriam Budiardjo,2002) atau Kekuasaan merupakan kemampuan
memengaruhi pihak lain untuk berpikir dan berperilaku sesuai dengan kehendak
yang memengaruhi.kekuasaan adalah kemampuan untuk mempengaruhi pihak
lain menurut kehendak yang ada pada pemegang kekuasaan tersebut. Robert
Mac Iver mengatakan bahwa Kekuasaan adalah kemampuan untuk
mengendalikan tingkah laku orang lain baik secara langsung dengan jalan
memberi perintah / dengan tidak langsung dengan jalan menggunakan semua
alat dan cara yg tersedia.

Kriteria-kriteria yang dapat dipergunakan untuk menilai keabsahan suatu


wewenang atau kekuasaan pada prinsipnya ada 3 kemungkinan kriteria
legitimasi,yaitu:

• Legitimasi sosiologis. ...

• Legalitas. ...

• Legitimasi Etis.

A. 1. Kedaulatan negara

2. Kekuasaan dan wewenang presiden

3. Lembaga legislatif pemerintah, dpr, mpr

4. Lembaga swasta dan perusahaan swasta yg mulai masuk ke pemerintahan


untuk berkuasa dan mempengaruhi kebijakan pemerintah.

B. Setelah UUD 1945 dilakukan Mahkamah Konstitusi (MK) memegang

suatu perubahan, struktur ketata- kekuasaan yudisiil, dan Badan Pengawas

negaraan negara Republik Indonesia Keuangan (BPK) sebagai pemegang


mengalami perubahan yang sangat kekuasaan pengawas keuangan negara.

radikal. Perubahan dimaksud dapat Lembaga Komisi Yudisiil (KY) sebagai

dicermati dari susunan dan jenis lembaga lembaga baru dilingkungan kekuasaan

yang ada, kewenangan, dan pembagian kehakiman yang memegang fungsi

kekuasaannya. Sebelum terjadinya pengawasan (control), akan tetapi tidak


perubahan UUD 1945, struktur ketata- masuk pada kekuasaan yudisiil negaraan
Indonesia menempatkan Kekuasaan Majelis Permusyawaratan lembaga Majelis
Permusyawaratan Rakyat (MPR). Rakyat (MPR) sebagai lembaga tertinggi .

3. Dari pernyataan di atas, buatlah simpulan teori klasifikasi negara modern


menurut Jellinek menggunakan contoh negara yang ada!

JAWABAN

Georg Jellinek dalam buku Allgemene Staatslehre, dijelaskan bahwa


bentuk pemerintahan monarki merupakan antitesa dari bentuk pemerintahan
republik. Kriteria yang digunakan Jellinek adalah cara terbentuknya kemauan
negara. Pandangan terhadap kriteria bentuk negara versi Jellinek tersebut
didasari pemikiran negara dianggap sebagai suatu kesatuan yang mempunyai
dasar-dasar hidup sehingga negara mempunyai kehendak atau kemauan.
Kehendak dan kemauan suatu negara tersebut diwujudkan ke dalam suatu
undang-undang.

Bentuk negara monarki dan republik menurut Jellinek dijelaskan sebagai


berikut:

1. Monarki, kemauan negara itu terbentuk dari satu orang tunggal. Soehino
menyebutnya dengan kemauan negara yang tersusun dari jiwa seseorang
yang mempunyai bentuk fisik. Kemauan negara tidak ditentukan oleh
suatu badan atau kelompok.

2. Republik, kemauan negara terbentuk oleh suatu dewan. Soehino


menjelaskan bahwa kemauan negara atas kemauan yuridis. Maksudnya,
dewan bersifat abstrak dan berbentuk yuridis, Dewan tersebut terdiri
dari beberapa fisik individu. Dewan dipahami sebagai suatu kenyataan
yuridis.
Dari dua bentuk pemerintahan versi Jellinek tersebut mempuyai
kesamaan. Baik monarki maupun republik terbentuk dari kemauan negara
yang bersifat abstrak. Persamaan lainnya adalah adanya undang-undang
sebagai bentuk konkret kemauan suatu negara. Yang membedakan adalah
kuantitas yang menyusun dan membentuk undang-undang bentuk konkret
kemauan negara tersebut. Apabila pihak yang membentuk undang-undang
tersebut bersifat tunggal, maka bentuk pemerintahannya adalah monarki.
Sebaliknya, apabila pihak yang membentuk undang-undang adalah jamak
sebagai kenyataan yuridis yang terbentuk dalam suatu dewan, maka bentuk
pemerintahannya adalah republik.
Kelemahan bentuk negara versi Jellinek tersebut mempunyai
kelemahan. Adanya kenyataan negara-negara monarki yang memiliki
parlemen membuat pemikiran bentuk pemerintahan versi Jellinek tersebut
terbantahkan. Di dalam negara-negara monarki yang memiliki parlemen,
pembentukan undang-undang (sebagai bentuk konkret kemauan negara) juga
melibatkan parlemen dalam perspektif sistem parlementer. Oleh karenanya,
keberadaan parlemen dalam membentuk undang-undang tersebut, apabilla
dilihat dari perspektif Jellinek akan mengarah pada bentuk pemerintahan
republik. Padahal nyata-nyata seperti United Kingdom Inggris, kepala
negaranya adanya ratu dalam bentuk pemerintahan monarki dimana terdapat
keberadaan parlemen (sebagai suatu dewan) dalam membentuk undang-
undang. Pemikiran Jellinek yang membedakan monarki dan republik dengan
ukuran tunggal atau jamaknya yang membentuk kemauan negara melalui
undang-undang, pada perkembangannya sudah tidak relevan.

Anda mungkin juga menyukai