Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Disrupsi teknologi di era revolusi Industri 4.0 telah meorak-porandakan tatanan sekaligus
model bisnis konvensional yang telah membangun dunia selama beberapa periode. Sehingga
memaksa dilakukannya transformasi dalam setiap dan entitas, baik sector pivat maupun sector
public. Percepatan teknologi yang mengambil alih perekonomian dari peran sumberdaya
manusia menjadi berada dalam genggaman duplikasi tenaga teknologi. Industri 4.0 telah berhasil
mengabungkan teknologi fisik dan teknologi digital melalui analitik, kecerdasan buatan,
teknologi kognitif, dan internet of things dalam upaya menciptakan perusahaan digital yang
saling terkait dan mampu menghasilkan keputusan yang lebih tepat. Tren otomatisasi dan
pertukaran data dalam teknologi manufaktur

Tantangan merupakan hal yang memiliki tujuan membangkitkan kemampuan atau


menguji seberapa kemampuan yang dimiliki oleh setiap diri individu dalam bidang tertentu atau
dalam mengatasi masalah. Kreativitas dalam mengemas inovasi terbaru sebagai upaya menahan
laju gempuran industri yang serba digital saat ini, tentu diperlukan oleh peritel Usaha Kecil
Menengah (UKM). Hal ini dikarenakan adanya perubahan pola belanja komsumen saat ini yang
menuntut paritel dan mengembangkan digital. Meskipun, tetap masih sering kita temui
keberadaan peritel lokal yang belum go digital. Sehingga keberadaan pemerintah Indonesia
menjadi sangat penting dalam memainkan peran untuk mendukung keberadaan UKM, dengan
program yang dimiliki yakni program prioritas untuk memberdayakan UKM pada aspek
pengembangan kapabilitas dan daya saing.

Selanjutnya, dukungan pihak swasta dalam mengembangkan potensi UKM Indonesia


juga sangat memberikan kontribusi signifikan terhadap kemajuan UKM menuju pertumbuhan
ekonomi nasional. Maka, untuk menjawab tantangan perekonomian Indonesia di era revolusi
industri 4.0 bersama pemerintah yang berkolaborasi dengan pihak swasta akhirnya terciptanya
aplikasi ‘’Ayo SRC’’ dan ‘’Pojok Lokal’’ yang mampu mendorong lebih banyak keikutsertaan
para pelaku usaha ritel dari berbagai pihak dalam pengembangan potensi lokal.

1
1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Bagaimana UKM Indonesia siap menghadapi tantangan perekonomian di era Revolusi


Industri 4.0?
2. Bagaimana siklus APBN dengan kehadiran UKM yang merupakan motor penggerak
ekonomi terbesar di Indonesia?

1.3 TUJUAN

1. Untuk menganalisis bagaimana UKM Indonesia siap menghadapi tantangan


perekonomian di era Revolusi Industri 4.0
2. Mengetahui siklus APBN dengan kehadiran UKM yang merupakan motor penggerak
ekonomi terbesar di Indonesia.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 UKM Indonesia Hadapi Tantangan Ekonomi di Era 4.0


Kreativitas dalam mengemas inovasi terbaru sebagai upaya menahan laju
gempuran industri yang serba digital sudah saatnya diperlukan oleh peritel Usaha Kecil
Menengah (UKM). Keberadaan UKM saat ini agar tetap bertahan di era revolusi Industri
4.0 merupakan tantangan besar. Menurut riset UKM Center FEB UI, menjelaskan bahwa
tantangan terbesar bagi UKM untuk mampu terus berkembang ialah bagaimana mengatasi
persaingan bisnis, memperluas akses pasar, dan mengikuti arus perkembangan teknologi
yang begitu pesat. Sehingga pemanfaatan teknologi dalam sector ekonomi perlu
digencarkan untuk menjadikan pasar UKM tidak lagi terbatas wilayah dan waktu.
Kemunculan pasar komersial di platform daring memberikan kesempatan kepada
para pelaku UKM agar dapat memperluas akses pasar yang bukan lagi sebagai tantangan,
melainkan sebagai peluang yang harus ditangkap oleh UKM termasuk sektor ritel.
Disamping, karena adanya perubahan pola belanja konsumen yang menuntut peritel untuk
mengembangkan digital. Oleh karena itu, kehadiran pemerintah sebagai pemain peran
memiliki posisi penting untuk mendukung keberadaan UKM. Adapun dalam menghadapi
tantangan era revolusi industri 4.0, peran pemerintah ialah mengeluarkan program prioritas
dalam memberdayakan UKM pada aspek pengembangan kapabilitas dan daya saing.
Berdasarkan data APRINDO, diketahui berkat dukungan pemerintah industri ritel
mengalami pertumbuhan yang meningkat sekitar 9% hingga 10% pada 2018, dan
pertumbuhan ritel tradisional 15% keatas setiap tahun dengan proyeksi pembukaan 1000
mini market per tahun diseluruh diseluruh Indonesia.
Namun, dalam aspek lain bukan hanya pemerintah yang memiliki andil dalam
mengembangkan potensi UKM di Indonesia, terdapat pihak swasta yang memberikan
kontribusi besar untuk kemajuan ekonomi. Kolaborasi antara pihak swasta dengan
pemerintah dengan pembinaan terhadap toko kelontong yang dilakukan oleh PT. HM
Sampoerna Tbk. Direktur Urusan Eksternal Sampoerna Elvira Lianita. Pembinaan ini elah
dimulai sejak 11 tahun lalu secara khusus ditangani oleh Sampoerna Retail Community

3
(SRC). Dengan capaian berhasil menjangkau jaringan sebanyak 105.000 toko kelontong di
34 provinsi di Indonesia.

2.2 ‘’Ayo SRC’’ dan ‘’Pojok Lokal


Selanjutnya, dalam upaya mendukung UKM mampu bersaing di era revolusi
industri saat ini, SRC secara khusus meluncurkan identitas baru dengan mengembangkan
suatu aplikasi ‘’Ayo SRC’’ dan ‘’Pojok Lokal’’. Tujuannya dapat mendorong lebih banyak
keikutsertaan para pelaku usaha ritel dari berbagai pihak sebagai usaha pengembangan
potensi lokal.
Aplikasi ‘’Ayo SRC’’ merupakan terobosan inovatif untuk memudahkan akses
jangkauan para anggota agar dapat saling berbagi ilmu bisnis, informasi mengenai
pembinaan UKM Sampoerna, dan memudahkan mekanisme pengelolaan toko. Sedangkan,
aplikasi ‘’Pojok Lokal’’ merupakan aplikasi yang berguna sebagai pendekatan usaha untuk
mendorong ekonomi masyarakat melalui system promosi produk UKM lokal di daerah
setempat. SRC mengajak masyarakat sekitar agar berbelanja di toko kelontong dengan
jangakuan lebih dekat. Hal ini sebagai upaya mendorong ekonomi kerakyatan di daerah
melalui slogan ‘’Berbelanja Dekat Rumah’’.
Dengan adanya inovasi tersebut, para pelaku UKM tidak merasa khawatir akan
kehadiran digital. Justru, mereka harus memaksimalkan perangkat digital agar mampu
mengirus arus revolusi industri 4.0.

2.3 Siklus APBN dengan Kehadiran UKM

Adanya kontribusi sektor usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) terhadap
produk domestic bruto (PDB) semakin menunjukkan eksistensinya dalam 5 tahun terakhir.
Kementrian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) menegaskan bahwa kontribusi
sector UMKM meningkat 57,84% menjadi 60,34%.

4
Gambar 2.3: APBN 2019

Berdasarkan pada gambar APBN 2019, kontribusi sector usaha mikro, kecil, dan
menengah (UMKM) terhadap produk domestik bruto nasional diproyeksi mengalami
pertumbuhan 5% sepanjang 2019. Ketua Asosiaso Usaha Mikro Kecil dan Menengah Indonesia
(Akumindo) Ikhsan Ingratubun menegaskan, bahwa dengan estimasi pertumbuhan tersebut maka
total kontribusi UMKM terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional tahun ini dapat
mencapai hingga 65% atau sekitar Rp2.394,5 triliun. Adapun, terealisasinya kontribusi UMKM
terhadap PDB nasional tahun lalu ialah mencapai kisaran 60,34%.

5
Proyeksi pertumbuhan kontribusi UMKM terhadap PDB pada tahun 2019 ini yang
mencapai 5%, secara garis besar dari UMKM pemula dengan pemasaran platform daring, yang
dibarengi dengan usaha mikro dari sector jasa kurir. Sementara itu, Ekonom Institute for
Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudistira pada penilaiannya
mengatakan, proyeksi pertumbuhan kontribusi UMKM terhadap PDB mencapai 5% pada tahun
2019 ini cukup realistis, sebab sejalan dengan estimasi pertumbuhan ekonomi yang berkisar
antara 5% - 5,2%, ditambah tahun 2019 adalah tahun politik memberikan keuntungan bagi
pelaku UMKM disejumlah subsektor.
Beberapa bulan yang lalu, UMKM mendapat dorongan permintaan konsumsi makanan,
inuman, dan pakaian menjadi tinggi. Namun, untuk UMKM yang orientasinya pada ekspor
dinilai cukup berat karena perlambatan ekonomi global akibat ketidakpastian perang dagang.

6
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Tantangan pengelolaan keuangan diera Revolusi Industri 4.0 merupakan peluang
yang dapat ditangkap bagi berbagai pihak yang memiliki kompetensi dibidang teknologi. UKM
sebagai motor penggerak ekonomi terbesar di Indonesia dalam menghadapi tantangan
pengelolaan perekonomian di era revolusi industri 4.0, para pelakunya harus kompeten dalam
mengoperasikan teknologi untuk mencapai cakupan konsumen yang tidak terbatas oleh wilayah
dan waktu. Untuk mencapai hal ini, diperlukan peran pemerintah sebagai pengambil kebijakan,
pihak swasta sebagai pemberi arahan, dan masyarakat para pelaku UMKM untuk saling
bekerjasama.

7
DAFTAR PUSAKA

https://www.google.com/amp/s/m.bisnis.com/amp/read/20190109/12/876943/kontribusi-
umkm-terhadap-pdb-2019-diproyeksi-tumbuh-5
indotrans.net.id/ukm-indonesia-siap-berjaya-untuk-hadapi-era-digital.
Eny Latifah. 2019. “Mahasantri Sebagai Pelaku Perekonomian di Era Industri 4.0”.
Jurnal IIJSE. Vol, 2, No.1: 21-23.

Anda mungkin juga menyukai