Anda di halaman 1dari 7

U`

DEWAN PERWAKILAN DAERAH


REPUBLIK INDONESIA
-------

Term Of References

FGD PENELITIAN EMPIRIK


PENYUSUNAN DAFTAR INVENTARISASI MATERI RUU
TENTANG PERUBAHAN UU NOMOR 30 TAHUN 2014
TENTANG ADMINISTRASI PEMERINTAHAN

PANITIA PERANCANG UNDANG-UNDANG


2024

0
DEWAN PERWAKILAN DAERAH
REPUBLIK INDONESIA
-------

FGD PENELITIAN EMPIRIK


PENYUSUNAN DAFTAR INVENTARISASI MATERI RUU
TENTANG PERUBAHAN UU NOMOR 30 TAHUN 2014
TENTANG ADMINISTRASI PEMERINTAHAN

I. PENDAHULUAN

Keberadaan Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang


Administrasi Pemerintahan (UUAP) menjadi dasar hukum terhadap
segala tindakan, perilaku, kewenangan, hak, dan kewajiban
penyelenggara negara dalam menjalankan tugas-tugas pemerintahan
setiap harinya. Dalam menjalankan tugas-tugas tersebut, penyelenggara
Negara harus berpegang pada azaz-azas umum pemerintahan yang baik
(AUPB) yaitu prinsip yang digunakan sebagai acuan penggunaan
wewenang bagi pejabat pemerintahan dalam mengeluarkan keputusan
dan/atau tindakan dalam penyelenggaraan pemerintahan.

Secara yuridis, UUAP menyebutkan setidaknya ada 8 macam


AAUPB yang diantaranya adalah asas legalitas; dan asas pelindungan
terhadap hak asasi manusia. Akan tetapi, terdapat tiga komponen dasar
dalam hukum administrasi pemerintahan yang meliputi:

a. Hukum untuk penyelenggaraan pemerintahan (het recht voor het


besturen door de overheid; recht voor het bestuur: normering van
het bestuursoptreden);
b. Hukum oleh pemerintah (het recht dat uit dit bestuur onstaat;
recht van het bestuur: nadere regelgeving, beleidsregels, concrete
bestuursbesluiten);

1
c. Hukum terhadap pemerintah, yaitu hukum yang menyangkut
perlindungan hukum bagi rakyat terhadap tindakan pemerintah
(het recht tegen het bestuur).

Lahirnya UUAP pada tahun 2014 memiliki beberapa tujuan


sebagaimana tersebut di bawah ini:

a. menciptakan tertib penyelenggaraan Administrasi Pemerintahan;


b. menciptakan kepastian hukum;
c. mencegah terjadinya penyalahgunaan Wewenang;
d. menjamin akuntabilitas Badan dan/atau Pejabat Pemerintahan;
e. memberikan pelindungan hukum kepada Warga Masyarakat dan
aparatur pemerintahan;
f. melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan dan
menerapkan AUPB; dan
g. memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya kepada Warga
Masyarakat.

Dalam perkembangannya UUAP mengalami banyak permasalahan


dalam hal aplikasi sehari-harinya. Diantaranya terkait dengan
kewenangan, diskresi, Pengadilan Tata Usaha Negara dan lainnya.
Permasalahan diatas coba untuk diselesaikan dengan upaya revisi dalam
UUAP dalam UU Cipta Kerja. Namun dengan orientasi percepatan
investasi dan penciptaan lapangan kerja, UU Cipta kerja ternyata tidak
menyelsaikan permsalahan yang bersifat sistemik yang terdapat dalam
UUAP. Beberapa materi UUAP yang dirubah UU Cipta kerja adalah:

a. Keputusan Pejabat Pemerintahaan Berupa Standar. UU Cipta


Kerja memperkenalkan bentuk keputusan pejabat pemerintahan
yang baru yaitu Standar. Sebelum nya UU Administrasi
Pemerintahan hanya mengenal bentuk keputusan seperti Izin,
Konsesi dan Dispensasi. Standar merupakan tindakan
administrasi pemerintahan yang bersifat sepihak. Pasal 19a UU
Administrasi Pemerintahan sebagaimana diubah dengan UU

2
Cipta Kerja mendefensikan Standar sebagai: Keputusan Pejabat
Pemerintahan yang berwenang atau Lembaga yang diakui oleh
Pemerintah Pusat sebagai wujud persetujuan atas pernyataan
untuk pemenuhan seluruh persyaratan uyang ditetapkan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pasal 39 UU
Cipta Kerja mengatur standar sebagai Keputusan Badan
dan/atau Pejabat Pemerintahaan yand persetujuannya
diterbitkan sebelum kegiatan dilaksanakan dan kegiatannya
telah terstandarisasi.
b. Persyaratan Diskresi. Perubahan signifikan juga terjadi pada
kriteria mengenai diskresi oleh pejabat pemerintahan. Secara
umum diskresi dikenal sebagai suatu keleluasaan bertindak
pejabat tata usaha negara terkait suatu keadaan kongkrit tidak
cukup jelas pengaturan nya dalam peraturan perundang-
undangan atau terjadinya stagnasi pemerintahan. Ketentuan
diskresi dalam Pasal 24 UU Administrasi Pemerintahan
menyebabkan ruang kebebasan bertindak menjadi kurang
efektif. Hal ini disebabkan, sebelum diubah, Pasal 24 UU
Administrasi Pemerintahan mewajibkan bagi diskresi harus
memenuhi persyaratan diantaranya tidak bertentangan dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan. Perubahan ini
diprediksi dapat menimbulkan beberapa kontroversi karena
meskipun boleh bertentangan dengan ketentuan perundang-
undangan diskresi tetap harus sejalan dengan asas umum
pemerintahan yang baik. Dengan bertentangan dengan
ketentuan perundang-undangan terdapat peluang suatu diskresi
akan bertentangan dengan salah satu asas pemerintahan yang
baik.
c. Hapusnya ketentuan fiktif-positif melalui PTUN. Salah satu
terobosan dalam UU Administrasi Pemerintahan adalah apa yang
disebut sebagai ketentuan fiktif-positif yang diatur dalam Pasal
53 UU Adminstasi Pemerintahan. Dengan ketentuan Pasal 53 UU

3
Adminstrasi Pemerintahan dimaksud maka masyarakat yang
memohon suatu keputusan dapat menganggap permohonannya
dikabulkan 10 hari setelah permohonan lengkap diterima oleh si
Pejabat. Selanjutnya diatur pula kewenangan Pengadilan TUN
untuk memeriksa dan memberikan putusan penerimaan
permohonan atas permohonan yang tidak ditanggapi. UU Cipta
Kerja mempersingkat masa tunggu dari 10 hari menjadi 5 hari
sebelum pejabat dianggap menyetujui suatu permohonan.
Perubahan signifikan juga terjadi ditandai dengan
dihilangkannya Pasal 53 ayat (4), (5) dan (6) yang mengatur
kewenangan Pengadilan TUN untuk memberi putusan
penerimaan permohonan atas permohonan yang tidak
ditanggapi.
d. Keputusan dari system layanan pemerintah yang sifatnya
keputusan berbentuk Elektronik yang memiliki kekuatan hukum
dan sama dengan keputusan tertulis dan berlaku sejak
diterimanya keputusan oleh pihak yang bersangkutan. Hal ini
perlu input dalam aturan yang disesuaikan dalam Undang-
Undang Administrasi Pemerintahan .

Perubahan-perubahan dalam UUAP ini perlu dikaji kembali yang


untuk kemudian mewujudkan hukum materiil dalam peraturan
perundangan tata usaha Negara. Terwujudnya Pengadilan Tata Usaha
Negara merupakan prasyarat Negara hukum sebagai amanat UUD 1945
Pasal 1 Ayat 3. Karena itu UUAP tetap harus diarahkan pada tidak hanya
upaya persamaan dan penyerasian antara pejabat tata usaha negara
dengan warga masyarakat. Tetapi juga negara berupaya untuk
memberikan pelayanan kepada public dengan didasarkan pada prinsip
AUPB. Untuk menyusun inventarisasi materi terkait pelaksanaan dan
permasalahan UUAP ini perlu dilakukan studi lebih mendalam yang
melibatkan praktisi, akademisi dan masyarakat dalam satu kegiatan
studi empirik.

4
II. MAKSUD DAN TUJUAN
1. Memperoleh masukan akademis terkait permasalahan dalam
pelaksanaan Undang-Undang Nomor 30 tahun 2014 tentang
Administrasi Pemerintahan;
2. Mendapatkan masukan akademis mengenai subtansi materi
dalam penyusunan Naskah Akademik dan Draft RUU tentang
Perubahan atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014
tentang Administrasi Pemerintahan.
3. Melaksanakan sinergisitas bersama kalangan akademisi dalam
menjalankan tugas dan kewenangan DPD RI dalam Menyusun
RUU Perubahan atas Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014
tentang Administrasi Pemerintahan ; dan
4. Menginventarisasi usulan norma yang akan dimasukkan
dalam RUU tentang Perubahan UUAP.

III. BENTUK KEGIATAN

Penelitian empirik ini dilaksanakan dalam bentuk Diskusi


Terbatas yang akan dihadiri bersama :

1. Akademisi Universitas Sriwijaya terkait;


2. Pemerintahan Provinsi/Kota/Kabupaten;
3. Badan Kepegawaian Daerah;
4. BPKP
5. Ombudsman Republik Indonesia Perwakilan Provinsi
6. Inspektorat Pemerintah Daerah.

Acara diikuti dari 6 unsur instansi terkait dengan maksimal


kehadiran 50 Orang.

Selain itu acara akan diikuti dari Tim Ahli Penyusunan RUU
Perubahan atas UU Administrasi Pemerintahan PPUU DPD RI dan
Tenaga Ahli PPUU DPD RI

5
Diskusi akan dimulai dengan pemaparan Narasumber para
narasumber utama yang akan membahas pokok-pokok dan
gagasan serta pandangan atas pelaksanaan Undang-Undang
Administrasi Pemerintahan yang dilanjutkan dengan acara diskusi
dan masukan dari para peserta.

IV. WAKTU DAN TEMPAT

Kegiatan penelitian empiris dilaksanakan pada tanggal 29


Februari 2024 bertempat di Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya
Palembang, Sumatera Selatan.

V. PENYELENGGARA

Kegiatan ini dibiayai oleh Sekretariat Jenderal DPD dari DIPA


DPD RI Tahun 2024. Untuk informasi lebih lanjut dapat
menghubungi:

Sekretariat PPUU DPD RI


Telp. (021) 57897 333 Fax. (021) 57897 332
E-mail: ppuu@dpd.go.id

VI. PENUTUP

Demikian kerangka acuan ini disusun untuk menjadi


pedoman dalam mempersiapkan dan melaksanakan kegiatan. Hal-
hal yang belum diatur dalam kerangka acuan ini akan
dikoordinasikan lebih lanjut.

Jakarta, Februari 2024.

Anda mungkin juga menyukai