Posisi Kasus
1
III. Tinjauan Pustaka
Berdasarkan pada surat edaran diatas maka terlihat dengan jelas bahwa
terdapat hubungan yang sangat erat antara efektivitas dan efisiensi penggunaan
anggaran dan sarana prasarana kerja di lingkungan instansi pemerintah menurut
beberapa surat edaran diatas. sehingga mentri Pendayagunaan Aparatur Negara
Dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia telah mengeluarkan Surat Edaran
Nomor Surat Edaran Nomor 10 Tahun 2014 Tentang Peningkatan Efektivitas Dan
Efisiensi Kerja Aparatur Negara
2
IV. Analisis Hukum
1. Tentang kedudukan Surat Edaran Nomor Surat Edaran Nomor 10 Tahun 2014
Tentang Peningkatan Efektivitas Dan Efisiensi Kerja Aparatur Negara Apakah
merupakan peraturan perundang-undangan ataukah Peraturan Kebijakan(
beleidregels )
A. Bahwa arti penting melakukan telaah terhadap Surat Edaran Nomor 10
Tahun 2014 Tentang Peningkatan Efektivitas Dan Efisiensi Kerja Aparatur
Negara karena Surat Edaran tersebut telah dijadikan dasar hukum atau
acuan dan pedoman dalam menentukan melaksananakan Gerakan
Penghematan Nasional dan untuk mendorong peningkatan efektivitas dan
efisiensi kerja aparatur negara,ditelaah Surat Edaran tersebut merupakan
peraturan perundang-undangan ataukah peraturan kebijaksanaan
(beleidregel) ;
B. Peraturan kebijaksanaan dianggap sebagai sumber hukum administrasi
negara yang paling penting, namun Peraturan kebijaksanaan sebagai
peraturan tertulis memiliki kelemahan. 1Peraturan kebijaksanaan adalah
suatu peraturan umum tentang pelaksanaan wewenang pemerintahan
terhadap warga negara yang ditetapkan berdasarkan kekuasaan sendiri
oleh instansi pemerintah yang berwenang. Lahirnya beleidsregel dari
adanya kewenangan bertindak bebas (freis ermessen) :
3
berlakukan secara umum kebijakan publik merupakan instrumen penting
dalam politik hukum suatu negara yang memilki posisi strategis dalam
kondisi yang mendesak untuk mengatasi permasalahan yang terjadi di
masyarakat. Kebijakan publik berada dalam tiap tahapan artikulasi dan
argerasi ide masyarakat sebagai upaya menciptakan perubahan.2
2
Bahrun azmi, kebijakan publik sebagai pilar ketatanegaraan yang demokratis, jurnal fakultas
hukum universitas lancang kuning, vol.12, No.1, November 2012, Hlm. 27
4
terhadap instansi pemerintahan lainnya dan pembuatan peraturan yang
tidak memiliki dasar dalam UUD dan undang- undang formal baik
langsung maupun tidak langsung. Artinya peraturan kebijaksanaan tidak
didasarkan pada kewenangan pembuatan undang-undang, dan oleh karena
itu tidak termasuk peraturan perundang-undangan yang mengikat umum,
tetapi diletakkan pada wewenang pemerintahan suatu organ administrasi
negara dan terkait dengan pelaksanaan pemerintahan.3
3
Ibid. hlm. 4
5
H. Bahwa sesungguhnya Surat Edaran Menteri Pendayagunaan Aparatur
Negara Dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia tersebut merupakan
peraturan kebijaksanaan yang dapat diuji melalui ciri-cirinya sebagaimana
dinyatakan oleh Bagir Manan,4 yaitu sebagai berikut :
f. Dalam praktik diberi format dalam berbagai bentuk dan jenis aturan,
yakni keputusan, intruksi, surat edaran, pengumuman, dan lain-lain,
bahkan dapat pula dijumpai dalam bentuk peraturan .
I. Bahwa apabila pendapat para ahli Hukum Administrasi Negara dan ciri-ciri
Peraturan Kebijaksanaan tersebut di atas, dan dikorelasikan dengan Surat Edaran
Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Dan Reformasi Birokrasi Republik
Indonesia tersebut, maka ditemukan kesesuaiannya dengan Surat Edaran Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara Dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia
yang ditelaah dalam makalah ini, yaitu baik mengenai ketiadaan delegasi yang
dimilikinya tentang penerbitan Surat Edaran yang mengatur mengenai Tentang
4
Bagir Manan, Peraturan Kebijaksanaan, ( Makalah ), Jakarta, 1994, hlm, 16 – 17 ( vide )
Ridwan, HR, Hukum Administrasi Negara, Cet.II ( Jakarta : Rajawali Pers, 2014 ), hlm. 179.
6
Peningkatan Efektivitas Dan Efisiensi Kerja Aparatur Negara serta mengenai
bentuknya / format yang diberi judul “ SURAT EDARAN “, Surat Edaran
tersebut ditujukan kepada Para Menteri Kabinet Kerja, Panglima Tentara Nasional
Republik Indonesia, Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia, Jaksa Agung
Republik Indonesia, Para Kepala Lembaga Pemerintah Non Kementerian, Para Pimpinan
Kesekretariatan Lembaga Negara, Para Pimpinan Kesekretariatan Lembaga Non
Struktural, Para Gubernur dan, Para Bupati/Walikota., dan sifatnya tidak mengikat
setiap orang, dengan demikian, maka Surat Edaran Menteri Pendayagunaan
Aparatur Negara Dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia tersebut jelas-jelas
merupakan Peraturan Kebijaksanaan dan tidak dapat dikualifikasi sebagai hukum
(peraturan perundang-undangan ) .
5
Philipus M. Hadjon, R. Sri Soemantri Martosoewignjo, dan Syacran Basah, Pengantar Hukum
Administrasi Indonesia, ( Yogyakarta : Gajah Mada University Press, 2011 ), hlm, 152.
7
Kebijaksanan tersebut berkaitan dengan freies ermessen, maka kendali
atau batu uji terhadapnya adalah dengan mempergunakan Asas-asas
Umum Penyelenggaraan Administrasi Negara yang Baik (algemene
beginselen van behoorlijk bestuur ) .6
C. Bahwa Surat Edaran Surat Edaran Menteri Pendayagunaan Aparatur
Negara Dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia tersebut adalah tidak
melanggar Asas-Asas Umum Pemerintahan yang baik, dan memang surat
edaran ini Menindaklanjuti perintah Presiden pada Sidang Kabinet kedua
pada hari Senin, tanggal 3 November Tahun 2014
V. Kesimpulan
8
A. Buku
B. Jurnal Hukum