Anda di halaman 1dari 9

I.

Posisi Kasus

Sehubung dengan dikeluarkannya Surat Edaran Mentri Pendayagunaan


Aparatur Negara Dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 10
Tahun 2014 Tanggal 4 November 2014 Tentang Peningkatan Efektifitas Dan
Efisiensi Kerja Aparatur Negara, yang pada intinya menjelaskan tentang
melaksananakan Gerakan Penghematan Nasional dan untuk mendorong
peningkatan efektivitas dan efisiensi kerja aparatur negara, karena masih
banyak aparatur negara yang bekerja kurang efisiensi dalam bekerja. Oleh
sebab itu menjadi sangat penting melakukan telaah terhadap Surat edaran
mentri pendayagunaan aparatur negara dan reformasi birokrasi republik
indonesia dimaksud, utamanya telaah dari optik Hukum Administrasi.

II. Identifikasi Masalah

1. Apakah Surat Edaran Mentri Pendayagunaan Aparatur Negara Dan


Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2014
Tentang Peningkatan Efektifitas Dan Efisiensi Kerja Aparatur Negara
Tersebut Merupakan Peraturan Kebijakan (Beleidregels)?
2. Apakah Surat Edaran Mentri Pendayagunaan Aparatur Negara Dan
Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2014
Tentang Peningkatan Efektifitas Dan Efisiensi Kerja Aparatur Negara
Telah Melanggar Peraturan Perundang-Undangan Dan Asas - Asas
Umum Pemerintahan Yang Baik ?

1
III. Tinjauan Pustaka

Dalam rangka melaksananakan Gerakan Penghematan Nasional dan untuk


mendorong peningkatan efektivitas dan efisiensi kerja aparatur negara,
Melaksanakan penghematan terhadap penggunaan sarana dan prasarana kerja di
lingkungan Instasi masing-masing.

Menindaklanjuti perintah Presiden pada Sidang Kabinet kedua pada hari


Senin, tanggal 3 November Tahun 2014, bahwa dalam rangka melaksananakan
Gerakan Penghematan Nasional dan untuk mendorong peningkatan efektivitas
dan efisiensi kerja aparatur negara, agar dilakukan langkah-langkah sebagai
berikut:

1. Melaksanakan secara konsisten ketentuan mengenai peningkatan


efektivitas dan efisiensi penggunaan anggaran dan sarana prasarana kerja di
lingkungan instansi pemerintah yang meliputi:

a. Instruksi Presiden RI Nomor 10 Tahun 2005 tentang Penghematan


Energi; SALINAN

b. Surat Edaran MENPAN RB Nomor 7 Tahun 2012 Tentang


Peningkatan Pengawasan Dalam Rangka Penghematan Penggunaan Belanja
Barang dan Belanja Pegawai di Lingkungan Aparatur Negara; dan

c. Surat Edaran MENPAN RB Nomor 18 Tahun 2012 tentang Peningkatan


Efisiensi, Penghematan, dan Kesederhanaan Hidup.

Berdasarkan pada surat edaran diatas maka terlihat dengan jelas bahwa
terdapat hubungan yang sangat erat antara efektivitas dan efisiensi penggunaan
anggaran dan sarana prasarana kerja di lingkungan instansi pemerintah menurut
beberapa surat edaran diatas. sehingga mentri Pendayagunaan Aparatur Negara
Dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia telah mengeluarkan Surat Edaran
Nomor Surat Edaran Nomor 10 Tahun 2014 Tentang Peningkatan Efektivitas Dan
Efisiensi Kerja Aparatur Negara

2
IV. Analisis Hukum

1. Tentang kedudukan Surat Edaran Nomor Surat Edaran Nomor 10 Tahun 2014
Tentang Peningkatan Efektivitas Dan Efisiensi Kerja Aparatur Negara Apakah
merupakan peraturan perundang-undangan ataukah Peraturan Kebijakan(
beleidregels )
A. Bahwa arti penting melakukan telaah terhadap Surat Edaran Nomor 10
Tahun 2014 Tentang Peningkatan Efektivitas Dan Efisiensi Kerja Aparatur
Negara karena Surat Edaran tersebut telah dijadikan dasar hukum atau
acuan dan pedoman dalam menentukan melaksananakan Gerakan
Penghematan Nasional dan untuk mendorong peningkatan efektivitas dan
efisiensi kerja aparatur negara,ditelaah Surat Edaran tersebut merupakan
peraturan perundang-undangan ataukah peraturan kebijaksanaan
(beleidregel) ;
B. Peraturan kebijaksanaan dianggap sebagai sumber hukum administrasi
negara yang paling penting, namun Peraturan kebijaksanaan sebagai
peraturan tertulis memiliki kelemahan. 1Peraturan kebijaksanaan adalah
suatu peraturan umum tentang pelaksanaan wewenang pemerintahan
terhadap warga negara yang ditetapkan berdasarkan kekuasaan sendiri
oleh instansi pemerintah yang berwenang.   Lahirnya beleidsregel dari
adanya kewenangan bertindak bebas (freis ermessen) :

-       Beleidsregel merupakan freis ermessen dalam wujud tertulis yang


dipublikasikan keluar.
-       Diberi label sebagai peraturan karena beleidsregel mengikat bagaikan kaidah
hukum (legal norm).
-       Cakupan menggunakan beleidsregel terbatas pada lapangan administrasi.

C. Kebijakan publik adalah keputusan yang di tetapkan oleh pejabat


administrasi negara dalam rangka penyelenggaraan tugas pemerintahan.
Kebijakan publik dituangkan dalam bentuk peraturan agar dapat di
1
Ridwan HR, Hukum administrasi Negara, (jogjakarta: UII press, 2002) hal. 68

3
berlakukan secara umum kebijakan publik merupakan instrumen penting
dalam politik hukum suatu negara yang memilki posisi strategis dalam
kondisi yang mendesak untuk mengatasi permasalahan yang terjadi di
masyarakat. Kebijakan publik berada dalam tiap tahapan artikulasi dan
argerasi ide masyarakat sebagai upaya menciptakan perubahan.2

D. Indonesia adalah negara hukum, negara hukum adalah negara yang


penyeleggaraan kekuasaan pemerintahannya didasarkan atas hukum. Di
dalamnya negara dan lembaga-lembaga lain dalam melaksanakan tindakan
apapun harus dilandasi oleh hukum dan dapat dipertanggung jawabkan 
secara hukum. Dalam negara hukum, kekuasaan menjalankan
pemerintahan berdasarkan kedaulatan hukum (supremasi hukum) dan
bertujuan untuk menyelenggarakan ketertiban hukum.
Negara Hukum Indonesia  diilhami oleh ide dasar rechtsstaat dan
rule of law. Langkah ini dilakukan atas dasar pertimbangan bahwa negara
hukum Republik Indonesia pada dasarnya adalah negara hukum, artinya
bahwa dalam konsep negara hukum Pancasila pada hakikatnya juga
memiliki elemen yang terkandung dalam konsep rechtsstaat maupun
dalam konsep rule of law.

Bahwa sejalan dengan asas negara hukum demokratis tersebut,


dalam kepustakaan ilmu hukum dengan tegas dinyatakan bahwa tidak
semua peraturan yang dikeluarkan pemerintah dapat dikategorikan sebagai
hukum dalam arti peraturan perundang-undangan. Untuk mengetahui
peraturan itu sebagai peraturan hukum digunakan kriteria formal, yaitu
sumber dari peraturan itu

E. Bahwa selanjutnya P.J.P. Tak menyatakan peraturan kebijaksanaan adalah


peraturan umum yang dikeluarkan oleh instansi pemerintahan berkenaan
dengan pelaksanaan wewenang pemerintahan terhadap warga negara atau

2
Bahrun azmi, kebijakan publik sebagai pilar ketatanegaraan yang demokratis, jurnal fakultas
hukum universitas lancang kuning, vol.12, No.1, November 2012, Hlm. 27

4
terhadap instansi pemerintahan lainnya dan pembuatan peraturan yang
tidak memiliki dasar dalam UUD dan undang- undang formal baik
langsung maupun tidak langsung. Artinya peraturan kebijaksanaan tidak
didasarkan pada kewenangan pembuatan undang-undang, dan oleh karena
itu tidak termasuk peraturan perundang-undangan yang mengikat umum,
tetapi diletakkan pada wewenang pemerintahan suatu organ administrasi
negara dan terkait dengan pelaksanaan pemerintahan.3

F. Sesuai dengan penjabaran diatas maka maka untuk mengetahui apakah


apakah Surat Edaran Nomor 10 Tahun 2014 Tentang Peningkatan
Efektivitas Dan Efisiensi Kerja Aparatur Negara. merupakan peraturan
hukum (peraturan perundang-undangan ), pertama sekali haruslah
dipenuhi kriteria formal, yaitu sumber dari Surat Edaran Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara Dan Reformasi Birokrasi Republik
Indonesia yang disebut delagasi. Dari delegasi itu akan diketahui sumber
dan dasar hukum Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Dan Reformasi
Birokrasi Republik Indonesia mengeluarkan Surat Edaran tersebut. Oleh
karena itu timbul pertanyaan, apakah dasar wewenang ( competence,
bevoogdheid ) Menteri Kehutanan mengeluarkan Surat Edaran
(delegasi ) ?

G. Bahwa setelah ditelaah tidak ditermukan adanya dasar hukum tentang


penerbitan Surat Edaran yang mengatur tentang Tentang Peningkatan
Efektivitas Dan Efisiensi Kerja Aparatur Negara. Dengan demikian, Surat
Edaran Nomor 10 Tahun 2014 Tentang Peningkatan Efektivitas Dan
Efisiensi Kerja Aparatur Negara tidak mempunyai dasar atau sumber
hukum yang berasal dari undang-undang, sehingga tidak dapat
dikualifikasi sebagai peraturan perundang-undangan, tetapi hanya dapat
dikualifikasi sebagai Peraturan Kebijaksanaan ( Beleidregels ) ;

3
Ibid. hlm. 4

5
H. Bahwa sesungguhnya Surat Edaran Menteri Pendayagunaan Aparatur
Negara Dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia tersebut merupakan
peraturan kebijaksanaan yang dapat diuji melalui ciri-cirinya sebagaimana
dinyatakan oleh Bagir Manan,4 yaitu sebagai berikut :

a. Peraturan kebijakan bukan merupakan peraturan perundang-undangan;

b. Asas-asas pembatasan dan pengujian terhadap peraturan perundang-


undangan tidak dapat diberlakukan pada peraturan kebijakan.

c. Peraturan kebijaksanaan tidak dapat diuji secara wetmatgheid, karena


memang tidak ada dasar peraturan perundang-undangan untuk
membuat kebijaksanaan tersedbut ;

d. Peraturan kebijaksanaan dibuat berdasarkan freies Eemessen dan


ketiadaan wewenang administrasi bersangkutan membuat peraturan
perundang-undangan ;

e. Pengujian terhadap Peraturan Kebijaksanaan lebih diserahkan pada


doelmatigheid, sehingga batu ujinya adalah asas-asas umum
pemerintahan yang baik ;

f. Dalam praktik diberi format dalam berbagai bentuk dan jenis aturan,
yakni keputusan, intruksi, surat edaran, pengumuman, dan lain-lain,
bahkan dapat pula dijumpai dalam bentuk peraturan .

I. Bahwa apabila pendapat para ahli Hukum Administrasi Negara dan ciri-ciri
Peraturan Kebijaksanaan tersebut di atas, dan dikorelasikan dengan Surat Edaran
Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Dan Reformasi Birokrasi Republik
Indonesia tersebut, maka ditemukan kesesuaiannya dengan Surat Edaran Menteri
Pendayagunaan Aparatur Negara Dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia
yang ditelaah dalam makalah ini, yaitu baik mengenai ketiadaan delegasi yang
dimilikinya tentang penerbitan Surat Edaran yang mengatur mengenai Tentang

4
Bagir Manan, Peraturan Kebijaksanaan, ( Makalah ), Jakarta, 1994, hlm, 16 – 17 ( vide )
Ridwan, HR, Hukum Administrasi Negara, Cet.II ( Jakarta : Rajawali Pers, 2014 ), hlm. 179.

6
Peningkatan Efektivitas Dan Efisiensi Kerja Aparatur Negara serta mengenai
bentuknya / format yang diberi judul “ SURAT EDARAN “, Surat Edaran
tersebut ditujukan kepada Para Menteri Kabinet Kerja, Panglima Tentara Nasional
Republik Indonesia, Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia, Jaksa Agung
Republik Indonesia, Para Kepala Lembaga Pemerintah Non Kementerian, Para Pimpinan
Kesekretariatan Lembaga Negara, Para Pimpinan Kesekretariatan Lembaga Non
Struktural, Para Gubernur dan, Para Bupati/Walikota., dan sifatnya tidak mengikat
setiap orang, dengan demikian, maka Surat Edaran Menteri Pendayagunaan
Aparatur Negara Dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia tersebut jelas-jelas
merupakan Peraturan Kebijaksanaan dan tidak dapat dikualifikasi sebagai hukum
(peraturan perundang-undangan ) .

2. Tentang pelanggaran terhadap Peraturan Perundangan yang berlaku dan


pelanggaran terhadap Asas-Asas Umum Pemerintahan yang baik
A. Bahwa Surat Edaran Surat Edaran Menteri Pendayagunaan Aparatur
Negara Dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia tersebut adalah
merupakan Peraturan Kebijakan, maka tidak dapat diuji secara
wetmatigheid, karena memang tidak ada dasar peraturan perundang-
undangan untuk membuat peraturan kebijakan tersebut. Oleh sebab itu
batu ujinya adalah secara doelmatigheid, yaitu dengan mempergunakan
Asas-Asas Umum Pemerintahan yang Baik, namun jika harus dinilai
apakah Surat Edaran tersebut bertentangan dengan peraturan perundang-
undangan, maka menurut pemakalah Surat Edaran tersebut tidak
melanggar peraturan perundang-undangan yang berlaku ;
B. Bahwa peraturan kebijaksanaan ini tidak terlepas dari kaitan penggunaan
freies ermessen, yaitu badan atau pejabat tata usaha negara bersangkutan
merumuskan kebijaksanaannya itu dalam pelbagai bentuk “ juridische
regels “, seperti halnya, peraturan, pedoman, pengumuman, surat edaran
dan menngumumkan kebijaksanaan itu.5 Oleh karena itu Peraturan

5
Philipus M. Hadjon, R. Sri Soemantri Martosoewignjo, dan Syacran Basah, Pengantar Hukum
Administrasi Indonesia, ( Yogyakarta : Gajah Mada University Press, 2011 ), hlm, 152.

7
Kebijaksanan tersebut berkaitan dengan freies ermessen, maka kendali
atau batu uji terhadapnya adalah dengan mempergunakan Asas-asas
Umum Penyelenggaraan Administrasi Negara yang Baik (algemene
beginselen van behoorlijk bestuur ) .6
C. Bahwa Surat Edaran Surat Edaran Menteri Pendayagunaan Aparatur
Negara Dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia tersebut adalah tidak
melanggar Asas-Asas Umum Pemerintahan yang baik, dan memang surat
edaran ini Menindaklanjuti perintah Presiden pada Sidang Kabinet kedua
pada hari Senin, tanggal 3 November Tahun 2014

V. Kesimpulan

Dari penjelasan diatas maka penulis menyimpulkan:

1. Bahwa Surat Edaran Menteri Surat Edaran Mentri Pendayagunaan


Aparatur Negara Dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 10
Tahun 2014 adalah merupakan Peraturan Kebijakan ( beleidregels ) ;

2. Bahwa Surat Edaran Menteri Surat Edaran Mentri Pendayagunaan


Aparatur Negara Dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia tersebut
adalah merupakan Peraturan Kebijakan, sehingga tidak dapat diuji secara
wetmatigheid, akan tetapi bisa diuji dengan doelmatigheid, yaitu dengan
mempergunakan Asas-asas Umum Pemerintahan yang Baik, yaitu
melanggar Asas Kepastian Hukum

VI. Daftar Pustaka


6
Bagir Manan, Konvensi Ketatanegaraan, ( Yogyakarta : FH UII Press, 2006 ), hlm. 66.

8
A. Buku

Ridwan HR, Hukum administrasi Negara, jogjakarta: UII press, 2002

Philipus M. Hadjon, R. Sri Soemantri Martosoewignjo, dan Syacran Basah,


Pengantar Hukum Administrasi Indonesia, Yogyakarta : Gajah Mada University
Press, 2011
Bagir Manan, Konvensi Ketatanegaraan, Yogyakarta : FH UII Press, 2006

B. Jurnal Hukum

Bahrun azmi, kebijakan publik sebagai pilar ketatanegaraan yang demokratis,


jurnal fakultas hukum universitas lancang kuning, vol.12, No.1, November
2012,

Anda mungkin juga menyukai