Anda di halaman 1dari 12

Tentang Kebijaksanaan Pemerinrah 39

TENTANG KEBIJAKSANAAN PEMERINTAH


D.A. Surnantri

Penulis artikel ini menyatakan bahwa


pembenrukan kebijaksanaan pemerintah
merupakan hal yang penting dalam kehidupan
suatu bangsa. Kebijaksanaan pemerintah yang
dimaksud adalah keputusan yang dilakukan
oleh pejabat pemerintahlnegara atas nama
instansi yang dipimpinnya. Kebijaksanaan
pemerintah tersebut meliputi hampir semua
segi kehidupan kemasyarakatan.

Pendahuluan

Tanpa mengurangi rasa hormat kepada para Pakar Ilmu


Administrasi Negara dan Pakar Ilmu-ilmu Sosial yang telah banyak
menyampaikan definisi mengenai kebijaksanaan, yang pada intinya bahwa
kebijaksanaan adalah alat untuk menatatertibkan masyarakat dan alat untuk
mensejahterakan masyarakat, yang dibuat oleh pemerintah dan akan
diimplementasikan bagi kepentingan kehidupan masyarakat, dengan
demikian dapatlah dikatakan bahwa kebijaksanaan adalah perbuatan
hukum yang dilakukan pemerintah, atau sebagai - keputusan pemerintah.
Pada umumnya tahap-tahap pembentukan kebijaksanaan mencakup
isue-isue atau masalah yang memerlukan perhatian untuk dipecahkan ,
dengan menyediakan alternatif-alternatif yang dianggap tepat untuk
pemecahan masalah dimaksud, maka kebijaksanaan dirumuskan. Selanjutnya
bentuk kebijaksanaan ditentukan tertulis atau tidak serta tingkatannya
dalam peraturan perundang-undangan, oleh karena kebijaksanaan mengikat
rakyat, dirumuskan secara tertulis dan dalam bentuk peraturan perundang-
undangan. Tingkat hierarchinya menentukan pejabat mana yang secara

Nomor 1 Tahun XXXlI


40 Hukum dan Pembangunan

resmi memutus rumusan kebijaksanaan dan bila telah merupakan


kebijaksanaan resmi maka pelaksanaannya dimulai , dilakukan pengawasan
dan dievaluasi dampaknya agar didapat umpan balik guna perbaikan-
perbaikan kebijaksanaan.
Kebijaksanaan dapat dikata sebagai usaha yang sedikit banyak
memerlukan pertimbangan secara matang untuk mencapai suatu tujuan
tertentu dengan sarana tertentu dan dalam jangka waktu tertentu. Suatu
kebijaksanaan sebenarnya menyangkut banyak aspek yang luas dan rinci ,
karena ia tidak hanya digunakan untuk menyelesaiakan masalah-masalah
dalam kehidupan bernegara dan bermasyarakat jangka pendek akan tetapi
juga akan digunakan untuk menanggulangi masalah dan perkembangan
kehidupan berbangsa dan bermasyarakat untuk jangka waktu yang relatif
panjang.
Kebijaksanaan pada dasarnya merupakan ketentuan-ketentuan yang
harus dijadikan pedoman, pegangan atau petunjuk bagi setiap usaha dari
aparatur pemerintah sehingga tercapai kelancaran dan keterpaduan dalam
mencapai tujuan tertentu.
Dalam praktek pemerintahan kebijaksanaan dapat dibendakan ke
dalam kebijaksanaan internal, yaitu kebijaksanaan yang mempunyai
kekuatan hukum mengikat aparatur pemerintah, dan kebijaksanaan eksternal
yaitu yang mengikat masyarakat. Dalam menyusun kebijaksanaan hendaknya;
a. Berpedoman pada kebijaksanaan yang ada.
b. Tidak boleh bertentangan dengan kebijaksanaan yang ada.
c. Berorientasi kepada masa depan.
d. Berorientasi kepada kepentingan umum.
e. Jelas, tepat dan tidak menimbulkan kekaburan arti dan maksud.
Namun demikian untuk kepastian bagi pelaksanaan, suatu
kebijaksanaan sebaiknya ditetapkan secara tertulis. Kebijaksanaan tertulis
dapat berbentuk peraturan perundang-undangan dan yang tidak berbentuk
peraturan perundang-undangan, seperti pidato , surat edaran.

Ragam Pandangan

Lembaga Adminsitrasi Negara menguraikan dalam bukunya


Sistem Administrasi Negara Iilid II 1993, dan Lembaga Pertahanan
Nasional dalam bukunya Stratifikasi Kebijaksanaan Nasional membagi
tingkat Kebijaksanaan Nasional dalam negara kita sebagai berikut :

Januari - Maret 2002


Tenlang Kebijaksanaan Pemerintah 41

1. Lingkup Nasional
a. Kebijaksanaan Nasional yaitu merupakan Kebijaksanaan negara yang
bersifat fundamental dan strategis dalam mencapai tujuan nasionall
negara sebagaimana tertera dalam Undang Undang Dasar 1945.
Wewenang penetapan kebijaksanaan nasional berada pada Majelis
Permusyawaratan Rakayat dan Presiden bersama Dewan Perwakilan
Rakyat. Bentuknya dituangkan dalam peraturan perundang-
undangan, dapat berupa Undang Undang Dasar, Ketetapan Majelis
Permusyawaratan Rakyat, Undang Undang, Perpu dibuat oleh
Presiden dalam hal kegentingan yang memaksa dan harus segera
dimintakan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat dalam persidangan
berikutnya .
b. Kebijaksanaan Umum, yaitu merupakan Kebijaksanaaan Presiden
yang lingkupnya menyeluruh bersifat nasional dan berupa penggaris
ketentuan yang bersifat garis besar dalam rangka pelaksanaan tugas
umum pemerintah dan pembangunan sebagai pelaksanaan UUD,
TAP MPR dan UU guna mencapai tujuan nasional/negara.
Wewenang penetapan kebijaksanaan umum sepenuhnya berada pad a
Presiden. Bentuk yang tertulis, peraturan perundang-undangan dapat
berupa Peraturan Pemerintah, Keputusan Presiden dan Instruksi
Presiden.
c. Kebijaksanaan Pelaksanaan, merupakan penjabaran dari kebijaksanaan
umum sebagai strategi pelaksanaan dalam suatu bidang tugas umum
pemerintahan dan pembangunan di bidang tertentu.
Wewenang penetapan kebijaksanaan pelaksana pada MenterilPejabat
yang setingkat Menteri, dan Pimpinan LPND sesuai dengan
kebijaksanaan pada tingkat atasnya dan peraturan Perundang-
undangan yang berlaku.
Kebijaksanaan yang tertulis dalam bentuk peraturan perundang-
undangan dapat berupa Peraturan, Keputusan, Instruksi dari pejabat
tersebut di atas.
d. Kebijaksanaan teknis, merupakan penjabaran dari kebijaksanaan
pelaksanaan yang memuat perturan teknis di bidang tertentu.
Kebijaksanaan teknis ini penetapannya pada Direktur lenderal dan
juga pada pimpinan LPND. Bentuk Kebijaksanaan teknis dapat
berupa Peraturan, Keputusan, Instruksi atau surat Edaran dari
pejabat terse but di atas .

Nomor 1 Tahun XXXII


42 Hukum dan Pembangunan

2. Lingkup Wilayah/Daerah.
Tingkat-tingkat kebijaksanaan pada lingkup WilayahlDaerah
merupakan kebijaksanaan Pemerintah Daerah. Sebagaimana tersurat dan
tersirat dalam pelaksanaan otonomi daerah dewasa ini.
A.D. Belinfante dalam bukunya Pokok-pokok Hukum Tata Usaha
Negara (Terjemahan H. Boerhanoedin Soetan Batoeahr terbitan Bina Cipta:
1983, menyoroti kebijaksanaan sebagai hukum cermin atau perundang-
undangan semu (Pseudo Wetgeving).
Philipus M. Hadjon dkk. dalam Buku Pengantar Hukum
Administrasi Indonesia, terbitan Gajah Mada University Press 1993,
menguraikan pelaksanaan pemerintahan sehari-hari menunjukkan betapa
Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara acapkali menempuh pelbagai
langkah kebijaksanaan tertentu , antara lain menciptakan apa yang disebut
peraturan kebijaksanaan (beleids regel. Policy rule), yang tidak termasuk
dalam pengertian Beschikking. Peraturan kebijaksanaan disebut dengan
judul Keputusan, sementara Keputusan Tata Usaha Negara dalam arti
Beschikking disebut dengan judul Surat Keputusan.
Awaloedin Djamin, dalam bukunya Reformasi Aparaturl Adminstrasi
Negara RI, terbitan Yayasan Tenaga Kerja Indonesia: 1999, menelaah
Legal Drafting dan Public Policy Formulation, dengan mengetengahkan
tentang Menteri-menteri Negara yang tersurat dan tersirat dalam
penjelasan UUD 1945 sebagai berikut :
Meskipun kedudukan Menteri Negara tergantung pada Presiden akan
tetapi mereka bukan pegawai tinggi biasa oleh karena Menteri-
menterilah yang terutama menjalankan kekuasaan pemerintah (Pouvoir
ExecutifJ dalam praktek.
Sebagai Pimpinan Departemen, Menteri mengetahui seluk-beluk hal-
hal yang mengenai lingkungan pekerjaannya, berhubung dengan itu
Menteri-menteri mempunyai pengaruh besar dalam menentukan politik
negara yang mengenai departemennya . Memang yang dimaksud ialah
Menteri itu pemimpin-pemimpin negara untuk menetapkan politik
pemerintah dan koordinasi dalam pemerintahan negara, para menteri
bekerja sama satu sama lain seerat-eratnya di bawah pimpinan
Presiden.
Public Policy diartikan oleh beliau sebagai politik pemerintahan.
Fungsi-fungsi utama Departemen yaitu rule making function atau
policy making function. Pada umumnya tahap-lahap kebijaksanaan
publik mencalrupi isue-isue alau masaJah yang memerlukan penelitian

Januari - Maret 2002


Tentang Kebijaksanaan Pemerintah 43

atau pemecahan masalah tersebut. Bila sudah jelas alternatif yang


dianggap tepat untuk pemecahan masalah itu maka kebijaksanaan
dirumuskan. Selanjutnya bentuk kebijaksanaan ditentukan tertulis atau
tidak serta tingkatannya dalam peraturan perundang-undangan. Pada
umumnya kebijaksanaan publik, karena mengikat rakyat banyak
dirumuskan secara tertulis dan karena itu berbentuk peraturan
perundang-undangan. Tingkat hierarchinya menentukan pejabat mana
yang secara resmi memutus rumusan kebijaksanaan.
Bintoro Tjokroamidjojo, dalam bukunya Pengantar Adminstrasi
Pembangunan terbitan LP3ES:1980, menguraikan Proses Analisa dan
pembentukan kebijaksanaan negara atau pemerintah dengan membaginya
dalam tahap-tahap sebagai berikut :
I. Policy Germination: Penyusunan konsep pertama dari suatu kebijaksanaan.
2. Policy Recommendation: Rekomendasi dari suatu kebijaksanaan.
3. Policy Analisis : Analisa kebijaksanaan dimana berbagai informasi dan
penelaahan dilakukan terhadap adanya rekomendasi suatu kebijaksanaan.
4. Policy Formulation: formulasi atau perumusan dari kebijaksanaan.
5. Policy Decicion : Pengambilan keputusan atas persetujuan formil
terhadap suatu kebijaksanaan, biasanya disyahkan dalam bentuk
peraturan perundang-undangan atau peraturan (legitimasi).
6. Policy Implementation: Pelaksanaan kebijaksanaan-kebijaksanaan.
7. Polcy Eavaluation : Evaluasi pelaksanaan kebijaksanaan-kebijaksanaan.
Prajudi Admosudirdjo, dalam bukunya Pengambilan Keputusan,
terbitan Ghalia Indonesia; 1984, menyatakan Presiden, Menteri, Direktur
Jenderal dan sebagainya mengambil Keputusan Pemerintahan dalam
kedudukannya sebagai Pemerintah dan mengambil Keputusan Administratif
dalam kedudukannya sebagai Administrator Negara.
Keputusan pemerintal) selalu;
a. Bersifat politik.
b. Peraturan perundang-undangan.
c. Policy pemerintahan yang bersifat politik praktis, keputusan-keputusan
pemerintah selalu bersifat abstrak.
Pejabat-pejabat tersebut di atas mempunyai wewenang menetapkan (Policy
Beleid).
Mustopadidyaya A.R. dalam tulisannya yang berjudul Sistem
Pengambilan Keputusan mengenai kebijaksanaan Pemerintah menu rut
Undang Undang Dasar 1945, menyatakan kebijaksanaan pemerintah dapat

Nomor J Tahun XXXlI


44 Hukum dan Pembangunan

dikelompokkan menu rut sifat-sifat tertentu ditandai oleh degree of


involvement lembaga excecutif dalam pelaksanaan kebijaksanaan
bersangkutan. Atas dasar tingkat keterlibatan pemerintah dalam
pelaksanaan kebijaksanaan ini terdapat tiga jenis kebijaksanaan yaitu :
I. Kebijaksanaan langsung ;
adalah kebijaksanaan dimana untuk mencapai tujuan-tujuan yang
dimaksudkan, Pemerintah melakukan sendiri berbagai keputusan,
ketentuan dan aturan yang terdapat dalam kebijaksanaan tadi.
Misalnya untuk membantu perkembangan industri kecil , Pemerintah
mengambil keputusan untuk mengadakan program bimbingan dan
pengembangan industri kecil, yang bertujuan antara lain
mengembangkan kemampuan teknis dan manajerial para pengusaha
industri kecil go long an ekonomi lemah, dimana terdapat aparatur
pemerintah tertentu yang bukan saja berperan dalam perencanaan
program tetapi juga dalam pelaksanaannya.
2. Kebijaksanaan tidak langsung ;
adalah berbagai keputusan perundang-undangan, dimana untuk mencapai
tujuan yang dimaksudkan, Pemerintah tidak melaksanakan sendiri
kebijaksanaan tersebut tetapi hanya mengeluarkan ketentuan atau
aturan yang dapat mempengaruhi perilaku atau tindakan masyarakat
sehingga bergerak ke arah sesuai dengan tujuan yang dimaksudkan,
misalnya untuk menghemat devisa dan memperbaiki pola konsums i
masyarakat Pemerintah mengambil keputusan menaikkan pajak impo r
barang-barang impor mewah . Dengan langkah kebijaksanaan tersebut
pemerintah menharapkan tingkat harga barang-barang impor tersebut
naik, sehingga selera dan kemauan untuk membeli barang-barang
Impor menurun.
3. Kebijaksanaan campuran.
Adalah kebijaksanaan dimana untuk mencapai tujuan-tujuan yang
dimaksudkan terbuka kesempatan atau peranan yang dapat dilaksanakan
baik oleh instansi pemerintah maupun oleh organisasi kemasyarakatan
atau campuran keduanya. Misalnya, program tmasmigrasi, perumusan
dan penentuan berbagai kebijaksanaannya termasuk antara lain
penyediaan dana , penentuan lokasi, seleksi migran dan lain sebagainya
dilakukan oleh pemerintah, disamping itu terdapat berbagai unsur
kegiatan yang dapat dilakukan oleh swasta , sehingga secara
keseluruhan program transmigrasi dilaksanakan baik oleh organisasi
pemerintah tnaupun Inasyarakat.
Tentang Kebijaksanaan Pemerintah 45

Memperhatikan uraian tersebut di atas maka kebijaksanaan menjadi


amat penting dalam penyelenggaraan kegiatan-kegiatan pemerintah dalam
menyelenggarakan kehidupan masyarakat.
Para Sarjana ilinu politik telah membuat tipologi umum kebijaksanaan
publik sebagai berikut :
1. Substance and Procedural Policies.
Substance Policies adalah kebijaksanaan-kebijaksanaan tentang apa
yang akan/ingin dilakukan oleh pemerintah. Yang menjadi tekanan
adalah isi atau masalah (subyect matter) dari kebijaksanaan tersebut.
Procedural Policies adalah kebijaksanaan-kebijaksanaan tentang siapa
atau pihak-pihak mana saja yang terlibat dalam pelaksanaan kebijaksanaan
serta bagaimanakah kebijaksanaan tersebut akan dilaksanakan .
2. Distributive - Redistributive, Regulatory Self and Regulatory Policies.
Distributive Policies adalah kebijaksanaan-kebijaksanaan tentang
pendistribusian pelayanan/jasa-jasa dan keuntungan-keuntungan bagi
sekelompok khusus penduduk-penduduk, individu-individu, kelompok-
kelompok dan komunitas-komunitas tertentu.
Redistributive Policies adalah kebijaksanaan-kebijaksanaan yang sengaja
dilakukan pemerintah untuk memindahkan pengalokasian kekayaan,
pendapatan, pemilikan atau hak-hak diantaranya kelas-kelas dan kelompok
penduduk.
Regulatory Policies. adalah kebijaksanaan-kebijaksanaan tentang
penggunaan pembatasan atau larangan-larangan perbuatan atau
tindakan bagi orang-orang atau kelompok-kelompok, kebijaksanaan ini
bersifat mengurangi kebebasan seseorang atau sekelompok orang
untuk berbuat sesuatu.
Self Regulatory Policies adalah kebijaksanaan-kebijaksanaan tentang
pembatasan-pembatasan atau pengawasan terhadap hal-hal atau
kelompok tertentu, berbeda dengan regulatory policies yang sering
dihindari banyak orang, self regulatory policies malah sering
dibutuhkan atau dicari orang-orang karena kebijaksanaan ini dapat
dipakai sebagai alat untuk melindungi atau memperkuat kepentingan-
kepentingannya.
3. Material dan Symbolic Policies.
Material Policies adalah kebijaksanaan-kebijaksanaan tentang penyediaan
sumber-sumber material yang nyata atau pelimpahan kekuasaan
tertentu bagi penerimanya.

Nomor ] Tahun XXXI]


46 Hukum dan Pembangullan

Symbolic Policies adalah kebijaksanaan-kebijaksanaan yang mungkin


bisa menguntungkan atau merugikan tetapi hanya memiliki dampak riil
yang kecil terhadap masyarakat. Dengan demikian tidak bersifat
memaksa tetapi berupa himbauan.
4. Collective Goods dan Private Goods Policies.
Collective Goods adalah kebijaksanaan-kebijaksanaan tentang
penyediaan barang-barang dan pelayanan-pelayanan/jasa tersedia bagi
satu orang maka hal yang sarna harus juga tersedia bagi banyak
orang.
Private Goods Policies adalah kebijaksanaan-kebijaksanaan ya ng
merupakan kebalikan dari Collective Good Policies. YailU
kebijaksanaan-kebijaksanaan tentang penyediaan barang-barang dan
pelayanan-pelayanan tertentu bagu kepentingan perseorangan yang
tersedia di pasaran bebas dan mereka yang membutuhkan harus
membayar biaya tertentu.
5. Liberal dan Concervative Policies.
Liberal Policies adalah kebijaksanaan-kebijaksanaan yang mendorong
pemerintah untuk melakukan perubahan-perubahan sosial terutama
diarahkan untuk memperbesar hak-hak persamaan. Kebijaksanaan
Liberal menghendaki agar pemerintah melakukan koreksi lerhadap
ketidakadilan dan kelemahan-kelemahan yang ada pada aturan-aturan
sosial , meningkatkan program-program ekonomi dan kesejahteraan.
Concervative Policies adalah merupakan konservatif aturan sosial yang
sudah cukup baik, jadi tidak perlu diadakan perubahan sos ial atau
kalau perubahan sosial diperlukan harus diperlambat da n berjalan
secara alamiah. Sering pula dikatakan bahwa kebijaksanaan Liberal
cenderung untuk melindungi kepentingan go long an minoritas dan para
konsumen. sedangkan kebijaksanaan konservatif cenderung mendukung
kepentingan-kepentingan penguasa dan para produsen.

Penutup

Pembentukan kebijaksanaan pemerintah merupakan hal yang


penting dalam kehidupan suatu bangsa. Karena hal tersebut perlu
diketahui oleh setiap warga negara, pejabat pemerintah, pengusaha dan
warga masyarakat pada umumnya , sebab menyangkut hak dan kewajiban
mereka.

lanuari - Maret 2002


Tentang Kebijaksanaan Pemerintah 47

Seperti telah disinggung di atas Kebijaksapaan pemerintah yang


dimaksud di sini adalah setiap keputusan yang dilakukan oleh pejabat
pemerintah/negara atas nama instansi yang dipimpinnya (Presiden,
Menteri, Dirjen dan lain-lain) dalam rangka melaksanakan fungsi umum
pemerintahan, guna mengatasi permasalahan tertentu atau mencapai tujuan
ataupun dalam rangka melaksanakan produk-produk keputusan atau
peraturan perundang-undangan yang telah ditetapkan dan lazimnya
dituangkan dalam bentuk peraturan perundang-undangan tertentu atau
bentuk keputusan formal tertentu. Kebijaksanaan pemerintah itu sendiri
sangat luas ruang lingkupnya baik mengenai substansi (sosial, politik,
ekonomi, administrasi negara , dsb. ) maupun strata (kebijaksanaan
strategis, kebijaksanaan manajerial , kebijaksanaan operational) dan status
hukumnya (Undang-undang, Peraturan Pemerintah, Keputusan Presiden,
Instruksi Prsiden, Keputusan Menteri dst.)
Kebijaksanaan pemerintah meliputi hampir seluruh segi kehidupan
kemasyarakatan dan karena itu akan menetukan perkembangan dan
keadaan kehidupan setiap manusia dan seluruh lapisan masyarakat.
Secara global praktek pemerintahan yang bukan saja mempunyai
peranan dalam pelaksanan kebijaksanaan serta pengawasan dan penilaian
hasil-hasil pelaksanaan, tetapi juga dalam perumusan dan penentuan
kebijaksanaan-kebijaksanaan pemerintah.
Fungsi pemerintahan adalah fungsi politik pemerintahan, berarti
sama dengan penegakkan dan atau penggunaan dari wibawa negara. Guna
menjalankan pemerintahan dilakukanlah pengambilan keputusan
pemerintah yang bersifat strategis, policy, atau ketentuan-ketenruan umum
dan melalui perbuatan-perbuatan pemerintahan yang bersifat menegakkan
ketertiban umum, hukum , wibawa negara dan kekuasaan negara.
Keputusan-keputusan pemerintahan yang bersifat policy dalam
pengertian umum disebut kebijaksanaan. Adapun asas-asas hukum dalam
pembenrukan kebijaksanaan harus menjadi tolok ukurnya yaitu asas-asas
yang tertera di bawah ini :
I. Asas Yuridikitas : Keputusan pemerintah maupun Keputusan Adminstratif
tidak boleh melanggar hukum.
2. Asas Legalitas : Keputusan harus diambil berdasarkan suatu ketentuan
undang-undang.
3. Asas Dikresi : Pejabat penguasa diberi kebebasan untuk mengambil
keputusan menu rut pendapatnya sendiri sesuai dengan kewenangan
yang diberikan hukum.

Nomor I Tahun XXXIl


48 Hukum dan Pembangunan

4. Asas Kontinuitas : Kelangsungan tindakan yang berkelanjutan.


5. Asas Oportunitas : Memberikan kesempatan kepada pejabat pemerintah
untuk melangsungkan kegiatannya demi kepentingan umum.

Sejalan dengan tolok ukur di atas perlu diperhatikan bahwa asas-


asas pemerintahan yang baikpun tetap harus ditaati, asas-asas pemerintahan
yang baik yang dikenal adalah sebagai berikut :
a. Asas Kepastian Hukum.
b. Asas Keseimbangan.
c. Asas Kesamaan.
d. Asas Bertindak Cermat.
e. Asas Motivasi.
f. Asas Tidak Mencampur adukan kewenangan.
g. Asas Fair play.
h. Asas Keadilan dan kewajaran.
1. Asas Menanggapi pengharapan yang wajar.
j. Asas meniadakan akibat suatu keputusan yang bata!.
k. Asas Perlindungan atas pandangan hidup.
!. Asas Kebijaksanaan.
m. Asas Penyelenggaraan kepentingan umum.

Dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa kebijaksanaan


pemerintah adalah keputusan yang dapat berupa peraturan dan harus
memenuhi asas-asas pembentukan peraturan perundang-undangan material
dan formal sebagaimana yang diutarakan oleh A. Hamid S. Attamimi
yaitu :
a. Asas formal;
1. Asas tujuan yang jelas
2. Asas perlunya pengaturan
3. Asas materi muatan yang tepat
4. Asas dapat dilaksanakan
5. Asas dapat dikenali
6. Asas lembaga organ yang tepat
b. Asas-asas material;
1. Asas sesuai dengan cita hukum Indonesia
2. Asas sesuai dengan hukum Dasar Negara
3. Asas sesuai dengan prinsip negara berdasarkan hukum
4. Asas sesuai dengan prinsip Pemerintahan berdasar Konstitusi.

Januari - Maret 2002


Tentang Kebijaksanaan Pemerintah 49

Karena pada dasarnya kebijaksanaan masuk dlam fungsi pengaturan,


maka ada kecenderungan kuat untuk mengatur segala sesuatunya. Hal
tersebut dapat menjadikan kinerja kebijaksanaan acap kali kurang baik,
seringkali menjadi bagian dari masalah daripada memecahkan masalah.
Dengan kenyataan tersebut maka berkembang pemikiran yaitu
kebijaksanaan untuk mengurangi pengaturan yang disebut debiroktatisasi
dan deregulasi.
Pelaksanaan kebijaksanaan memerlukan pengendalian yang berbeda
tetapi pada dasarnya keseluruhannya bersasaran untuk mengetahui
efektivitas pelaksanaan ataupun memadai tidaknya suatu kebijaksanaan .
Pengendalian dapat diartikan sebagai upaya agar . keseluruhan
aturan ataupun rencana kegiatan dapat dilaksanakan sebagaimana ang
ditentukan dengan cara mengikuti atau memantau setiap perkembangan
pelaksanaannya menilai permasalahan yang terjadi kemudian mengatasi
masalah-masalah tersebut secara efektif.
Apabila ternyata bahwa sekalipun berbagai aturan rencana
kegiatan tersebut telah sepenuhnya diikuti tetapi hasilnya kemudian tidak
sebagaimana yang diharapkan, maka para pengambil keputusan
bertanggung jawab untuk meninjau kembali tentang memadai tidaknya
kebijaksanaan yang telah diputuskan.

Daftar Pustaka

Admosudirdjo, Prajudi. Hukum Adminstrasi Negara. Ghalia Indonesia,


Jakarta: 1981.
------- , Pengambilan Keputusan. Ghalia Indonesia, Jakarta 1971.
A.R. Mustafadidjaja. Studi Kebijaksanaan, FEU!: Jakarta 1992.
Danirn, Sudarwan. Pengantar Penelitian Kebijaksanaan. Bumi Aksara,
Jakarta, 2000.
Dunn, William N, Pengantar Analisis Kebijakan Publik. Gadjah Mada
University Press, Yogyakarta, 2000.
Hadjon, Pilipus M . Pengantar Hukum Administrasi Indonesia. Gadjah
Mada University Press, Yogyakarta, 1993.

Nomor I Tahun XXXII


50 Hukum dan Pembangunan

Hoogerwerf, A. Overheids Beleid (Alih Bahasa R. L.L. Tobing)


Erlangga, Jakarta 1991.
Kelsen, Hans . Teori Hukum Murni, Rimdi Press, 1995.
Kneeland, Steve. Solving Problem. Elex Media Komputindo, Jakarta 2001.
L.A.N. Sistem Adminstrasi Negara, Mas Agung: Jakarta, 1993 lilid I, II.
Manulang, M. Pengambilan Keputusan, BPFE, Yogyakarta, 1986.
Moekiat, Analisis Kebijaksanaan Publik , Mandar Maju, Bandung , 1995 .
Rasyid, Muhammad Ryaas. Makna Pemerintahan, PT. Mutiara Sumber
Widya, 2000.
Salusu, J. Pengambilan Keputusan Stratejik. Grasindo: Jakarta , 1996.
Siagian, S.P. Sistem lnformasi untuk Pengambilan Keputusan . Gunung
Agung, Jakarta, 1973.
Silalahi, Oberlin. Beberapa Aspek Kebijaksanaan Negara. Liberty ,
Yogyakarta, 1989.
Sunggono, Bambang. Hukum dan Kebijaksanaan Publil<:. Sinar Graflka, 1994.
Syafei, Inukencna. Manajemen Pemerintahan. PT. Pertja, Jakarta , 1998.
Tjokroamidjojo, Bintoro. Manajemen Pembangunan. Gunung Agung, 1996.
------ , Kebijaksanaan dan Adminstrasi Pembangunan. Gunung Agung, 1998.
Wahab, Solihin Abdul. Pengantar Analisis Kebijaksanaan Negara . Rineka
Cipta: Jakarta, 1989 .
Wilson, Graham. Problem Solving and Decision Making . Elex Media
Komputindo, Jakarta, 1993 .

Januari - Maret 2002

Anda mungkin juga menyukai