Anda di halaman 1dari 5

RESUME

Bab 10 Politik dan Strategi Nasional

A. PENGERTIAN.
Politik
Kata politik secara etimologi berasal dari Bahasa Yunani, yaitu Polisteia.
Polisteia dari kata Polis yang berarti kesatuan masyarakat yang mampu mengurus
dirinya sendiri, atau mampu berdiri sendiri dan teia yang berarti urusan. Jadi, arti
Polisteia adalah suatu urusan yang terkait dengan kesatuan masyarakat yang mampu
mengurus dirinya sendiri.
Dalam konteks politics adalah suatu rangkaian asas, prinsip, keadaan, jalan,
upaya, cara, dan alat yang digunakan untuk mencapai tujuan tertentu yang
dikehendaki. Arti politik yang ini sangat sering ditemui dalam praktik para pejabat
negara.
Dengan demikian, politik membicarakan hal-hal yang berkaitan dengan Negara,
Kekuasaan, Pengambilan Keputusan dan distribusi atau alokasi sumber-sumber
(Sumarsono, 2005) . Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut :
1. Negara, merupakan suatu organisasi dalam satu wilayah yang memiliki kekuasaan
tertinggi yang ditaati oleh rakyatnya.
2. Kekuasaan, adalah kemampuan seseorang atau kelompok untuk memengaruhi
tingkah laku orang atau kelompok lain, sesuai dengan keinginannya.
3. Pengambilan keputusan, adalah aspek utama politik. Dalam pengambilan
keputusan perlu diperhatikan dua hal, yaitu siapa pengambil keputusan itu dan
untuk siapa keputusan itu dibuat.
4. Kebijakan (policy), merupakan suatu keputusan yang diambil oleh seorang atau
kelompok politik dalam memilih tujuan dan cara mencapai tujuan itu.
5. Distribusi atau alokasi, adalah pembagian dan pengalokasian nilai-nilai (values)
dalam masyarakat.

Strategi

Strategi berasal dari Bahasa Yunani, yaitu Strategia atau strategos yang berarti
“the art of the General “ atau seni seorang Panglima, atau perang di atas peta, yang
biasanya digunakan dalam peperangan. Umumnya, Panglima yang berpangkat
Jenderal memetakan terlebih dahulu lokasi yang akan dikuasai, teknik, taktik, kriteria,
kualitas, dan jumlah pasukan yang akan dikerahkan dan sebagainya.

Dalam abad modern sekarang ini, penggunaan kata strategi tidak lagi terbatas
pada konsep atau seni seorang panglima dalam peperangan, tetapi sudah digunakan
secara luas di segala bidang. Dengan demikian, strategi tidak hanya menjadi monopoli
bidang militer, akan tetapi sudah meluas ke segala bidang kehidupan.

B. POLITIK DAN STRATEGI NASIONAL


Politik Nasional adalah kebijakan umum dan pengambilan kebijakan untuk
mencapai suatu cita-cita dan tujuan nasional. Strategi Nasional disusun terkait
pelaksanaan Politik Nasional, misalnya, strategi jangka pendek, jangka menengah dan
jangka panjang.
Politik Nasional memiliki empat sasaran. Keempat sasaran yang dimaksud adalah
sebagai berikut :
1. Politik Dalam Negeri
2. Politik Luar Negeri yang bersifat bebas aktif
3. Politik Ekonomi yang bersifat swasembada/swaday
4. Politik Pertahanan Keamanan yang bersifat defensif aktif

C. DASAR PEMIKIRAN PENYUSUNAN POLITIK DAN STRATEGI NASIONAL


1. Penyusunan Politik dan Strategi Nasional
Menurut UUD 1945 Politik dan Strategi Nasional disusun berdasarkan sistem
kenegaraan. Pendapat yang muncul pada tahun 1985 menyatakan bahwa jajaran
Pemerintah dan Lembaga-lembaga yang tersebut dalam UUD 1945 merupakan
“Supra Struktur Politik“, yaitu MPR, DPR, Presiden , MA dan BPK.
Proses penyusunan politik dan strategi nasional di tingkat suprasistem politik
diatur oleh Presiden, sesuai dengan Visi dan Misi Presiden yang disampaikan pada
saat pelantikan dan pengambilan sumpah dan janji Presiden dan Wakil Presiden di
depan Sidang Paripurna MPR. Visi dan Misi yang dijadikan Politik dan Strategi
dalam menjalankan pemerintahan dan melaksanakan pembangunan adalah selama
5 tahun.
2. Pembagian Kekuasaan
Berdasar Hasil Amandemen UUD 1945 meliputi Kekuasaan Eksekutif,
Kekuasaan Legislatif, Kekuasaan Yudikatif, dan Kekuasaan Inspektif. Adapun
penjelasan singkatnya sebagai berikut :
1) Kekuasaan Eksekutif didelegasikan kepada Presiden (pasal 4 ayat (1) UUD
1945).
2) Kekuasaan Legislatif didelegasikan kepada Presiden dan DPR (Dewan
Perwakilan Rakyat) dan DPD (Dewan Perwakilan Daerah).
3) Kekuasaan Yudikatif, didelegasikan kepada MA (Mahkamah Agung).
4) Kekuasaan Inspektif, didelegasikan kepada BPK (Badan Pemeriksa Keuangan
dan DPR. DPR melakukan Pengawasan terhadap Presiden selaku Penguasa
Eksekutif.

Dalam UUD 1945 hasil Amandemen, tidak ada kekuasaan Konsultatif yang
awalnya didelegasikan kepada DPA (Dewan Pertimbangan Agung).

3. Tingkat Penentu Kebijakan


Meliputi Tingkat Penentu Kebijakan Puncak, Tingkat Penentu Kebijakan Umum,
Tingkat Penentu Kebijakan Khusus, Tingkat Penentu Kebijakan Teknis, dan
Tingkat Penentu Kebijakan di Daerah. Adapun penjelasannya sebagai berikut :
a) Tingkat Penentu Kebijakan Puncak
Hal dilakukan oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), meliputi
Kebijakan tertinggi yang menyeluruh secara nasional. Selain MPR, Presiden
sebagai Kepala Negara, termasuk Penentu Kebijakan Nasional.
b) Tingkat Penentu Kebijakan Umum
Merupakan tingkat kebijakan di bawah tingkat kebijakan Puncak yang
lingkupnya menyeluruh secara nasional, berisi masalah-masalah makro
strategis, guna mencapai cita-cita dan tujuan Nasional dalam situasi dan
kondisi tertentu.
c) Tingkat Penentu Kebijakan Khusus
Kebijakan Khusus merupakan penggarisan terhadap suatu Bidang Utama
(Major Area) Pemerintahan. Wewenang Kebijakan Khusus berada di tangan
Menteri, berdasarkan kebijakan pada tingkat di atasnya. Hasilnya dirumuskan
dalam bentuk Peraturan Menteri, Keputusan Menteri atau Instruksi Menteri
dalam bidang pemerintahan yang diserahkan dan dipertanggungjawabkan
kepada Menteri.
d) Tingkat Penentu Kebijakan Teknis
Kebijakan Teknis meliputi penggarisan dalam satu sektor dari bidang utama
dalam bentuk Prosedur serta Teknis untuk mengimplementasikan rencana,
program dan kegiatan.
Hasil Penentuan Kebijakan dirumuskan dalam bentuk Peraturan, Keputusan
atau Instruksi Direktur Jenderal Departemen atau Pimpinan Lembaga Non
Departemen dalam sektor masing-masing yang diserahkan dan
dipertanggungjawabkan kepadanya.

D. SISTEM PEMERINTAHAN INDONESIA BERDASARKAN UUD 1945 (Kaelan,


2010)
Ada dua sistem Pemerintahan Indonesia berdasarkan UUD 1945 yang meliputi hukum
dasar tertulis dan hukum dasar tidak tertulis. Penjelasan kedua sistem tersebut adalah
sebagai berikut :
1. Hukum Dasar Tertulis (Undang-Undang Dasar)
Karena sifatnya tertulis maka rumusan Undang-undang Dasar itu tertulis dan
tidak mudah berubah. Menurut ECS.Wade dalam bukunya “Constitutional Law “
menyatakan, bahwa Undang -Undang Dasar menurut sifat dan fungsinya adalah
suatu naskah yang memaparkan kerangka dan tugas-tugas pokok dari Badan-
Badan Pemerintahan suatu Negara dan menentukan pokok-pokok cara kerja
Badan-badan tersebut.
Sifat Undang-undang Dasar mencakup hal-hal sebagai berikut :
a) Oleh karena sifatnya tertulis, maka rumusannya jelas. Merupakan hukum
dasar positif yang mengikat Pemerintah sebagai penyelenggara negara maupun
mengikat bagi setiap warganegara,
b) Bersifat singkat dan supel, memuat aturan-aturan pokok yang setiap kali harus
dikembangkan sesuai dengan perkembangan jaman, serta memuat hak-hak
asasi manusia,
c) Memuat norma-norma, aturan-aturan serta ketentuan-ketentuan yang dapat
dan harus dilaksanakan secara konstitusional, dan
d) UUD 1945 dalam tertib Hukum Indonesia merupakan Peraturan Hukum
Positif yang tertinggi.
2. Hukum Dasar yang Tidak Tertulis (Konvensi).
Konvensi adalah Hukum Dasar yang tidak tertulis, yaitu aturan-aturan dasar yang
timbul dan terpelihara dalam praktek penyelenggaraan negara, meskipun sifatnya
tidak tertulis. Konvensi memiliki sejumlah sifat. Sifat-sifat yang dimaksud adalah:
a) Merupakan kebiasaan yang berulang-ulang dan terpelihara dalam praktek
penyelenggaraan negara,
b) Tidak bertentangan dengan UUD dan berjalan sejajar,
c) Diterima oleh seluruh rakyat, dan
d) Bersifat sebagai pelengkap, sehingga memungkinkan sebagai aturan-aturan
dasar yang tidak terdapat/tercantum dalam Undang-undang Dasar.

E. SISTEM PEMERINTAHAN NEGARA MENURUT UUD 1945 HASIL


AMANDEMEN
Sistem Pemerintahan Indonesia sesuai dengan UUD 1945 hasil Amandemen, dibagi
atas tujuh kunci pokok. Ketujuh kunci pokok yang dimaksud adalah sebagai berikut :
a. Indonesia adalah Negara yang berdasarkan atas Hukum. Negara Indonesia tidak
berdasarkan atas kekuasaan belaka.
b. Sistem Konstitusional. Pemerintahan berdasarkan atas sistem ini tidak bersifat
absolut (kekuasaan yang tidak terbatas).
c. Kekuasaan Negara yang tertinggi di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut
UUD.
d. Presiden ialah Penyelenggara Pemerintahan Negara yang tertinggi disamping
MPR dan DPR.
e. Presiden tidak bertanggungjawab kepada DPR, namun Presiden harus
mendapatkan persetujuan DPR dalam hal membentuk Undang-undang.
f. Menteri Negara adalah Pembantu Presiden. Menteri Negara tidak
bertanggungjawab kepada DPR tetapi kepada Presiden.
g. Kekuasaan Kepala Negara tidak tak terbatas.

Anda mungkin juga menyukai