Pemerintahan berdasar atas sistem konstitusi (hukum dasar) tidak bersifat absolutisme
(kekuasaan yang tidak terbatas). Sistem ini mempertegas bahwa pengendalian pemerintahan atau
penyelenggaraan negara dibatasi oleh ketentuan-ketentuan konstitusi (hukum dasar) atau
ketentuan-ketentuan lain yang merupakan produk konsitusional dan bukan kekuasaan yang tidak
terbatas.
3. Kekuasaan negara yang tertinggi di tangan Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR)
Kedaulatan rakyat dipegang oleh suatu badan, bernama Majelis Permusyawaratan Rakyat,
sebagai penjelma seluruh rakyat Indonesia. Majelis ini menetapkan undang-undang dasar dan
menetapkan garis-garis besar haluan negara.
4. Presiden ialah penyelenggara pemerintah negara yang tertinggi di bawah majelis.
Di bawah majelis permusyawaratan rakyat, presiden ialah penyelenggara pemerintah negara
yang tertinggi. Dalam menjalankan pemerintahan negara, kekuasaan dan tanggung jawab adalah
ditangan presiden (concertation of power and responsibility upon the president).
Kunci keempat ini menegakan bahwa sistem penyelenggaraan pemerintah adalah sistem
pemerintahan presidential. Dengan demikian, berdasarkan atas asas ketiga dan keempat ini, maka
presiden memiliki dua fungsi/kedudukan, yaitu:
1. Presiden sebagai mandataris MPR, karena presiden memegang tanggung jawab atas
jalannya pemerintahan yang dipercayakan kepadanya dan mempertanggungjawabkannya
kepada MPR, bukan kepada badan lain.
2. Presiden sebagai penyelenggara pemerintahan negara tertinggi, karena presiden dalam
menjalankan pemerintahan negara, kekuasaan dan tanggung jawab ada ditangannya.
5. Presiden tidak bertanggung jawab kepada Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)
Meskipun presiden tidak bertanggung jawab kepada DPR, tidak berarti bahwa presiden dapat
membubarkan DPR.Sebaliknya DPR pun tidak dapat menjatuhkan presiden. Kunci kelima ini
menegaskan bahwa penanggunjawaban presiden bukan kepada DPR
6. Menteri negara ialah pembantu presiden, menteri negara tidak bertanggung jawab
kepada dewan perwakilan rakyat.
Presiden mengangkat dan memberhentikan menteri-menteri negara. Menteri-menteri itu tidak
bertanggung jawab kepada DPR, akan tetapi bertanggung jawab kepada presiden. Kedudukannya
tidak tergantung dari DPR, akan tetapi tergantung pada Dewan Perwakilan Rakyat, melainkan
tergantung pada presiden, yaitu menteri diangkat dan diberhentikan oleh presiden. Jadi
pengangkatan dan pemberhentian menteri-menteri menjadi wewenang penuh presiden, dan oleh
karenanya menteri-menteri bertanggungjawab kepada presiden, tidak kepada DPR.
Kunci keenam ini menegaskan mengenai pertanggungjawaban dari menteri-menteri hanya
pada presiden.
7. Kekuasaan kepala negara tidak tak terbatas
Meskipun kepala negara tidak bertanggung jawab kepada Dewan Perwakilan Rakyat, ia
bukan diktator, artinya kekuasaan tidak terbatas. Presiden bertanggung jawab kepada Majelis
Permusyawaratan Rakyat, kecuali itu presiden harus memperhatikan sungguh-sungguh suara
Dewan Perwakilan Rakyat.
Menurut asas ini kekuasaan kepala negara itu ada batasnya. Pembatasan kekuasaan kepala
negara ini adalah :
1. Konstitusi (asas kedua), artinya tidak boleh menyimpang dari UUD 1945
2. Pengawasan atas penyelenggaraan pemerintah dari DPR, yaitu harus memperhatikan
sungguh-sungguh suara DPR
3. Peranan menteri-menteri sebagai pembantu presiden yang juga mempunyai wewenang
dalam menjalankan kekuasaan pemerintah.