Anda di halaman 1dari 10

RESUME MAKALAH

POLITIK DAN STRATEGI NASIONAL

Disusun guna melengkapi salah satu tugas mata kuliah

Pendidikan Kewarganegaraan

Disusun oleh :

ANINDYA DEWANGSYA ARYAMURTI 200710101173

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS JEMBER

2020

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, dan
hidayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Sholawat dan salam
semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan nabi besar kita, yaitu Nabi Muhammad SAW
yang telah menunjukkan kepada kita jalan yang lurus berupa ajaran agama islam yang sempurna
dan menjadi anugrah serta rahmat bagi alam semesta .

Penulis sangat bersyukur karena telah menyelesaikan makalah yang menjadi tugas Pendidikan
Kewarganegraan tentang “POLITIK DAN STRATEGI NASIONAL” ini kami susun untuk
memenuhi tugas kelompok mata kuliah pendidikan kewarganegaraan. Kami mengucapkan
banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu. Kami menyadari bahwa dalam
penyusunan makalah ini masih banyak kekurangan dan memerlukan banyak perbaikan. Untuk itu
kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk penyempurnaan makalah
ini.
Dengan demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini bisa bermanfaat dengan
terlaksananya diskusi tentang politik dan strategi nasional.

DAFTAR ISI

BAB I

PENDAHULUAN

- Latar Belakang

Bangsa Indonesia adalah bangsa yang merdeka. Bangsa yang merdeka tentunya akan
mengatur urusan dalam negerinya sendiri. Selangkah demi selangkah Indonesia mulai
membenahi dan mengatur sistem pemerintahannya sendiri. Sejak Indonesia merdeka pada tahun
1945, perubahan mendasar telah terjadi di Indonesia, terutama tentang sistem pemerintahan
politik. Sebelumnya sistem pemerintahan di Indonesia masih tidak tertata rapi dan tidak stabil.
Perlahan pemerintah RI mulai mengatur sistem pemerintahannya. Pemerintah RI juga memiliki
cita-cita seperti negara merdeka lainnya. Cita cita itu adalah aspirasi kekal suatu bangsa
mengenai kesejahteraan, keamanan, dan pengembangan yang dibentuk oleh nilai cultural dan
etik, serta asas yang akan digunakan untuk mencapainya. Cita cita BI adalah masyarakat adil
makmur aman dan sentosa atau masyarakat ‘’ Gemah Ripah Loh Jinawi, Tata tentrem Kerta
Raharja atau masyarakat Baldatun Toyiban Warobun Gafur’’. Sekarang ini banyak penerus
bangsa yang masih tidak memahami makna dari sistem politik yang diterapkan dan dianut oleh
negara Indonesia serta tidak sedikit juga mereka para generasi muda yang salah mengartikan
tentang politik bebas aktif tersebut. Oleh karena itu, kelompok kami akan mencoba membahas
hal ini dalam makalah yang diberi judul “Politik dan Strategi Nasional”.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui bagaimana kaidah
pelaksanaan politik dan strategi nasional, untuk mengetahui bagaimana keberhasilan dalam
membenahi, mengatur politik dan strategi nasional Indonesia.

- Rumusan Masalah

1. Bagaimana penyusunan politik dan strategi nasional?


2. Apa dasar pemikiran penyusunan politik dan strategi nasional (Polstranas)?

3. Bagaimana perbedaan polstranas masa orde baru dan masa pasca reformasi?

- Tujuan Pembahasan

1. Untuk mengetahui tata penyusunan politik dan strategi nasional

2. Untuk mengetahui dasar pemikiran penyusunan politik dan strategi nasional

3. Untuk mengetahui perbedaan postranas masa orde baru dan masa pasca reformasi

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

- Politik dan strategi nasional

Politik nasional adalah sebuah kebijakan umum dan pengambilan kebijakan untuk
mencapai cita-cita dan tujuan nasional bangsa. Maka definisi politik nasional dapat diartikan
sebagai haluan, asas, usaha, serta kebijakan suatu negara tentang pembinaan, perencanaan,
pengembangan, pemeliharaan, dan pengendalian serta penggunaan kekuatan nasional untuk
mencapai tujuan nasional. Strategi nasional adalah cara untuk melaksanakan politik nasional
dalam mencapai sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan oleh politik nasional.

Maka, politik nasional berupa pengambilan kebijakan pada tingkat nasional dalam upaya
untuk mencapai tujuan nasional dan cita-cita bangsa Indonesia sebagaimana tertuang dalam
pembukaan UUD 1945. Upaya implementasi politik nasional perlu ada pada strategi
pelaksanaannya, agar tujuan nasional atau tujuan politik dapat terlaksana dengan baik dan dapat
tercapai. Dalam penyusunan politik dan strategi nasional terdapat hal-hal yang perlu diperhatikan
secara garis besar adalah kebutuhan pokok nasional yang meliputi masalah kesejahteraan umum,
keamanan dan pertahanan bangsa.

- Landasan dasar politik nasional

Penyusunan politik dan strategi nasional perlu memahami pokok pemikiran yang
terkandung dalam sistem manajemen nasional yang berlandaskan UUD 1945, ideologi Pancasila,
wawasan nusantara, dan ketahanan nasional. Landasan pemikiran dalam sistem manajemen
nasional ini sangat penting sebagai kerangka acuan dalam penyusunan politik dan strategi
nasional, karena di dalamnya terkandung dasar negara, cita-cita nasional, dan konsep strategis
bangsa Indonesia.

Jadi, ideologi Pancasila, UUD 1945, wawasan nusantara, dan ketahanan nasional menjadi
landasan dasar pemikiran politik dan strategi nasional. Konsep politik nasional tidak akan
diperbolehkan menyimpang keluar dari ideologi Pancasila dan UUD 1945.

- Sistem konstitusi nasional

Secara umum dalam konteks ketatanegaraan, konstitusi berarti pembentukan suatu negara
atau menyusun suatu negara. Konstitusi dapat diartikan sebagai berkas sosial dan politik negara
Indonesia. Konstitusi memuat tentang konstitusi dasar tatanan bernegara. Selain itu, konstitusi
juga merupakan berkas hukum yang dipelajari secara khusus menjadi bentuk hukum konstitusi
atau disebut sebagai hukum tata negara. Pada era modern ini konstitusi diartikan sebagai
Undang-Undang Dasar suatu negara. Pada dasarnya konstitusi (constitution) berbeda dengan
Undang-Undang Dasar (Grundgezets), akibat dari suatu kekeliruan dalam pandangan seseorang
mengenai konstitusi pada negara-negara modern, sehingga pengertian konstitusi kemudian di
samakan dengan Undang-Undang Dasar. Kekeliruan ini disebabkan oleh pengaruh pemahaman
kodifikasi yang menghendaki agar semua peraturan hukum ditulis, demi mecapai kesatuan
hukum, kesederhanaan hukum dan kepastian hukum. Pengaruh faham kodifikasi sangat besar
sehingga setiap peraturan hukum penting karena itu harus ditulis, dan konstitusi yang ditulis itu
adalah Undang-Undang Dasar 1945. Konstitusi merupakan salah satu alat untuk dapat
tercapainya kehidupan yang demokrasi bagi seluruh warga negara. Di sepanjang perjalanan
sejarah hingga abad ke 21 (sekarang), semua negara memiliki konstitusi. Dari hal tersebut
menunjukkan betapa pentingnya konstitusi sebagai suatu perangkat negara. Konstitusi dan
negara ibarat dua sisi mata uang yang saling terikat satu sama lain.

- Sistem ketatanegaraan negara

Dalam UUD 1945 menetapkan bahwa bentuk susunan negara Indonesia adalah negara
kesatuan bukan negara federal atau negara serikat. Dasar penetapan ini terdapat dalam Pasal 1
ayat (1) UUD 1945 yang menyatakan: “Negara Indonesia ialah Negara Kesatuan, yang
berbentuk Republik”. Secara teori, ada dua klasifikasi bentuk negara yaitu bentuk negara serikat
atau federal dan bentuk negara kesatuan. Negara federal adalah negara bersusunan jamak, artinya
negara yang didalamnya terdapat negara yang disebut negara bagian. Negara kesatuan adalah
negara yang bersusunan tunggal. Suatu bentuk negara yang tidak terdiri atas negara yang
didalamnya tidak terdapat daerah yang bersifat negara. Di dalam negara kesatuan, kekuasaan
mengatur seluruh daerahnya ada di tangan pemerintahan pusat. Pemerintahan pusat inilah yang
pada tingkat terakhir dan tertinggi dapat memutuskan segala sesuatu yang terjadi di dalam
negara.

UUD 1945 menetapkan bahwa bentuk pemerintahan Indonesia adalah republik bukan
monarki atau kerajaan. Dasar penetapan ini tertuang dalam Pasal 1 ayat (1) UUD 1945 yang
menyatakan “Negara Indonesia ialah Negara Kesatuan yang berbentuk Republik”. Berdasarkan
pasal tersebut dapat diketahui bahwa “kesatuan” adalah bentuk negara, sedang “republik” adalah
bentuk pemerintahan. UUD 1945 pra-amandemen tidak memberikan ketentuan yang tegas
tentang pembagian kekuasaan. UUD 1945 hanya mengenal pemisahan kekuasaan dalam arti
formal, oleh karena itu pemisahan kekuasaan itu tidak dipertahankan secara prinsipil. Dengan
kata lain, UUD 1945 hanya mengenal pembagian kekuasaan (devision of power) dan bukan
pemisahan kekuasaan (separation of power). Dalam konstruksi sistem ketatanegaraan,
kedaulatan rakyat berdasarkan UUD 1945 pra-amandemen dianggap terwujud penuh dalam
wadah Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) yang ditafsirkan sebagai lembaga tertinggi atau
forum tertinggi. Dari sini, fungsi-fungsi tertentu dibagikan sebagai tugas dan kewenangan
lembaga-lembaga tinggi negara yang ada di bawahnya, yaitu presiden, DPR, MA, dan
seterusnya.

UUDS 1950 adalah formal sebuah perubahan konstitusi RIS 1949. Sesuai dengan Pasal 1
Ayat (2) UUDS 1950 menetapkan bahwa kedaulatan Republik Indonesia ada di tangan rakyat.
Ketentuan ini berlainan dengan UUD 1945, UUDS 1950 dengan khusus menentukan bahwa
kedaulatan rakyat itu dilakukan oleh pemerintah bersama dengan DPR. Paham ini tidak terdapat
dalam konstitusi RIS. Ketentuan dalam UUD 1945 menyatakan dengan jelas bahwa kedaulatan
rakyat ada di tangan rakyat dan dilaksanakan sepenuhnya oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat.
Sedangkan pasal 1 Ayat (2) UUD 1949 menentukan bahwa kekuasaan berkedaulatan Republik
Indonesia Serikat dilakukan oleh pemerintah bersama-sama dengan Dewan Perwakilan Rakyat
dan senat. Berdasarkan ketentuan-ketentuan dalam UUD 1945, Indonesia menganut sistem
pemerintahan presidensiil. Secara teoretis, sistem pemerintahan dibagi dalam dua klasifikasi
besar, yaitu sistem pemerintahan parlementer dan sistem pemerintahan presidensiil. Klasifikasi
sistem pemerintahan parlementer dan presidensiil didasarkan pada hubungan antara kekuasaan
eksekutif dan legislatif. Sistem pemerintahan disebut parlementer apabila badan eksekutif
sebagai pelaksana kekuasaan eksekutif mendapat pengawasan langsung dari badan legislatif.
Sistem pemerintahan disebut presidensiil apabila badan eksekutif berada di luar pengawasan
langsung badan legislatif.

BAB III

PEMBAHASAN

- Bagaimana penyusunan politik dan strategi nasional

Politik dan strategi nasional yang telah diterapkan sejauh ini disusun berdasarkan sistem
kenegaraan menurut Undang-Undang Dasar 1945. Pada tahun 1985 berkembang pendapat
mengatakan bahwa pemerintah dan lembaga-lembaga negara yang diatur dalam Undang-Undang
Dasar 1945 ialah suprastruktu politik. Lembaga-lembaga tersebut adalah Majelis
Permusyawaratan Rakyat (MPR), Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Presiden, Badan Pengawas
Keuangan (BPK), dan Mahkamah Agung (MA). Badan-badan yang berada di dalam masyarakat
adalah sebagai infrastruktur politik yang mencakup pranata politik yang ada di dalam masyarakat
seperti organisasi kemasyarakatan, media massa, partai politik, kelompok kepentingan dan
kelompok penekan. . Mekanisme penyusunan politik dan strategi nasional ditingkat suprastruktur
politik diatur oleh presiden, dalam hal ini presiden bukanlah sebagai mandataris MPR sejak
pemilihan Presiden yang dipilih langsung oleh rakyat dalam pemilu tahun 2004. Karena hal itu,
dalam menjalankan roda pemerintahan presiden berpegang pada visi dan misi yang telah
disampaikan oleh presiden disaat siding MPR setelah acara pelantikan serta pengambilan
sumpah beserta janji presiden dan wakilnya.

- Apa dasar penyusunan politik strategi nasional (polstranas)?


Dasar pemikiran dalam menyusun politik dan strategi nasional adalah pokok-pokok
pikiran yang terkandung dalam sistem manajemen nasional yang berlandaskan ideologi
Pancasila, Wawasan Nusantara, UUD 1945 dan Ketahanan Nasional. Landasan pemikiran dalam
sistem manajemen nasional ini penting artinya karena di dalamnya terkandung dasar negara, cita-
cita nasional dan konsep strategis bangsa Indonesia.

Politik dan strategi nasional selama ini disusun berdasarkan sistem kenegaraan menurut UUD
1945. Sejak tahun 1985 telah berkembang pendapat dimana jajaran pemerintah dan lembaga-
lembaga yang tersebut dalam UUD 1945 disebut sebagai "Suprastruktur Politik".

- Bagaimana perbedaan postranas masa orde baru dan masa pasca reformasi?

Polstranas disusun dengan memahami pokok utama pikiran yang masih ada pada sistem
manajemen nasional yang berasal dari ideologi pancasila, UUD1945, wawasan nusantara dan
ketahanan nasional. Masa orde baru ditandai oleh diangkatnya Presiden Soeharto sebagai
presiden oleh MPRS pada tahun 1966 lalu lengser tahun 1998. Pada 32 tahun kekuasaanya,
Soeharto memakai GBHN sebagi acuan politik dan strategi nasional yang sebelumnya sudah
disusun oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat. Sebagian besar anggota Majelis
Permusyawaratan Rakyat dalam waktu itu merupakan orang orang pilihan Soeharto sehingga
bisa dipastikan bahwa polstranas dalam waktu itu merupakan polstranas pesanan Soeharto.
Pemerintahan yang dipimpinnya memang sukses dalam mewujudkan ekonomi makro, tetapi
ekonomi mikro sangat lemah, pembangunan cenderung berpusat dipemerintahan pusat. Selama
periode polstranas disusun dan ditetapkan oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat yang di
jabarkan pada bentuk GBHN yang berisi program Pembangunan Jangka Sedang (PJS) lima
tahun.

Pada tahun 1998-1999 Presiden B.J. Habibie , tahun 1999-2001 Abdurrahman Wahid lalu
tahun 2001-2004 menjabat megawati Sokarno Putri menjadi PRESIDEN RI. Masa masa ini
adalah masa euphoria reformasi. Indonesia seperti dilahirkan kembali sebagai sebuah bangsa
yang terbebas dari berbagai macam ketidak adilan pemerintah. Reformasi didengungkan disegala
bidang. Selama sekitar 6 tahun masa reformasi ini polstranas Indonesia masih mengacu pada
GBHN yang dibuat serta ditetapkan oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat. Pada masa reformasi
ini menghasilkan program Pembangunan Nasional (PROPENAS) sebagai planning
pembangunan lima tahun yang dirumuskan dengan mengikut sertakan banyak sekali komponen
bangsa. Propenas ini adalah acuan penyusunan Rencana Strategis (Penistra) forum negara dan
Program Pembangunan Daerah( propeda) bagi pemerintah daerah.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa perbedaan paling mencolok dari pola penyususnan
Polstranas antara periode ORBA dan periode pasca reformasi adalah dari awal pembuatannya.
Pada masa ORBA polstranas ditentukan dari GBHN yang telah dibuat oleh MPR. Sedangkan
pada periode reformasi tepatnya pada saat pemerintahan SBY polstranas disusun berdasarkan
visi dan misi langsung presiden. Yang membedakannya polstranas era orde baru dan setelah
reformasi ialah road map atau rencana pembangunan negara diubah yaitu GBHN yang
diterapkan sat orde baru yang dipimpin oleh Soeharto digantikan dengan rencana pembangunan
jangka panjangn nasional (RPJPN).

BAB IV

PENUTUP

- Kesimpulan

Dapat disimpulkan bahwa politik dan strategi nasional Indonesia dilaksanakan di segala
bidang. Hal itu dilakukan untuk memajukan seluruh aspek kehidupan di Indonesia. Indonesia
adalah negara kesatuan berbentuk republik, dengan memakai sistem demokrasi, dimana
kedaulatan berada di tangan rakyat oleh rakyat untuk rakyat. Indonesia menganut sistem
pemerintahan presindesil, dimana Presiden berkedudukan sebagai kepala negara sekaligus kepala
pemerintahan. Sistem politik Indonesia diartikan sebagai kumpulan berbagai kegiatan dalam
Negara Indonesia yang berkaitan dengan kepentingan umum termasuk proses penetuan tujuan,
upaya-upaya mewujudkan tujuan, pengambilan keputusan, seleksi dan penyusunan skala
prioritasnya.

- Saran

Sebagai warga negara Indonesia kita perlu berpartisipasi dalam kehidupan politik agar
terciptanya kehidupan politik yang menjadi kesejahteraan kehidupan seluruh masyarakat
Indonesia. Masyarakat Indonesia juga diharapkan memiliki profesionalisme yang tinggi dalam
setiap penyelenggara negara dan pemerintah haruslah sesuai dengan keahliannya masing-masing
untuk mewujudkan terciptanya politik dan strategi nasional yang dapat mengubah kehidupan
masyarakat menjadi lebih sejahtera, aman dan tentram. Memiliki mentalitas jiwa dan semangat
kebangsaan yang tinggi mengutamakan kepentingan bangsa dan negara di samping kepentingan
individu dan kepentingan golongan.

- Daftar Pustaka

Miriam Budiardjo dkk, Dasar-Dasar Ilmu Politik, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008)
Jimly Asshidiqie, Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara Jilid II, (Jakarta: Sekretariat Jenderal dan
Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi, 2006)
Jimly Asshiddiqie, Hukum Tata Negara dan Pilar-Pilar Demokrasi, (Jakarta: Konstitusi Press,
2005)
Munir Fuady, Teori Negara Hukum (Rechstaat), (Bandung: Regika Aditama, 1985)
Darji Darmodiharjo dkk, Santiaji Pancasila, (Jakarta: Kurnia Esa, 1985)
Chairul Anwar, 1999, Konstitusi dan Kelembagaan Negara, (Jakarta: CV. Novindo Pustaka
Mandiri)
Titik Triwulan Tutik, Konstruksi Hukum Tata Negara Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945,
(Jakarta: Prenada Media, 2010)
Sumarsono, dkk. 2005. Pendidikan Kewarganegaraan Cetakan V., (Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama)
Taniredja, Tukiran, dkk. 2010. Pendidikan Kewarganegaraan. (Bandung: Alfabeta)
Sulaiman, MA. 2016. Pendidikan Kewarganegaraan. Banda Aceh: PeNA
Budiarjo, Miriam. 1991. Dasar-dasar Ilmu Politik. (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama)
Sutoyo. Pendidikan Kewarganegaraan Kewarganegaraan Untuk Perguruan Tinggi. Cet. I. (Yogyakarta:
Graha Ilmu, 2011)
Van Vollenhoven dalam bukunya Staatsrecht Overzee. (Leiden: Stenfert Kroese, 1934)
Rowland B. F. Pasaribu, Kewarganegaraan. (2013)
M. Yusuf Husen, Pendidikan Kewarganegaraan. Diktat. (Banda Aceh: Universitas Syiah Kuala, 2009), h 63.
B. PERTANYAAN

1. Dalam prioritas pembangunan nasional Indonesia, terdapat agenda mewujudkan


Indonesia yang damai dan aman, namun pada faktanya hingga saat ini agenda ini belum
sepenuhnya berjalan dengan baik. Bagaimana kelompok saudara memandang permasalahan ini,
masih bisakah agenda ini disebut dalam prioritas pembangunan ketika permasalahan-
permasalahan lain lebih diutamakan?

Anda mungkin juga menyukai