Anda di halaman 1dari 44

MAKALAH

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

PANCASILA

Disusun oleh :

Kelompok 1

Ahmad Hakiki NIM 200110401069

Andhika Okta Prima Sakti NIM 200803102049

Anindya Dewangsya Aryamurti NIM 200710101173

Anindya Sefia Ayutrisna NIM 200810201116

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

KELAS 49 TAHUN AJARAN 2020/2021


Page | 1
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum. Wr. Wb

Puji syukur kita haturkan kepada Allah SWT atas berkah rahmat dan hidayahnya lah makalah yang
berjudul ‘ Pancasila” ini dapat rampung dalam tepat waktu. Adapun tujuan pembuatan makalah ini
selain menambah wawasan pengetahuan adalah untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah
Pancasila. Makalah ini ditulis dari hasil penyusun data-data sekunder yang diperoleh dari buku-
buku panduan dan informasi media massa yang berhubungan dengan judul makalah ini. Tidak lupa
ucapan terima kasih kepada dosen atas bimbingan dan arahan dalam penulisan makalah ini. Juga
pada rekan-rekan mahasiswa yang telah mendukung sehingga dapat diselesaikannya makalah ini.
Semoga dengan membaca makalah ini dapat memberi manfaat dan menambah wawasan kita.
Memang ini jauh dari kata sempurna, maka diharapkan kritik dan saran dari pembaca yang bersifat
membangun.

Wassalamu’alaikum. Wr. Wb

Page | 2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………………………………………………………………………………………………………2

DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………………………………………….3

BAB I PENDAHULUAN

I. LATAR BELAKANG……………………………………………………………………………………………………….…5

II. RUMUSAN MASALAH…………………………………………………………………………………………………..5

III. TUJUAN PEMBAHASAN………………………………………………………………………………………….……5

BAB II PEMBAHASAN

A. PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT………………………………………………………………………..6

B. PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI NEGARA……………………………………………………………………..11

C. PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA……………………………………………………………………..…..20

D. PANCASILA SEBAGAI PANDANGAN HIDUP BANGSA…………………………………………………….22

E. PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA PEMBANGUNAN…………………………………………………….29

F. PANCASILA SEBAGAI SUMBER NILAI…………………………………………………………………………….31

G. PANCASILA SEBAGAI JIWA BANGSA INDONESIA………………………………………………………….34

H. PANCASILA SEBAGAI KEPRIBADIAN BANGSA INDONESIA…………………………………………….36

I. PANCASILA SEBAGAI PERJANJIAN LUHUR BANGSA INDONESIA…………………………………….38

J. PANCASILA SEBAGAI CITA-CITA DAN TUJUAN BANGSA INDONESIA………………………….….39

K. PANCASILA SEBAGAI FALSAFAH BANGSA………………………………………………………………..…..40

BAB III PENUTUP

I. KESIMPULAN………………………………………………………………………………………………………………..42

Page | 3
II. SARAN……………………………………………………………………………………………………………………..…42

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………………………………………………..43

Page | 4
BAB I

PENDAHULUAN

I. LATAR BELAKANG
Pancasila adalah pilar ideologis negara Indonesia. Nama ini terdiri dari dua kata
dari Sanskerta yaitu panca yang berarti lima dan sila yang berarti prinsip atau asas. Pancasila
merupakan rumusan dan pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara bagi seluruh rakyat
Indonesia.

Lima ideologi utama penyusun Pancasila adalah Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan
yang adil dan beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan, dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia, dan tercantum pada alinea ke-4 Preambule (Pembukaan) Undang-Undang Dasar
1945.

Pancasila sebagai dasar negara berfungsi untuk mengatur pemerintahan di negara Indonesia.
Rakyat Indonesia harus melakukan sesuatu hal berdasarkan dasar negara yang berupa
Pancasila.

II. RUMUSAN MASALAH

Apa pengertian Pancasila sebagai dasar negara Indonesia ?

Bagaimana cara untuk mengamalkan nilai – nilai Pancasila ?

Mengapa Pancasila dijadikan pedoman hidup bangsa Indonesia ?

III. TUJUAN PEMBAHASAN

Pembahasan ini ditujukan untuk menambah pengetahuan mengenai Pancasila sebagai dasar
negara dan untuk mengamalkan nilai – nilai Pancasila dalam kehidupan sehari – hari.

Page | 5
BAB II

PEMBAHASAN

A. PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT

Pancasila adalah filsafat bangsa Indonesia yang diperoleh sebagai hasil perenungan mendalam
para tokoh pendiri negara (the founding fathers) ketika mereka berusaha menggali nilai-nilai
dasar dan merumuskan dasar negara untuk di atasnya didirikan negara Republik Indonesia. Hasil
perenungan itu kemudian secara resmi disahkan bersamaan dengan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia (UUD NRI) tahun 1945 oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan
Indonesia (PPKI) pada 18 Agustus 1945 sebagai Dasar Filsafat Negara Republik Indonesia.
Kelima dasar atau prinsip yang terdapat dalam sila-sila Pancasila, juga jelas merupakan satu
kesatuan bagian-bagian sehingga saling berhubungan untuk menyatakan adanya satu tujuan yang
hendak dicapai secara bersama sehingga dapat disebut sebagai sistem. Pengertian suatu sistem,
sebagaimana dikutip oleh Kaelan (2000: 66) dari Shrode dan Don Voich memiliki ciri- ciri
sebagai berikut:
1) suatu kesatuan bagian-bagian;
2) bagian-bagian tersebut mempunyai fungsi sendiri-sendiri;
3) saling berhubungan, saling ketergantungan;
4) kesemuanya dimaksudkan untuk mencapai suatu tujuan bersama (tujuan sistem);
5) terjadi dalam suatu lingkungan yang kompleks.

Berdasarkan pengertian tersebut, Pancasila yang berisi lima sila, yaitu Sila Ketuhanan yang Maha
Esa, Sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, Sila Persatuan Indonesia, Sila Kerakyatan yang
dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan dan Sila Keadilan Sosial
bagi Seluruh Rakyat Indonesia, saling berhubungan membentuk satu kesatuan sistem yang dalam
proses bekerjanya saling melengkapi dalam mencapai tujuan. Meskipun setiap sila pada hakikatnya
merupakan suatu asas sendiri, memiliki fungsi sendiri-sendiri, namun memiliki tujuan tertentu yang
sama, yaitu mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila.
Selanjutnya, Pancasila dapat dipahami sebagai sistem filsafat yang mengandung pemikiran tentang
Page | 6
manusia dalam hubungannya dengan Tuhan, dengan diri sendiri, dengan sesama, dan dengan
masyarakat sebagai sebuah bangsa. Beragam hubungan ini, secara teoretik dimiliki Pancasila. Oleh
sebab itu, sebagai sistem filsafat, Pancasila memiliki ciri khas yang berbeda dengan sistem-sistem
filsafat lain yang ada di dunia, seperti materialisme, idealisme, rasionalisme, liberalisme,
komunisme dan lain sebagainya.

Kekhasan nilai filsafat yang terkandung dalam Pancasila berkembang dalam budaya dan peradaban
Indonesia, terutama sebagai jiwa dan asas kerohanian bangsa dalam perjuangan kemerdekaan
bangsa Indonesia. Selanjutnya nilai filsafat Pancasila, baik sebagai pandangan hidup atau filsafat
hidup (Weltanschauung) bangsa maupun sebagai jiwa bangsa atau jati diri (Volksgeist) nasional
yang kemudian dijadikan sebagai penanda identitas bagi bangsa Indonesia dalam menghadapi
budaya dan peradaban dunia.

Filsafat Pancasila
Secara harfiah, istilah “filsafat” atau philosophia menurut Bahasa Yunani mengandung arti “cinta
akan kebijaksanaan.” Beranjak dari arti harfiahnya, menurut Bagus (1996: 242-243), arti itu
menunjukkan bahwa manusia tidak pernah secara sempurna memiliki pengertian menyeluruh
tentang segala sesuatu yang dimaksudkan kebijaksanaan, namun terus-menerus harus mengejarnya.
Pancasila dikatakan sebagai filsafat, karena Pancasila merupakan hasil permenungan jiwa yang
mendalam yang dilakukan oleh the founding fathers Indonesia, yang dituangkan dalam suatu sistem
(Abdul Gani, 1998). Oleh karena itu, pengertian filsafat Pancasila secara umum adalah hasil berpikir
atau pemikiran yang sedalam-dalamnya dari bangsa Indonesia yang dianggap, dipercaya dan
diyakini sebagai kenyataan, norma-norma dan nilai- nilai yang benar, adil, bijaksana, dan paling
sesuai dengan kehidupan dan kepribadian bangsa Indonesia.

Filsafat Pancasila kemudian dikembangkan oleh Soekarno sejak 1955 sampai kekuasaannya
berakhir pada 1965. Pada saat itu Soekarno selalu menyatakan bahwa Pancasila merupakan filsafat
asli Indonesia yang diambil dari budaya dan tradisi Indonesia, serta merupakan akulturasi budaya
India (Hindu- Buddha), Barat (Kristen), dan Arab (Islam). Menurut Soeharto, Filsafat Pancasila telah
mengalami Indonesianisasi. Semua sila dalam Pancasila adalah asli diangkat dari budaya Indonesia
dan selanjutnya dijabarkan menjadi lebih rinci ke dalam butir-butir Pancasila. Filsafat Pancasila
dapat digolongkan sebagai filsafat praktis sehingga filsafat Pancasila tidak hanya mengandung
Page | 7
pemikiran yang sedalam- dalamnya atau tidak hanya bertujuan mencari, tetapi hasil pemikiran yang
berwujud filsafat Pancasila tersebut dipergunakan sebagai pedoman hidup sehari-hari (way of life
atau weltanschauung) agar hidup bangsa Indonesia dapat mencapai kebahagiaan lahir dan batin, baik
di dunia maupun di akhirat (Salam, 1988: 23-24).

Sebagai sistem filsafat, Pancasila memiliki dasar ontologis, epistemologis, dan aksiologis,
seperti diuraikan di bawah ini.

1. Dasar ontologis Pancasila

Dasar-dasar ontologis Pancasila menunjukkan secara jelas bahwa Pancasila itu benar-benar ada
dalam realitas dengan identitas dan entitas yang jelas. Melalui tinjauan filsafat, dasar ontologis
Pancasila mengungkap status istilah yang digunakan, isi dan susunan silasila, tata hubungan, serta
kedudukannya. Dengan kata lain, pengungkapan secara ontologis itu dapat memperjelas identitas
dan entitas Pancasila secara filosofi. Kaelan (2002: 69) menjelaskan dasar ontologis Pancasila pada
hakikatnya adalah manusia yang memiliki hakikat mutlak monopluralis. Manusia Indonesia
menjadi dasar adanya Pancasila. Manusia Indonesia sebagai pendukung pokok sila-sila Pancasila
secara ontologis memiliki hal-hal yang mutlak, yaitu terdiri atas susunan kodrat raga dan jiwa,
jasmani dan rohani, sifat kodrat manusia sebagai makhluk individu dan sosial, serta kedudukan
kodrat manusia sebagai makhluk pribadi berdiri sendiri dan sebagai makhluk Tuhan Yang Maha
Esa (Kaelan, 2002:72).

Ciri-ciri dasar dalam setiap sila Pancasila mencerminkan sifat-sifat dasar manusia yang bersifat
dwi- tunggal. Ada hubungan yang bersifat dependen antara Pancasila dengan manusia Indonesia.
Artinya, eksistensi, sifat dan kualitas Pancasila amat bergantung pada manusia Indonesia. Selain
ditemukan adanya manusia Indonesia sebagai pendukung pokok Pancasila, secara ontologis,
realitas yang menjadikan sifat-sifat melekat dan dimiliki Pancasila dapat diungkap sehingga
identitas dan entitas Pancasila itu menjadi sangat jelas. Soekarno menggunakan istilah Pancasila
untuk memberi lima prinsip dasar negara yang diajukan. Dua orang sebelumnya, Soepomo dan
Muhammad Yamin meskipun masing-masing menyampaikan konsep dasar negara tetapi tidak
sampai memberikan nama. Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) atau Komite
Page | 8
Nasional Indonesia Pusat (KNIP) yang beranggotakan Soekarno, menggunakan istilah Pancasila
sebagaimana telah diperkenankan Soekarno untuk dinyatakan oleh PPKI sebagai nama resmi
Dasar Negara Indonesia yang isinya terdiri dari lima sila, tidak seperti yang diusulkan Soekarno
melainkan seperti rumusan PPKI yang tercermin dalam Pembukaan UUD 1945 alinea keempat.

Berhubung pengertian Pancasila merupakan kesatuan, menurut Notonagoro (1983: 32), maka lebih
tepat istilah Pancasila dituliskan tidak sebagai dua kata “Panca Sila”, akan tetapi sebagai satu kata
“Pancasila”. Penulisan Pancasila bukan dua kata melainkan satu kata juga mencerminkan bahwa
Pancasila adalah sebuah sistem bukan dua sistem. Dalam hal ini, nama Pancasila yang menjadi
identitas lima dasar negara Indonesia adalah bukan istilah yang diperkenalkan Soekarno tanggal 1
Juni 1945 di depan sidang BPUPKI, bukan Pancasila yang ada dalam kitab Sutasoma, bukan yang
ada dalam Piagam Jakarta, melainkan yang ada dalam alinea keempat Pembukaan UUD 1945.

2. Dasar epistemologis Pancasila

Dasar epistemologis Pancasila terkait dengan sumber dasar pengetahuan Pancasila. Demikian juga,
eksistensi Pancasila dibangun sebagai abstraksi dan penyederhanaan terhadap realitas yang ada
dalam masyarakat Indonesia dengan lingkungan yang heterogen, multikultur, dan multietnik
dengan cara menggali nilai-nilai yang memiliki kemiripan dan kesamaan untuk memecahkan
masalah yang dihadapi masyarakat bangsa Indonesia (Salam, 1998: 29).

Masalah-masalah yang dihadapi menyangkut keinginan untuk mendapatkan pendidikan,


kesejahteraan, perdamaian, dan ketentraman. Pancasila itu lahir sebagai respon atau jawaban atas
keadaan yang terjadi dan dialami masyarakat bangsa Indonesia dan sekaligus merupakan harapan.
Diharapkan Pancasila menjadi cara yang efektif dalam memecahkan kesulitan hidup yang
dihadapi oleh masyarakat bangsa Indonesia. Pancasila memiliki kebenaran korespondensi dari
aspek epistemologis sejauh sila-sila itu secara praktis didukung oleh realitas yang dialami dan
dipraktekkan oleh manusia Indonesia. Pengetahuan Pancasila bersumber pada manusia Indonesia
dan lingkungannya. Pancasila dibangun dan berakar pada manusia Indonesia beserta seluruh
suasana kebatinan yang dimiliki.

Page | 9
Kaelan (2002: 96) mengemukakan bahwa Pancasila merupakan pedoman atau dasar bagi bangsa
Indonesia dalam memandang realitas alam semesta, manusia, masyarakat, bangsa dan negara
tentang makna hidup serta sebagai dasar bagi manusia dalam menyelesaikan masalah yang
dihadapi dalam hidup dan kehidupan. Terkait sumber pengetahuan Pancasila, hal itu dapat
ditelusuri melalui sejarah terbentuknya Pancasila. Akar sila-sila Pancasila ada dan berpijak pada
nilai serta budaya masyarakat bangsa Indonesia. Nilai serta budaya masyarakat bangsa Indonesia
yang dapat diungkap mulai awal sejarah pada abad IV Masehi di samping diambil dari nilai asli
Indonesia juga diperkaya dengan dimasukkannya nilai dan budaya dari luar Indonesia.

Nilai-nilai dimaksud berasal dari agama Hindu, Budha, Islam, serta nilai- nilai demokrasi yang
dibawa dari Barat. Berdasarkan realitas yang demikian maka dapat dikatakan bahwa secara
epistemologis pengetahuan Pancasila bersumber pada nilai dan budaya tradisional dan modern,
budaya asli dan campuran. Selain sumber historis tersebut, menurut tinjauan epistemologi, Pancasila
mengandung kebenaran pengetahuan yang bersumber dari wahyu atau agama serta kebenaran yang
bersumber pada akal pikiran manusia serta kebenaran yang bersifat empiris berdasarkan pada
pengalaman. Dengan sifatnya yang demikian maka pengetahuan Pancasila mencerminkan adanya
pemikiran masyarakat tradisional dan modern.

3. Dasar aksiologis Pancasila

Aksiologi terkait erat dengan penelaahan atas nilai. Dari aspek aksiologi, Pancasila tidak bisa
dilepaskan dari manusia Indonesia sebagai latar belakang, karena Pancasila bukan nilai yang ada
dengan sendirinya (given value) melainkan nilai yang diciptakan (created value) oleh manusia
Indonesia. Nilai-nilai dalam Pancasila hanya bisa dimengerti dengan mengenal manusia Indonesia
dan latar belakangnya.

Nilai berhubungan dengan kajian mengenai apa yang secara intrinsik, yaitu bernilai dalam dirinya
sendiri dan ekstrinsik atau disebut instrumental, yaitu bernilai sejauh dikaitkan dengan cara
mencapai tujuan. Pada aliran hedonisme yang menjadi nilai intrinsik adalah kesenangan, pada
utilitarianisme adalah nilai manfaat bagi kebanyakan orang (Smart, J.J.C., and Bernard Williams,
1973: 71). Pancasila mengandung nilai, baik intrinsik maupun ekstrinsik atau instrumental. Nilai
intrinsik Pancasila adalah hasil perpaduan antara nilai asli milik bangsa Indonesia dan nilai yang
Page | 10
diambil dari budaya luar Indonesia, baik yang diserap pada saat Indonesia memasuki masa sejarah
abad IV Masehi, masa imperialis, maupun yang diambil oleh para kaum cendekiawan Soekarno,
Muhammad Hatta, Ki Hajar Dewantara, dan para pejuang kemerdekaan lainnya yang mengambil
nilai-nilai modern saat belajar ke negara Belanda.

Kekhasan nilai yang melekat dalam Pancasila sebagai nilai intrinsik terletak pada diakuinya nilai-
nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan sosial sebagai satu kesatuan.
Kekhasan ini yang membedakan Indonesia dari negara lain. Nilai-nilai ketuhanan, kemanusiaan,
persatuan, kerakyatan, dan keadilan memiliki sifat umum universal. Karena sifatnya yang
universal, maka nilai-nilai itu tidak hanya milik manusia Indonesia, melainkan manusia seluruh
dunia.

B. PANCASILA SEBAGAI IDEOLOGI NEGARA

Pengertian Ideologi menurut beberapa ahli adalah debagai berikut :

• Louis Althuser

Ideologi adalah suatu gagasan yang spekulatif namun tetapi ideologi tersebut bukan gagasan palsu
dikarenakan gagasan spekulatif itu bukan dimaksudkan untuk menggambarkan suatu realitas
melainkan untuk dapat memberikan gambaran mengenai bagaimana semestinya manusia itu dapat
menjalani hidupnya.

• Dr. Alfian

Ideologi adalah pandangan atau juga sistem nilai yang menyeluruh serta juga mendalam
mengenai bagaimana cara yang tepat, yakni secara moral dianggap benar serta juga adil,
mengatur adanya tingkah laku bersama didalam berbagai segi kehidupan.

Page | 11
• Soerjanto Poespowardoyo

Ideologi ialah sebagai kompleks pengetahuan serta juga macam-macam nilai, yang secara universal
menjadi landasan bagi seseorang atau juga masyarakat untuk dapat memahami jagat raya serta juga
bumi seisinya dan juga menentukan sikap dasar untuk dapat mengolahnya. Dengan berdasarkan
pemahaman yang diyakini itu, seseorang menangkap apa yang dilihat baik serta juga tidak baik.

• M.Sastra Prateja

Ideologi ialah sebagai seperangkat gagasan atau juga pemikiran yang berorientasi pada suatu
tindakan yang diorganisir dan menjadi suatu sistem yang teratur. Dalam hal tersebut , ideologi ini
mengandung beberapa unsur, yakni :

a. Adanya suatu penafsiran atau juga suatu pemahaman terhadap


kenyataan.
b. Tiap Ideologi memuat seperangkat nilai atau juga suatu persepsi moral.
c. Ideologi adalah suatu pedoman kegiatan atau aktivitas untuk dapat mewujudkan nilai-nilai
di dalamnya.

• Napoleon

Ideologi adalah keseluruhan pemikiran politik serta juga rival-rivalnya Fungsi Pancasila Sebagai
Ideologi bangsa dan Negara.

Sebagai ideologi, yaitu selain kedudukannya sebagai dasar Negara kesatuan republik Indonesia
Pancasila berkedudukan juga sebagai ideologi nasional Indonesia yang dilaksanakan secara
konsisten dalam kehidupan bernegara. Sebagai ideologi bangsa Indonesia, yaitu Pancasila sebagai
ikatan budaya ( cultural bond) yang berkembangan secara alami dalam kehidupan masyarakat
Indonesia bukan secara paksaan atau Pancasila adalah sesuatu yang sudah mendarah daging dalam
kehidupan sehari-hari bangsa Indonesia. Sebuah ideologi dapat bertahan atau pudar dalam
menghadapi perubahan masyarakat tergantung daya tahan dari ideologi itu.

Page | 12
Alfian mengatakan bahwa kekuatan ideologi tergantung pada kualitas tiga dimensi yang dimiliki
oleh ideologi itu, yaitu dimensi realita, idealisme, dan fleksibelitas.
Pancasila sebagai sebuah ideologi memiliki tiga dimensi tersebut :

a. Dimensi realita, yaitu nilai-nilai dasar yang ada pada ideologi itu yang mencerminkan
realita atau kenyataan yang hidup dalam masyarakat dimana ideologi itu lahir atau muncul
untuk pertama kalinya paling tidak nilai dasar ideologi itu mencerminkan realita masyarakat
pada awal kelahirannya.
b. Dimensi Iidalisme, adalah kadar atau kualitas ideologi yang terkandung dalam nilai dasar
itu mampu memberikan harapan kepada berbagai kelompok atau golongan masyarakat
tentang masa depanyang lebih baik melalui pengalaman dalam praktikkehidupan bersama
sehari- hari.
c. Dimensi Fleksibelitas atau dimensi pengembangan, yaitu kemampuan ideologi dalam
mempengaruhi dan sekaligus menyesuaikan diri dengan perkembangan masyarakatnya.
Mempengaruhi artinya ikut wewarnai proses perkembangan zamantanpa menghilangkan
jati diri ideologi itu sendiri yang tercermin dalam nilai dasarnya. Mempengaruhi berarti
pendukung ideologi itu berhasil menemukan tafsiran –tafsiran terhadap nilai dasar dari
ideologi itu yang sesuai dengan realita -realita baru yang muncul di hadapan mereka sesuai
perkembangan zaman.

Menurut Dr.Alfian Pancasila memenuhi ketiga dimensi ini sehingga pancasila dapat
dikatakan sebagai ideologi terbuka. Fungsi Pancasila sebagai ideologi Negara, yaitu :

a. Memperkokoh persatuan bangsa karena bangsa Indonesia adalah bangsa yang majemuk.
b. Mengarahkan bangsa Indonesia menuju tujuannya dan menggerakkan serta membimbing
bangsa Indonesia dalam melaksanakan pembangunan.
c. Memelihara dan mengembangkan identitas bangsa dan sebagai dorongan dalam
pembentukan karakter bangsa berdasarkan Pancasila.
d. Menjadi standar nilai dalam melakukan kritik mengenai kedaan bangsa dan Negara.
Pancasila jika akan dihidupkan secara serius, maka setidaknya dapat menjadi etos yang

Page | 13
mendorong dari belakang atau menarik dari depan akan perlunya aktualisasi maksimal
setiap elemen bangsa. Hal tersebut bisas saja terwujud karena Pancasila itu sendiri memuat
lima prinsip dasar di dalamnya, yaitu: Kesatuan/Persatuan, kebebasan, persamaan,
kepribadian dan prestasi. Kelima prinsip inilah yang merupakan dasar paling sesuai bagi
pembangunan sebuah masyarakat, bangsa dan personal-personal di dalamnya. Menata
sebuah negara itu membutuhkan suatu konsensus bersama sebagai alat lalu lintas kehidupan
berbangsa dan bernegara. Tanpa konsensus tersebut, masyarakat akan memberlakukan
hidup bebas tanpa menghiraukan aturan main yang telah disepakati. Ketika Pancasila telah
disepakati bersama sebagai sebuah konsensus, maka Pancasila berperan sebagai payung
hukum dan tata nilai prinsipil dalam penyelenggaraan kehidupan bernegara. Dan sebagai
ideologi yang dikenal oleh masyarakat internasional, Pancasila juga mengalami tantangan-
tantangan dari pihak luar/asing.

1. Pancasila sebagai ideologi dalam kehidupan ketatanegaraan.

Pancasila sebagai Ideologi dalam kehidupan ketatanegaraan Bangsa Indonesia sebagai suatu
kelompok manusia, maka ia membentuk ideide dasar dalam segala hal dalam aspek kehidupan
manusia yang dicitacitakan. Kesatuan yang bulat dan utuh dari ide-ide dasar tersebut secara
ketatanegaraan disebut ideologi. Dan ini berupa seperangkat tata nilai yang dicita-citakan akan
direalisir dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara (Indonesia). Ideologi ini akan
memberikan stabilitas arah sekaligus memberikan dinamika gerak menuju yang dicita-citakan. Dan
perkembangan tumbuhnya ideologi bangsa Indonesia dimulai semenjak 18 Agustus 1945 adalah
Pancasila. Negara di dalam cara pandang Indonesia, tidak akan memiliki kepentingan sendiri
(kepentingan pemerintah) terlepas atau bahkan bertentangan kepentingan orang seorang rakyatnya.
di dalam cara pandang integralistik Indonesia, maka di dalam negara semua pihak mempunyai fungsi
masing-masing dalam suatu kesatuan yang utuh. Negara Republik Indonesia lahir pada jam 10.00
tanggal 17 Agustus 1945 dan tidak ada satupun warga negara Indonesia yang menyangkalnya.
Menurut alenia II pembukaan UUD 1945 terjadinya negara Indonesia melalui rangkaian tahap-tahap
yang berkesinambungan. Rincian tahap-tahap itu sebagai berikut:
a. Perjuangan kemerdekaan Indonesia
b. Proklamasi atau pintu gerbang kemerdekaan
Page | 14
c. Keadaan bernegara yang nilai-nilai dasarnya ialah merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan
makmur. Pembenaran adanya negara Republik Indonesia.

Alasannya dapat kita jumpai dalam alenia pertama pembukaan UUD 1945, bahwa Negara Republik
Indonesia perlu ada karena kemerdekaan hak segala bangsa sehingga penjajahan yang bertentangan
dengan perikemanusiaan dan perikeadilan harus kita hapuskan. Demikian pula negara Republik
Indonesia dalam hal ini kepentingan umum bangsa Indonesia secara ketatanegaraan adalah
terwujudnya masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila menurut alenia keempat
pembukaan UUD 1945 adalah:
a. Melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia (wilayah)
b. Memajukan kesejahteraan umum
c. Mencerdaskan kehidupan bangsa
d. Ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan perdamaian abadi, kemerdekaan dan
keadilan sosial. Secara ketatanegaraan, tata organisasi merupakan hal yang fundamental
dari kehidupan ketatanegaraan.

1. Bentuk Negara
Bangsa Indonesia memilih bentuk (organisasi) negara yang dinamakan Republik, yang
merupakan suatu pola yang mengutamakan pencapaian kepentingan umum atau
kesejahteraan yang ingin dicapai dalam hidup berkelompok. Dilhat dari segi susunannya atau
segi penggabungan bagianbagian negara maka bentuk organisasi negara dibedakan menjadi negara
kesatuan atau negara serikat (federal). Dan pilihan bangsa Indonesia di dalam hal bentuk negaranya
yaitu kesatuan dan Republik. Kemudian di dalam teori kenegaraan berkembang pembedaan lain
yaitu pembedaan demokrasi dan diktator. Pola demokrasi yang di inginkan bangsa Indonesia
membentuk tata nilai tentang tatanan kenegaraan yang di inginkan bangsa Indonesia ini dirumuskan
di dalam UUD 1945. Ia merupakan demokrasi politik Indonesia atau demokrasi Pancasila.

2. Bentuk pemerintahan
Bentuk pemerintahan ialah pola yang menentukan hubungan antara lembagalembaga negara dalam
menentukan gerak kenegaraan, sistem pemerintahan negara yang dipilih bangsa Indonesia sebagai
berikut:

Page | 15
a. Indonesia adalah negara yang berdasar atas hokum.
b. Pemerintahan atas sistem konstitusi tidak bersifat absolute.
c. Kedaulatan di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut UUD 1945.
d. Presiden Republik Indonesia memegang kekuasaan pemerintahan menurut UUD.
e. Presiden dibantu oleh menteri-menteri yang diangkat dan diberhentikan oleh presiden.
f. Presiden tidak dapat membekukan dan atau membubarkan DPR
g. DPR mempunyai fungsi legislasi, fungsi anggaran, dan fungsi pengawasan.

3. Unsur-unsur negara.
Unsur wilayah negara dirumuskan dengan istilah” seluruh tumpah darah Indonesia” cara pandang
integralistik tentang rumusan pemerintah negara. Oleh karena itu jika konsisten dengan cara pandang
ini seharusnya kita sebutkan adanya:

a. Penyelenggara negara di bidang pembentukan peraturan perundangan (legislatif).


b. Penyelenggara negara di bidang penerapan hukum (eksekutif).
c. Penyelenggara negara di bidang penegakan hukum (yudikatif).
d. Penyelenggara negara di bidang kepenasehatan dan sebagainya.

4. Sendi pemerintahan
Sendi pemerintahan adalah suatu prinsip untuk dapat menjalankan pemerintahan dengan baik
dimana ada anggapan bahwa pemerintah dengan baik adalah membagi negara di dalam beberapa
wilayah. Untuk masalah ini UUD 1945 setelah amandemen yang ke 2 dalam pasal 18 di atur sebagai
berikut:

a. Negara kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi, dan daerah
provinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota, yang tiap-tiap provinsi, kabupaten dan kota
itu mempunyai pemerintahan daerah, yang diatur dengan UU.
b. Pemerintahan daerah provinsi, daerah kebupaten dan kota mengatur dan mengurus sendiri
urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan.
c. Pemerintah daerah provinsi, daerah kabupaten dan kota itu memiliki dewan perwakilan
rakyat daerah yang anggota-anggotanya dipilih melalui pemilihan umum
Page | 16
d. Gubernur, bupati dan walikota masing-masing sebagai kepala pemerintah daerah provinsi,
kabupaten dan kota dipilih secara demokratis.

5. Tata Jabatan
Masalah tata jabatan muncul karena adanya anggapan bahwa di dalam organisasi negara yang
tetap adalah jabatannya, sedang pelakunya dapat berubah. Permasalahan tata jabatan dirinci
dalam sub masalah yang kesemuanya menganalisa negara dalam strukturnya. Sub masalah
tersebut dirinci dalam :

a. Masalah perwakilan (sistem dan kelembagaannya).


b. Masalah penggolongan-penggolongan penduduk.
c. Masalah alat perlengkapan Negara.

2. Pancasila sebagai ideologi dalam kehidupan politik

Suatu organisasi atau biasa dikenal sebagai partai politik bersifat nasional dan dibentuk oleh
sekelompok warga Negara Indonesia secara sukarela atas dasar kesamaan kehendak dan cita-cita
dalam memperjuangkan dan membela kepentingan politik anggota, masyarakat, bangsa, dan
Negara serta memelihara keutuhan Negara kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan
UUD 1945.
Namun sebagai perwujudan Negara hukum, maka partai politik harus tunduk pada peraturan
perundang-undangan yang berlaku. Pengawasan terhadap pelaksanaan undang-undang “partai
politik” dilakukan oleh lembaga Negara yang berwenang secara fungsional sesuai ketentuan
Undang-undang.

Page | 17
3.Pancasila sebagai ideologi dalam kehidupan bermasyarakat

Negara Republik Indonesia akan kokoh, kuat, sentosa, jaya dan lestari, jika Pancasila telah benar-
benar meresap kedalam jiwa masyarakatnya. Tidak dapat dipungkiri bahwa manusia selalu lekat
dengan kebudayaan, hal ini dapat disebabkan oleh manusia yang hidup bersama dengan waktu yang
cukup lama. Dan ternyata terdapat hubungan yang saling mempengaruhi antara manusia dan
kebudayaannya di satu pihak, dan Negara dengan sistem ketatanegaraannya di lain pihak. Apabila
kebudayaan masyarakat dan sistem ketatanegaraan di warnai oleh jiwa yang sama, maka masyarakat
dan Negara dapat hidup dengan jaya sentosa, aman, dan sejahtera. Maka dari itu diperlukan
masyarakat yang selalu bijak dalam bersikap, taa akan aturanaturan yang berlaku, dan mewujudkan
nilai-nilai pancasila dalam kegiatan sehari-hari. Pancasila sebagai ideologi bangsa dan negara
Indonesia yang tak lain adalah ideologi terbuka. Pancasila sebagai ideologi terbuka artinya nilai-
nilai dasar Pancasila bersifat tetap, namun dapat dijabarkan menajdi nilai instrumental yang berubah
dan berkembang secara dinamis dan kreatif sesuai dengan kebutuhan perkembangan masyarakat
Indonesia. Tatanan nilai mempunyai tiga tingkatan ( fleksibelitas ideology pancasila mengandung
nilai-nilai sebagai berikut :

Ciri-ciri ideologi terbuka

a. Nilai Dasar, merupakan esensi dari sila-sila pancasila yang bersifat universal. Nilai dasar
ideology tertuang dalam pembukaan UUD 45. Sehingga pembukaan UUD 45 memuat nilai-
nilai dasar ideology pancasila. Sebagai ideologi terbuka, nilai inilah yang bersifat tetap dan
terlekat pada kelangsungan hidup Negara.
b. Nilai Instrumental, merupakan arahan, kebijakan, strategi, sasaran serta lembaga
pelaksanaan. Nilai instrumental ini merupakan eksplisitasi, penjabaran lebih lanjut dari
nilai-nilai dasar ideology pancasila.
c. Nilai Praksis, merupakan realisasi nilai-nilai instrumental dalam suatu realisasi
pengalaman yang bersifat nyata. Maksudnya, dalam kehidupan sehari-hari dalam
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Ideologi pancasila bukanlah merupakan suatu “doktrin” belaka yang bersifat tertutup yang
Page | 18
merupakan norma-norma beku, melainkan disamping memiliki idealism, pancasila juga bersifat
nyata dan reformatif yang mampu melakukan perubahan.

4. Pancasila sebagai ideologi terbuka dan dinamis

Pancasila sebagai suatu ideologi tidak bersifat kaku dan tertutup, namun tetap saja bersifat
reformatif, dinamis, dan terbuka. Hal ini dimaksudkan bahwa ideologi pancasila adalah bersifat
aktual, dinamis, dan antisipatif, dan senantiasa mampu menyesuaikan dengan perkembangan zaman,
IPTEK, serta dinamika perkembangan aspirasi masyarakat. Keterbukaan ideologi pancasila bukan
berarti mengubah nilai- nilai dasar yang terkandung didalamnya, namun mengeksplisitkan
wawasannya secara lebih kongkrit sehingga memiliki kemampuan yang reformasif untuk memecah
masalah- masalah aktual yang senantiasa berkembang seiring dengan aspirasi rakyat, perkembangan
IPTEK, serta zaman.

Pancasila di tengah-tengah ideologi-ideologi besar di dunia


Ideologi Liberalisme Ideologi ini berdasarkan struktur filsafat liberal atau liberalism atau
individualism. Ideology ini sangat mengagung-agungkan kebebasan individu di atas segalanya.
Hak asasi manusia dijunjung tinggi dan dijadikan dasar dalam melakukan tindakan-tindakannya.
Jadi setiap orang memntingkan hak dari pada kewajibannya.

Ideologi Komunisme
Tujuan daripada ideologi komunis bahwa negara atau masyarakatnya yang berperan sebagai
penyedia segala macam kebutuhan warga masyarakat. Namun, realisasi ideologi komunis
terhalang oleh kedaulatan yang dimiliki oleh setiap negara.

Ideologi Pancasila
Ideologi pancasila mendasarkan pada struktur filsafat pancasila. Pancasila itu sendiri sebagai
filsafat tersusun atau berpangkal tolak dari nilai-nilai dasar, yang luhur, kekal abadi, tidak berubah
dan terdapatnya nilai-nilai itu dalam sosio budaya masyarakat bangsa Indonesia itu sendiri,
budaya-budaya bangsa Indonesia dan dalam adat istiadat bangsa Indonesia sendiri. Dan inilah
yang dimaksud substansinya pancasila.

Page | 19
Tujuan ideologi pancasila ialah mewujudkan cita-cita masyarakat adil dan makmur, yang merata
materil dan spiritual berdasarkan pancasila dan UUD 1945 dalam wadah Negara kesatuan Republik
Indonesia yang merdeka, berdaulat, bersatu, dan kedaulatan rakyat dalam suasana peri kehidupan
bangsa yang aman, tentram, tertib, dan dinamis dalam lingkungan pergaulan bebas, pergaulan dunia
yang merdeka, bersahabat, tertib dan damai.

C. PANCASILA SEBAGAI DASAR NEGARA

Proses Perumusan Pancasila Sebagai Dasar Negara

• Sejarah Singkat Pembentuknya Dasar Negara


Jepang menghadapi perlawanan dari dua arah, baik dari daerah jajahan (Indonesia) maupun oleh
sekutu, sehingga jepang terdesak dan terus mengalami kekalahan, sebagai upaya untuk menarik
simpati bangsa Indonesia, Jepang mengumumkan janji indonesia merdeka di kelak kemudian hari,
sebagai tindak lanjut dari janjinya itu maka pada tanggal 1 Maret 1945 akan dibentuk sebuah badan
yang bernama “Badan Penyelidik Usaha – Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia” (BPUPKI)
yang dalam bahasa jepangnya bernama Dokuritsu Zyuunbi Tioosakai.

Sebagai realisasinya BPUPKI dibentuk tanggal 29 April 1945, dilantik tanggal 28 Mei 1945, dengan
ketua: Dr.K.R.T.Radjiman Wedyodiningrat dengan dua orang wakil: Ichibangase (Jepang) dan R.P.
Soeroso dengan jumlah anggota 60 orang. Dengan tugas menyelidiki usaha-usaha persiapan
kemerdekaan Indonesia. Badan Penyelidik itu bertugas antara lain menyusun, rancangan
ketatanegaraan Indonesia Merdeka pada kelak kemudian hari. BPUPKI bersidang sebanyak dua kali
yaitu sidang pertama dari tanggal 29 Mei – 1 Juni 1945 menghasilkan rumusan rancangan dasar
negara Pancasila dan sidang ke dua tanggal 10-16 Juli 1945 menghasilkan rumusan rancangan
UUDN.

Pada tanggal 9 Agustus 1945 terbentuklah Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (Dokuritsu
Zyuunbi Iinkai) dengan ketua Ir. Soekarno dan wakilnya Drs. Moch. Hatta. Badan Yang mula-
mula sebagai bentukan jepang setelah Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945

Page | 20
disempurnakan lagi keanggotaannya dari 21 orang menjadi 29 orang termasuk ketua dan wakil
ketua dengan menambah beberapa anggota baru. Selanjutnya badan ini memiliki sifat nasional
sebagai badan nasional Indonesia. Dalam sidannya pada tanggal 18 Agustus 1945, Panitia
Persiapan Kemerdekaan Indonesia menetapkan: Pancasila sebagai dasar negara, UUD negara
Kesatuan Replubik Indonesia tahun 1945 dan mengangkat Ir. Soekarno sebagai Presiden RI dan
Drs. Moch. Hatta sebagai Wakil Presiden RI.

Pancasila menjadi sarana yang dapat mempersatukan bangsa Indonesia karena Pancasila
adalah falsafah, jiwa, dan kepribadian yang mengandung nilai-nilai dan norma-norma yang
luhur. Sebagai dasar negara, Pancasila mendasari setiap usaha dan kegiatan bangsa Indonesia
dalam kehidupan bernegara. Pancasila mempunyai kekuatan mengikat secara hukum.
Pancasila meliputi suasana kebatinan atau cita-cita hukum yang menguasai hukum dasar
negara, baik beruba hukum dasar tertulis yang berwujud undang-undang maupun berua hukum
dasar tidak tertulis yang tumbuh dalam praktik penyelenggaraan negara. Pancasila merupakan
suatu dasar untuk mengatur penyelenggaraan negara. Sebagai konsekuensinya, seluruh
pelaksanaan dan penyelenggaraan negara terutama segala peraturan perundang-undagan
termasuk proses masuk reformasi dalam segala bidang harus sesuai dengan nilai-nilai
Pancasila. Selain itu, pancasila mempunyai kekuatan secara hukum.

Pancasila adalah pandangan hidup bangsa Indonesia. Mempelajari dan memahami makna Pancasila
sebagai pandangan hidup bangsa penting untuk dilakukan. Bahkan implementasinya sangat dekat
dalam kehidupan sehari-hari berbangsa dan bernegara.

Sebagai pandangan hidup bangsa, Pancasila menjadi acuan dan pedoman dalam penyelenggaraan
negara termasuk implementasinya dalam kehidupan sehari-hari. Proses perumusannya yang panjang
memberikan pandangan hidup yang menjabarkan tentang pola perilaku dan keteraturan masyarakat
di Indonesia.

Makna Pancasila sebagai ideologi atau pandangan hidup sangat penting untuk diterapkan di dalam
keseharian rakyat Indonesia. Hal ini mengingat Pancasila merupakan ideologi dasar yang paling
ideal untuk bangsa Indonesia yang sangat majemuk dengan beragam suku, budaya, bahasa, maupun
agama.

Page | 21
D. PANCASILA SEBAGAI PANDANGAN HIDUP BANGSA

Pandangan hidup merupakan nilai-nilai yang menjadi pedoman hidup seseorang untuk menjalankan
aktivitas sehari-hari. Pengertian Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa bisa diartikan bahwa
nilai-nilai yang terdapat pada sila-sila Pancasila merupakan pedoman hidup bangsa yang harus
diyakini dan diwujudkan bersama.

Segala aktivitas dan kegiatan yang dilakukan untuk kepentingan rakyat Indonesia harus menginduk
pada pedoman yang terdapat pada sila-sila Pancasila. Di mana rumusan sila Pancasila tersebut
didasarkan pada komitmen tokoh bangsa yang merangkumnya dalam sebuah aturan khusus yang
dijadikan pedoman hidup. Secara garis besar, makna Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa
adalah sebagai pedoman dalam penerapan nilai dan norma di kehidupan bermasyarakat dan
bernegara. Pandangan hidup yang bersumber pada nilai-nilai religius dan budaya bangsa Indonesia
ini menjadi sebuah pedoman yang harus dipegang teguh.

Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa dalam arti yang luas bisa dijabarkan pada poin-poin
berikut ini:

• Pancasila Sebagai Dasar Untuk Aktivitas Negara

Setiap aktivitas dan pembangunan yang dilaksanakan dan diperuntukkan untuk kepentingan negara
harus berdasarkan nilai-nilai Pancasila. Nilai-nilai tersebut dijabarkan dan diatur dalam peraturan
perundang-undangan yang mengatur setiap kepentingan.

Mulai dari kepentingan pembangunan ekonomi, infrastruktur, sosial, politik, pertanian, pendidikan,
dan lain sebagainya. Sehingga setiap akses dalam kehidupan berbangsa dan bernegara memiliki
acuan dasar yang kuat yang dipegang teguh untuk dijadikan pedoman bersama.

• Pancasila Sebagai Dasar Perhubungan Antar Warga Negara

Tidak bisa dipungkiri lagi bahwa era globalisasi semakin membuka peluang bagi siapa saja yang
ingin membangun kerjasama dengan negara lainnya. Nilai dan prinsip yang tercantum dalam

Page | 22
Pancasila harus dijadikan dasar ketika akan berhubungan atau menjalin kerjasama dengan negara
lainnya.

Pancasila memberikan pelajaran dan makna dalam masyarakat yang berbeda-beda latar belakang
suku dan budaya. Sehingga bisa menjadi acuan ketika ingin berinteraksi dan bekerjasama dengan
negara lainnya tanpa harus bertentangan dengan nilai-nilai luhur bangsa.

Pengertian Pandangan Hidup

Tidak bisa dipungkiri bahwa tidak ada seorangpun yang hidup tanpa pandangan hidup meskipun
setiap orang memiliki pandangan hidup yang berbeda-beda. Tak terkecuali dalam tingkatan bangsa
dan negara tentu sangat penting untuk memiliki sebuah pandangan hidup yang diterima dan diyakini
bersama.

Pandangan hidup dipengaruhi oleh pola pikir tertentu sehingga terbentuk secara sadar dan menjadi
prinsip dalam hidup seseorang. Beberapa ahli mengungkapkan pendapatnya mengenai pengertian
pandangan hidup, di antaranya adalah:

1. Koentjaraningrat, 1980

Menurutnya, pandangan hidup merupakan suatu nilai yang dianut oleh masyarakat tertentu
dan dipilih secara selektif baik oleh individu maupun golongan dalam kumpulan masyarakat
tersebut.

2. Suyadi, M.P., 1985

Suyadi menyatakan bahwa pandangan hidup merupakan sikap hidup, cita-cita, dan kebijakan
yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia.

3. Manuel Kaisiepo, 1982

Pandangan hidup adalah citra diri seseorang karena pandangan hidup merupakan cerminan
aspirasi dan cita-citanya.

4. Abdurahman Wahid, 1985

Page | 23
Menurutnya, pandangan hidup adalah rangkuman dari reideologi kultural dan berbagai
sumber yang disusun menjadi serangkaian nilai oleh masyarakat.

Secara signifikan pandangan hidup sangatlah menentukan jalan hidup seseorang secara keseluruhan
karena berkaitan dengan pola pikir dan prinsip hidup. Memiliki pandangan hidup adalah kodrat
setiap manusia untuk dijadikan pendapat dan pertimbangan sebagai arahan, pedoman, pegangan,
dan petunjuk hidup di dunia.

Pandangan hidup berasal dari 3 macam sumber, di antaranya adalah:

a. Bersumber dari agama yang mutlak kebenarannya.


b. Berupa ideologi yang disesuaikan dengan norma dan kebudayaan suatu negara Hasil
renungan diri yang relatif kebenarannya.

Isi Pandangan Hidup

Pandangan hidup sebagai prinsip dasar sebuah bangsa terdiri dari tiga poin pokok yang
mendasarinya. Makna pandangan hidup menjadi tidak balance atau kurang lengkap tanpa adanya
tiga poin penting ini, yaitu:

1. Konsep Dasar

Konsep dasar dalam pandangan hidup merupakan pemikiran dasar yang mengandung
gagasan tentang wujud kehidupan yang dicita-citakan.

2. Pikiran dan Gagasan

Pikiran dan gagasan dalam sebuah pandangan hidup menjadi elemen penting untuk
membentuk dan mengarahkan hal-hal apa saja yang perlu dilakukan untuk mewujudkan
kehidupan yang dicita-citakan.

3. Kristalisasi Nilai

Makna kristalisasi nilai dalam sebuah pandangan hidup bangsa adalah nilai yang diyakini
kebenarannya dan menimbulkan tekad serta keinginan untuk mewujudkannya.

Page | 24
Fungsi dan Manfaat Pandangan Hidup

Memiliki pandangan hidup dan prinsip yang diyakini dapat membuat hidup seseorang menjadi lebih
terarah. Begitupun dalam konsep sebuah bangsa dan negara yang sangat memerlukan pandangan
hidup dalam setiap pelaksanaan dan penyelenggaraan negara.

Fungsi dan manfaat pandangan hidup bagi sebuah bangsa di antaranya adalah sebagai berikut:

1. Menjadi kerangka acuan dasar

Pandangan hidup menjadi landasan dan acuan dasar yang dapat digunakan untuk menata
kehidupan baik pribadi maupun bermasyarakat. Tak terkecuali dalam menata lembaga-
lembaga pemerintahan dan aturan-aturan yang akan diberlakukan dalam sebuah negara.
Dengan kerangka acuan dasar yang jelas dan mendetail, suatu bangsa akan memiliki
pedoman dan pegangan untuk memecahkan setiap masalah. Termasuk untuk membangun
suatu negara agar masyarakatnya lebih maju karena ada cita-cita dan tujuan jelas yang ingin
dicapai.

2. Sebagai kontrol terhadap jati diri bangsa

Pandangan hidup mengandung dasar pemikiran yang mana terdapat gagasan serta cita-cita
yang ingin diwujudkan. Gagasan tersebut dapat menjadi acuan untuk mengembalikan jati
diri bangsa agar tidak mudah terpengaruh dengan ideologi lain yang tidak sesuai dengan
nilai-nilai yang dianut.

Kristalisasi dan instutisionalisasi nilai-nilai yang diyakini dalam pandangan hidup bangsa
merupakan cita-cita dan jati diri bangsa. Sehingga dalam pelaksanaan pembangunan
nasional harus tetap menyesuaikan pandangan hidup dan jati diri bangsa agar tidak asal
dalam mencontoh dan meniru bangsa lainnya.

3. Sebagai dasar dalam menentukan tujuan yang jelas

Bayangkan jika seseorang atau suatu bangsa tidak memiliki pandangan hidup yang jelas.
Tentu dalam setiap aktivitas sehari-hari seseorang atau bangsa tersebut menjadi tidak jelas
tujuannya. Membiarkan semua yang dilakukan mengalir begitu saja tanpa memiliki cita-cita
dan tujuan.

Page | 25
Dengan memiliki pandangan hidup, sebuah bangsa secara sadar akan mengetahui apa tujuan
dan cita-citanya. Sehingga gagasan dan pikiran-pikiran yang mendalam dapat dikembangkan
menjadi suatu arahan dan petunjuk untuk mencapai cita-cita dan tujuan yang ingin
diwujudkan bersama.

Dasar Hukum Pancasila Sebagai Pandangan Hidup Bangsa

Pancasila telah secara mutlak ditetapkan sebagai dasar negara dan pandangan hidup bangsa
Indonesia. Hal tersebut diatur dalam peraturan perundang-undangan dan dasar hukum yang jelas
agar tidak ada keraguan di mata masyarakat Indonesia.

Berikut ini tiga sumber hukum yang menjadi dasar dan kekuatan Pancasila sebagai pandangan hidup
bangsa, di antaranya adalah sebagai berikut:

1. Berita Republik Indonesia Tahun II Nomor 7 Tahun 1946

Pancasila telah secara resmi disahkan sebagai dasar negara oleh PPKI secara mutlak pada tanggal
18 Agustus 1945 tepat satu hari setelah kemerdekaan. Hal tersebut tercantum dalam alinea ke-4
Pembukaan UUD 1945 dan diundangkan dalam Berita RI Tahun II No.7 tanggal 15 Februari 1946.

Isi berita tersebut sekaligus mencantumkan batang tubuh UUD 1945 dan lima sila Pancasila yang
menjadi dasar kekuatan hukum Indonesia.

a. Ketuhanan Yang Maha Esa


b. Kemanusiaan yang adil dan beradab
c. Persatuan Indonesia
d. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan
e. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

2. Ketetapan MPR Nomor XVIII/MPR Tahun 1998

Page | 26
Sebelum ketetapan MPR ini muncul telah ada TAP MPR No. II/MPR/ tahun 1978 tentang
Ekaprasetya Pancakarsa atau Pedoman Penghayatan dan Pengalaman Pancasila. TAP MPR Nomor
II/1978 tersebut kemudian dinonfungsikan dan digantikan dengan TAP MPR XVIII/MPR/1998.

Penegasan tersebut tercantum dalam pasal 1 yang menunjukkan bahwa segala aktivitas yang
dilakukan baik oleh pemerintah maupun masyarakat harus sesuai dengan ketetapan yang ada tanpa
pengecualian. Termasuk dalam proses penetapan dan perubahan amandeman UUD 1945 ke
depannya.

“Pancasila sebagaimana dimaksud dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 adalah daar
negara dan Negara Kesatuan Republik Indonesia harus dilaksanakan secara konsisten dalam
kehidupan bernegara.”

3. Instruksi Presiden Nomor 12 Tahun 1968

Penegasan Pancasila sebagai dasar negara dan pandangan hidup bangsa yang sah ditulis kembali
dalam Instruksi Presiden RI No.12/1968 tanggal 13 April 1968. Inpres tersebut menegaskan kembali
bahwa bunyi dan ucapan Pancasila yang benar adalah seperti yang tercantum dalam pembukaan
UUD 1945.

Fungsi Pancasila Sebagai Pandangan Hidup Bangsa

Page | 27
Sebagai ideologi dan pandangan hidup bangsa, fungsi Pancasila berkaitan dengan segala sesuatu hal
tentang pelaksanaan kehidupan berbangsa dan bernegara. Di antara fungsi tersebut adalah sebagai
berikut:

1. Pedoman dalam menyelesaikan masalah

Setiap kehidupan pribadi maupun bangsa dan negara tentu tidak terlepas dari serangkaian
permasalahan yang terjadi. Permasalahan tersebut bisa terjadi karena adanya perbedaan pendapat,
tuntutan golongan tertentu, atau permasalahan lainnya yang berkaitan dengan kehidupan
masyarakat.

Mulai dari masalah yang berkaitan dengan ekonomi, politik, sosial, budaya, pendidikan, bahkan
agama. Untuk menyelesaikan masalah tersebut tentu dibutuhkan suatu pedoman atau acuan agar
tidak terjadi lagi selisih paham di antara pihak-pihak yang bermasalah.

Pancasila bisa menjadi salah satu solusi untuk mengatasi setiap konflik yang bertentangan dengan
nilai-nilai luhur bangsa. Sehingga setiap masalah yang terjadi bisa dikembalikan lagi ke sumbernya
apakah sudah sesuai dengan nilai-nilai Pancasila atau belum.

Contoh: terjadi perubahan poin saat amandemen UUD 1945 tentang tugas Presiden yang harus
melaksanakan sistem pemerintahan dengan demokrasi. Hal tersebut sesuai dengan sila ke-4
Pancasila.

2. Tata Cara Penyelenggaraan Politik, Ekonomi, dan Sosial

Dalam setiap penyelenggaraan pembangunan nasional yang berkaitan dengan berbagai


aspek kehidupan berbangsa dan bernegara tentu harus memiliki acuan dasar. Baik itu aspek
politik, ekonomi, maupun sosial budaya yang semuanya sangat dekat dengan kepentingan
rakyat.

3. Konsensus Untuk Mewujudkan Cita-Cita Bangsa

Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa tentu tidak lepas dari prinsip dasar yang mengandung
cita-cita dan tujuan yang harus diwujudkan. Tujuan yang tertuang dalam Pancasila disesuaikan
dengan kepentingan rakyat dari Sabang sampai Merauke untuk pembangunan nasional yang merata.

Page | 28
Contoh: dalam pengaplikasian sila ke-5, pembangunan yang dilakukan pada periode tahun 2014 –
2019 oleh Jokowi dinilai lebih merata. Pembangunan yang dilakukan tidak hanya terfokus pada
wilayah bagian barat saja melainkan merata hingga wilayah timur Indonesia.

4. Alat Pemersatu Bangsa

Indonesia merupakan bangsa yang majemuk yang terdiri dari berbagai macam suku, budaya, bahasa,
dan agama. Pancasila yang mengandung nilai-nilai persatuan dari kemajemukan bangsa Indonesia
menjadi identitas nasional yang harus ditaati. Sehingga meskipun berbeda-beda semuanya harus
tetap bersatu.

Contoh: Indonesia memiliki agama yang beragam dan dalam pengamalan sila ke-1, negara ini tidak
memaksa siapapun untuk memeluk agama tertentu. Semua pemeluk memeluk agamanya masing-
masing atas dasar kesadaran diri sendiri.

E. PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA PEMBANGUNAN

Istilah paradigma pada mulanya dipakai dalam bidang filsafat ilmu pengetahuan. Menurut Thomas
Kuhn, Orang yang pertama kali mengemukakan istilah tersebut menyatakan bahwa ilmu pada
waktu tertentu didominasi oleh suatu paradigma. Paradigma adalah pandangan mendasar dari para
ilmuwan tentang apa yang menjadi pokok persoalan suatu cabang ilmu pengetahuan.
Istilah paradigma makin lama makin berkembang tidak hanya di bidang ilmu pengetahuan, tetapi
pada bidang lain seperti bidang politik, hukum, sosial dan ekonomi. Paradigma kemudian

Page | 29
berkembang dalam pengertian sebagai kerangka pikir, kerangka bertindak, acuan, orientasi,
sumber, tolok ukur, parameter, arah dan tujuan. Sesuatu dijadikan paradigma berarti sesuatu itu
dijadikan sebagai kerangka, acuan, tolok ukur, parameter, arah, dan tujuan dari sebuah kegiatan.
Dengan demikian, paradigma menempati posisi tinggi dan penting dalam melaksanakan segala
hal dalam kehidupan manusia.
Pancasila sebagai paradigma, artinya nilai-nilai dasar pancasila secara normatif menjadi dasar,
kerangka acuan, dan tolok ukur segenap aspek pembangunan nasional yang dijalankan di
Indonesia. Hal ini sebagai konsekuensi atas pengakuan dan penerimaan bangsa Indonesia atas
Pancasila sebagai dasar negara dan ideologi nasional. Hal ini sesuai dengan kenyataan objektif
bahwa Pancasila adalah dasar negara Indonesia, sedangkan negara merupakan organisasi atau
persekutuan hidup manusia maka tidak berlebihan apabila pancasila menjadi landasan dan tolok
ukur penyelenggaraan bernegara termasuk dalam melaksanakan pembangunan.
Nilai-nilai dasar Pancasila itu dikembangkan atas dasar hakikat manusia. Hakikat manusia
menurut Pancasila adalah makhluk monopluralis. Kodrat manusia yang monopluralis tersebut
mempunyai ciri-ciri, antara lain:
a. susunan kodrat manusia terdiri atas jiwa dan raga
b. sifat kodrat manusia sebagai individu sekaligus sosial
c. kedudukan kodrat manusia sebagai makhluk pribadi dan makhluk tuhan.
Berdasarkan itu, pembangunan nasional diarahkan sebagai upaya meningkatkan harkat dan martabat
manusia yang meliputi aspek jiwa, raga,pribadi, sosial, dan aspek ketuhanan. Secara singkat,
pembangunan nasional sebagai upaya peningkatan manusia secara totalitas. Pembangunan sosial
harus mampu mengembangkan harkat dan martabat manusia secara keseluruhan. Oleh karena itu,
pembangunan dilaksanakan di berbagai bidang yang mencakup seluruh aspek kehidupan manusia.
Pembangunan, meliputi bidang politik, ekonomi, sosial budaya, dan pertahanan keamanan. Pancasila
menjadi paradigma dalam pembangunan politik, ekonomi, sosial budaya, dan pertahanan keamanan.

a. Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan Politik


Manusia Indonesia selaku warga negara harus ditempatkan sebagai subjek atau pelaku politik bukan
sekadar objek politik. Pancasila bertolak dari kodrat manusia maka pembangunan politik harus dapat
meningkatkan harkat dan martabat manusia. Sistem politik Indonesia yang bertolak dari manusia
sebagai subjek harus mampu menempatkan kekuasaan tertinggi pada rakyat. Kekuasaan adalah dari

Page | 30
rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Sistem politik Indonesia yang sesuai pancasila sebagai
paradigma adalah sistem politik demokrasi bukan otoriter Berdasar hal itu, sistem politik Indonesia
harus dikembangkan atas asas kerakyatan (sila IV Pancasila).
Pengembangan selanjutnya adalah sistem politik didasarkan pada asas-asas moral daripada sila-
sila pada pancasila. Oleh karena itu, secara berturut-turut sistem politik Indonesia dikembangkan
atas moral ketuhanan, moral kemanusiaan, moral persatuan, moral kerakyatan,
dan moral keadilan. Perilaku politik, baik dari warga negara maupun penyelenggara negara
dikembangkan atas dasar moral tersebut sehingga menghasilkan perilaku politik yang santun dan
bermoral.

b. Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan Ekonomi

Sesuai dengan paradigma pancasila dalam pembangunan ekonomi maka sistem dan pembangunan
ekonomi berpijak pada nilai moral daripada pancasila. Secara khusus, sistem ekonomi harus
mendasarkan pada dasar moralitas ketuhanan (sila I Pancasila) dan kemanusiaan ( sila II Pancasila).
Sistem ekonomi yang mendasarkan
pada moralitas dam humanistis akan menghasilkan sistem ekonomi yang berperikemanusiaan.
Sistem ekonomi yang menghargai hakikat manusia, baik selaku makhluk individu, sosial,
makhluk pribadi maupun makhluk tuhan.
Sistem ekonomi yang berdasar pancasila berbeda dengan sistem ekonomi liberal yang hanya
menguntungkan individu-individu tanpa perhatian pada manusia lain.
demikian juga berbeda dengan sistem ekonomi dalam sistem sosialis yang tidak mengakui
kepemilikan individu. Pancasila bertolak dari manusia sebagai totalitas dan manusia sebagai
subjek.

F.PANCASILA SEBAGAI SUMBER


NILAI

Pengertian Nilai
Nilai atau dalam bahasa inggrisnya disebut dengan kata Value sering dikaitkan dengan kebaikan.
Sesuatu dikatakan memiliki nilai jika sesuatu tersebut berguna, benar, indah, baik, relegius serta lain

Page | 31
sebagainya. Nilai itu ideal bersifat ide, oleh sebab itu, nilai merupakan sesuatu yang abstrak dan
tidak bisa disentuh oleh panca indra. Yang bisa ditangkap ialah barang atau tingkah laku perbuatan
yang mengandung nilai-nilai tersebut.

Ciri-Ciri Nilai
Nila terbagi menjadi dua yaitu sebagai sebagai

a. Internalized
value
Adalah nilai-nilai yang sudah menjadi kepribadian bawah sadar atau yang mendorong
timbulnya tindakan tanpa berpikir lagi. Apabila dilanggar akan menyebabkan perasaan
malu atau bersalah yang mendalam dan sulit dilupakan.
b. Nilai
dominan
Nilai dominan sering dianggap lebih penting daripada nilai-nilai lainnya. Hal ini terlihat
pilihan yang dilakukan seseorang pada waktu berhadapan dengan beberapa tindakan yang
harus ia ambil.

Macam-macam Nilai Pancasila Darmodihardjo, dkk menggolongkan nilai secara


berpasangan, yaitu sebagai berikut.

a. Nilai obyektif dan nilai subjektif


Nilai obyektif merupakan nilai yang dilihat berdasarkan kondisi dari suatu objek.
Sedangkan subyektif merupakan nilai yang diberikan oleh seseorang (subjek).

b. Nilai positif dan nilai negatif

Page | 32
Nilai positif merupakan nilai yang bermanfaat bagi kepentingan manusia, baik ditinjau dari
sudut kepentingan lahiriah atau batiniah, contohnya seperti nilai kebaikan dan kesusilaan.
Nilai negatif adalah salah satu nilai lawan dari positif, contohnya seperti nilai kejahatan,
keburukan dan ketidaksusilaan.

c. Nilai transenden dan nilai imanen


Nilai transenden merupakan nilai yang melewati batas-batas pengalaman serta pengetahuan
manusia. Contohnya seperti nilai ketuhanan, sebagai nilai yang mengatasi pengalaman dan
rasio manusia. Nilai imanen adalah nilai yang terhubung dengan pengalaman serta
pengetahuan manusia. Contohnya seperti melalui pengetahuan inderawi dan rasio manusia
diperoleh rasa asin, manis, luas, sempit dll.

d. Nilai dasar dan nilai instrumental


Nilai dasar merupakan nilai yang bersifat tetap dan tidak akan berubah, dipilih sebagai
landasan bagi nilai instrumental yang diwujudkan dalam kehidupan. Nilai ini mencakup
nilai obyektif, positif, intrinsik dan transenden. Sedangkan nilai instrumental merupakan
nilai yang usaha konkretisasi berasal nilai dasar, umumnya dituangkan dalam bentuk norma
dan dijadikan sebagai acuan dalam bersikap, contohnya Pancasila.

Pancasila adalah Sumber Nilai

Seluruh tatanan kehidupan masyarakat, bangsa dan negara memakai Pancasila sebagai dasar moral
atau norma dan tolak ukur tentang baik dan buruk, benar dan salah sikap, perbuatan atau tingkah
laku bangsa Indonesia. Oleh sebab itu, Pancasila dijadikan sebagai sumber nilai dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
sebagai proses indegenisasi ilmu mengandaikan bahwa Pancasila bukan hanya sebagai dasar nilai
pengembangan ilmu, tetapi sudah menjadi paradigma ilmu yang berkembang di Indonesia. Untuk
itu, diperlukan penjabaran yang lebih rinci dan pembicaraan di kalangan intelektual Indonesia,
sejauh mana nilai-nilai Pancasila selalu menjadi bahan pertimbangan bagi keputusan-keputusan
ilmiah yang diambil. 2. Pentingnya Pancasila sebagai Dasar Pengembangan Ilmu Pentingnya
Pancasila sebagai dasar pengembangan ilmu dapat ditelusuri ke dalam hal-hal sebagai berikut;

Page | 33
Pertama, pluralitas nilai yang berkembang dalam kehidupan bangsa Indonesia dewasa ini seiring
dengan kemajuan iptek menimbulkan perubahan dalam cara pandang manusia tentang kehidupan.
Hal ini membutuhkan renungan dan refleksi yang mendalam agar bangsa Indonesia tidak
terjerumus ke dalam penentuan keputusan nilai yang tidak sesuai dengan kepribadian bangsa.
Kedua, dampak negatif yang ditimbulkan kemajuan iptek terhadap lingkungan hidup berada dalam
titik nadir yang membahayakan eksistensi hidup manusia di masa yang akan datang. Oleh karena
itu, diperlukan tuntunan moral bagi para ilmuwan dalam pengembangan iptek di Indonesia. Ketiga,
perkembangan iptek yang didominasi negara- negara Barat dengan politik global ikut mengancam
nilai-nilai khas dalam kehidupan bangsa Indonesia, seperti spiritualitas, gotong royong, solidaritas,
musyawarah, dan cita rasa keadilan. Oleh karena itu, diperlukan orientasi yang jelas untuk
menyaring dan menangkal pengaruh nilai-nilai global yang tidak sesuai dengan nilai-nilai
kepribadian bangsa Indonesia

G. PANCASILA SEBAGAI JIWA BANGSA INDONESIA

Dalam pidatonya tersebut Ir. Soekarno menawarkan gagasan Pancasila sebagai Philosopische
groundslagh (dasar Negara), Pancasila tersebut berisi tentang lima dasar prinsip yang
menurutnya adalah sebagai falsafah dasar yang dapat menjadi alat untuk mempersatukan dari
sabang sampai merauke.

Berdasarkan logika penggaliannya makna dan nilai Pancasila dideskripsikan oleh Ir Soekarno
sebagai kristalisasi tabiat hidup bersama dari rakyat Indonesia yang mewujud dalam tradisi
kolektif dan erat berhubungan dengan pandangan kosmologis.

Yang kemudian dalam pidatonya tersebut dikatakan jikalau apa yang terkandung di dalam
Pancasila yang terdiri dari lima hal tentang prinsip dasar tersebut masih terlalu banyak maka
menawarkan untuk diperas menjadi sosio nasionalisme, sosio demokrasi dan Ketuhanan Yang
Maha Esa yang disebut dengan Tri Sila. Bahkan kalau kemudian masih dirasakan masih terlalu
banyak bisa cukup dengan Ekasila yaitu Gotong Royong.

Page | 34
Maka, secara substansial pidato Ir. Sukarno tentang dasar Negara Pancasila merupakan kehendak
untuk merumuskan dasar Negara Republik Indonesia Merdeka, sebagai penopang eksisitensi
yang juga dapat memberikan ruang partisipasi bagi seluruh golongan dan kemajemukan bangsa.
Sehingga, dalam kontek itu Pancasila menunjukan juga tujuan, yaitu selain das
sollen (seharusnya) juga sebagai das sein (realitas) ideal bangsa Indonesia yang hendak dituju,
yang tidak akan terwujud tanpa perjuangan yang khas mempunyai tantangannya dalam setiap
siklus jaman.

Pancasila, sebagai falsafah dasar sesungguhnya dalam kontek ideal mencita-citakan terwujudnya
harmonisasi antara kemerdekaan individu dan keadilan sosial yang berlandaskan pada kesederajatan
dan kebersamaan termasuk di dalamnya anti terhadap penindasan dan eksploitasi manusia terhadap
manusia. Sehingga, Pancasila dalam kesehariannya akan mampu mempersatukan segala bentuk
kekuatan yang dimiliki bangsa ini. Pasalnya, modal sosial keberagamaan suku,agama, ras dan antar
golongan (SARA) yang dimiliki oleh Bangsa Indonesia tidak dimiliki oleh Bangsa-bangsa lain dan
dalam kontek sistem bernegara nampak jelas bahwa pilihan jalan yang diambil untuk Indonesia
merdeka adalah demokrasi yang dijalankan kongruen (sebangun) yaitu demokrasi politik dan
demokrasi ekonomi.

Namun demikian, dalam prakteknya Pancasila ditafsirkan secara berbeda-beda. Pada Pemerintahan
orde baru, Pancasila telah direduksi pemaknaannya yang hanya sekedar dijadikan sebagai legitimasi
ideologis dalam menjalankan politik kekuasaannya. Pasalnya, Pancasila dengan pola penataran P-
4 (pedoman penghayatan dan pengamalan Pancasila) dijadikan sebagai alat ketika politik dominasi
Negara dijalankan dengan praktek politik represif dan penyeragaman
atas nama untuk kepentingan stabilitas. Relevansinya, Pemerintahan yang berlangsung selama 30
Tahun menghasilkan generasi yang dibesarkan dalam alam pemikiran ideologis yang
dipermiskin dan reduktif.

Puncaknya, dengan diperlakukannya Pancasila sebagai asas tunggal, yang dalam prakteknya
memaksa setiap kekuatan politik mendasarkan operasionalnya pada Pancasila hasil tafsir dari rezim
Orde Baru, yang menegasikan tafsir otentik yang lebih bermakna dan substansial. Kondisi semacam
itu dipertahankan bahkan kemudian Pancasila kecenderungannya dijadikan sebagai alat pukul

Page | 35
politik bagi lawan-lawan politik. Sehingga perbedaan pendapat dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara menjadi sesuatu yang nihil dan tabu.

Maka, dalam kontek perjuangan untuk mewujudkan Pancasila yang lebih bermakna dan substantif,
memahami Pancasila yang telah dimanipulatif oleh rezim orde baru, sudah sepatutnya saat ini (era-
reformasi) kemudian Pancasila sebagai Philosopishce groundslagh mendapatkan ruang dalam
pemaknaan ulang lebih substansi tidak formalitas sehingga dalam hal implementasinya lebih
kongkret, kontekstual dan menjiwai kehidupan berbangsa dan bernegara.

H. PANCASILA SEBAGAI KEPRIBADIAN BANGSA INDONESIA

Asal muasal kata Pancasila berasal dari bahasa Sanskerta, yakni kata Panca yang berati lima dan
sila/syla yang memiliki arti batu, sendi, alas atau sebuah dasar. Maka jika ditarik kesimpulan
Pancasila memiliki makna sebuah dasar yang terdiri dari lima unsur. Kelima unsur didalam
Pancasila tersebut membentuk satu kesatuan yang saling mengikat dan terkait satu sama lain
sehingga menjadikan fungsi Pancasila sebagai suatu dasar negara yang utuh dan sempuna. Yang
mencerminkan fungsi pokok Indonesia sebagai dasar negara dan ideologi negara. Kedudukan
Pancasila sebagai dasar negara dan pandangan hidup bangsa merupakan cerminan dari budaya
masyarakat yang menganut nilai-nilai luhur bahkan sebelum terciptanya Pancasila itu sendiri.
Sebab Pancasila lahir dari hasil pemikiran-pemikian serta ide maupun gagasan dari budaya yang
dimiliki bangsa Indonesia sejak jaman dahulu. Hal ini merupakan cerminan dari fungsi
kebudayaan bagi masyarakat itu sendiri sebagai sebuah pemersatu. Nilai-nilai Pancasila
sebagai ideologi terbuka memperlihatkan kepribadian bangsa Indonesia itu sendiri, yakni terbuka
terhadap segala perubahan.

Page | 36
Kepribadian Bangsa

Yang dimaksud dengan kepribadian ialah setiap sifat yang terlihat dalam perilaku seseorang atau
sebuah bangsa yang membuatnya berbeda dari seseorang atau bangsa lainnya. Setiap orang
memiliki orientasi berbeda dalam menghadapi sebuah kondisi tertentu, sehingga tercipta sebuah
pola perilaku yang baku dan konsisten. Dengan begitu hal ini menjadi karakteristik pribadinya.
Sedangkan bangsa merupakan sebuah perhimpunan yang terdiri dari masyarakat yang saling
memiliki keterkaitan dan saling berhubungan untuk mencapai sebuah harapan yang dijadikan
sebagi tujuan bersama di sebuah wilayah tertentu.

Disebuah kehidupan bermasyarakat tercipta dari kelompok mayoritas dan juga minoritas yang
membentuk suatu harmoni kehidupan. Bila ditilik dari sisi sosiologis antropologis, bangsa
merupakan sesuatu yang diikat oleh suatu ikatan, dapat berupa ras, suku, sejarah, adat budaya
dan juga agama atau sebuah keyakinan, bahasa juga daerah. Dan ikatn tersebut dinamakan ikatan
primordial. Kepribadian bangsa merupakan ciri-ciri perilaku maupun karakteristik yang terlihat
dalam kehidupan suatu masyarakat dalam sebuah kesatuan nasional. Dewan Perancang Nasional
menyatakan bahwa kepribadian Indonesia adalah karakteristik yang dimiliki oleh bangsa Indonesia
dan berbeda secara menyeluruh dengan keribadian bangsa-bangsa yang lain. Hal tersebut
merupakan refleksi dari perubahan dan perkembangan bangsa Indonesia dari masa ke masa.
Perubahan yang dialami bangsa Indonesia dipengaruhi dengan segala hal
yang terjadi didalam mayarakat, adat budaya serta lingkungan didalam masyarakat itu sendiri. Nilai-
nilai Pancasila sebagai ideologi terbuka memiliki peranan penting dalam membentuk kepribadian
bangsa Indonesia. Membuat karakteristik bangsa menjadi terbuka terhadap segala perubahan yang
terjadi baik didalam maupun diluar negeri. Terbuka dengan kebudayaan maupun warga asing yang
masuk ke Indonesia, dengan tidak meninggalkan kebudayaan asli milik bangsa Indonesia sendiri.
Terutama dalam hal berdemokrasi, Pancasila sebagai Kepribadian
Bangsa sangat penting untuk menyelesaikan masalah dengan jalan musyawarah tanpa adanya
kekerasan.
Dari hal tersebut terlihat manfaat musyawarah yang merupakan dasar dalam berpendapat tanpa
melakukan pelanggaran hak warga negara. Pancasila sendiri merupakan dasar negara yang berasal

Page | 37
dari cerminan kehidupan masyarakatnya jadi merupakan milik bangsa Indonesia seluruhnya dan
bukan merupakan milik seseorang maupun golongan tertentu.

Kepribadian Bangsa Indonesia dalam Era Globalisasi


Globalisasi secara umum merupakan sebuah proses dalam sistem masyarakat secara global yang
tidak terpengaruh dengan batas wilayah. Pada hakikatnya sebuah globalisasi menurut Edison A.
Jamli dkk (Kewarganegaraan.2005) ialah sebuah mekanisme yang muncul dari sebuah pemikiran
yang dibentuk yang lantas diperkenalkan pada bangsa lain, hingga sampai pada sebuah titik dimana
hal tersebut lantas disepakati dan dijadikan sebagai dasar untuk melaksanakan sebuah sistem
tersebut oleh masyarakat dunia.
Dan Kirsna berpendapat di dalam jurnalnya Pengaruh Globalisasi Terhadap Pluralisme
Kebudayaan Manusia di Negara Berkembang (internet public jurnal september 2005) bahwa
sebagai sebuah mekanisme proses, globalisasi terjadi dengan melalui dua dimensi sudut pandang
dalam hubungan antar bangsa, yakni dalam sudut pandang ruang serta waktu. Ruang yang semakin
terbatas dan juga waktu semakin berkurang dalam sebuah korelasi dan hubungan komunikasi dalam
lingkup dunia
Globalisasi terjadi hampir di segala segi kehidupan misalnya saja dalam bidang ideologi politik,
ekonomi, sosial budaya, pertahanan keamanan dan juga yang lainnya. Perkembangam teknologi
informatika dan komunikasi dalam skala dunia merupakan sebuah aspek yang menjadi pendorong
utama dalam terjadinya globalisasi. Pendidikan karakter bangsa Indonesia di era globalisasi saat
ini sangat penting demi memperlihatkan karakter bangsa didalam kehidupan gobal. Sekarang ini,
pertumbuhan teknologi yang terjadi begitu cepat membuat semua informasi dapat dengan mudah
dan dalam berbagai bentuk dan kepentingan dapat dengan cepat tersebar luas ke seluruh antero
dunia. Oleh sebab itulah tidak ada yang dapat terhindar dari kehadiran sebuah globalisasi.

I. PANCASILA SEBAGAI PERJANJIAN LUHUR BANGSA INDONESIA

Kamu tahu kan kalau saat Bangsa Indonesia pada saat melakukan proklamasi kemerdekaan
Indonesia dulu belum punya UUD Negara yang tertulis.

Page | 38
Nah untuk mengatasi hal itu PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia) sebagai badan
tempat perwakilan rakyat Indonesia pada tanggal 18 Agustus 1945 mengesahkan pembukaan dan
batang tubuh UUD1945 yang berdasar pada Pancasila.
Jadi, Pancasila ini merupakan hasil perjanjian bersama rakyat untuk selamanya Namun di balik itu
terdapat sejarah panjang perumusan sila-sila Pancasila dalam perjalanan ketatanegaraan Indonesia.
Sejarah ini begitu sensitif dan salah-salah bisa mengancam keutuhan Negara Indonesia.
Hal ini dikarenakan begitu banyak polemik serta kontroversi yang akut dan berkepanjangan baik
mengenai siapa pengusul pertama sampai dengan pencetus istilah Pancasila.

J. PANCASILA SEBAGAI CITA-CITA DAN TUJUAN BANGSA INDONESIA

Pancasila hadir sebagai jawaban atas problema seluruh masyarakat Indonesia, tiap poin
pancasila menjanjikan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Pada saat Pancasila dirumuskan ada dua ideologi besar di dunia yaitu ideologi komunis dan liberal,
dimana komunis menjanjikan keadilan sedangkan liberal menjanjikan kemakmuran. Tapi Bung
Karno tidak memilih salah satu ideologi yang besar tersebut melainkan Bung Karno menciptakan
Pancasila yang merangkum tujuan dari ideologi besar tersebut yaitu adil dan makmur untuk seluruh
rakyat Indonesia. Sehingga keadilan dan kemakmuran yang tertuang secara ekplisit di dalam
pancasila harus dinikmati oleh semua lapisan masyarakat. Pancasila
lebih baik dari komunis karena ada sila ketuhanan, Pancasila lebih baik dari khilafah karena ada
sila persatuan dan pancasila lebih baik dari liberal karena ada sila keadilan sosial.

Cita-cita Pancasila
Cita-cita adalah harapan, begitu juga dengan dirumuskannya pancasila memiliki harapan dan cita
cita yang mulia. Mengejawantahkan pancasila adalah keniscayaan karena Indonesia tidak hanya
dimerdekakan oleh sekelompok orang, etnis ataupun golongan. Atas dasar inilah keseluruhan
masyarakat Indonesia harus insyaf makna dan falsafah pancasila. Masyarakat yang adil, setara dalam
hukum serta memiliki kebebasan untuk menikmati hasil alam yang ada di Indonesia. Secara
gamblang tujuan pancasila tertuang dalam Pembukaan UUD 1945 adalah rakyat Indonesia yang

Page | 39
merdeka, bersatu, berdaulat,adil dan makmur.

K. PANCASILA SEBAGAI FALSAFAH BANGSA

Dalam memorandum DPRGR 9 Juli 1966, yang disahkan oleh MPRS dengan ketetapannya Nomor
XX/MPRS/1966, Pancasila adalah pandangan hidup bangsa Indonesia yang telah dimurnikan dan
dipadatkan menjadi dasar falsafah negara RI. Pandangan hidup yaitu pandangan dunia atau way of
life, yaitu bagaimana cara menjalani kehidupan. Sebagai falsafah hidup atau pandangan hidup,
Pancasila mengandung wawasan dengan hakikat, asal, tujuan, nilai, dan arti dunia seisinya,
khususnya manusia dan kehidupannya, baik secara perorangan maupun sosial. Falsafah hidup
bangsa mencerminkan konsepsi yang menyeluruh dengan menempatkan harkat dan martabat
manusia sebagai faktor sentral dalam kedudukannya yang fungsional terhadap segala sesuatu yang
ada.
Ini berarti bahwa wawasan dan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila secara kultural
diinginkan agar tertanam dalam hati sanubari, watak, kepribadian serta mewarnai kebiasaan,
perilaku dan kegiatan lembaga-lembaga masyarakat. Kelima nilai dasar yang tercakup dalam
Pancasila memberikan makna hidup dan menjadi tuntutan serta tujuan hidup. Dengan kata lain
Pancasila merupakan cita-cita moral bangsa Indonesia yang mengikat seluruh warga masyarakat,
baik secara perorangan maupun sebagai kesatuan bangsa.
Pancasila sebagai falsafah hidup dan cita-cita moral bangsa Indonesia merupakan inti semangat
bersama dari berbagai moral yang secara nyata terdapat di Indonesia. Seperti diketahui, di tanah air
kita terdapat berbagai ajaran moral sesuai dengan adanya berbagai agama dan kepercayaan serta
adat istiadat. Setiap moral itu mempunyai corak sendiri , berbeda satu sama lain, dan hanya berlaku
pada umatnya yang bersangkutan. Namun, dalam moral-moral itu terdapat unsur bersama yang
bersifat umum dan mengatasi segala paham golongan. Moral Pancasila mampu mengatasi segala
golongan dan bersifat nasional.

Pancasila menjadi moral kehidupan bangsa


Pancasila sebagai falsafah hidup menginginkan agar moral Pancasila menjadi moral kehidupan
negara dalam arti menuntut penyelenggara dan penyelenggaraan negara menghargai dan menaati

Page | 40
prinsip-prinsip moral atau etika politik. Sebagai konsekuensinya, negara tunduk kepada moral dan
wajib mengamalkannya. Moral menjadi norma tindakan dan kebijaksanaan negara sehingga perlu
dituangkan dalam peraturan perundang-undangan. Moral Pancasila memberikan inspirasi dan
menjadi pembimbing dalam pembuatan undang- undang yang mengatur kehidupan negara,
menetapkan lembaga-lembaga negara dan tugas mereka masing-masing, serta hubungan kerja sama
diantara mereka, hak-hak dan kedudukan warga negara, dan hubungan warga negara dan negara
dalam iklim semangat kemanusiaan.
Akan tetapi, hal tersebut tidak berarti bahwa semua norma moral harus dijadikan norma yuridis.
Norma moral ditetapkan menjadi norma hukum positif selama norma itu mengatur tindakan-
tindakan lahiriah yang menyangkut masyarakat. Sementara itu, masalah yang semata-mata batiniah
merupakan urusan pribadi warga negara. Hal ini harus senantiasa diperhatikan dalam pelaksanaan
pembinaan dan pengaturan negara terhadap peri kehidupan bangsa.
Oleh karena itu, tampaklah bahwa materi perundang-undangan terbatas pada moral bersama rakyat
(Public morality). Sehubungan dengan pengamalan Pancasila dalam konteks moral perorangan,
negara wajib menciptakan suasana yang mampu memupuk budi pekerti luhur dengan baik. Dalam
penjelasan umum UUD 1945 dengan tepat ditandaskan bahwa “undang-undang dasar harus
mengandung isi yang mewajibkan pemerintah dan penyelenggara negara untuk memelihara budi
pekerti kemanusiaan yang luhur dan memegang teguh cita-cita moral rakyat yang luhur.

Page | 41
BAB III

PENUTUP

I. KESIMPULAN

Pancasila merupakan falsafah dan dasar negara Republik Indonesia sebagai pedoman
bagi segala kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara bagi seluruh rakyat
indonesia. Pancasila terdiri atas lima sila yang mengandung nilai-nilai di dalamnya,
nilai-nilai tersebut diwujudkan dalam sebagai pengalaman dalam kehidupan
masyarakat. Seiring dengan arus globalisasi penerapan nilai-nilai pancasila kian
memudar ditengah-tengah masyarakat, sehingga pancasila tidak mampu lagi menjadi
pandangan bagi masyarakat Indonesia.

Fungsi Pancasila meliputi :

1. Pancasila Sebagai Sistem Filsafat

2. Pancasila Sebagai Ideologi Negara

3. Pancasila Sebagai Dasar Negara

4. Pancasila Sebagai Pandangan Hidup Bangsa

5. Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan

6. Dan lain-lain

II. SARAN

Dalam penulisan makalah ini kami menyadari bahwa penulisan masih jauh dari kata
sempurna kedepannya kami akan lebih berhati-hati dalam menjelaskan tentang
makalah dengan sumber-sumber lebih banyak dan lebih bertanggung jawab.

Page | 42
DAFTAR PUSTAKA

“Pancasila Sebagai Paradigma Pembangunan”. http://bpkad.banjarkab.go.id

Diakses tanggal 14 Desember 2017

“Pancasila Sebagai Sumber Nilai”. https://pengajar.co.id

Diakses tanggal 16 Juli 2020

“Pancasila Sebagai Jiwa Bangsa”. https://inilahdepok-id.cdn

Diakses tanggal 28 Desember 2016

“Pancasila Sebagai Kepribadian Bangsa Indonesia”. https://guruppkn.com

Diakses tanggal 30 September 2016

“Pancasila Sebagai Perjanjian Luhur Bangsa Indonesia”. https://cerdika.com

Diakses tanggal 29 Agustus 2019

“Pancasila Sebagai Perjanjian Luhur Bangsa Indonesia”. http://kartarmahameru15.blogspot.com

Diakses tanggal 13 Mei 2018

“Pancasila Sebagai Cita-Cita Bangsa Indonesia”. https://metrojambi.com

Diakses tanggal 14 Mei 2018

“Pancasila Sebagai Falsafah Bangsa”. https://sinergibangsa.org

Diakses tanggal 17 Januari 2016

Dwi, 2013. Ideologi Pancasila. http://umum-pengertian.blogspot.co.id/2016/03/pengertianumum-


ideologi-pancasila.html

Diakses tanggal 11 April 2017

“Pancasila Sebagai Pandangan Hidup”. https://rollingstone.co.id/pancasila-sebagai-pandangan-


hidup/

Diakses tanggal 5 Juni 2020

“Pancasila Sebagai Filsafat Bangsa Indonesia”. https://arbaswedan.id

Page | 43
Diakses tanggal 3 Juni 2020

Effendi, Sofian.2015. “Pancasila Sebagai Dasar Nilai Pengembangan Ilmu Pengetahuan”.

Kuntowijoyo.2014. “Pancasila Sebagai Dasar Nilai Pengembangan Ilmu Pengetahuam”.

Budiyanto. 2017. Pendidikan Kewarganegaraan Untyk SMA Kelas XII. Jakarta: Erlangga. Buku
Sekolah Elektronik (BSE)

Hartati, Atik dan Sarwono. 2011. Pendidikan Kewarganegaraan Untuk SMA/MA Kelas XII.
Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional

Page | 44

Anda mungkin juga menyukai