KEPEMIMPINAN
c. Apa yang menjadi sikap dasar dan sifat – sifat kepemimpinan pemerintahan di Indonesia
- Sikap Dasar dan Sifat-Sifat Kepemimpinan Pemerintahan di Indonesia
a. Sikap dasar
1) Konsisten dan konsekuen
2) Mengayomi
b. Sifat-sifat
1) Adil
2) Arif bijaksana
3) Penuh prakarsa
4) Percaya pada diri sendiri
5) Penuh daya pemikat
6) Ulet
7) Mudah mengambil keputusan
8) Jujur
9) Berani mawas diri
10) Komunikatif
2. Kemukakan beberapa definisi otonomi daerah, mengapa undang – undang otonomi daerah
cenderung selalu direvisi/diamandemen/diperbaiki secara periodic, jelaskan
- Secara konseptual, pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia dilandasi oleh tiga tujuan
utama yang meliputi tujuan politik, tujuan administratif dan tujuan ekonomi. Hal yang
ingin diwujudkan melalui tujuan politik dalam pelaksanaan otonomi daerah diantaranya
adalah upaya untuk mewujudkan demokratisasi politik melalui partai politik dan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah. Perwujudan tujuan administratif yang ingin dicapai melalui
pelaksanaan otonomi daerah adalah adanya pembagian urusan pemerintahan antara
pusat dan daerah, termasuk sumber keuangan serta pembaharuan manajemen birokrasi
pemerintahan di daerah. Sedangkan tujuan ekonomi yang ingin dicapai dalam
pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia adalah terwujudnya peningkatan Indeks
pembangunan manusia sebagai indikator peningkatan kesejahteraan masyarakat
Indonesia.
- Teknik human relation artinya rangkaian atau proses aktivitas memotivasi bawahan,
melalui anugerah motivasi atau dorongan agar mau berkiprah ke arah yang dikehendaki.
intinya setiap insan jika memasuki suatu organisasi, baik yang bersifat formal maupun
non formal akan memiliki motivasi yg baik terlepas bagaimana memenuhi kebutuhan
hidupnya. manusia menjadi mahluk hidup yg memiliki kebutuhan hidup yang beraneka
ragam baik kebutuhan yang bersifat material juga kebutuhan psikologis.
- Teknik menjadi teladan merupakan teknik yang digunakan oleh pemimpin dalam
menggerakan dan mempengaruhi bawahan. Dalam teknik ini seorang pemimpin
berusaha menjadikan dirinya panutan atau teladan bagi orang lain, sehingga bawahan
akan mengikuti keteladanan tersebut.
b). Bagaimana sikap dan pandangan saudara tentang adanya wacana saat ini mengenai
usulan “Amandemen UUD 1945” jelaskan sesuai dengan legalitas (Dasar Hukum) yang
berlaku di negara kita.
Akhir-akhir ini kembali muncul isu atau perdebatan tentang amandemen (perubahan)
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945). Ada yang
pro terhadap amandemen UUD 1945. Banyak pula yang kontra dengan amandemen
UUD 1945. Isu atau perdebatan tentang amandemen UUD 1945 bukan hal yang baru. Isu
terkait dengan amandemen UUD 1945 telah berlangsung sejak lama dan seolah menjadi
isu rutin yang mengandung perdebatan pro dan kontra. Amandemen UUD 1945 bukan
merupakan hal yang mustahli. Terlebih dalam UUD 1945 terdapat ketentuan tentang
perubahan UUD 1945, sebagaimana tertuang dalam UUD 1945 BAB XVI PERUBAHAN
UNDANG-UNDANG DASAR Pasal 37 ayat (1) s.d ayat (5). Ada setidaknya beberapa syarat
untuk dapat dilakukan amandemen UUD 1945. Pertama, amandemen UUD 1945 harus
dilakukan oleh lembaga negara bernama Majelis Permusyawaratan Rakyat
(MPR). Kedua, ada ketentuan terkait dengan usul, kehadiran dan persetujuan dalam
amandemen UUD 1945. Ketiga, terkait bentuk negara tidak dapat di
amandemen. Artinya amandemen UUD 1945 bukan merupakan kondisi yang dilarang,
sepanjang memenuhi ketentuan. Pertanyaannya adalah apa alasan melakukan
amandemen UUD 1945? Pertanyaan tersebut penting untuk dijawab dalam rangka
memberikan rasionalitas perlunya amandemen UUD 1945. UUD 1945 adalah konstitusi
atau hukum tertinggi yang mempunyai nilai. Ada setidaknya tiga nilai yang terdapat
dalam kajian konstitusi yaitu nilai normatif, nilai nominal, dan nilai semantik. Nilai-nilai
tersebut mempunyai makna sendiri. Nilai normatif adalah nilai yang ideal (das sollen)
dalam konstitusi. Konstitusi dikatakan mempunyai nilai normatif apabila mengandung
nilai (value) yang ideal. Konstitusi dalam pandangan nilai normatif, tidak hanya dilihat
hanya sebatas kesepakatan tertinggi dan berbentuk teks saja. Konstitusi adalah
kenyataan kesepakatan bersama yang harus dijalankan secara bersama-sama, tertib,
dan tegak serta melaksanakan segala konsekuensi. Adapun konstitusi yang mempunyai
nilai nominal adalah konstitusi tidak dijadikan sebagai dasar pijakan dalam kehidupan
bernegara, tidak dijadikan dasar pengambilan kebijakan, dan terdapat perbedaan antara
yang seharusnya (das sollen) dengan kenyataan (das sein). Kemudian nilai semantik
adalah nilai yang ada dalam konstitusi dan menjadikan konstitusi hanya sebagai
pedoman, sumber referensi, klaim kebenaran pihak tertentu, dan slogan
atau tagline semata. Pelaksanaan konstitusi dalam kenyataannya berbeda dengan apa
yang tertuang dalam materi muatan konstitusi. Nilai semantik juga bermakna bahwa
konstitusi hanya dijadikan sebagai instrumen kekuasaan untuk melegitimasi kekuasaan