Anda di halaman 1dari 9

Take Home Test

Nama : Rina Damayanti

Nim : 2005056045

Prodi/Kelas : PPKn/B

Angkatan/Semester : 2020/5

Mata Kuliah : Metedologi Penelitian

Dosen Pengampu : Prof. Dr. A. Hardoko, M.Pd

“Jawaban”

1. Jelaskan bahwa dalam penelitian kualitatif memiliki sifat dan makna


penelitian yang mendalam atau sering disebut “grounded research”.
Berikan contoh konkrit dalam proses implementasinya ?
Jawaban :
Dalam penelitian kualitatif menurut saya memang memiliki sifat dan
makna yang mendalam dimana Grounded research merupakan suatu
metode penelitian yang mendasarkan diri kepada fakta dan menggunakan
analisa perbandingan bertujuan untuk mengadakan generalisasi empiris,
menetapkan konsep-konsep, membuktikan teori dan mengembangkan
teori di mana pengumpulan data dan analisa data berjalan pada waktu
yang bersamaan. Lalu tujuan dari grounded research adalah untuk
mengadakan generalisasi empiris, menetapkan konsep-konsep,
membuktikan teori dan mengembangkan teori. Selain itu, penelitian jenis
ini bertujuan untuk menspesifikasikan konsep serta memverifikasi
terhadap teori yang sedang dikembangkan dan diperiksa dalam
hubungannya dengan data yang ditemukan. Dalam penelitian grounded
research metode yang digunakan adalah studi perbandingan yang
bertujuan untuk mementukan seberapa besar suatu gejala tersebut berlaku
untuk umum. Contohnya adalah Wawancara, dimana wawancara
dilakukan untuk mendapatkan fakta, kepercayaan, perasaan, keinginan
dan sebagainya yang diperlukan untuk mencapai tujuan penelitian yang
diharapkan oleh peneliti. Pertanyaan yang digunakan untuk merangsang
informasi dibuat sama sebagaimana membuat daftar pertanyaan dengan
berbagai penyesuaian.

2. Mengapa dikatakan bahwa dalam penelitian kualitatif responden


cenderung sedikit sedang di penelitian kuantitatif cenderung banyak
sampelnya?
Jawaban :
Penelitian kuantitatif, masalah yang diteliti lebih umum memiliki
wilayah yang luas, tingkat variasi yang kompleks. Penelitian kuantitatif
lebih sistematis, terencana, terstruktur, jelas dari awal hingga akhir
penelitian. Akan tetapi masalah-masalah pada metode penelitian kualitatif
berwilayah pada ruang yang sempit dengan tingkat variasi yang rendah,
namun dari penelitian tersebut nantinya dapat berkembangkan secara luas
sesuai dengan keadaan di lapangan. Pendekatan kualitatif adalah suatu
proses penelitian dan pemahaman yang berdasarkan pada metodologi
yang menyelidiki suatu fenomena sosial dan masalah manusia. Pada
pendekatan ini, prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif
berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang yang diamati dan
perilaku yang diamati. Penelitian kualitatif dilakukan pada kondisi
alamiah dan bersifat penemuan. Dalam penelitian kualitatif, peneliti
sebagai instrumen pokok. Oleh karena hal itu, peneliti harus memiliki
bekal teori dan wawasan yang luas agar dapat melakukan wawancara
secara langsung terhadap responden, menganalisis, dan
mengkontruksikan obyek yang diteliti agar lebih jelas. Penelitian ini lebih
menekankan pada makna dan terikat nilai. Penelitian kuantitatif
merupakan studi yang diposisikan sebagai bebas nilai (value
free).Dengan kata lain, penelitian kuantitatif sangat ketat menerapkan
prinsip-prinsip objektivitas. Objektivitas itu diperoleh antara lain melalui
penggunaan instrumen yang telãh diuji validitas dan reliabilitasnya.
Peneliti yang melakukan studi kuantitatif mereduksi sedemikian rupa hal-
hal yang dapat membuat bias, misalnya akibat masuknya persepsi dan
nilai-nilai pribadi. Jika dalam penelaahan muncul adanya bias itu maka
penelitian kuantitatif akan jauh dari kaidah-kaidah teknik ilmiah yang
sesungguhnya

3. Buatlah sebuah deskripsi latar belakang masalah dan rumusan masalah


dari judul penelitian: “Studi tentang analisis pelaksanaan HAM di
sekolah” ?
Jawaban :
-Latar Belakang Masalah :
HAM adalah hak dasar yang dibawa manusia sejak lahir dan
merupakan anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa. Hak asasi manusia
muncul atas keyakinan bahwa semua manusia sama selaku ciptaan
Tuhan. Untuk itulah sebagai sesama manusia kita harus saling
menghargai, menghormati, dan melindungi hak asasi manusia. Hak asasi
manusia dijamin dalam UU No 39. Tahun 1999 yang secara garis
besar meliputi hak untuk hidup, hak berkeluarga, hak mengembangkan
diri, hak memperoleh keadilan, hak atas kebebasan pribadi, hak atas rasa
aman, hak atas kesejahteraan, dan hak anak. Pelaksanaan HAM harus
dikawal dengan baik agar tidak terjadi pelanggaran. Masyarakat Bersama
tim penegak HAM dapat bekerja sama untuk melakukan kontrol terhadap
pelanggaran HAM (Winataputra, 2020). Komisi Nasional Hak Asasi
Manusia ( Komnas HAM) menerima 525 pengaduan terkait kasus-kasus
pelanggaran HAM yang ada di lembaga kepolisian,
korporasi, pemerintahan daerah, pemerintahan pusat, dan lembaga
Pendidikan (Kompas, 2020). Banyaknya kasus yang terjadi menjadi
bukti bahwa kesadaran masyarakat akan pentingnya HAM belum
terbentuk secara menyeluruh. Kondisi yang seperti ini tidak bisa
dibiarkan begitu saja. Perlu adanya dukungan dari semua pihak untuk
memperbaiki penegakan HAM di Indonesia. Pendidikan menjadi salah
satu cara yang dapat dilakukan untuk menanamkan pemahaman akan
pentingnya menjaga, melindungi, dan menghormati HAM.
Melalui pemahaman pentingnya HAM sejak dini dapat menumbuhkan
karakter anak untuk bisa menghormati dan menghargai HAM. Anak
yang mengetahui pentingnya HAM akan mendorong mereka untuk tidak
melakukan pelanggaran HAM. Untuk itulah anak SD sudah harus
mendapatkan pemahaman tentang HAM. Pendidikan yang dilakukan
tentu saja tidak hanya sekedar teori tetapi juga melalui keteladanan dan
pembiasaan dalam kegiatan sehari hari. Pendidikan yang dimaksud tidak
hanya diberikan di sekolah saja tetapi juga di rumah. Tetapi faktanya
banyak orang tua yang hanya menyerahkan pendidikan karakter
maupun pendidikan HAM kepada sekolah. Seharusnya para orang tua
harus bisa bekerja sama dengan sekolah dalam melakukan pendidikan
karakter. Pihak sekolah dan orang tua harus selaras dalam melakukan
pendidikan HAM agar tidak ada perbedaan prinsip terkait HAM
dan penanaman karakter anak.
Keteladanan diberikan oleh guru dan orang tua agar anak
memperoleh gambaran yang konkrit bagaimana cara menghormati dan
menghargai HAM. Setelah adanya keteladanan, pembiasaan bisa
dilakukan agar penghormatan terhadap HAM terinternalisasi di dalam
diri anak. Sebagai contoh hak dalam beribadah. Guru memberikan
contoh kepada anak untuk tidak mengganggu ketika ada orang yang
sedang beribadah, misalnya mengecilkan volume suara saat orang lain
beribadah. Kemudian anak diberikan pemahaman bahwa penting sekali
untuk menghargai orang yang sedang beribadah. Hal tersebut dapat pula
diatur dalam peraturan yang ada di sekolah, baik peraturan yang tertulis
maupun tidak. Apabila anak melanggar maka sebagai guru wajib
menegur atau menasihatinya. Melalui Pendidikan sejak dini di usia
SD tentang HAM akan membentuk karakter yang baik dan mencegah
anak untuk melakukan pelanggaran HAM. Meskipun Pendidikan HAM
sudah dilaksanakan, tetapi masih sering kita jumpai pelanggaran HAM
oleh anak seperti bullying. Bullying dilakukan oleh anak
kepada temannya yang ada di sekolah. Misalnya mengejek,
menyembunyikan barang temannya, atau suka melakukan kekerasan
fisik. Hal tersebut dapat berakibat mengganggu kondisi psikis siswa lain
sehingga ia enggan ke sekolah. Tentu saja tindakan tersebut sangat
merugikan. Sekolah dan guru seharusnya mengambil tindakan yang tegas
agar anak memahami bahwa perbuatan bullying adalah perbuatan yang
salah.
Tindakan yang tegas juga harus dilakukan di masyarakat apabila
terjadi pelanggaran HAM. Pemerintah juga sudah berupaya untuk
menegakkan HAM yang dibuktikan adanya peradilan adhoc untuk
pelanggaran HAM. Dengan adanya hukum yang tegas
maka perlindungan HAM dapat dilaksanakan dengan lebih baik. Untuk
itu penegakan hukum dimanapun kita berada harus selalu diterapkan
termasuk di sekolah melalui pendidikan. Pendidikan penegakan hukum
menjadi salah satu komponen dari Pendidikan Kewarganegaraan (PKn).
Mengetahui norma-norma hukum, aparat hukum, dan penegakan hukum
merupakan salah satu hal penting yang harus dipahami dan diterapkan
oleh setiap orang dalam proses sosialisasi. Seperti halnya dengan HAM,
pendidikan hukum juga harus diberikan sejak SD karena semakin dini
anak mendapatkan pemahaman yang benar tentang hukum dan HAM
maka lebih mudah membentuk pribadi yang berkepribadian dan berbudi
luhur. Meskipun tidak menjamin nantinya anak tersebut tidak akan
melanggar hukum, tetapi paling tidak di dalam hati nuraninya sudah
tertanam pribadi yang baik. Sekolah sudah merancang pendidikan
penegakan hukum melalui pelajaran PKn, selain itu pendidikan
penegakan hukum harus pula disertai keteladanan dan pembiasaan
dalam kehidupan sehari-hari melalui hal-hal yang dekat dengan siswa.
Sebagai contohnya melalui penerapan peraturan yang ada di sekolah.
Peraturan yang ada di sekolah menjadi sarana bagi anak SD untuk
berlatih menaati peraturan yang berlaku. Tentu saja apabila ada yang
melanggar akan mendapatkan sanksi sesuai peraturan yang berlaku.
Meskipun demikian sanksi yang diberikan tidak semata-mata
menghakimi atau bisa melukai harga diri anak. Sanksi diberikan agar
anak lebih disiplin dan memahami bahwa apa yang ia lakukan adalah
salah sehingga nantinya tidak melakukan kesalahan yang sama. Selain
sanksi, sekolah dalam hal ini guru juga harus memberikan motivasi dan
bimbingan secara pribadi kepada anak-anak yang sering melakukan
pelanggaran. Pendidikan penegakan hukum di sekolah juga bisa
dilakukan dengan cara menanamkan kepedulian hukum kepada anak di
sekolah. Misalnya meminta anak melaporkan kepada guru apabila ia
melihat ada temannya yang melakukan pelanggaran terhadap peraturan
sekolah dan ikut memberikan solusi terhadap masalah yang ditimbulkan
oleh temannya tersebut. Diharapkan dengan cara tersebut anak menjadi
sadar bahwa pelanggaran hukum bukanlah hal yang sepele. Pendidikan
HAM dan penegakan hukum di Indonesia tentunya harus
dilakukan berkesinambungan sampai jenjang perguruan tinggi agar
pengetahuan tentang HAM dan penegakan hukum bisa diterima secara
utuh. Karena penting sekali pendidikan ini diberikan kepada peserta
didik khususnya SD, maka guru juga harus benar-benar memahami
tentang konsep HAM dan penegakan hukum sehingga tidak akan
melakukan kesalahan penyampaian materi terkait hal tersebut. Guru juga
menjadi sosok yang akan dicontoh siswanya dalam hal menghargai
HAM dan penegakan hukum, maka guru pun harus selalu berupaya
untuk melakukan perbuatan yang tidak melanggar hukum maupun norma
yang berlaku.

- Rumusan Masalah :
1. Mengapa pelaksanaan pembelajaran HAM di lingkungan sekolah
itu sangat penting?
2. Siapa sajakah pelaku dari pelaksaan HAM di lingkungan sekolah?
3. Apa manfaat nyata yang dapat dirasakan oleh guru maupun siswa
dari berjalannya pelaksanaan pembelajaran HAM di lingkungan
sekolah?

4. Dalam sebuah penelitian kualitatif dijumpai apa yang disebut siklus


penelitian dalam proses. Deskripsikan secara ringkas?
Jawaban :
Siklus terdiri dari empat langkah, yaitu:
(1). Perencanaan
(2). Pelaksanaan
(3). Pengamatan/Observasi
(4). Refleksi.
Keempat tahapan tersebut merupakan unsur yang membentuk
sebuah siklus, yaitu satu putaran kegiatan beruntun.
5. Ambil salah satu contoh proposal kualitatif (bebas tema dan ruang
lingkupnya, tidak harus PKn) di internet kemudian lakukan review
(mengkritisi) terhadap proposal tersebut berdasarkan komponen2 yang
ada (komentar dan tanggapan anda)
Jawaban :
Judul : Studi Kasus Interaksi Sosial Terhadap Lawan Jenis Pada
Perempuan Dewasa Dini dengan Pola Pengasuhan Single Parent (Tanpa
Ayah) Sejak Masa Kanak-kanak
Komentar dan tanggapan :
Menurut saya pada penulisan proposal tersebut sudah tepat dimana isnya
menjelaskan tentang mencoba membawa hubungan pertemanan dengan
lawan jenis ke jenjang lebih jauh sama-sama memiliki risiko dan imbalan,
dan pria lebih sering ketimbang wanita tertarik dengan teman lawan
jenisnya, bahkan ketika keduanya sama-sama mendefinisikan hubungan
mereka sebagai hubungan platonis. Dalam sebuah penelitian, laki-laki
dan perempuan ditanyai untuk menilai seberapa tertarikkah mereka
kepada satu sama lain dan seberapa tertarikkah lawan jenis mereka
terhadap mereka sendiri, setelah mereka berbincang singkat sebelumnya.
Hasilnya, para lelaki melebih-lebihkan betapa menariknya mereka bagi
para perempuan, dan para perempuan meremehkan tingkat ketertarikan
para lelaki terhadap mereka. Orang-orang yang menilai diri mereka
sangat menarik juga lebih cenderung melebih-lebihkan minat seksual
orang lain terhadap mereka. Mungkin rasa percaya diri bahwa saya sangat
menarik atau merasa lebih mempesona dari kenyataannya - membuat
mereka kerap mengambil risiko, dan oleh karenanya, lebih sering ditolak
oleh lawan jenis. ada beberapa manfaat dari memiliki persahabatan
sesama jenis yang sedikit ambigu. Perempuan dilaporkan menerima
perlindungan dari teman lawan jenis mereka lebih sering daripada laki-
laki, dan mereka menganggap perlindungan itu sangat bermanfaat. Baik
laki-laki maupun perempuan juga mengatakan bahwa lawan jenisnya
membantu memberi saran tentang cara mendapatkan pasangan. Jadi, ini
bermanfaat bagi kedua pihak. Memiliki teman lawan jenis membantu kita
dalam berkencan. Mendapat perlindungan mungkin terdengar seperti
keuntungan yang kuno, tetapi perilaku ini sesungguhnya berakar pada
masa lalu kita. Nenek moyang kita tampaknya lebih menyukai hubungan
monogami 'bersambung' di mana berpasangan secara eksklusif, tetapi
mungkin tidak berpasangan seumur hidup.

Anda mungkin juga menyukai