Anda di halaman 1dari 30

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Anak merupakan investasi yang sangat penting bagi penyiapan sumber daya manusia (TK KELOMPOK BM) di masa depan. Dalam rangka mempersiapakan TK KELOMPOK BM yang berkualitas untuk masa depan, pendidikan merupakan salah satu hal yang penting untuk diberikan sejak usia dini, di samping juga anak harus dipenuhi kebutuhan lainnya, seperti misalnya kebutuhan akan gizi. Usia dini merupakan masa penting, karena dalam masa ini ada era yang dikenal dengan masa keemasan (golden age). Masa keemasan hanya terjadi satu kali dalam perkembangan kehidupan manusia. Pada masa ini merupakan masa kritis bagi perkembangan anak. Jika dalam masa ini anak kurang mendapat perhatian dalam hal pendidikan, perawatan, pengasuhan dan layanan kesehatan serta kebutuhan gizinya dikhawatirkan anak tidak dapat tumbuh dan berkembang secara optimal. Sejak lahir seorang anak manuisia memiliki kurang lebih 100 miliyar sel otak. Sel-sel otak yang ini saling berhubungan dengan sel-sel syaraf. Sel-sel otak ini tidak akan tumbuh dan berkembang dengan pesat tanpa adanya stimulasi dan didayagunakan (Gutama,dkk., 2005: 3). Di sinilah perlunya pendidikan sejak usia dini. Pentingnya pendidikan anak sejak usia dini juga didasarkan pada UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang menyatakan bahwa pendidikan anak usia dini adalah salah satu upaya pembinaan yang ditujuak untuk anak sejak lahir sampai dengan 6 tahun yang dilakukan melalui pemberian

rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar nak memiliki kesiapan dalam memasuki jenjang pendidikan lebih lanjut (Pasal 1 butir 14). Berdasarkan hal-hal tersebut maka jelaslah bahwa pendidikan sejak usia dini sanggatlah penting. Dalam pendidikan anak usia dini salah satu kawasan yang harus dikembangkan adalah nilai etika, karena dengan diberikannya pendidikan nilai dan etika sejak usia dini, diharapkan pada tahap perkembangan selanjutnya anak akan mampu membedakan baik buruk, benar salah, sehingga ia dapat menerapkannya dalam kegidupan sehari-harinya. Ini akan berpengaruh pada mudah tidaknya anak diterima oleh masyarakat sekitarnya dalam hal bersosialisasi. Dalam pengembangan nilai nilai etika anak usia dini harus dilakukan dengan tepat. Jika hal ini tidak bisa tercapai, maka pesan moral yang akan disampaikan orang tua kepada anak menjadi terhambat. Pengembangan nilai moral untuk anak usia dini ini bisa dilakukan di dalam tiga tri pusat pendidikan yang ada, yaitu keluarga, sekolahh dan masyarakat. Dalam pengembangan nilai etika untuk anak usia dini perlu dilakukan dengan sangat hati-hati. Hal ini dikarenakan anan usia dini adalah anak yang sedang dalam tahap perkembangan pra operasional kongkrit seperti yang dikemukakan oleh Piaget, sedangkan nilai-nilai moral merupakan konsep-konsep yang abstrak, sehingga dalam hal ini anak belum bisa dengan serta merta menerima apa yang diajarkan guru/orang tua yang sifatnya abstrak secara cepat. Untuk itulah orang tua harus pandai-pandai dalam memilih dan menentukan metode yang akan digunakan untuk menanamkan nilai moral kepada anak agar

pesan moral yang ingin disampaikan guru dapat benar-benar sampai dan dipahami oleh siswa untuk bekal kehidupannya di masa depan.

Metode yang dapat digunakan sangatlah bervariasi, salah satunya adalah metode bercerita. Metode bercerita ini ceenderung lebih banyak digunakan, karena anak usia dini biasanya senang jika mendengarkan cerita dari orang tua. Untuk bisa menarik minat anak untuk mendenganrkan, tentunya cerita yang dibawakan harus tepat sesuai dengan usia anak. Cerita yang dibawakan juga memuat nilai-nilai etika yang hendak disampaikan orang tua kepada anak. Bercerita merupakan salah satu metode yang paling banyak digunakan dalam penanaman nilai etika untuk anak usia dini. Melalui metode bercerita dapat disampaikan beberapa pesan etika kepada anak. Hal ini senada dengan yang dikemukakan Otib Satibi Hidayat (2005 :4.12) bahwa cerita atau dongeng dapat ditanamkan berbagai macam nilai etika, nilai agama, nilai sosial, nilai budaya, dan sebagainya. Mengingat tahap perkembangan anak usia dini yang masih pada tahap pra operasional kongkrit, maka dalam bercerita guru harus mampu mengkongkritkan isi cerita dan pesan moral yang ada di dalam cerita yang disampaikan. Upaya pengkongkritan hal-hal yang bersifat abstrak ini dapat dilakukan dengan cara penggunaan alat peraga dalam bercerita. Fungsi alat peraga dalam bercerita adalah untuk mengatasi keterbatasan anak yang belum mampu berpikir secara abstrak. Alat peraga juga berfungsi untuk memusatkan perhatian anak agar lebih mudah untuk difokuskan. Alat peraga yang dapat

digunakan guru dalam bercerita cukup banyak macam dan jenisnya. Diantaranya adalah boneka tangan, papan panel, gambar, dan lain sebagainya. Selain penggunaan alat peraga, dalam bercerita guru jangan hanya menggunakan cerita rekaan atau cerita-cerita yang sudah sering beredar di lingkungan sekitar anak. Sesekali dalam bercerita boleh digunakan tema cerita yang diambil dari peristiwa yang dialami secara langsung oleh anak. Dengan tema cerita yang langsung dialami oleh anak, maka pesan yang ada dalam cerita tersebut akan lebih lama membekas pada diri anak, sehingga lebih banyak pesan moral yang diserap oleh anak. Tema-tema cerita yang dibawakan guru juga harus berganti-ganti setiap waktu. Hal ini bertujuan untuk mengurangi kebosanan pada anak, karena tema cerita yang monoton. Anak juga akan lebih mudah menangkap isi ceritanya apabila tokoh-tokoh yang dihadirkan adalah tokoh-tokoh cerita yang baru.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas dapat diutarakan identifikasi masalah sebagai berikut : 1. Kurang memperhatikan guru bila sedang belajar didalam kelas 2. Anak lebih senang mengganggu teman pada saat belajar 3. Anak senang berteriak-teriak didalam kelas 4. Pemberian Metode cerita mempengaruhi etika anak Kelompok B pada TK Islam An Nursaidah 5. Penerapan metode cerita di Kelompok B TK Islam An Nursaidah

6. Kriteria memilih cerita yang dapat meningkatkan etika anak di Kelompok B TK Islam An Nursaidah

C. Rumusan Masalah

Berangkat dari latar belakang masalah yang tercermin di atas, rumusan masalah yang diajukan dalam kegiatan penelitian ini adalah : 1. Apakah ada Pengaruh pemberian metode cerita terhadap etika pada Kelompok B TK Islam An Nursaidah? 2. Bagaimana menerapkan etika anak di Kelompok B TK Islam An Nursaidah dalam metode ccerita?

BAB II LANDASAN TEORI

A. Pengertian Etika Dalam pergaulan hidup bermasyarakat, bernegara hingga pergaulan hidup tingkat internasional di perlukan suatu system yang mengatur bagaimana seharusnya manusia bergaul. Sistem pengaturan pergaulan tersebut menjadi saling menghormati dan dikenal dengan sebutan sopan santun, tata krama, protokoler dan lain-lain. Maksud pedoman pergaulan tidak lain untuk menjaga kepentingan masing-masing yang terlibat agara mereka senang, tenang, tentram, terlindung tanpa merugikan kepentingannya serta terjamin agar perbuatannya yang tengah dijalankan sesuai dengan adat kebiasaan yang berlaku dan tidak bertentangan dengan hak-hak asasi umumnya. Hal itulah yang mendasari tumbuh kembangnya etika di masyarakat kita. Istilah Etika berasal dari bahasa Yunani kuno. Bentuk tunggal kata etika yaitu ethos sedangkan bentuk jamaknya yaitu ta etha. Ethos mempunyai banyak arti yaitu : tempat tinggal yang biasa, padang rumput, kandang, kebiasaan/adat, akhlak,watak, perasaan, sikap, cara berpikir. Sedangkan arti ta etha yaitu adat kebiasaan. Jadi, secara etimologis (asal usul kata), etika mempunyai arti yaitu ilmu tentang apa yang biasa dilakukan atau ilmu tentang adat kebiasaan (K.Bertens, 2000). Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, etika adalah ilmu yang mempelajari tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan

kewajiban moral (aklak). Etika juga dapat digolongkan sebagai ilmu pengetahuan normative yang bertugas memberikan pertimbangan perilaku manusia dalam masyarakat apakah baik atau buruk dan benar atau salah (Iberani, 2003:112) Sedangkang Etiket, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, berarti : 1. Etiket (Belanda) secarik kertas yang ditempelkan pada kemasan barangbarang (dagang) yang bertuliskan nama, isi, dan sebagainya tentang barang itu. 2. Etiket (Perancis) adat sopan santun atau tata krama yang perlu selalu diperhatikan dalam pergaulan agar hubungan selalu baik.

Menurut para ahli maka etika tidak lain adalah aturan prilaku, adat kebiasaan manusia dalam pergaulan antara sesamanya dan menegaskan mana yang benar dan mana yang buruk. Perkataan etika atau lazim juga disebut etik, berasal dari kata Yunani ETHOS yang berarti norma-norma, nilai-nilai, kaidah-kaidah dan ukuran-ukuran bagi tingkah laku manusia yang baik, seperti yang dirumuskan oleh beberapa ahli berikut ini : 1. Drs. O.P. SIMORANGKIR : etika atau etik sebagai pandangan manusia dalam berprilaku menurut ukuran dan nilai yang baik. 2. Drs. Sidi Gajalba dalam sistematika filsafat : etika adalah teori tentang tingkah laku perbuatan manusia dipandang dari seg baik dan buruk, sejauh yang dapat ditentukan oleh akal.

3. Drs. H. Burhanudin Salam : etika adalah cabang filsafat yang berbicara mengenai nilai dan norma moral yang menentukan prilaku manusia dalam hidupnya. Etika dalam perkembangannya sangat mempengaruhi kehidupan manusia. Etika memberi manusia orientasi bagaimana ia menjalani hidupnya melalui rangkaian tindakan sehari-hari. Itu berarti etika membantu manusia untuk mengambil sikap dan bertindak secara tepat dalam menjalani hidup ini. Etika pada akhirnya membantu kita untuk mengambil keputusan tentang tindakan apa yang perlu kita lakukan dan yang perlu kita pahami bersama bahwa etika ini dapat diterapkan dalam segala aspek atau

sisi kehidupan kita, dengan demikian etika ini dapat dibagi menjadi beberapa bagian sesuai dengan aspek atau sisi kehidupan manusianya. Ada dua macam etika yang harus kita pahami bersama dalam menentukan baik dan buruknya prilaku manusia : 1. ETIKA DESKRIPTIF, yaitu etika yang berusaha meneropong secara kritis dan rasional sikap dan prilaku manusia dan apa yang dikejar oleh manusia dalam hidup ini sebagai sesuatu yang bernilai. Etika deskriptif memberikan fakta sebagai dasar untuk mengambil keputusan tentang prilaku atau sikap yang mau diambil. 2. ETIKA NORMATIF, yaitu etika yang berusaha menetapkan berbagai sikap dan pola prilaku ideal yang seharusnya dimiliki oleh manusia dalam hidup ini sebagai sesuatu yang bernilai. Etika normatif memberi penilaian sekaligus memberi norma sebagai dasar dan kerangka tindakan yang akan diputuskan. Etika secara umum dapat dibagi menjadi :

a. ETIKA UMUM, berbicara mengenai kondisi-kondisi dasar bagaimana manusia bertindak secara etis, bagaimana manusia mengambil keputusan etis, teori-teori etika dan prinsip-prinsip moral dasar yang menjadi pegangan bagi manusia dalam bertindak serta tolak ukur dalam menilai baik atau buruknya suatu tindakan. Etika umum dapat di analogkan dengan ilmu pengetahuan, yang membahas mengenai pengertian umum dan teori-teori. b. ETIKA KHUSUS, merupakan penerapan prinsip-prinsip moral dasar dalam bidang kehidupan yang khusus. Penerapan ini bisa berwujud : Bagaimana saya mengambil keputusan dan bertindak dalam bidang kehidupan dan kegiatan khusus yang saya lakukan, yang didasari oleh cara, teori dan prinsip-prinsip moral dasar. Namun, penerapan itu dapat juga berwujud : Bagaimana saya menilai perilaku saya dan orang lain dalam bidang kegiatan dan kehidupan khusus yang dilatarbelakangi oleh kondisi yang memungkinkan manusia bertindak etis : cara bagaimana manusia mengambil suatu keputusan atau tidanakn, dan teori serta prinsip moral dasar yang ada dibaliknya. ETIKA KHUSUS dibagi lagi menjadi dua bagian : 1) Etika individual, yaitu menyangkut kewajiban dan sikap manusia terhadap dirinya sendiri. 2) Etika sosial, yaitu berbicara mengenai kewajiban, sikap dan pola perilaku manusia sebagai anggota umat manusia.

Perlu diperhatikan bahwa etika individual dan etika sosial tidak dapat dipisahkan satu sama lain dengan tajam, karena kewajiban

manusia terhadap diri sendiri dan sebagai anggota umat manusia saling berkaitan. Etika sosial menyangkut hubungan manusia dengan manusia baik secara langsung maupun secara kelembagaan (keluarga, masyarakat, negara), sikap kritis terhadpa pandanganpandangana dunia dan idiologi-idiologi maupun tanggung jawab umat manusia terhadap lingkungan hidup. Dengan demikian luasnya lingkup dari etika sosial, maka etika sosial ini terbagi atau terpecah menjadi banyak bagian atau bidang. Dan pembahasan bidang yang paling aktual saat ini adalah sebagai berikut : 1. Sikap terhadap sesama 2. Etika keluarga 3. Etika profesi 4. Etika politik 5. Etika lingkungan 6. Etika idiologi

B. Metode Cerita 1. Pengertian Metode Cerita Metode digunakan sebagai suatu cara dalam menyampaikan suatu pesan atau materi pelajaran kepada anak didik. Metode mengajar yang tidak tepat guna akan menjadi penghalang kelancaran jalannya suatu proses belajar mengajar sehingga banyak waktu dan tenaga terbuang sia-

10

sia. Oleh karena itu metode yang diterapkan oleh guru baru berhasil, jika mampu dipergunakan untuk mencapai tujuan. Dr. Ahamad Tafsir memberikan pengertian metode adalah Cara yang paling tepat dan cepat dalam melakukan seauatu.1 Sedangkan menurut Sukanto Cerita adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru kepada murid-muridnya, ayah kepada anak-anaknya, guru bercerita kepada pendengarnya.2 Suatu kegiatan yang bersifat seni karena erat kaitannya dengan keindahan dan bersandar kepada kekuatan kata-kata yang dipergunakan untuk mencapai tujuan cerita. Metode bercerita merupakan salah satu metode yang banyak digunakan di Taman Kanak-kanak. Sebagai suatu metode bercerita mengundang perhatian anak terhadap pendidik sesauai dengan tema pembelajaran. Bila iai cerita dikaitkan dengan dunia kehidupan anak di Taman Kanak kanak, maka mereka dapat memahami isi cerita tu, mereka akan mendengarkannya dengan penuh perhatian, dan dengan mudah dapat mcnangkap isi cerita. Menurut Abudin Nata Metode bercerita adalah suatu metode yang mempunyai daya tarik yang menyentuh perasaan anak. Islam menyadari sifat alamiah manusia untuk menyenangi cenita yang pengaruhnya besar terhadap perasaan. OIeh karenanya dijadikan sebagai salah satu teknik pendidikan.3

Ahmad Tafsir, Merodologi Pengajaran Agama Islam, ( Bandung: PT. Remaja Rosdakara, 2003), Cet ke-7, h. 9 2 Sockanto, Seni Bercerira Islami, (Jakarta; Bina Mitra Press, 2001), Cat. ke-2, h. 9 3 Abuddin Nato, Filsafal Pendidikan Islam, (Jakiarta: Logos Wacana lImo, 2001), Cci. kc-4, h. 97

11

Dunia kehidupan

anak-anak itu dapat

berkaitan dengan

lingkungan keluarga, sekolah, dan luar sekolah. Kegiatan bercerita harus diusahakan menjadi pengalaman bagi anak di Taman Kanak-kanak yang bersifat unik dan menarik yang menggctarkan perasaan anak dan memotivasi anak untuk mengikuti cerita sampai tuntas. Dari pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan metode bercerita adalah menuturkan atau

menyampaikan ccrita secara lisan kepada anak didik sehingga dcngan cerita tersebut dapat disampaikan pesan-pesan yang baik. Dengan adanya proses belajar mengajar, maka metode bercerita mcrupakan suatu cara yang dilakukan oleh guru untuk mcnyampaikan pesan atau materi pelajaran yang disesuaikan dengan kondisi anak didik. Cerita adalah instrumen untuk mengoreintasikan emosi manusia kepada isi cerita itu. Atau, cerita tidak hanya sekadar menyampaikan informasi tentang kejadian dan karakter, atau hanya sekadar

menyampaikan informasi dengan cara melibatkan emosi kita. Cerita mengarahkan atau membentuk emosi kita terhadap kejadian dan karakter dengan cara tertentu dan cerita mengatakan pada kita cara untuk merasakan isi cerita. Cerita itu seperti notasi musik dan emosi manusia adalah instrument yang didesain untuk memainkannya. Nilai sebuah cerita untuk dijarkan tepatnya merupakan

kekuatannya melibatkan emosi siswa dan juga secara terkait imajinasiimajinasi mereka dengan materi dan kurikulum. Guru dapat menggunakan cerita secara rutin dalam pengajaran pelajaran apapun, tanpa harus

12

memfiksionalisasikannya. Cerita lebih berkaitan dengan bentuk yang diberikan pada isi daripada berurusan dengan benar atau tidaknya. Guru sering menggunakan cerita dalam pembelajaran di kelas khususnya bagi siswa TK KELOMPOK B, sehingga mereka lebih tertarik untuk belajar dan lebih cepat memahami informasi yang disampaikan melalui cerita tersebut yang berhubungan dengan materi pelajaran yang ingin disampaikan. Oleh sebab itu, teknik ini disebut sebagai metode cerita dalam pembelajaran. Metode cerita berbeda dengan metode ceramah. Metode cerita adalah suatu metode pembelajaran dimana guru bercerita tentang suatu cerita yang berhubungan dengan materi pelajaran dengan maksud untuk menarik perhatian siswa di kelas. Sementara metode ceramah merupakan metode pembelajaran dimana guru hanya bersifat menjelaskan di depan kelas untuk menyampaikan informasi-informasi yang berhubungan dengan materi pelajaran tanpa menceritan suatu cerita. Metode cerita memiliki manfaat yang signifikan dalam

pembelajaran, antara lain : a. Melatih daya tangkap dan daya pikir siswa. b. Melatih daya konsentrasi siswa. c. Membantu mengembangkan imajinasi siswa. d. Menciptakan suasana yang menyenangkan di kelas. Dengan beberapa manfaat di atas, maka dapat dinyatakan bahwa metode cerita sangat membantu guru dalam menyampaikan materi pelajaran untuk meningkatkan pemahaman siswa. Dengan menciptakan suasana yang menyenangkan di kelas berarti membuat siswa-siswa tertarik

13

mengikuti pelajaran di kelas dan membuat siswa-siswa memahami materi yang disampaikan oleh guru.

2. Tujuan dan Fugsi Metode Cerita a. Tujuan Metode Cerita Tujuan metode bercerita adalah agar anak dapat membedakan perbuatan yang baik dan buruk sehingga dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan bercerita guru dapat menanamkan nilainilai etika pada anak didik, seperti menunjukan perbedaan perbuatan baik dan buruk serta ganjaran dan setiap perbuatan. Melalui metode bercerita anak diharapkan dapat mcmbedakan perbuatan yang baik dan perbuatan yang buruk sehingga dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Asnelli Ilyas bahwa tujuan metode bercerita dalam pendidikan anak adalah menanamkan akhlak Islamiyah dan perasaan keTuhanan kepada anak dengan harapan melalui pendidikan dapat menggugah anak untuk senantiasa merenung dan berfikir sehingga dapat terwujud dalam kehidupan sehari-hari.4 Menurut Hapidin dan Wanda Guranti, tujuan metode bercerita adalah sebagai berikut : a. Melatih daya tangkap dan daya berpikir b. Melatih daya konsentrasi c. Membantu perkembangan fantasi

Asnelli Ilyas, Mendambakan Anak Soleh, (Bandung: Al-Bayan, 1997), Cct. Ke-2, h.34

14

d. Menciptakan suasana menyenangkan di kelas.5 Menurut Abdul Aziz Majid, tujuan metode bercerita adalah sebagai berikut: a. Menghibur anak dan menyenakan mereka dengan bercerita yang baik b. Membantu pengetahuan siswa secara umum c. Mengembangkan imajinasi d. Mendidik akhlak e. Mengasah rasa6

Sedangkan menurut Moeslichatoen R, bahwa tujuan metode bercerita adalah, salah satu cara yang ditempuh guru untuk memberi pengalaman belajar agar anak memperoleh penguasaan isi cerita yang disampaikan lebih baik. Melalui metode bercerita maka anak akan menyerap pesan-pesan yang dituturkan melalui kegiatan

bercerita.Penuturan cerita yang sarat informasi atau nilai-nilai dapat dihayati anak dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.7

b. Fungsi Metode Cerita Secara umum metode berfungsi sebagai pemberi atau cara yang sebaik mungkin bagi pelaksanaan operasional dan ilmu pendidikan tersebut.
5

Hapinudin dan Winda Gunarti, Pedoman Perencanoan dan Evaluasi Pengajaran di Taman Kanak-kanak, (Jakarta: PGTK Danul Qolam, 1996), h. 62 6 Abdul Aziz Abdul, Mendidik Dengan Cerita, (Bandung: Romaja Rosda Karya,2001), Cot kel,h.6 7 Moeslichatoen R, Merade Pengajaran Di Taman Kanak-kanak, (Jakarta : PT Asdi Mahasatya, 2004), Cet ke-2, h.170

15

Bercerita bukan hanya berfungsi sebagai hiburan tetapi juga merupakan suatu cara yang dapat digunakan dalam mencari sasaransasaran atau target pendidikan. Metode cerita dapat menjadikan suasana belajar menyenangkan dan menggembirakan dengan penuh dorongan dan motivasi sehingga pelajaran atau materi pendidikan itu dapat dengan mudah diberikan.

C. Metode Cerita dapat Meningkatkan Pemahaman Etika Siswa TK KELOMPOK B Belajar untuk mengikuti cerita merupakan pencapaian intelektual yang vital. Secara efisien mengikuti cerita berarti mampu membagi kepentingan, mengenali apa yang penting, menyelaraskan bagian-bagian menjadi satu dari petunjuk-petunjuk tekstual, membangun makna emosional sambil mencatat kejadian-kejadian dan fakta-fakta, mengenali urutan-urutan melalui emosiemosi di antara jurang-jurang logis di dalam cerita. Mampu mengikuti cerita penting bagi pembelajaran yang efisien dan pemahaman dari hamper semua topik dalam kurikulum. Hal ini juga memanipulasi kita akan kemungkinankemungkinan, yaitu apa yang memungkinkan parasiswa untuk

mengaplikasikan sesuatu yang telah dipelajari dalam satu konteks ke konteks yang lain. Memberikan perhatian lebih pada cerita di dalam pendidikan lebih disukai karena cara ini terbuka untuk siapa saja. Selain itu, metode cerita sangat cocok diterapkan di kalangan siswa TK KELOMPOK B khususnya

16

kelas rendah. Metode cerita memiliki beberapa tujuan yang nantinya akan berpengaruh pada tingkat pemahaman siswa TK KELOMPOK B, antara lain : 1. Melatih daya tangkap dan daya pikir. 2. Melatih daya konsentrasi. 3. Membantu perkembangan imajinasi. 4. Menciptakan suasana yang menyenangkan di kelas. 5. Membantu pengetahuan siswa secara umum. Selain tujuan di atas, metode cerita juga bertujuan sebagai salah satu cara yang ditempuh oleh guru untuk memberikan pengalaman belajar agar anak memperoleh penguasaan isi cerita yang disampaikan. Melalui metode cerita maka anak-anak akan menyerap pesan-pesan yang dituturkan melalui kegiatan bercerita dan dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Bercerita bukan hanya berfungsi sebagai hiburan tetapi juga merupakan suatu cara yang dapat digunakan dalam mencapai sasaran-sasaran atau target pendidikan. Metode cerita dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan menggembirakan dengan penuh dorongan dan motivasi sehingga pelajaran atau materi pendidikan itu dapat mudah diberikan. Jika materi pelajaran mudah diberikan dengan suasana kelas yang menyenangkan tentu siswa dapat dengan mudah memahami isi sekaligus materi yang disampaikan dari cerita karena dengan metode cerita ini biasanya para siswa akan lebih fokus untuk mendengarkan dan memahami kejadian-kejadian di dalam cerita yang membuat mereka penasaran sehingga pada akhir cerita mereka tetap mendengarkan isi cerita dan mendapatkan materi atau pesan yang disampaikan oleh cerita tersebut.

17

D. Bentuk Penerapan Metode Cerita untuk Meningkatkan Pemahaman Etika Siswa di TK KELOMPOK B Metode cerita merupakan metode yang dapat diterapkan di seluruh kalangan mulai dari kalangan anak-anak hingga orang dewasa. Namun, penerapan metode cerita untuk anak-anak tentu berbeda dengan penerapan metode cerita orang dewasa. Biasanya pada kalangan anak-anak metode cerita diterapkan dengan alat peraga seperti boneka atau gambar dan tema cerita lebih condong kepada dunia fantasi. Sementara metode cerita yang diterapkan di kalangan orang dewasa biasanya besifat nyata dan tidak begitu menggunakan alat peraga. Belajar untuk mengikuti cerita merupakan pencapaian intelektual yang vital. Secara efisien mengikuti cerita berarti mampu membagi kepentingan, mengenali apa yang penting, menyelaraskan bagian-bagian menjadi satu dari petunjuk-petunjuk tekstual, membangun makna emosional sambil mencatat kejadian-kejadian dan fakta-fakta, mengenali urutan-urutan melalui emosiemosi di antara jurang-jurang logis di dalam cerita. Mampu mengikuti cerita penting bagi pembelajaran yang efisien dan pemahaman dari hamper semua topik dalam kurikulum. Hal ini juga memanipulasi kita akan kemungkinankemungkinan, yaitu apa yang memungkinkan parasiswa untuk

mengaplikasikan sesuatu yang telah dipelajari dalam satu konteks ke konteks yang lain. Memberikan perhatian lebih pada cerita di dalam pendidikan lebih disukai karena cara ini terbuka untuk siapa saja. Selain itu, metode cerita sangat cocok diterapkan di kalangan siswa TK khususnya Kelompok B.

18

Metode cerita memiliki beberapa tujuan yang nantinya akan berpengaruh pada tingkat pemahaman siswa, antara lain : 1. Melatih daya tangkap dan daya pikir. 2. Melatih daya konsentrasi. 3. Membantu perkembangan imajinasi. 4. Menciptakan suasana yang menyenangkan di kelas. 5. Membantu pengetahuan siswa secara umum. Selain tujuan di atas, metode cerita juga bertujuan sebagai salah satu cara yang ditempuh oleh guru untuk memberikan pengalaman belajar agar anak memperoleh penguasaan isi cerita yang disampaikan. Melalui metode cerita maka anak-anak akan menyerap pesan-pesan yang dituturkan melalui kegiatan bercerita dan dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari. Bercerita bukan hanya berfungsi sebagai hiburan tetapi juga merupakan suatu cara yang dapat digunakan dalam mencapai sasaran-sasaran atau target pendidikan. Metode cerita dapat menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan menggembirakan dengan penuh dorongan dan motivasi sehingga pelajaran atau materi pendidikan itu dapat mudah diberikan. Jika materi pelajaran mudah diberikan dengan suasana kelas yang menyenangkan tentu siswa dapat dengan mudah memahami isi sekaligus materi yang disampaikan dari cerita karena dengan metode cerita ini biasanya para siswa akan lebih fokus untuk mendengarkan dan memahami kejadian-kejadian di dalam cerita yang membuat mereka penasaran sehingga pada akhir cerita mereka tetap mendengarkan isi cerita dan mendapatkan materi atau pesan yang disampaikan oleh cerita tersebut.

19

Siswa TK KELOMPOK B adalah siswa TK KELOMPOK B yang berada di kelas. Tema cerita yang sesuai dengan siswa TK KELOMPOK B adalah Tema Imajinasi Bebas. Tema ini ditujukan untuk anak yang berusia kira-kira 5-8/9 tahun. Pada fase ini anak telah melewati masa pengenalan lingkungan sekitarnya yang terbatas pada rumah dan jalan-jalan. Ia ingin membayangkan sesuatu yang tidak diketahuinya, yang tidak ada dalam lingkungannya. Kebiasaan mendengarkan cerita, anak-anak akan mengerti bahwa cerita itu hanya fantasi dan tidak akan mempercayainya. Dalam melaksakan metode cerita hendaknya guru memiliki persiapan seperti metode-metode pembelajaran lainnya. Seorang guru harus memiliki persiapan yang matang mulai dari mempersiapkan materi yang akan diajarkannya, mempersiapkan cerita yang sesuai dengan materi yang akan disampaikan, mempersiapkan alat peraga yang sesuai untuk digunakan dan mempersiapkan diri untuk menceritakan sebuah cerita dengan gaya bahasa dan mimik yang baik sehingga para siswa tertarik untuk mendengarnya. Berikut ini ada beberapa langkah dalam melaksanakan metode cerita, yaitu : 1. Mengkomunikasikan tujuan dan tema dalam kegiatan siswa. 2. Mengatur tempat duduk agar dapat mendengarkan dengan jelas. 3. Pembukaan kegiatan bercerita, guru menggali pengalaman-pengalaman siswa sesuai dengan tema cerita. 4. Menggunakan alat peraga/media untuk menarik perhatian dan menetapkan rancangan cara-cara bertutur yang dapat menggetarkan perasaan siswa. 5. Penutup kegiatan bercerita dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan isi cerita.

20

Langkah-langkah pelaksanaan metode cerita di atas adalah langkah-langkah pelaksanaan secara umum yang seharusnya dilakukan oleh seorang guru. Dalam hal menggunakan alat peraga seperti boneka berkarakter, guru dapat menggunakan berbagai macam boneka berkarakter sesuai dengan isi cerita yang disampaikan. Berikut ini akan diuraikan pelaksanaan metode cerita dengan bonekan berkarakter untuk meningkatkan pemahaman siswa TK KELOMPOK B kelas rendah. Pada awal memulai bercerita hendaknya guru menyampaikan terlebih dahulu judul cerita yang akan disampaikan kemudian mengatur posisi duduk siswa, agar seluruh siswa dapat mendengar dan menyimak cerita yang disampaikan. Setelah posisi duduk siswa selesai diatur dengan nyaman, selanjutnya guru memulai cerita dengan alat peraga boneka berkarakter yang berada ditangannya (contoh : boneka tangan) dan memperkenalkan nama boneka tersebut. Kemudian guru dapat bercerita dengan gaya bahasa cerita dan mimik yang menarik sambil menggerak-gerakkan boneka ditangannya dan

mendalami karakter tokoh yang ada di cerita. Jika guru tersebut bercerita dengan gaya bahasa dan mimik yang bagus dan dapat menggerakkan boneka yang ada di tangannya sesuai denga jalannya cerita, biasanya para siswa akan terdiam dan menghayati cerita dengan tenang. Ketika siswa menghayati cerita dengan tenang berarti mereka fokus pada isi cerita dan dengan mudah memahami isi cerita dan materi yang disampaikan. Jika cerita yang disampaikan besifat cerita jenaka, biasanya para siswa akan senang dan tertawa sehingga membuat suasana kelas menjadi menyenangkan. Dan ketika

21

suasana kelas menjadi menyenangkan berarti siswa mendengar sekaligus memahami jalanya suatu cerita sehingga membuat siswa lebih memahi materi dengan cara bercerita dari pada sekadar menyampaikan informasi materi pelajaran melalui ceramah. Pada penutupan kegiatan bercerita hendaknya guru menanyakan beberapa pertanyaan kepada para siswa yang berkaitan dengan isi cerita yang disampaikan untuk mengevaluasi apakah siswa benar-benar menyimak cerita atau tidak. Setelah itu guru menghubungkan isi cerita dengan materi pelajaran yang ada di buku sehingga siswa-siswa memahami bahwa cerita yang disampaikan tersebut berhubungan dengan materi pelajaran yang sedang mereka bahas. Pelaksanaan metode cerita memakan waktu yang cukup panjang dalam proses pembelajaran. Oleh sebab itu, guru dan siswa yang melaksanakan metode cerita tidak merasakan panjangnya waktu yang berjalan karena mereka menikmati cerita yang sama-sama mereka dengarkan. Jika cerita yang disajikan cukup menarik bagi para siswa, tentu hal ini dapat mendorong minat siswa untuk mengikuti pelajaran selanjutnya dan lebih menikmati pelajaran di kelas dengan baik. Metode cerita merupakan metode yang dapat diterapkan di seluruh kalangan mulai dari kalangan anak-anak hingga orang dewasa. Namun, penerapan metode cerita untuk anak-anak tentu berbeda dengan penerapan metode cerita orang dewasa. Biasanya pada kalangan anak-anak metode cerita diterapkan dengan alat peraga seperti boneka atau gambar dan tema cerita lebih condong kepada dunia fantasi. Sementara metode cerita yang diterapkan

22

di kalangan orang dewasa biasanya besifat nyata dan tidak begitu menggunakan alat peraga. Siswa Taman Kanak-kanak. Tema cerita yang sesuai dengan Taman Kanak-kanak adalah Tema Imajinasi Bebas. Tema ini ditujukan untuk anak yang berusia kira-kira 5-8/9 tahun. Pada fase ini anak telah melewati masa pengenalan lingkungan sekitarnya yang terbatas pada rumah dan jalan-jalan. Ia ingin membayangkan sesuatu yang tidak diketahuinya, yang tidak ada dalam lingkungannya. Kebiasaan mendengarkan cerita, anak-anak akan mengerti bahwa cerita itu hanya fantasi dan tidak akan mempercayainya. Dalam melaksakan metode cerita hendaknya guru memiliki persiapan seperti metode-metode pembelajaran lainnya. Seorang guru harus memiliki persiapan yang matang mulai dari mempersiapkan materi yang akan diajarkannya, mempersiapkan cerita yang sesuai dengan materi yang akan disampaikan, mempersiapkan alat peraga yang sesuai untuk digunakan dan mempersiapkan diri untuk menceritakan sebuah cerita dengan gaya bahasa dan mimik yang baik sehingga para siswa tertarik untuk mendengarnya. Berikut ini ada beberapa langkah dalam melaksanakan metode cerita, yaitu : 1. Mengkomunikasikan tujuan dan tema dalam kegiatan siswa. 2. Mengatur tempat duduk agar dapat mendengarkan dengan jelas. 3. Pembukaan kegiatan bercerita, guru menggali pengalaman-pengalaman siswa sesuai dengan tema cerita. 4. Menggunakan alat peraga/media untuk menarik perhatian dan menetapkan rancangan cara-cara bertutur yang dapat menggetarkan perasaan siswa.

23

5. Penutup kegiatan bercerita dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan isi cerita. Langkah-langkah pelaksanaan metode cerita di atas adalah langkahlangkah pelaksanaan secara umum yang seharusnya dilakukan oleh seorang guru. Dalam hal menggunakan alat peraga seperti boneka berkarakter, guru dapat menggunakan berbagai macam boneka berkarakter sesuai dengan isi cerita yang disampaikan. Berikut ini akan diuraikan pelaksanaan metode cerita dengan bonekan berkarakter untuk meningkatkan etika anak kelas B TK Islam An Nursaidah. Pada awal memulai bercerita hendaknya guru menyampaikan terlebih dahulu judul cerita yang akan disampaikan kemudian mengatur posisi duduk siswa, agar seluruh siswa dapat mendengar dan menyimak cerita yang disampaikan. Setelah posisi duduk siswa selesai diatur dengan nyaman, selanjutnya guru memulai cerita dengan alat peraga boneka berkarakter yang berada ditangannya (contoh : boneka tangan) dan memperkenalkan nama boneka tersebut. Kemudian guru dapat bercerita dengan gaya bahasa cerita dan mimik yang menarik sambil menggerak-gerakkan boneka ditangannya dan

mendalami karakter tokoh yang ada di cerita. Jika guru tersebut bercerita dengan gaya bahasa dan mimik yang bagus dan dapat menggerakkan boneka yang ada di tangannya sesuai denga jalannya cerita, biasanya para siswa akan terdiam dan menghayati cerita dengan tenang. Ketika siswa menghayati cerita dengan tenang berarti mereka fokus pada isi cerita dan dengan mudah memahami isi cerita dan materi yang disampaikan. Jika cerita yang

24

disampaikan besifat cerita jenaka, biasanya para siswa akan senang dan tertawa sehingga membuat suasana kelas menjadi menyenangkan. Dan ketika suasana kelas menjadi menyenangkan berarti siswa mendengar sekaligus memahami jalanya suatu cerita sehingga membuat siswa lebih memahi materi dengan cara bercerita dari pada sekadar menyampaikan informasi materi pelajaran melalui ceramah. Pada penutupan kegiatan bercerita hendaknya guru menanyakan beberapa pertanyaan kepada para siswa yang berkaitan dengan isi cerita yang disampaikan untuk mengevaluasi apakah siswa benar-benar menyimak cerita atau tidak. Setelah itu guru menghubungkan isi cerita dengan materi pelajaran yang ada di buku sehingga siswa-siswa memahami bahwa cerita yang disampaikan tersebut berhubungan dengan materi pelajaran yang sedang mereka bahas. Pelaksanaan metode cerita memakan waktu yang cukup panjang dalam proses pembelajaran. Oleh sebab itu, guru dan siswa yang melaksanakan metode cerita tidak merasakan panjangnya waktu yang berjalan karena mereka menikmati cerita yang sama-sama mereka dengarkan. Jika cerita yang disajikan cukup menarik bagi para siswa, tentu hal ini dapat mendorong minat siswa untuk mengikuti pelajaran selanjutnya dan lebih menikmati pelajaran di kelas dengan baik.

E. Contoh Cerita yang Digunakan dalam Metode Cerita Metode cerita dapat digunakan dalam setiap mata pelajaran hanya saja tugas gurulah untuk mencari atau mengarang cerita yang sesuai dengan materi

25

pelajaran yang akan diajarkan. Banyak cerita yang dapat disajikan untuk siswa dalam proses pembelajaran sesuai dengan mata pelajarannya. Berikut ini beberapa contoh cerita yang dapat digunakan dalam beberapa mata pelajaran, antara lain : 1. Bidang Sosial Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, PKn dan IPS adalah mata pelajaran yang termasuk dalam bidang sosial. Cerita yang sesuai untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia adalah cerita non fiksi atau tidak nyata dan di dalamnya terdapat beberapa unsur cerita yang merupakan materi pelajaran yang sedang dibahas. Sama halnya dengan Bahasa Indonesia, cerita non fiksi juga sesuai untuk mata pelajaran Bahasa Inggris. Namun, dalam cerita tersebut harus terdapat beberapa kalimat yang berhubungan dengan materi pelajaran yang sedang dibahas. Misalnya, materi yang diajarkan mengenai Simple Past Tense maka guru harus mencerita ssebuah cerita yang berbentuk past tense sehingga dari cerita tersebut siswa dapat mendengar kata-kata kerja dan tanda waktu yang digunakan dalam bentuk past. Sementara itu untuk PKn dan IPS, guru dapat menyiapkan beberapa cerita rakyat yang berhubungan dengan materi PKn dan IPS sehingga para siswa tidak terlalu kaku terfokus untuk mempelajari materi-materi yang terdapat pada mata pelajaran PKn dan IPS. 2. Bidang Sains Di bidang Sains pada mata pelajaran IPA, guru juga bisa menggunakan metode cerita dalam proses pembelajaran. Namun, guru harus dapat mengarang sebuah cerita dan menghubungkannya dengan

26

materi pelajaran. Misalnya, materi mengenai Siklus Metamorfosis Ulat Menjadi Kupu-Kupu. Pada bagian lampiran tulisan ini penulis melampirkan sebuah cerita yang dapat diceritakan oleh guru untuk mengajar siklus metamorfosis ulat menjadi kupu-kupu kepada para siswa TK KELOMPOK B kelas 3. Dari cerita tersebut para siswa akan mendapatkan informasi mengenai transformasi kupu-kupu yang tidak akan berbeda dengan biasanya dalam pelajaran IPA, yang berbeda adalah bentuk cerita di mana kita melihat setiap perubahan sebagai bagian daya tarik untuk mencari kebebasan dari kungkungan yang pada awalnya berbentuk telur, ulat dan kepompong. Perubahan dramatis memiliki makna lain di dalam cerita. 3. Bidang Matematika Metode cerita sebenarnya sering digunakan dalam pelajaran matematika, namun metode cerita yang dimaksud adalah membahas soalsoal cerita yang ada pada pelajaran matematika. Selain membahas soal cerita pada pelajaran matematika, seorang guru dapat menggunakan metode cerita dengan mengarang sebuah cerita yang berhubungan dengan materi pelajaran dan menceritakannya kepada para siswa. Misalnya, materi mengenai Nilai Tempat, guru dapat mengarang sebuah cerita yang berhubungan dengan materi nilai tempat. Pada bagian lampiran penulis juga menyajikan contoh cerita mengenai materi nilai tempat. Cerita tersebut terfokus pada daya kreativitas berhitung yang sangat cerdas tentang sistem desimal untuk menghitung jumlah objek yang besar dan menunjukkan kepada para siswa mengapa nilai tempat itu penting. Sisa

27

dari pelajaran atau pelajaran berikutnya dapat melibatkan siswa dalam menghitung objek dengan menggunakan metode ini.

28

DAFTAR PUSTAKA

Abuddin Nato, Filsafal Pendidikan Islam, (Jakiarta: Logos Wacana lImo, 2001), Cci. kc-4, h. 97 Abdul Aziz Abdul, Mendidik Dengan Cerita, (Bandung: Romaja Rosda Karya,2001), Cot kel,h.6 Ahmad Tafsir, Merodologi Pengajaran Agama Islam, ( Bandung: PT. Remaja Rosdakara, 2003), Cet ke-7, h. 9 Abbas. 2005. Media Pendidikan Anak (TK) Melalui Dongeng. Makalah. Disampaikan dalam Kuliah Umum Prodi D II PGTK dan S1 PGTK KELOMPOK B FIP UNY. Arikunto suharsimi, 2006, Prosedur Penelitian Ssuatu Pendekatan Praktik, Jakarta Renika Cipta, Jakarta. Ahmad Usman, 2006, Metodelogi Penelitian ( Aplikasi Dalam Bidang Pendidikan), Bima. Abu Ahmadi, H, Widodo Supriyono, 1982, Psikologi Belajar, Ribneka Cipta, Jakarta Aziz Mustafa dan Imam Musbikin. 2003. Sepasang Burung dan Nabi Sulaiman. Yogyakarta: Mitra Pustaka. Cheppy Haricahyono. 1995. Dimensi-Dimensi Pendidikan Moral. Semarang: IKIP Press. Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta Depdiknas. 2003. . Standar Kompetensi Pendidikan Anak Usia Dini Taman Kanak-Kanak dan Raudhatul Athfal. Jakarta:Depdiknas. _________.2003. Undang-undang tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta: Depdiknas. Dwi Siswoyo dkk. 2005. Metode Pengembangan Moral Anak Prasekolah. Yogyakarta: FIP UNY. Elizabeth Hurlock. 1998. Perkembangan Anak Jilid 2. Jakarta: Erlangga. Gutama,dkk. 2005. Mewujudkan Pendidikan Anak Usia Dini yang Holistik. Seminar dan Lokakarya Nasional 2005 Pendidikan Anak Usia Dini, kampus UGM 14-16 Nopember 2005

29

Hapinudin dan Winda Gunarti, Pedoman Perencanoan dan Evaluasi Pengajaran di Taman Kanak-kanak, (Jakarta: PGTK Danul Qolam, 1996), h. 62 Moeslichatoen R, Merade Pengajaran Di Taman Kanak-kanak, (Jakarta : PT Asdi Mahasatya, 2004), Cet ke-2, h.170 Sockanto, Seni Bercerira Islami, (Jakarta; Bina Mitra Press, 2001), Cat. ke-2, h. 9

30

Anda mungkin juga menyukai