Anda di halaman 1dari 10

PENGERTIAN KEBEBASAN PERS

 Kebebasan pers adalah kebebasan mengemukakan pendapat baik lisan maupun tulisan
yang dituntut untuk tanggung jawab untuk tegaknya keadilan, ketertiban, dan
keamanan dalam masyarakat. Kebebasan pers Indonesia adalah kebebasan yang
bertanggung jawab sesuai dengan jiwa Pancasila dan UUD 1945. Kebebasan pers
adalah kebebasan yeng bertanggung jawab terhadap Tuhan, manusia, keadilan dan
peradaban, persatuan dan kesatuan bangsa, serta terhadap kesejahteraan masyarakat.
 Kebebasan pers itu diberikan demi kebebasan masyarakat untuk memperoleh
informasi serta untuk mengungkapkan pikiran dan menyatakan pendapatnya.
 Idealnya, pers harus memiliki kebebasan melaporkan dana dan menganalisis semua
hal yang bisa direkam dari kehidupan masyarakat. Akan tetapi, hal itu memerlukan
beberapa syarat, yaitu:
 Insan pers harus menyadari posisinya sebagai pendidik dalam proses pendidikan
politik bangsa
 Pers yang bebas membutuhkan masyarakat yang dewasa dalam bersikap

ARTI KEBEBASAN PERS

 Bahwa kebebasan pers tidaklah berarti bebas untuk melanggar kepentingan –


kepentingan individu lain
 Bahwa kebebasan pers harus memperhatikan segi keamanan negara
 Bahwa pelanggaran terhadap kemerdekaan pers membawa konsekuensi atau tanggung
jawab terhadap aturan yang berlaku

DASAR KEBEBASAN PERS

 Pasal 28 UUD 1945


 Pasal 28 F UUD 1945
 Tap MPR No.XVII / MPR / 2009
 Tentang Hak Asasi Manusia
 Undang - Undang No.39 Tahun 2000 Pasal 14 ayat (1) Tentang Hak Asasi Manusia
 Undang - Undang No.39 Tahun 2000 Pasal 14 ayat (2) Tentang Hak Asasi Manusia
 Undang - Undang No.40 Tahun 1999 pasal 2 Tentang Pers
 Undang - Undang No.40 Tahun 1999 pasal 4 ayat (1) Tentang Pers

BENTUK PENYAMPAIAN PENDAPAT

 Menurut UU Nomor 9 Tahun 1998 tentang Kemerdekaan Menyampaikan Pendapat:


o Unjuk rasa
o Pawai
o Rapat umum
o Mimbar bebas
 Dilaksanakan di tempat terbuka
 Tidak dilakukan pada hari besar nasional
 Memberitahukan kepada Polri, pemimpin, atau penanggung jawab kelompok
 Penyiaran harus mengindahkan ketertiban umum dan keamanan masyarakat luas
 Sesuai dengan tata krama siaran yang diatur dalam Bab V, UU Nomor 24 Tahun 1997
tentang Penyiaran

UPAYA PEMERINTAH DALAM MENGENDALIKAN KEBEBASAN PERS

 Pemerintah berupaya agar kebebasan pers dapat terkendali, serta dapat berkembang
sesuai dengan prinsip demokrasi Pancasila.
 Landasan Pers Nasional Indonesia
o Landasan Idiil            : Pancasila
o Landasan Konstitusional    : UUD 1945
o Landasan Yuridis        : Undang – undang pokok pers
o Landasan Profesional        : Kode etik jurnalistik
o Landasan Etis            : Tata nilai yang berlaku dalam masyarakat

SYARAT KEBASAN PERS MENURUT S. TASRIF

 Tidak ada lagi kewajiban untuk meminta surat izin terbit bagi suatu penerbitan umum
 Tidak ada wewenang pemerintah untuk melakukan penyensoran sebelumnya terhadap
berita
 Tidak ada lagi wewenang pemerintah untuk memberangus suatu penerbitan di waktu
tertentu atau selamanya, kecuali melalui lembaga peradilan yang independen

ASPEK UNTUK MENGENDALIKAN KEBEBASAN PERS

 Membuat aturan deregulasi


 Membentuk departemen yang mengurus masalah media masa dan pers
 Membentuk lembaga pers
 Memfungsikan Dewan Pers sebagai Pembina Pers Nasional
 Penegakan supremasi hukum yang tegas terhadap segala bentuk kebebasan pers yang
menyalahi aturan
 Sosialisasi dan peningkatan kesadaran rakyat akan hak asasi manusia

DAMPAK PENYALAHGUNAAN KEBEBASAN PERS

 Mengakibatkan konflik
 Membentuk opini yang menyesatkan
 Bentuk tulisan/siaran bebas yang bersifat provokatif
 Tingkat kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah menurun
 Penurunan kepercayaan luar negeri

http://sacanaf.blogspot.com/2013/02/pers-bebas-dan-bertanggungjawab.html
Dampak Dari Penyalahgunaan Kebebasan Pers/Media Massa

Kebebasan pers adalah kebebasan media komunikasi baik melalui media cetak
maupun melalui media elektronik. Dengan demikian kebebasan pers merupakan
suatu yang sangat fundamental dan penting dalam demokrasi karena menjadi pilar
yang ke 4 setelah lembaga eksekutif, lembaga legislatif dan lembaga yudikatif.
Jadi, pers yang bebas berfungsi sebagai lembaga media atau aspirasi rakyat
yang tidak bisa diartikulasikan oleh lembaga formal atau resmi tetapi bisa
diartikulasikan melalui pers atau media massa.
Pers yang bebas tidak bertanggung jawab, sering menimbulkan dampak yang
tidak baik bagi masyarakat. Dewasa ini, penggunaan pers atau media massa
sebagai sarana komunikasi sangatlah menguntungkan karena kita bisa mendapatkan
berita yang hangat dengan cepat tanpa mengeluarkan uang yang banyak. Media
komunikasi modern seperti radio, televisi dan lainnya dengan muda dapat kita
gunakan. Dengan media komunikasi tersebut pertukaran nilai-nilai budaya antar
bangsa akan cepat terjadi. Padahal belum tentu sesuai dengan budaya-budaya
indonesia. Program ditayangkan seperti kejahatan, perangdan hal-hal yang
menjurus pornografi dapat menimbulkan dampak negatif yang menjurus pada
kemerosotan moral masyarakat. Hal tersebut tentu dapat membahayakan bangsa
ini, karena dampak yang ditimbulkan akan mengancam kesejahteraan dan
kemakmuran rakyat.
Faktor-faktor penyebab penyalahgunaan kebebasan berpendapat dan
berbicara di muka diantaranya adalah:
1.      Lebih mengutamakan kepentingan ekonomis (oriented bisnis)
2.      Campur tangan pihak ketiga
3.      Keberpihakan
4.      Kepribadian
5.      Tidak mempertimbangkan kondisi sosial budaya masyarakat

Sedangkanbentuk-bentuk penyalahgunaan kebebasan berpendapat dan


berbicara melalui media massa diantaranya dapat berupa:
1. Penyiaran berita/informasi yang tidak sesuai dengan kode etik jurnalistik, seperti
penyebutan nama tersangka dan gambar lengkap tersangka untuk melengkapi
informasi kriminal.
2.  Peradilan oleh pers (trial by press) seperti berita yang menyimpulkan bahwa
seorang atau golongan atau instansi telah melakukan kesalahan tanpan melalui
informasi yang seimbang dan lengkap tanpa melalui proses peradilan.
3. Membentuk opini yang meyesatkan, seperti penulisan berita yang tidak yang tidak
memperhatikan objektifitas dan membela kepentingan tertentu sehingga disadari
atau tidak disadari rangkaian informasi yang disampaikan dapat menyesattkan pola
pikir pembaca dan penontonnya.
4. Berisi tulisan/siaran yang bersifat profokatif seperti isi berita dan tayangan yang
mengarahkan pembaca dan penontonnya untuk membenci individu, golongan,
pejabat, atau instansi tertentu.
5. Iklan yang menipu, yaitu iklan yang bersifat tidak jujur, menipu, menyesatkan, dan
merugikan suatu pihak baik  secara morill, material maupun kepentingan umum.
6.  Pelanggaran terhadap kitab undang-undang hukum pidana (KUHP), seperti:
·   Pasal 37 KUHP
§  Barang siapa menyiarkan, mempertontongkan tau menempelkan tulisan atau
gambar yang isinya menghina presiden atau wakil presiden dengan niat supaya
diketahui oleh orang banyak dihukum selama-lamanya satu tahun atau denda
sebanyak-banyaknya Rp. 4.500.000
§  Jika sitersalah melakukan kejahatan itu dalam jabatannya dan pada melakukan
kejahatan itu belum lewat dua tahun sesudah pemidanaannya yang dahulu menjadi
tetap karena karena kejahatan yang semacam maka ia dipecat dari jabatannya.
·   Pasal 154 KUHP
“barang siapa dimuka umum menyatakan prasan permusuhan, kebencian, atau
penghinaan terhadap kepala pemerintahan indonesia dihukum penjara selama-
lamanya tujuh tahun atau denda sebanyak-banyaknya Rp.4.500.000
·   Pasal 155 KUHP
Barang siapa yang menyiarkan, mempertontongkan atau menempelkan surat atau
gambar yang isinya menyatakan perasaan kebencian tau penghinaan terhadap
pemerintah indonesia dengan maksud supaya isi surat atau gambar itu diketahui
orang banyak dihukum penjara selama-lamanya 4 tahun atau denda sebanyak-
banyaknya Rp. 4.5000.000
Peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang cara penyalur
kebebasan berpendapat dan berbicara malaui media massa harus dipatuhi oleh
semua pihak bukan saja insan pers. Meskipun pemerintah telah berusaha membuat
peraturan untuk mengatur kebebasan pers, namun kebebasan pers yang tidak
bertanggung jawab, penyalahgunaan kebebasan berpendapat dan berbicara 
melalui media massa masih saja terjadi.
Penyalahgunaan kebebasan berpendapat dan berbicara melalui media massa
selain membawa dampak negatif ada kalanya juga memberikan dampak yang
positif. Penyalahgunaan kebebasan berpendapat dan berbicara dapat berdampak
pada semua pihak baik dalam lingkup individu, masyarakat ataupun negara.
Berikut dampak-dampak penyalahgunaan kebebasan pers.
Dampak
No. Pihak
Positif Negatif
1 Individu apabila suatu Adapun pemberitaan itu
pemberitaaan dapat akan menghancurkan nilai
meningkatkan  nilai positif pribadinya
positif pribadinya, dimasyarakat sehingga
Sehingga akan mengakibatkan opini
mendorong masyarakat masyarakat yang tidak
untuk berpendapat baikterhadapnya. Hal itu
bahwa dirinya adalah akan berdampak pula pada
pribadi yang jujur dan aspek bisnis
benar.
2 Masyarakat Apabila dapat Apabila menyebabkan hal-
menumbuhkan hal yang bertentangan 
kesetiakawanan sosila dengan nilai luhur budaya
dan mewujudkan bangsa, sehingga
persatuan dan kesatuan menyebabkan hilangnya
serta menjaga rasa kesetiakawanan sosial
keamanan, dan pecahnya persatuan
ketentraman, dan dan gangguan terhadap
keteriban. keamanan, ketentraman
dan keteriban.
3 Negara Apabila dapat Apabila menyebabkan
meningkatkan rakyaat tidak percaya dan
partisipasi, dukungan tidak memberikan
dan keberpihakan rakyat dukungan lagi terhadap
kepada pemerintah, pemerintah, kurang
meembantu pelaksanaan lancarnya pembangunan
pembangunan nasional nasional dan memburuknya
agar berjalan lancar dan kondisi keamanan negara
dapat meningkatkan serta menurunnya tingkat
kepatuhan terhadap kepatuhan masyarakat
peraturan perundang- terhadap peraturan
undangan. perundang-undangan yang
berlaku.

B.     MANFAAT MEDIA MASSA DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI


Media massa harus dapat memberikan manfaat yang baik bagi konsumennya.
Pemberitaan dan penyiaran media massa harus sesuai dengan nilai-nilai
kepribadian bangsa, memelihara keamanan dan ketentraman, menjaga persatuan
dan keutuhan wilayah NKRI. Untuk mendorong pertumbuhan media massa maka isi
dan materi pemberitaan dan siaran pers dan media massa, sebaiknya mengandung
hal-hal berikut antara lain:
1. Mengandung informasi, pendidikan, hiburan, dan manfaat bagi pembentukan
intelektualitas watak, moral bangsa, dan mengutamakan nilaai-nilai agaama dan
budaya indonesia.
2.  Bersifat netral dan tidak boleh mengutamakan kepentingan golongan tertentu
3.  Tidak bersifat fitnah menghasut, menyesatkan atau bohong.
4. Tidak menonjolkan unsur kekerasan, cabul, perjudian, penyalahgunaan narkotika
dan obat terlarang,
5.  Tidak mempertentangkan suku, agama, ras, dan antargolongan
6.  Tidak memperolokan, merendahkan , melecehkan, dan mengabaikan nilai-nilai
agama, martabat manusia indonesia dan merusak hubungan internasional.
Media massa secara umum dikelompokkan menjadi tiga yaitu:
a.  Media audio, yaitu media komunikasi yang dapat didengar atau ditangkap oleh
indra telinga. Misalnya radio dan telepon
b. Media visual, yaitu media komunikasi yang dapat dibaca atau ditangkap oleh indra
mata. Misalnya surat kabar, buletin dll.
c. Media audio visual, yaitu media komnunikasi yang dapat dibaca dan didengar.
Misalnya televisi.
Dalam Undang-undang No. 40 tahun 1999  pasal 3 tentang pers disebutkan
diantaranya bahwa pers nasioanl berfungsi  sebagai media informasi, pendidikan,
hiburan dan kontrol sosialdan dapat juga sebagai lembaga ekonomi. Pers sebagai
media infirmasi mempunyai misi:
·    Ikut mencerdaskan masyarakat
·    Menegakkan keadilan
·    Memberantas kebatilan.

C.     UPAYA PEMERINTAH DALAM MENGENDALIKAN KEBEBASAN PERS


Upaya pemerintah dalam mengendalikan kebebasan pers pada masa orde
baru, pengawas kebebasan pers pemerintah mengadakan sensor sebelum disiarkan
atau sebelum diterbitkan.
Untuk menghindari hal-hal yang tidak di inginkan maka pemerintah
mengeluarkan beberapa peraturan, antara lain:
·   UUD 1945
·   Ketetapan MPR RI No. XVII/MPR/1998 tentang Hak Asasi Manusia
·   UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia
·   UU No. 9 Tahun 1998 Tentang Kemerdekaan menyampaikan pendapat dimuka
umum
·   UU No. 40 tahun 1999 tentang pers,
·   UU No. 40 tahun 2000 tentang pers Nasional
·   UU No. 32 tahun 2002 tentang penyiaran

Dengan adanya batasan –batasan tersebut diharapkan pers dapat melakukan hal-
hal yang dapat meningkatkanperkembangan masyarakat indonesia diantaranya:
·   Memberikan hiburan sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat
·   Meningkatkan kemampuan dan pengetahuan masyarakat
·   Menghindari terjadinya gangguan stabilitas yang menyangkut SARA
·  Melindungi hak-hak pribadi agar golongan minoritas tidak tertindas oleh golongan
mayoritas.

http://nyaw-artikel.blogspot.com/p/dampak-dari-penyalahgunaan-kebebasan.html

Kebebasan Pers di Indonesia Saat Ini

      Kebebasan pers pada dasarnya merupakan kebebasan yang diberikan oleh media massa
baik itu media cetak ataupun elektronik dalam memberikan aspirasi dan kebebasan
berpendapat terhadap segala peristiwa aktual yang terjadi dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara di Indonesia ini.Namun, sayangnya, jika dilihat dari sisi lain, dunia jurnalistik di
Indonesia mengalami kemunduran. Seringkali kita mendengar berita-berita yang “tidak jelas”
kebenarannya dan tentu saja menimbulkan dampak yang luar biasa, seperti isu ramalan
Mama Lauren yang memberitahu bahwa akan ada kecelakaan yang memakan korban pada
salah satu wahana permainan di Dunia Fantasi.
       Print it, and be damned! Itulah salah satu prinsip kerja jurnalis menurut teori pers
libertarian. Belakangan  ini, prinsip inilah yang diterapkan oleh kebanyakan wartawan
Indonesia. Kurang lebih artinya sama dengan “Yang penting beritakan dulu! Urusan lain
belakangan!” . Oleh karena itulah, banyak isu-isu miring yang sering kita dengar dan
menimbulkan dampak yang luar biasa di masyarakat. Isu-isu tersebut biasanya disebut
dengan HOAX. Wartawan yang senang menulis berita semacam HOAX tidak hanya harus
kita caci maki tetapi juga harus dihukum keras.Ada batasan-batasan kebebasan yang harus
diperhatikan oleh seluruh wartawan.
       Praktik kerja pelaku media dan juga wartawan tertangkap oleh masyarakat melanggar
etika pers sendiri. Tuntutan profesionalisme pelaku media pers tenggelam ditengah kekuatan
pers yang mengatasnamakan “kebebasan” sehingga mereka bisa melakukan apa saja dengan
kartu identitas pers dan tulisannya dihalaman berita.Agenda berita yang disajikan dinilai
acak-acakan, kita bisa bayangkan ketika kita memiliki anak-anak yang pada pagi hari mereka
sebelum berangkat kesekolah mereka ketika melihat televisi dicekoki dengan berita-berita
seperti korupsi, kasus kriminal, bencana alam, kecelakaan, bentrokan, dan berita-berita
negatif lainnya. Hal ini bisa mempengaruhi perkembangan karakter mereka juga. Mereka
tidak disajikan berita-berita yang seharusya memberikan inspirasi bagi mereka dalam
memulai kegiatannya dipagi hari, hal ini tidak hanya anak-anak saja, begitupun dengan
orang-orang dewasa yang ingin memulai pekerjaannya di pagi hari dengan sesuatu yang
inspiratif.
        Hal ini juga diperparah dengan pelaku media dalam menyampaikan informasi maupun
berita ke masyarakat mengesampingkan “tanggung jawab sosial”, masyarakat bisa melihat
dan membaca berita yang dibuat oleh wartawan terkadang tidak berdasarkan fakta, tidak
akurat, tidak berimbang dan menyerempet praduga tak bersalah, bahkan cenderung
provokatif. Peristiwa ini di amini oleh pernyataan Prof. Dr. Tjipta Lesmana selaku pakar
komunikasi politik nasional “Jika dibandingkan dengan beberapa negara lain, seperti
Amerika Serikat dan Inggris, kebebasan pers di Indonesia lah yang paling besar dan bahkan
seolah-olah tidak memiliki batasan, pers Indonesia dinilai over dosis”. Undang-Undang Pers
di Indonesia merupakan aturan pers yang paling bebas di seluruh dunia. Ia mengatakan,
kebebasan pers yang dulu diperjuangkan ternyata banyak yang disalahartikan oleh sejumlah
wartawan, dan justru membuat polemik di masyarakat.
       Padahal dilihat dari sejarah perkembangan pers di Indonesia tidak mudah untuk
mendapatkan kebebasan pers seperti saat ini.kebebasan pers jaman dulu sangat
dibatasi,apabila ada pemberitaan yang memberitakan hal yang negatif tentang pemerintahan
maka media masa tersebut akan di bredel atau dicabut surat izin nya (SIUPP). Mengapa
dengan kesempatan yang ada sekarang pers Indonesia tidak bisa menggunakan dengan sebaik
mungkin. Menjadi pers yang terbuka dan juga bertanggung jawab.
         Cara terbaik dalam mempertahankan kebebasan pers secara bertanggung jawab adalah
dengan meningkatkan profesionalisme wartawan dan media. Dengan mendapati pers yang
cerdas dan profesional, maka tekanan terhadap pers bisa dikurangi atau dihilangkan karena
publik merasa puas.
http://ekanurfit94.blogspot.com/2013/03/kebebasan-pers-di-indonesia-saat-
ini.html

Anda mungkin juga menyukai