Anda di halaman 1dari 8

1

TUGAS

FILSAFAT HUKUM

PERMASALAHAN HUKUM DI INDONESIA DEWASA INI


HUKUM, DEMOKRASI DAN PERS

Oleh :
NAILUL HIDAYATI
307.199

Dosen Pembimbing :
Aslan Deri Icshandi. M.Ag

JURUSAN MUAMALAT (A)


FAKULTAS SYARIAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI ( IAIN )
IMAM BONJOL PADANG
1432 H / 2010 M
2

PERMASALAHAN HUKUM DI INDONESIA DEWASA INI


HUKUM, DEMOKRASI DAN PERS

A. MASALAH

Praktek dan masalah hukum dewasa ini perlu dikaji beberapa permasalahan, yaitu :

1. Bagaimanakah praktek hukum, demokrasi dan kebebasan pers berjalan di


Negara Indonesia dewasa ini?

2. Apa sajakah permasalahan yang timbul akibat kebabasan pers di negara yang
demokrasi dan berlandasan hukum seperti di Indonesia dewasa ini?

Didalam Negara yang demokrasi sekarang pers berperan dalam jalannya langkah
Negara, pers sebagai alat kontrol sosial untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan
kekuasaan (abuse of power) seharusnya dapat bekerja secara profesional sesuai kode
etik jurnalistik , tapi dewasa ini sering terjadi penyalah gunaan hak-hak yang dimiliki
oleh pers sebagai alat control tersebut, sehingga malah merusak tataran demokrasi, jadi
banyak permasalahan yang timbul dari segi hokum sebagai satu-satunya pegangan pers
dalam menjalankan tugasnya disamping adanya kode etik sebagai suatu bagian
organisasi independen.

Pers sebagai alat kontrol sosial untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan


kekuasaan (abuse of power) seharusnya dapat bekerja secara profesional sesuai kode
etik jurnalistik. Ingatlah, fungsi pers sebagaimana diatur dalam pasal 5 UU Pers No 40
Tahun 1999, mengatakan bahwa:

a. Pers Nasional berkewajiban memberitakan peristiwa dan opini dengan


menghormati norma-norma agama dan rasa kesusilaan masyarakat serta asas
praduga tak bersalah,

b. Pers wajib melayani Hak Jawab,

c. Pers wajib melayani hak koreksi.

Berdasarkan ketentuan tersebut, pers nasional dalam menyiarkan informasi dilarang


keras membuat opini atau menyimpulkan kesalahan seseorang, terlebih jika kasus yang
3

diliput itu masih dalam proses peradilan. Penyiaran informasi itu harus berimbang dari
sumber berita pihak terkait dan sesuai dengan fakta yang terungkap di lapangan.
Konsekuensi pelanggaran ketentuan tersebut akan berdampak, selain merugikan hak
asasi orang lain juga merusak nama baik perusahaan pers tersebut. Jika hak orang lain
dilanggar, orang yang dirugikan itu bisa dendam atau berdampak negatif terhadap pers.
Nah, inilah salah satu penyebab mengapa sering terjadi kekerasan terhadap pers.

Terkecuali, ketika pers meliput berita aktual pihak terkait mencoba menghalang-
halangi pemberitaan pers bahkan sampai mengancam pers, karena takut terbongkar
skandal yang diperbuat, sesuai pasal 18 ayat (1) UU Pers, seseorang yang secara
melawan hukum dengan sengaja melakukan tindakan berakibat menghambat
pelaksanaan Pasal 4 ayat (2) dan (3) yaitu melakukan penyensoran, atau pelarangan
penyiaran serta membatasi kemerdekaan pers, mencari, memperoleh dan menyampaikan
gagasan dan informasi, dipidana paling lama dua tahun atau denda paling banyak Rp
500 juta. Dewasa ini, saat gencarnya pemerintah memberantas berbagai praktik korupsi,
kolusi, nepotisme (KKN) di berbagai instansi pemerintah maupun swasta, kehadiran
pers sangat dibutuhkan untuk menginformasikan berita yang benar, jujur dan adil.
Namun, dalam praktiknya, pers sering memojokkan kesalahan seseorang, yang
sebenarnya belum tentu bersalah,jadi disini jelas peranan pers tersebut haruslah
berlandasan hokum dan berlandaskan demokrasi yang berdasarkan Undang-undang, jadi
adanya demokrasi bukan hanya memberlakukan kebebasan yang sewenang-wenang
terhadap pers yang menjalankan tugasnya. Bahkan pers sekarang, terlalu berani sampai-
sampai, mengganggu hak pribadi orang lain sebagai manusia, termasuk kepada hal-hal
yang menurut kelayakan atau kesopanan tidak baik disiarkan secara terlalu terbuka.

Terkadang ada kesan bahwa pers mempunyai kepentingan dengan suatu


pemberitaan, akhirnya yang bersangkutan dianggap publik bersalah. Ini merupakan
pelanggaran hukum “asas praduga tak bersalah” seperti diatur dalam Pasal 5 ayat (1)
UU Pers. Padahal, seseorang itu baru dianggap terbukti bersalah, jika telah divonis
bersalah oleh pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap (incrach van
gewijde). Terjadinya sengketa pers, biasanya karena pemberitaan pers melukai perasaan
orang lain. Sekalipun redaksi bertanggung jawab dan berhak memuat suatu berita, ada
kesan bahwa pers mempunyai kepentingan dengan suatu pemberitaan, hingga memeti-
4

eskan suatu tanggapan berita. Ketika diadakan hak jawab atau hak koreksi, pihak pers
tak berkenan melayaninya.

B. PEMBAHASAN

1. Praktek Hukum, Demokrasi dan Kebebasan Pers Berjalan Di Negara Indonesia


Dewasa Ini

Di negara demokrasi, pers mempunyai pengaruh cukup signifikan di tengah


masyarakat. Informasi yang disampaikannya dapat mempengaruhi individu atau
kelompok, secara langsung ataupun tidak langsung. Selain sebagai media untuk
memberi informasi bagi publik dan menjadi wahana pendidikan bagi masyarakat, pers
juga berfungsi melakukan kontrol sosial. Tidak hanya terhadap perilaku aparat negara,
tapi juga masyarakat, namun kebebasan tersebut harus pula diukung dengan ketentuan
hukum yang jelas yang memberikan kebebasan kepada pers, termasuk kepada
pembatasan hak-hak pers yang dapat mengganggu hak hak individu maupun institusi
yang berhubungan dengan pers, termasuk kepada bagian dari jabatan didalam suatu
Negara, sehingga perlu adanya kerahasiaan pada urusan-urusan Negara yang seharusnya
tidak boleh diketahui oleh masyarakat karena dikhawatirkan akan menimbulkan
kecemasan bagi rakyat, maka pers juga harus menjaga informasi itu.

Peran besar ini memang membutuhkan sejumlah prasyarat. Di antaranya adalah


ruang kebebasan yang memadai sehingga pers bisa menjalankan fungsinya secara
maksimal tentu saja selain kode etik yang membuatnya harus tetap profesional.
Sangatlah tepat jika wartawan senior yang juga mantan Pemimpin Redaksi Indonesia
Raya, Mokhtar Lubis, menyatakan, “Kemerdekaan pers merupakan satu unsur di dalam
peradaban manusia yang maju dan bermanfaat tinggi dan yang menghormati nilai-nilai
kemanusiaan, dan jika kemerdekaan pers itu tidak ada, maka martabat manusia jadi
hilang.” Namun apakah kebebasan pers yang terlalu berani ini yang dikatakan
demokrasi?, terlalu brani dalam arti bahwa pers dalam menjalankan haknya perlu
menjunjungtinggi hak-hak orang lain maupun intitusi pemerintahan. Karna apabila pers
terkesan ikut campur atau intimidasi terhadap suatu keputusan yang dijalankan
pemerintah, juga dapat menghambat kerja pemerintah, dan pemerintah dalam
menjalankan tugasnya akan juga ragu-ragu dan akan berdampak kepada rakyat banyak,
5

sehingga hal ini juga sangat bertentangan dengan Undang-undang dan hukum yang juga
harus di junjung tinggi oleh pers.

Kemerdekaan pers masih menjadi barang mahal di Indonesia, penggunaan KUHP


untuk “menghukum” pers masih terjadi setidaknya hingga akhir tahun 2006. Meski
Mahkamah Agung telah menyatakan bahwa pemidanaan terhadap pers bukan
memperkuat pers bebas melainkan justru mengancam pers bebas, akan tetapi para pihak
yang tidak menyukai kemerdekaan pers masih memilih penggunaan “delik pers” dalam
KUHP dan mengirimkan jurnalis ke penjara. Istilah delik pers sendiri sebenarnya bukan
merupakan terminologi hukum, melainkan hanya sebutan umum atau konvensi di
kalangan masyarakat, khususnya praktisi dan pengamat hukum, untuk melakukan
penamaan pasal-pasal KUHP yang berkaitan dengan pers. Delik pers sendiri bukanlah
suatu delik yang berdiri sendiri, melainkan bagian dari delik khusus yang berlaku
umum. Karena yang sering melakukan pelanggaran atas delik itu adalah pers, maka
tindak pidana itu dikatakan sebagai delik pers.

2. Permasalahan Yang Timbul Akibat Kebabasan Pers Di Negara Yang


Demokrasi Dan Berlandasan Hukum Seperti Di Indonesia Dewasa Ini

Permasalahan Yang Timbul Akibat Kebabasan Pers Di Negara Yang Demokrasi


Dan Berlandasan Hukum Seperti Di Indonesia Dewasa Ini akibat adanya kebebasan
pers ini bila di jalankan seenaknya tampa adanya korelasi dengan hukum dan Undang-
undang, kebebasan pers yang bagaimana yang dikatakan sesuai dengan apa apa yang
diharapkan dari sebuah kata “demokrasi”, tentunya bukan kebebasan pers yang tidak
berlandasan tersebut. Kalau dihat sekarang pers cendrung terlalu berani dalam
bertindak, pers terkesan agak arogan dalam mencari berita, asalkan menarik perhatian
orang banyak dan menjadi headline dan berita yang hot, tampa mementingkan
kepentingan hak asasi seseorqng maupun inttitusi dan merupan permasalah yang dapat
dicermati secara hukum dan demokrasi. bahwa keberadaan pers di Indonesia masih jauh
dari semangat kearifan lokal Indonesia. Karena masih belum adanya satu kesepahaman
tentang wacana demokrasi disemua stakeholders di Masyarakat. Dilanjutkan oleh
Sutomo yang mencoba untuk mengupas tentang Kebebasan pers yang yang tetap
menghargai adanya hak-hak azasi manusia dan lebih menitikberatkan pada
pemberdayaan masyarakat. Dimana semangat demokratisasi sangtlah penting untuk
6

direalisasikan dalam konteks membangun kesejahteraan masyarakat secara umum.


Yaitu adanya sinergisitas dari semua elemen di masyarakat untuk bersama-sama
menumbuhkan semangat demokrasi yang yang tetap menghargai adanya hak-hak orang
lain. Prinsip-prinsip demokrasi harus dibangun dari semua kalangan, baik di dunia
pengusaha, pers, pemerintah maupun di masyarakat itu sendiri.

Beberapa kebijakan pemerintah sekarang cenderung ingin kembali mengontrol


pers. Departemen Komunikasi dan Informasi yang seharusnya berada di garda depan
dalam memajukan kebebasan pers jutrus sebaliknya ingin kembali memasung
kebebasan pers. Peraturan Pemerintah (PP) dalam bidang penyiaran adalah salah bukti
upaya pemerintah untuk mengendalikan dan mengontrol penyiaran Indonesia. Padahal
dengan adanya UU No. 32 tahun 2002 tentang Penyiaran, Komisi Penyiaran Indonesia
(KPI) yang diberi tugas dan wewenang untuk mengatur penyiaran di Indonesia. Dengan
adanya peraturan pemerintah tersebut pemerintah berupaya untuk mengebiri dan
mengkerdilkan keberadaan KPI sebagi satu-satunya lembaga independen yang
merupakan wujud peran serta masyakarat di bidang penyiaran. Bentuk intervensi
pemerintah lainya dalam upaya mengontrol dan mengendalikan kebebasan pers
sekarangan ini adalah upaya pemerintah melalui Depkominfo untuk merevisi undang-
undang No. 40/1999 tentang Pers.

Ancaman terhadap kebebasan pers tidak hanya dalam bentuk regulasi yang bersifat
represif namun juga ancaman dalam bentuk tekanan, fisik dan non fisik masih terjadi
dibeberapa daerah yang mengancam wartawan dalam melaksanakan tugas jurnalistik.
Pada hari Kemerdekaan Pers Sedunia, 3 Mei 2007, Lembaga bantuan hukum Pers
(LBHPers), Menyampaikan:

1. Menuntut kepada pemerintah untuk mencabut regulasi yang menghambat dan


dapat mengancam kebebasan pers di Indonesia. LBHPers mengingatkan jaminan
terhadap kebebasan pers merupakan amanat konstitusi (Pasal 28F), Undang-
Undang No. 40/1999 tentang Pers, serta telah mendapat jaminan Pasal 19
Deklarasi universal Hak Asasi manusia 1948
7

2. Menolak pengkriminalisasian terhadap pers. LBH Pers mengingatkan terhadap


karya jurnalistik sudah ada aturan hukum sendiri (spesialis) yang mengatur
permasalahan pers yakni Undang-Undang No. 40 tahun 1999 tentang Pers

3. Menuntut aparat penegak hukum (Polisi, Jaksa, Advokat, Hakim) untuk


menggunakan undang-undang pers sebagai lex spesialis dalam menyelesaikan
setiap sengketa pers.

4. Menyerukan kepada pihak-pihak yang keberatan / dirugikan isi pemberitaan


agar menempuh mekanisme yang tersedia sebagaimana diatur dalam UU Pers
No. 40/1999, yakni melakukan hak jawab atau surat protes, mengadukan kepada
Dewan Pers, dan organisasi jurnalis.

5. Menghimbau kepada seluruh media massa, jurnalis, organisasi-organisasi pers


dan wartawan untuk bekerja bersama-sama secara sistematis memperbaiki
kekurangan yang ada dalam internal media massa agar bisa bekerja dengan
standar profesional yang tinggi. Hanya dengan standar profesional yang tinggi,
kebebasan pers secara jangka panjang akan terjamin.

C. PENUTUP
KESIMPULAN

sebagai media untuk memberi informasi bagi publik dan menjadi wahana pendidikan
bagi masyarakat, pers juga berfungsi melakukan kontrol sosial. Tidak hanya terhadap
perilaku aparat negara, tapi juga masyarakat, namun kebebasan tersebut harus pula
diukung dengan ketentuan hukum yang jelas yang memberikan kebebasan kepada pers,
termasuk kepada pembatasan hak-hak pers yang dapat mengganggu hak hak individu
maupun institusi yang berhubungan dengan pers, termasuk kepada bagian dari jabatan
didalam suatu Negara, sehingga perlu adanya kerahasiaan pada urusan-urusan Negara
yang seharusnya tidak boleh diketahui oleh masyarakat karena dikhawatirkan akan
menimbulkan kecemasan bagi rakyat, maka pers juga harus menjaga informasi itu.
8

SARAN
Demikianlah makalah yang dapat penulis buat, mungkin selama penulisan masih
banyak terjadi kekurangan dalam penyampaian makalah ini. Dan di makalah ini pun,
penulis meminta kritik dan saran bagi teman-teman yang kurang berkenan terhadap
penyampaian yang telah saya paparkan. Atas perhatian teman-teman semua penulis
ucapkan terima kasih.

Anda mungkin juga menyukai