OLEH :
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SAMARINDA
SAMARINDA
2021
PENDAHULUAN
B. RUMUSAN MASALAH
1
M. Amien Rais, Pengantar dalam Demokrasi Dan Proses Politik, Jakarta: LP3ES, 1986, halaman : 8
KERANGKA TEORITIS
4
ibid. hlm. 239
kode etik jurnalistik pada jurnalis dan/atau wartawan adalah mengembalikan
kepada perusahaan pers masing-masing. Sehingga pelanggaran kode etik jurnalistik,
selalu terjadi berulang karena diselesaikan oleh pihak internal perusahaan
media/pers.
5
Kusumaningrat, Hikmat & Purnama Kusumaningrat, Op.cit. hlm. 109
6
sumandiria, Jurnalistik Indonesia : Menulis Berita Dan Feature. Op. cit. hlm. 232
dirasakan oleh segenap insan pers dan juga masyarakat umum untuk memperoleh
informasi.
7
Edy Susanto, Mohammad Taufik Makarao, and Hamid Syamsudin, Hukum Pers Di Indonesia
(Jakarta: Rineka Cipta, 2010). hlm. 28.
Meskipun kemerdekaan dan kebebasan pers sangat penting untuk
menjalankan fungsi dan peranan pers, akan tetapi pers bukanlah organisasi yang
kebal hukum, artinya pers juga harus dikontrol oleh seluruh lapisan masyarakat agar
kemerdekaan dan kebebasan pers jangan kebablasan dan disalahgunakan oleh
jurnalis, namun cara-cara pengontrolan terhadap pers haruslah melalui tahapan
mekanisme penyelesaian sengketa pers yang diatur oleh UU Pers, khususnya
sebagaimana tertuang dalam Penjelasan Umum aline ke-6, yang berbunyi: “kontrol
masyarakat dimaksud antara lain: oleh setiap orang dengan dijamininya hak jawab
dan hak koreksi, oleh lembaga-lembaga kemasyarakatan seperti pemantau media
(media watch) dan oleh Dewan Pers dengan berbagai bentuk dan cara”.
pers.8
8
Jurnal Dewan Pers Edisi No. 2, November 2010 hlm. 78
Bagaimana menentukan pilihan hukum diantara berbagai kemungkinan
hukum-hukum diatas sebagai upaya mewujudkan keadilan?. Seperti dikatakan Leslie
Lipson (The Great Issues of Politics), keadilan terwujud apabila ada kepuasan
(satisfaction) dan berhasil menciptakan harmoni. Dalam hal ini kepuasan dan harmoni
antara pers dan para penuntut atau penggugat.9
9
Prof. Dr. Bagir Manan, Menjaga Kemerdekaan Pers di Pusaran Hukum (Dewan Pers) hlm. 85
10
ibid
Di dalam menjalankan fungsi dan peranannya, pers memperoleh perlindungan
hukum dari seluruh komponen masyarakat, sebagaimana diatur dalam Pasal 8 beserta
Penjelasan UU Pers sehingga mekanisme penyelesaian sengketa pers merupakan
wujud dari jaminan perlindungan hukum bagi pers untuk mempertahankan
kemerdekaan dan kebebasan pers.
Berdasarkan dua sudut pandang tersebut, maka bukanlah menang dan kalah
yang semestinya menjadi tujuan atau sasaran, melainkan yang utama adalah
memelihara dan mengembangkan perikehidupan pers yang bebas, sehat, disiplin, dan
bertanggung jawab. Begitu pula hendaknya peran para penegak hukum yaitu lebih
mengkedepankan cara-cara menemukan kepuasaan yang adil dan mampu
menciptakan harmonis antara pers dan publik.
PENUTUP
SARAN
1. Perlu pengaturan hukum yang tegas dan jelas mengenai delik pers. Untuk
menghindari terjadinya pengaturan yang tumpang tindih dan terjadinya dualisme
dalam hal sistem pertanggungjawaban pidana dalam tindak pidana pers, maka
hendaknya UU Pers Nomor 40 Tahun 1999 tidak lagi mengatur pasal-pasal yang
telah dimuat dalam KUHP.
DAFTAR PUSTAKA