Anda di halaman 1dari 2

Hukum pewarisan adat masyarakat Batak dengan sistem paternalistic,

terdapat garis hukum bahwa hanya keturunan laki-laki saja yang dapat
menjadi ahli waris, tetapi perasaan keadilan masyarakat mengalami
perobahan-perobahan sehingga banyak keluarga tidak terlalu
mempersoalkan jenis kelamin ahli warisnya. Perobahan yang tidak
Aek Sarulla tudia ho lao
Tapanuli Utara - Petani - Adat
66
dikehendaki tersebut diakui oleh pengadilan yang dapat dilihat dari
keputusan-keputusan mengenai hukum waris adat. Keadaan ini kemudian
disahkan oleh Ketetapan MPRS No.2 tahun 1960 yang menegaskan semua
warisan adalah untuk anak-anak (tanpa membeda-bedakan lelaki atau
perempuan) dan janda, apalagi sipeninggal warisan meninggalkan anakanak
dan janda.
vii. berbagai bentuk jambar. Dalam berbagai peristiwa ceremonial mulai
terbentuk konsep “demi praktis”, misalnya : mahar yang semula berwujud
kerbau atau benda-benda sudah diganti dengan uang, demikian pula upapamarai,
upa-pariban dan upa tulang.

Hubungan ibu-anak.
Menurut konsep patrilineal dan hasil wawancara dengan para tetua, bahwa
dalam adat istiadat Batak hak pihak marga lelaki adalah mutlak, misalnya
apabila suami meninggal, maka keturunannya berada dibawah kekuasaan
keluarga almarhum. Tetapi dengan terjadinya proces individualisasi, terutama
pada orang Batak diperantauan, kemudian terjadi penyimpangan, yaitu bahwa
anak-anak tetap tinggal pada ibunya , walaupun hubungan antara siibu dan
keluarga almarhum suaminya telah putus, karena meninggalnya suami.

6. WANITA DESA, PETANI TAPANULI UTARA.


Hari Selasa jam 10.30 wib didesa Siandor-andor kecamatan Tarutung :
- Kemana ibumu, adik manis.
+ keladang.
- Ayahnya kemana...?
+ kepasar (maksudnya kehota)
- Kakakmu atau abangmu…......?
+ kesekolah.
- Siapa temanmu dirumah ini.
+Ompung (kakek atau nenek) dan adik-adik.
-Yang lain siapa lagi ?
+ Cuma kami saja.
Inilah akibat dari mis-komunikasi antara kami dengan kepala desa hingga
program immunisasi yang direncanakan di Siandor-andor tertunda,……… Versi
ini seringkali terulang. Saya sibuk dengan kesibukan saya
sendiri……………….mobil Puskesmas BB-60A (yang kini mendekam dibengkel,
pecah metal kata montir) yang menjadi saksi pasti kenyataan didesa-desa.
52,1 % dari penduduk Tapanuli Utara adalah kaum wanita, yang dikatakan oleh
para pujangga sebagai “mahluk lemah lembut” dan dikatakan oleh sebagian orang
sebagai “mahluk cerewet”.
Sementara saya memberikan kesimpulan sementara : merekalah tonggak utama
keluarga itu ; sebagai ibu rumah tangga, sebagai “ikut mencari nafkah” tanpa
pamrih dan tidak pernah terdengar suara keluhan mereka “dipermukaan”
Aek Sarulla tudia ho lao
Tapanuli Utara - Petani - Adat
81
Table-4. Persentase banyaknya pekerja wanita terhadap pekerja laki-laki dan wanita
dalam lapangan usaha pertanian untuk daerah kota, pedesaan dan kota dan desa
di Indonesia 1961, 1971 dan 1976.
Tempat 1961 1971 1976
kota 21,4 23,8 32,3
Kota dan desa 25,2 31,9 41,2
Desa 25,2 32,0 41,3
Sumber : data Sensus penduduk 1961, 1971
dan SUPAS & SAKERNAS 1976.
Sampai seberapa jauh keterlibatan kaum wanita dalam lapangan usaha pertanian di
Tapanuli Utara, tidak ada angka tentang ini. Sedang data di Indonesia (table-4)
terlihat bahwa semakin lama semakin besar tingkat keterlibatan kaum wanita.
Pujiwati Sajogyo(1) dalam penelitiannya di Jawa Barat menyatakan, adanya
kecenderungan wanita melakukan pekerjaan “mencari nafkah” disemua bidang dan
ada kecenderungan bahwa penggunaan waktu oleh wanita dipedesaan untuk semua
pekerjaan (rumah tangga dan cari makan) yang dilakukan lebih banyak daripada
kaum pria.
ICED Januari 1971 melaporkan, diberbagai bagian Asia, termasuk Indonesia
lazimnya kaum wanita memegang peranan penting dalam usaha penanaman bibit
padi dan juga penuaiannya (2).
Sedang Boserup 1978 melaporkan tentang penelitiannya di Afrika dan menyatakan
bahwa : saham kaum wanita dalam usaha pertanian lebih besar daripada laki-laki,
diberbagai wilayah tanaman untuk penyambung hidup keluarga ditanam pada
“ladang wanita” sedang budidaya komersil ditanam di”ladang pria”
Kenyataan yang dapat dilihat sepanjang jalan raya Lumbanjulu sampai ke Pahae
dan sekeliling pulau Samosir terlihat dominasi kaum wanita disetiap lahan
pertanian, berdasarkan realita ini diasumsikan tingkat partisipasi kaum wanita
dibidang pertanian desa lebih besar daripada kaum lelakinya.

Anda mungkin juga menyukai