Anda di halaman 1dari 4

NAMA : MERYL FERNANDA

NIM : 1710611070
KELAS :D
MATA KULIAH : HUKUM JAMINAN

JAWABAN :
1. A. Dasar Hukum Hak Tanggungan
- Undang-undang No.5 Tahun 1960
tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria, berikut atau tidak berikut benda-benda
lain yang merupakan kesatuan dengan tanah itu, untuk pelunasan utang tertentu, yang
memberikan kedudukan yang diutamakan kepada kreditor tertentu terhadap kreditor-
kreditor lain.

- UU No. 4 Tahun 1996


mengatur lembaga jaminan yang disebut Hak Tanggungan. Lembaga jaminan hak
tanggungan digunakan untuk mengikat objek jaminan utang yang berupa tanah atau
benda-benda yang berkaitan dengan tanah yang bersangkutan.

B . Pengertian Hak Tanggungan Dan Unsur-Unsur Hak Tanggungan


- Pengertian Hak Tanggungan :
Hak tanggungan adalah hak jaminan yang dibebankan pada hak atas tanah
sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang
Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria, berikut atau tidak berikut benda-benda lain
yang merupakan satu kesatuan dengan tanah itu, untuk pelunasan utang tertentu, yang
memberikan kedudukan yang diutamakan kepada kreditur tertentu terhadap kreditur-
kreditur lain.

- Unsur-unsur Hak Tanggungan :


(1) Hak Jaminan yg dibebankan hak atas tanah.
(2) Hak Atas Tanah berikut atau tidak berikut benda2 lain yg merupakan satu
kesatuan dg tanah itu.
(3) Untuk pelunasan hutang tertentu.
(4) Memberikan kedudukan yg diutamakan kpd kreditur tertentu thd krediur2 lainnya.

2. Terjadinya, komitmen Hak tanggungan atas tanah/objek yang menjadi jaminan utang
sangat diperlukan. Hal ini sebagai jaminan bila Debitur cidera janji atau gagal membayar
utangnya, maka Kreditur bisa langsung mengeksekusi tanah atau objek yang menjadi
jaminan utang tersebut. Namun eksekusi jaminan tersebut harus diletakan dulu hak
tanggungan sehingga bisa langsung dieksekusi, Sebagai Advokat dan Konsultan Hukum,
hal ini perlu dipahami sehingga klien Anda bisa mendapatkan jaminan kepastian dalam
hal eksekusi jaminan bila debitur cidera janji kepada klien anda. Terjadinya, komitmen
hak tanggungan bila para subyek hak tanggungan sudah melalui beberapa cara pendaftara
hak tanggungan dan prosedur dan obyek hak tanggungan yang sudah jelas. Berdasarkan
Pasal 13 UUHT, pendaftaran HT merupakan syarat imperatif, artinya wajib didaftarkan
di Kantor Pertanahan, yang menurut penjelasan Pasal 13 ayat (1) UUHT, pendaftaran
merupakan aplikasi dari asas Publisitas, serta sekaligus merupakan syarat mutlak untuk
lahirnya dan mengikatnya HT kepada Pihak Ketiga. Terdapat kewajiban PPAT sebagai
pembuat APHT berdasarkan Pasal 13 ayat (2), dimana PPAT yang bertindak membuat
APHT wajib mengirimkan APHT dan warkah pendukungnya yang diperlukan kepada
Kantor Pertanahan. Pengiriman tersebut dilakukan selambat-lambatnya 7 hari kerja dari
tanggal penanda-tanganan, dan PPAT yang lalai memenuhi kewajiban tersebut diancam
dengan sanksi.
Sedangkan kewajiban Kantor Pertanahan diatur dalam Pasal 13 ayat (3), yaitu
mendaftarkan HT, Kantor Pertanahan membuat Buku Tanah HT, mencatat Buku Tanah
HT atas tanah yang menjadi objek HT, menyalin catatan tersebut pada sertipikat hat atas
tanah ybs. Tanggal Buku Tanah HT menurut Pasal 13 ayat (4) dan ayat (5) adalah tanggal
hari ke 7 setelah penerimaan secara lengkap surat-surat yang diperlukan bagi pendaftaran,
jika hari ke 7 jatuh pada hari libur, buku Tanah HT diberi tanggal pada hari kerja
berikutnya, oleh karena itu efektifnya HT terhitung dari tanggal Buku Tanah HT. Asas
openbaar dan perlindungan hukum (legal protection), terhitung dari tanggal penerimaan
pendaftaran. Peran dari PPAT dan Kantor Pertanahan, dan fungsi sertipikat HT: Menjadi
Bukti HT dan Menjadi Landasan kekuatan eksekutorial.
Adapun prosedur pembebanan hak tanggungan atas tanah sebagai berikut:
1. Didahului Dengan Perjanjian Utang Piutang, Untuk membebankan hak tanggungan
terhadap suatu tanah/objek yang menjadi jaminan maka harus didahului dengan adanya
Perjanjian utang piutang antara debitur dan kreditur. Perjanjian utang piutang tersebut
bisa dibuat dengan akta notaris bisa juga hanya dengan akta dibawah tangan (tanpa akta
notaris);
2. Dibuatnya Akta Pemberian Hak Tanggungan Setelah dibuat perjanjian utang piutang,
baru kemudian harus dibuat Akta Pemberian Hak Tanggungan (APHT) oleh Pejabat
Pembuat Akta Tanah (PPAT). Pada umumnya APHT berisi nama dan identitas pemegang
dan pemberi hak tanggungan (jaminan), nilai jaminan, jenis objek yang dijadikan jaminan
oleh si debitur, misalnya tanah atau bangunan atau objek lainnya, dan lain sebagainya.
Sehingga jelas objek yang menjadi jaminan di dalam utang-piutang tersebut;
3. Pendaftaran Akta Pemberian Hak Tanggungan Dalam waktu paling lama 7 (tujuh) hari
kerja setelah Akta Pemberian Hak Tanggungan yang sudah dibuat ditandatangani, PPAT
wajib mendaftarkan akta tersebut kepada Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota setempat.
Maksud pendaftaran pembebanan Hak Tanggungan tersebut adalah untuk dibuatkan
Buku Tanah Hak Tanggungan dan mencatatkan dalam Buku Tanah hak atas tanah yang
menjadi objek hak tanggungan/jaminan serta menyalin catatan tersebut pada sertifikat
hak atas tanah yang bersangkutan. Sebagai tanda bukti adanya Hak Tanggungan atas
tanah atau objek, Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten/kota setempat menerbitkan
sertifikat Hak Tanggungan yang di dalamnya memuat irah-irah dengan kata-kata “DEMI
KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA”. Sertifikat Hak
Tanggungan diserahkan kepada pemohon pendaftaran yaitu PPAT dan/atau kepada
Pemegang Hak Tangungan.

3. A. Ya, dapat dialihkan ke pihak lain Berdasarkan Undang-Undang No. 42 Tahun 1999
Tentang Jaminan Fidusia, adapun ketentuan pengalihan jaminan fidusia yg dinuat di
dalam Undang-Undang No. 42 Tahun 1999 Tentang Jaminan Fidusia, sebagai berikut:

Pasal 19
(1). Pengalihan hak atas piutang yang dijamin dengan fidusia mengakibatkan
beralihnya demi hukum segala hak dan kewajiban Penerima Fidusia kepada kreditor baru.
(2). Beralihnya Jaminan Fidusia sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) didaftarkan oleh
kreditor baru kepada Kantor Pendaftaran Fidusia.
Jadi, Pengalihan fidusia terjadi karena cessi, maka segala hak dan kewajiban penerima
fidusia yang lama, beralih kepada penerima fidusia baru. Sedangkan Pemberi fidusia
dilaran menglihkan barang yang menjadi objek jaminan fidusia. Karena jaminan fidusia
mengikuti benda tersebut.
B. Hapusnya jaminan fidusia, karena:
- Hapusnya hutang yang dijamin
- Pelepasan hak atas jaminan fidusia oleh penerima fidusia
- Musnahnya benda yang menjadi objek fidusia

4. Penyebab terjadinya pelelangan adalah yang menjadi penyebab nasabah tidak


melaksanakan kewajibannya/ kredit macet adalah: Kondisi Ekonomi Nasabah, Kemauan
debitur untuk membayar hutangnya sangat rendah, Nilai jaminan lebih kecil dari jumlah
hutang pokok dan bunga, Usaha nasabah bangkrut, Kredit yang diterima nasabah
disalahgunakan, Manajemen usaha sangat lemah, Pembinaan kreditur terhadap nasabah
kurang. Berdasarkan faktor terjadinya kredit macet tersebut, maka yang menjadi faktor
penyebab terjadinya pelelangan benda jaminan adalah karena debitur setelah di tegur,
tidak juga membayar hutangnya. Dari sedikit paparan di atas dapat di ambil kesimpulan
bahwasannya walaupun sudah ada buku yang mengatur tentang jaminan begitu rapi dan
bagus tetep aja masih ada pihak-pihak yang nyleweng dari aturan, atau perjanjian yang
telah di buat oleh para pihak. Jadi ketika adanya pelelangan barang jaminan itu sah-sah
saja, karena pihak yang menjualpun berani karena sudah ada hitam di atas putih atau
perjanjian yang telah di buat.
SOAL KASUS
1. Prosedur penyitaan objek fidusia berdasarkan kasus diatas ialah :
Berdasarkan soal nomor 1, bisa di tuliskan beberapa prosedur. Eksekusi jaminan fidusia
adalah penyitaan dan penjualan benda yang menjadi obyek jaminan fidusia. Yang
menyebabkan timbulnya eksekusi jaminan fidusia adalah karena debitur atau pemberi
fidusia cedera janji atau tidak memenuhi prestasinya pada waktunya kepada penerima
fidusia, walaupun mereka telah diberikan somasi. Pasal 15 ayat (2) Undang-Undang No.
42 Tahun 1999 Tentang Jaminan Fidusia menyebutkan bahwa Sertifikat Jaminan Fidusia
mempunyai kekuatan eksekutorial yang sama dengan putusan pengadilan yang telah
memperoleh kekuatan hukum tetap. Selanjutnya pasal 15 ayat (3) menyebutkan apabila
debitur cidera janji, penerima fidusia mempunyai hak untuk menjual Benda yang menjadi
objek jaminan Fiduusia atas kekuasaan sendiri. Jadi apabila nasabah wanprestasi
(menunggak cicilan), perusahaan punya dasar untuk mengeksekusi jaminan fidusia
tersebut.
Eksekusi benda jaminan fidusia :
- Pelaksanaan title eksekutorial oleh penerima fidusia. Yaitu tulisan yang mengandung
pelaksanaan putusan pengadilan ang memberikan dasar untuk penyitaan dan lelang
sita (executorial verkoop) tanpa perantaraan hakim.
- Penjualan benda yang menjadi objek jaminan fidusia (Atas kekuasaan penerima
fidusia) melalui pelelangan umum
- Penjualan di bawah tangan.

2. 1) Berdasarkan uraian pada soal, maka pihak yang menandatangani APHT tersebut ialah
Tuan Boni (pemberi hak tanggungan) dan Tuan Deni sebagai orang yang ditunjuk untuk
mewakili atas nama Bank BRRI Cabang Jakarta Timur (pemegang hak tanggungan),
serta seorang PPAT.
2) Yang harus diperhatikan ialah:
a. bahwasanya perjanjian kredit antara Tuan Boni dengan Bank BRRI cabang Jakarta
Timur ialah perjanjian di bawah tangan.
b. Bahwa Tuan Deni hadir dan menandatangani APHT tersebut bukan atas nama diri
sendiri melainkan sebagai wakil dari pihak kreditur yakni Bank BRRI cabang Jakarta
Timur.
c. Bahwa berkaitan dengan poin b tersebut, wajib dilampirkan serta dicantumkan nomor
surat kuasa atas Tuan Deni yang bertindak atas nama Bank BRRI cabang Jakarta Timur.

Anda mungkin juga menyukai