Water)
1|P age
3. Archipelagic waters (perairan kepulauan), yaitu perairan yang
ditutup oleh garis pangkal kepulauan, yang ditarik sesuai dengan
ketentuan pasal 47, disebut sebagai perairan kepulauan, tanpa
memperhatikan kedalaman atau jaraknya dari pantai.
2|P age
dinamakan laut wilayah yang sepenuhnya tunduk pada kedaulatan
negara pantai. Jadi laut wilayah ialah bagian yang paling dekat dari
negara pantai yang pada umumnya dianggap sebagai lanjutandari
daratannya dan di atas mana negara pantai tersebut mempunyai
kedaulatan. (boer mauna: 325)
3|P age
Aturan diatas merupakan representasi dari hukum kebiasaan
internasional. Sedangkan titik awal untuk menggambarkan garis
pangkal garis pangkal adalah dengan menentukan garis air rendah (low-
water line) disepanjang pantai.
Secara Garis Besar Maka Cara Menentukan Titik Pangkal dapat
dilakukan dengan: Pertama, ditentukan bagian dari suatu daratan yang
paling menjorok ke laut. Kedua, ditentukan di mana akan ditentukan
titik-titik pangkalnya dan ditentukan pada waktu yang berbeda-beda
(pagi di titik tertentu, siang di titik tertentu, dan malam di titik tertentu),
kemudian diambil rata-ratanya. Ketiga, antara satu titik dan titik
berikutnya dihubungkan menjadi garis-garis pangkal.
Pasal 3 Konvensi Jenewa dan Pasal 5 UNCLOS 1982 memuat
ketentuan mengenai garis pangkal biasa untuk mengukur lebar laut
teritorial adalah garis air rendah sepanjang pantai sebagaimana terlihat
pada peta skala besar yang diakui resmi oleh negara pantai tersebut. Hal
ini adalah cara klasik yang dipergunakan semenjak dahulu, tetapi cara
penarikan garis pangkal yang demikian ternyata sukar dalam
pelaksanaanya terutama bagi negara-negara yang mempunyai pantai
yang berliku-liku serta yang mempunyai pulau yang banyak di dekat
pantai-pantai.
Lalu konvensi Jenewa memberikan solusi pada keadaan tersebut.
Ayat (1) nya menyatakan bahwa di tempat-tempat di mana garis pantai
menjorok jauh ke dalam dan meninkung ke dalam atau jika terdapat
suatu deretan pula sepanjang pantai di dekatnya, cara penarikan garis-
garis pangkal lurus yang menghubungkan titik-titik yang tepat dapat
digunakan dengan menarik garis pangkal dari mana lebar laut wilayah
diukur. Ketentuan ini ditegaskan oleh Pasal 7 ayat (1) Konvensi 1982.
Penarikan garis lurus ini tidak dapat dilakukan begitu saja, tetapi ada
ketentuan-ketentuannya pula, yaitu pada ayat (3-7), sebagai berikut:
Penarikan garis pangkal lurus tersebut tidak boleh menyimpang
terlalu jauh dari arah umum dari pada pantai dan bagian-bagian
laut yang terletak di dalam garis pangkal demikian harus cukup
4|P age
dekat ikatannya dengan daratan untuk dapat tunduk pada rezim
perairan pedalaman.
Garis pangkal lurus tidak boleh ditarik ke dan dari elevasi surut
kecuali jika di atasnya didirikan mercu suar atau instalasi serupa
yang secara permanen ada di atas permukaan laut atau kecuali
dalam hal penarikan garis pangkal lurus ke dan dari elevasi
demikian telah memperoleh pengakuan umum internasional.
Dalam hal cara penarikan garis pangkal lurus dapat diterapkan
berdasarkan ayat 1, maka di dalam menetapkan garis pangkal
tertentu, dapat ikut diperhitungkan kepentingan ekonomi yang
khusus bagi daerah yang bersangkutan, yang kenyataan dan
pentingnya secara jelas dibuktikan oleh praktek yang telah
berlangsung lama.
Sistem penarikan garis pangkal lurus tidak boleh diterapkan oleh
suatu Negara dengan cara yang demikian rupa sehingga memotong
laut teritorial Negara lain dari laut lepas atau zona ekonomi
eksklusif.
5|P age
Pasal 14 mengenai Kombinasi caracara penetapan garis pangkal
bahwa “Negara pantai dapat menetapkan garis pangkal secara
bergantian dengan menggunakan cara penarikan manapun yang
diatur dalam pasal-pasal di atas untuk menyesuaikan dengan
keadaaan yang berlainan”. Kondisi geografis khusus yang diatur
dalam Konvensi Jenewa dan UNCLOS adalah:
garis pangkal lurus untuk pantai yang menekuk tajam atau
memiliki gugusan pulau;
teluk;
mulut sungai;
pelabuhan;
saat elevasi surut;
pulau;
karang.
6|P age
Pengukuran dengan menggunakan Garis Pangkal Lurus (Straight
Baseline)
7|P age
hal ini, garis penutup teluk adalah seluas atau lebih luas
daripada luas setengah lingkaran tengahnya adalah garis
penutup yang ditarik pada muara teluk.
b Apabila pada teluk terdapat pulau-pulau yang membentuk lebih
dari satu muara teluk, maka jumlah panjang garis penutup
teluk dari berbagai mulut teluk maksimum 24 mil laut.
c Garis penutup muara sungai, terusan, dan kuala ditarik antara
titik terluar pada garis air rendah yang menonjol dan
berseberangan.
d Dalam hal garis lurus tidak dapat diterapkan karena adanya
kuala pada muara sungai, sebagai garis penutup kuala
dipergunakan garis-garis lurus yang menghubungkan antara
titik-titik kuala dengan titik-titik terluar pada air garis rendah
tepian muara sungai.
e Garis penutup pelabuhan ditarik antara titik-titik terluar pada
garis air rendah pantai dan titik-titik terluar bangunan
permanen terluar yang merupakan bagian integral sistem
pelabuhan.
8|P age
4. Garis pangkal lurus kepulauan (archipelagic baseline)
Garis pangkal lurus kepulauan yaitu garis” air terendah yang
menghubungkan titik” terluar pada pulau /karang kering yang
terluar dari wilayah negara tersebut
9|P age
2. Dalam hal kapal menuju perairan pedalaman atau singgah di suatu
fasilitas pelabuhan di luar perairan pedalaman, Negara pantai juga
mempunyai hak untuk mengambil langkah yang diperlukan untuk
mencegah pelanggaran apapun terhadap persyaratan yang
ditentukan bagi masuknya kapal tersebut ke perairan pedalaman
atau persinggahan demikian.
3. Negara pantai, tanpa diskriminasi formil atau diskriminasi nyata di
antara kapal asing, dapat menangguhkan sementara dalam daerah
tertentu laut teritorialnya lintas damai kapal asing apabila
penangguhan demikian sangat diperlukan untuk perlindungan
keamanannya, termasuk keperluan latihan senjata. Penangguhan
demikian berlaku hanya setelah diumumkan sebagaimana mestinya.
10 | P a g e
pangkallurus yang menghubungkan titik-titik terluar pulau-pulau dan
karang kesring terluar kepulauan itu, di mana di dalam perairan
kepulauan itu dapat ditarik garis-garis penutup untuk keperluan
penetapan batas perairan pedalaman. Pada Negara Kepulauan hak lintas
damai bagi kapal asing ada pada perairan kepulauan dan laut teritorial.
11 | P a g e
Selanjutnya dalam pasal 19 Konvensi menyatakan, bahwa lintas
adalah damai, sepanjang tidak merugikan bagi kedamaian, ketertiban
atai keamanan Negara pantai sedangkan lintas suatu kapal asing
dianggap membahayakan kedamaian, ketertiban atau keamanan suatu
Negara pantai.
12 | P a g e
2. Wewenang untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan pengawasan
3. Pengawasan di bidang duane, bea dan cukai
4. Hak untuk menangkap ikan, hak-hak untuk mendirikan zona
pertahanan
5. Dan hak pengejaran seketika (hot pursuit)
13 | P a g e
Meskipun tidak ada hak lintas damai (innocent passage) dari kapal
asing diwilayah perairan pedalaman, serta kapal asing tidak dapat
menikmati hak akses secara umum (a general right) ke pelabuhan suatu
negara, hukum kebiasaan internasional mengatur suatu rejim khusus
yang dikenal dengan hak akses ke pelabuhan (right of access to a state’s
ports).
Secara tegas LOSC tidak mengatur mengenai apakah kapal asing
memiliki hak untuk akses kepelabuhan, namun terdapat dua perjanjian
hukum (treaty law) dan kasus hukum yang mendukung prinsip umum
mengenai batasan negara pantai untuk melarang kapal asing akses ke
pelabuhannya.
Ketika kapal asing memasuki pelabuhan dan perairan pedalaman
suatu negara pantai maka dapat saja terjadi konflik yurisdiksi antara
kapal negara bendera dengan negara pelabuhan / perairan pedalaman.
Masing-masing akan berusaha untuk mengutamakan hukum dan
penegakan hukum mereka terhadap kejadian atau peristiwa yang
terjadi. Berdasarkan kasus The Schooner Exchange v. Mc Faddon (1812),
dalam kasus ini bahwa bila kapal asing memasuki pelabuhan negara
pantai akan tetap tunduk terhadap kedaulatan dan yurisdiksi negara
pelabuhan.
Setiap kapal yang memasuki pelabuhan dan perairan pedalaman,
maka itu berarti kapal tersebut telah tunduk kepada kedaulatan negara
pantai. Hukum yang berlaku di perairan pedalaman memiliki karakter
rejim hukum yang sama dengan daratan (dalam artian berlaku
yurisdiksi hukum nasional negara kepulauan) dan setiap kapal yang
memasuki perairan pedalaman maka berlakulah hukum nasional negara
pantai tersebut terhadapnya.
14 | P a g e
Daftar Pustaka
MOM Ravin, Law of the Sea Maritme Boundaries and Dispute Settlement
Mechanisms, United Nations – The Nippon Foundation Fellow,
Germany, March-Desember, 2005.
http://www.sangkoeno.com/2014/10/garis-pangkal-baseline.html
15 | P a g e