Anda di halaman 1dari 3

UJIAN TENGAH SEMESTER (UTS)

Nama Mahasiswa : Ratu Cahaya Fortuna


NPM : 3018210181
Nama Dosen : Rifkiyati, S.H.,M.H
Mata Kuliah : Hukum Dagang
Kelas :B
Hari/Tgl : Selasa, 20 April 2021
Semester : Genap 2021/2022
1. Ciri-ciri perusahaan:
- Operatif maksudnya ialah adanya aktivitas ekonomi yang berkenaan dengan
kegiatan produksi, penyedia / distribusi barang dan jasa.
- Koordinatif maksudnya ialah diperlukan koordinasi semua pihak agar saling
mendukung satu sama lain untuk mencapai tujuan.
- Regular maksudnya ialah untuk mencapai kesinambungan perusahaan diperlukan
keteraturan yang dapat mendukung aktivitas agar dapat selalu bergerak maju.
- Dinamis maksudnya ialah lingkungan selalu berubah oleh karena itu mampu
mengikuti dan menyesuaikan diri terhadap perubahan.
- Formal maksudnya ialah tunduk kepada peraturan yang berlaku setelah
memenuhi persyaratan pendirian,
- Lokasi maksudnya ialah perusahaan didirikan pada suatu tempat tertentu dalam
suatu kawasan yang secara geografis jelas.
- Pelayanan Bersyarat maksudnya ialah keberhasilan perusahaan tersebut terhadap
visi dan misi dalam suatu kawasan yang secara geografis jelas.
-
2. Asas kemanfaatan bersama : (Pasal 1634 KUHPdt)
 Azas kesetaraan (equality)
- Azas Personalia diatur dalam Pasal 1315 dan Pasal 1340 KUHPerdata : Pasal
ini melarang menyerahkan keputusan pembagian keuntungan kepada salah satu
sekutu atau pihak ketiga. Bahwa dalam pasal ini ditentukan masing-masing
sekutu adalah setara antara satu dengan yang lainnya, tidak dapat ditentukan
keputusan pembagian keuntungan atau kerugian dilakukan oleh salah satu
sekutu. Didalamnya juga terkandung azas personalia, bahwa perjanjian dalam
persekutuan tersebut tidak dapat membawa keuntungan atau akibat bagi pihak
ketiga. (Pasal ini mengatur hubungan internal).
- Azas keadilan proporsional diatur dalam pasal 1635 KUHPerdata : pasal ini
melarang menyerahkan keuntungan seluruhnya kepada satu orang sekutu. Tapi
boleh memperjanjikan kerugian akan dipikul salah seorang sekutu atas
kesalahannya. (Pasal ini mengatur hubungan internal).
- Azas itikad baik (Pasal 1338) , diatur dalam Pasal 1338 ayat (3) BW : pasal ini
mengatur tentang pemberian kuasa kepada seorang sekutu untuk mengurus
persekutuan. Si sekutu harus melaksanakan kekuasaannya dengan itikad baik.
Bahwa sekutu yang ditunjuk menjadi pengurus atau wakil dari persekutuan
harus melaksanakan tindakan kepengurusannya itu dengan itikad baik. (Pasal
ini mengatur hubungan internal dan eksternal.

3. Jawaban nomor 3 :
a) Ketentuan inbreng berdasarkan pasal 1619 ayat (2) KUH Perdata.
Ditentukan segala persekutuan harus mengenai sesuatu usaha yang halal dan harus
dibuat untuk keuntungan atau manfaat bersama anggota persekutuan.
b) Masing-masing anggota persekutuan wajib memasukkan ke dalam persekutuan
sebagai modal berupa uang, barang lain, atau tenaga (kerajinan). Menurut pasal
1626 KUH Perdata sekutu persekutuan yang tidak memasukkan kewajiban
dimaksud dianggap berutang bunga atas jumlah itu demi hukum,
terhitung sejak hari uang atau barang itu harus dimasukkan.

Mengenai tanggung jawab.


Mengenai tanggung jawab kepada pihak ketiga diatur dalam Pasal 1642 sampai 1645
KUH Perdata, yang dapat disimpulkan sebagai berikut :
a. Prinsip umum, anggota atau para sekutu tidak terikat dan tidak bertanggung jawab
untuk seluruh utang persekutuan dan masing-masing anggota sekutu tidak dapat
mengikat anggota sekutu lain, jika mereka tidak diberi kuasa untuk melakukan hal
itu. Dengan demikian yang bertanggung jawab kepada pihak ketiga, hanya anggota
sekutu yang melakukan tindakan hukum itu dan tanggung jawab ini bersifat pribadi.
b. Apabila anggota sekutu bersama-sama melakukan tindakan hukum dengan pihak
ketiga, maka pihak ketiga dapat menuntut mereka masing-masing untuk jumlah dan
bagian yang sama, meskipun bagian anggota sekutu yang satu kurang dari bagian
anggota sekutu yang lain.

4. Tidak Harus, Persekutuan yang didirikan atas dasar perjanjian konsensual


(concensuella overeenkomst), yaitu perjanjian yang terjadi karena: (Pasal 1618
KUHPdt)
1) Ada persetujuan kehendak dari para pihak atau
2) Ada kesepakatan sebelum ada tindakan-tindakan (penyerahan barang).
3) Jika sudah ada kata sepakat dari para sekutu untuk mendirikannya, meskipun belum
ada inbreng, maatschap sudah dianggap ada.
 Undang-undang tidak menentukan mengenai cara pendirian maatschap:
- Perjanjian maatschap bentuknya bebas, tetapi dalam praktek, hal ini dilakukan
dengan akta otentik ataupun akta dibawah tangan;
- Tidak ada keharusan untuk mendaftarkan dan mengumumkan bagi maatschap,
hal ini sesuai dengan sifat maatschap yang tidak menghendaki adanya publikasi
(terang-terangkan).

5. Pembagian Keuntungan dan Kerugian (Pasal 1633 KUHPdt)


a. Cara membagi keuntungan dan kerugian dilakukan berdasarkan asas keseimbangan
yang diatur dalam perjanjian pendirian maatschap.
b. Apabila tidak ada perjanjian sebelumnya, maka keuntungan dibagikan berdasarkan
besar kecilnya pemasukan (Inbreng).
c. Sekutu yang memasukan keahlian/pengetahuan/pengalaman ataupun tenaganya,
bagian keuntungannya disamakan dengan bagian sekutu yang memasukan uang
atau barang dengan jumlah terkecil.

Hal-hal yang dilarang dalam Persekutuan Perdata (Pasal 1634-1635 KUHPdt)


a. Para sekutu tidak boleh berjanji bahwa jumlah bagian mereka masing-masing dalam
maatschap ditetapkan oleh salah seorang sekutu dari mereka atau orang lain.
b. Perjanjian yang demikian harus dianggap tidak ada/tidak tertulis (harus
memperhatikan Pasal 1633 KUHPdt).
c. Para sekutu dilarang memperjanjikan akan memberikan keuntungan saja kepada
salah seorang sekutu, tetapi harus mencakup dua-duanya, yakni keuntungan (laba)
dan kerugian.
d. Bila hal itu diperjanjikan juga maka hal itu dianggap batal (KUHPdt 1254).
e. Namun sebaliknya, para sekutu diperbolehkan memperjanjikan bahwa semua
kerugian akan ditanggung oleh salah seorang sekutu saja.

6. Pengurusan dalam persekutuan perdata (Pasal 1636 s/d 1641 KUHPdt)


a. Pengangkatan pengurus dalam persekutuan perdata dapat dilakukan dengan dua
cara, yaitu:
1. Diatur sekaligus bersama-sama dalam akta pendirian persekutuan perdata.
Sekutu persekutuan perdata ini disebut “sekutu statuter” (gerant statutaire);
2. Diatur sesudah persekutuan perdata berdiri dengan akta khusus. Sekutu
pengurus ini dinamakan “sekutu mandater” (gerant mandataire).
b. Perbedaan kedudukan hukum antara Sekutu Statuter dan Sekutu Mandater(Pasal
1636 (2) KUHPdt)
1) Sekutu Statuter
a) Selama berjalannya persekutuan maatschap, sekutu statuter tidak boleh
diberhentikan, kecuali atas dasar alasan-alasan menurut hukum.
Misalnya : tidak cakap, kurang seksama (ceroboh), menderita sakit dalam
waktu lama, atau keadaan/peristiwa yang tidak memungkinkan seorang
sekutu pengurus itu melaksanakan tugasnya secara baik.
b) Yang memberhentikan sekutu statute ialah maatschap itu sendiri
c) Sekutu statute bisa minta ganti kerugian bila pemberhentian itu dipandang
tidak beralasan.
2) Sekutu Mandater :
1) Kedudukannya sama dengan pemegang kuasa.
2) Kekuasaannya dapat dicabut sewaktu-waktu atau atas permintaan sendiri.
c. Sistem Kepengurusan (Pasal 1636 – 1641 KUHPdt)
1) Apabila seorang sekutu menjadi pengurus (Pasal 1636 KUHPdt)
2) Apabila beberapa orang sekutu menjadi pengurus (Pasal 1637-1638
KUHPdt)
3) Apabila tidak dibentuk kepengurusan maka diatur dalam Pasal 1639
KUHPdt.
4) Keanggotaan tidak dapat dipindahkan pada orang lain (Pasal 1641 KUHPdt)

Anda mungkin juga menyukai