3.Asas Individualitas objek hak kebendaan selalu benda tertentu atau dapat ditentukan
secaraindividual yang merupakan kesatuan.
4.Asas Totalitas hak kebendaan selalu terletak di atas seluruh objeknya sebagai satu kesatuan.
5.Asas tidak dapat dipisahkan orang yang berhak tidak boleh memindahtangankan sebagiandari
kekuasaan yang termasuk suatu hak kebendaan yang ada padanya.
6.Asas prioritas semua hak kebendaan memberi kekuasaan yang sejenis dengan kekuasaan
atashak milik. Misalnya, sebuah rumah dibebani hak hipotik, kemudian dibebani lagi dengan
hak memungut hasil. Dalam hal ini hipotik diprioritaskan daripada hak memungut hasil.
7.Asas percampuran apabila hak yang membebani dan yang dibebani itu terkumpul dalam
satutangan, maka hak yang membebani itu lenyap. Misalnya, hak memungut hasil lenyap
apabila pemegang hak tersebut menjadi pemilik pekarangan itu, misalnya karena jual beli,
pewarisan,hibah.
8.Asas publisitas hak kebendaan atas benda tidak bergerak diumumkan dan didaftarkan
dalamregister umum, misalnya hak milik dan hak guna usaha. Sedangkan hak kebendaan atas
benda bergerak tidak perlu diumumkan dan didaftarkan, misalnya hak milik atas pakaian sehari-
haridan hak gadai. Kecuali apabila ditentukan lain oleh undang-undang, misalnya hak milik
ataskendaraan bermotor.
9.Asas mengenai sifat perjanjian untuk memperoleh hak kebendaan perlu dilakukan dengan
perjanjian zakelijk , yaitu perjanjian memindahkan hak kebendaan.
1.Benda tidak bergerak benda-benda yang karena sifat nya ,tujuan nya atau penetapan undang-
undang dinyatakan sebagai benda tak bergerak. Benda tak bergerak diataur dalam pasal
506,507, dan 508 BW. Dibagi atas :
i.Sifatnya,
a.Tanah;
b.Segala sesuatu yang bersatu dengan tanah karena tumbuh dan berakar serta
bercabangseperti tumbuh-tumbuhan, buah-buahan yang masih belum dipetik dan sebagainya;
c.Segala sesuatu yang bersatu dengan tanah karena didirikan di atas tanah itu yaitu
karenatertanam dan terpaku.
iii.Penetapan Undang-Undang
a.Hak-hak atau penagihan mengenai suatu benda yang tidak bergerak;
b.Kapal-kapal yang berukuran 20 meter kubik ke atas (dalam hukum perniagaan)
2.Benda bergerak, benda-benda yang karena sifat nya ,tujuan nya atau penetapan undang-
undang dinyatakan sebagai benda bergerak. Benda bergerak diatur dalam pasal 509, 510
dan511 BW. Dibagi atas:
i.Benda yang menurut sifatnya bergerak dalam arti benda itu dapat berpindah ataudipindahkan
dari suatu tempat ke tempat yang lain. Misalnya, sepeda, kursi, meja, buku, pena, dan
sebagainya;
ii.Benda yang menurut penetapan undang-undang sebagai benda bergerak ialah segala hak atas
benda-benda bergerak. Misalnya: hak memetik hasil dan hak memakai: hak atas bunga
yangharus dibayar selama hidup seseorang; hak menuntut di muka hakim supaya uang tunai
atau benda-benda bergerak diserahkan kepada penggugat; saham-saham dari perseroan
dagang;dan surat-surat berharga lainnya.
3. Penyerahan atau leverin. terhadap benda bergerak dilakukan dengan penyerahan nyata
(Pasal 612 BW), sedangkanterhadap benda tidak bergerak dilakukan dengan balik nama
pada daftar umum (Pasal 616 BW).
4. Daluarsa atau verjaring. Terhadap benda bergerak tidak dikenal verjaring sebab bezit di
sini sama dengan eigendom atas benda bergerak itu, sedangkan benda-benda tidak
bergerak mengenal verjaring
2.Benda yang tetap ada, benda-benda yang dalam pemakaiannya tidak mengakibatkan benda
itumenjadi musnah, tetapi memberi manfaat/faedah bagi sipemakai. Seperti cangkir, sendok,
piring, mangkok, mobil, sepeda motor.
Perbedaan antara Benda yang Musnah dan Benda yang Tetap Ada
1.Dalam hukum perjanjian, misalnya perjanjian pinjam pakai (Pasal 1740 s.d. 1753
BW)dilakukan terhadap benda yang tetap ada; sedangkan perjanjian pinjam mengganti (Pasal
1754s.d. 1769 BW) dilakukan terhadap benda yang dapat musnah.
2.Dalam hukum benda, misalnya, hak memetik hasil suatu benda (Pasal 756 s.d. 817
BW)dilakukan terhadap benda yang dapat musnah; sedangkan hak memakai (Pasal 818 s.d. 829
BW)hanya dapat dilakukan terhadap benda yang tetap ada.
c.Benda yang Dapat Diganti dan Benda yang Tidak Dapat Diganti
Perbedaan antara benda yang dapat diganti dan benda yang tidak dapat diganti misalnya dalam
perjanjian penitipan barang. Menurut Pasal 1694 B W pengembalian benda oleh yang dititipi
tidak boleh diganti dengan benda yang lain (in natura). Oleh karena itu, perjanjian penitipan
barang padaumumnya hanya mengenai benda yang tidak akan musnah. Bila benda yang
dititipkan berupa uang,menurut Pasal 714 BW, jumlah uang yang hams dikembalikan harus
dalam mata uang yang samaseperti yang dititipkan, baik mata uang itu telah naik atau telah
turun nilainya.
d.Benda yang Dapat Dibagi dan Benda yang Tidak Dapat Dibagi
1.Benda yang dapat dibagi benda yang apabila wujudnya dibagi tidak mengakibatkanhilangnya
hakikat daripada benda itu sendiri. Misalnya: beras, gula pasir.
2.Benda yang tidak dapat dibagi benda yang apabila wujudnya dibagi mengakibatkanhilangnya
atau lenyapnya hakikat daripada benda itu sendiri. Misalnya: kuda, sapi, uang.
2.Benda yang tidak diperdagangkan, benda-benda yang tidak dapat dijadikan obyek
(pokok)suatu perjanjian di lapangan harta kekayaan
2.Hukum benda menimbulkan hak kebendaan (zakelijk recht) yang bersifat mutlak dan
berlangsunglama, sedangkan hokum perikatan menimbulkan hak perseorangan (persoonlijk
recht
) yang bersifat relative dan ditujukan unthk pemenuhan prestasi dalam waktu yang tidak terlalu
lama.
3.Hukum benda menganut system tertutup, sedangkan hokum perikatan menganut system
terbuka.
1.Hak atas tanah yang diatur dalam BW telah di cabut oleh UUPA
i.Hak Kebendaan yang memberikan kenikmatan atas bendanya sendiri
Hak Eigendomdan Hak Bezit
ii.Hak Kebendaan yang memberikan kenikmatan atas benda orang lain Hak erfpacht, Hak
memungut hasil, hak pakai, dan hak mendiami.
i.Hak milik
Hak Turun Temurun, terkuat & Terpenuh yang dapat di miliki orang atastanah dengan
mengingat hak atas tanah memiliki fungsi sosial (Pasal 20 UUPA)
iv.Hak pakai
Hak untuk menggunakan dan/atau memungut hasil tanah yang dikuasailangsung oleh Negara
atau tanah milik orang lain yang berwenang memberikannya ataudalam perjanjian dengan
pemilik tanahnya, bukan perjanjian sewa menyewa atau perjanjian pengolahan tanah dan
segala sesuatu asal tidak bertentangan dengan jiwa dan ketentuan-ketentuan UUPA (Pasal 41
UUPA)
Unsur
1.unsur keadaan dimana seseorang menguasai suatu benda (corpus);
2.unsur kemauan orang yang menguasai benda tersebut untuk memilikinya (animus).
Fungsi
1.Polisionil Bezit,yaitu siapa yang membezit benda dapat perlindungan hokum sampai
dapatdibuktikan sebaliknya (melalui polisi atau Pengadilan Negeri)
2.Zakenrectelijk bezit , yaitu bezit yang berjalan beberapa waktu tanpaadanya
protesakan berubah jadi hak milik (verjaring).
Cara memperoleh
1.Dengan jalan Occupatio (mendaku atau menduduki bendanya) yang jalan ini bersifat
originair (asli), artinya memperolehnya itu secara mandiri tanpa bantuan dari orang
yangmembezit lebih dulu.
2.Dengan jalan tradition (penyerahan bendanya) yang jalan ini bersifat derivatief,
artinya memperolehnya dengan bantuan dari orang yang membezit lebih dulu. Bezit
terhadap benda bergerak Mengenai bezit terhadap benda yang bergerak berlaku azas
yang tercantum dalam pasal 1977ayat (1) BW, yang menyatakan “Terhadap benda
bergerak yang tidak berupa bunga, maupun piutang yang tidak harus dibayar kepada si
pembawa, maka barang siapa yang menguasainyadianggap sebagai pemiliknya.”
Hak milik adalah hak yang paling sempurna dan tidak dapa diganggu gugat
(droitinviolable), namun harus mempunyai fungsi social dan tidak boleh menggangu hak
orang lain atau menyalahgunakan hak
Ciri-Ciri
1.Hak milik merupakan hak induk terhadap hak-hak kebendaan yang lain. Sedangkan
hak-hak kebendaan yang lain merupakan hak anak terhadap hak milik;
2.Hak milik ditinjau dari kualitasnya merupakan hak yang selengkap-lengkapnya;
3.Hak milik bersifat tetap, artinya tidak akan lenyap terhadap hak kebendaan yang
lain.Sedangkan hak kebendaan yang lain dapat lenyap jika menghadapi hak milik;
4.Hak milik mengandung inti (benih) dari hak kebendaan yang lain. Sedangkan hak
kebendaanyang lain hanya merupakan bagian saja dari hak milik.
Cara Memperoleh
1.Dalam Pasal 584 BW
a.Pengambilan (Toegening atau occupatio)
mengambil benda-benda bergerak yangsebelumnya tidak ada pemiliknya, seperti ikan di
sungai.
b.Penarikan oleh benda lain (natrekking atau accessio)
benda yang dimiliki sebelumnya karena alam bertambah besar. Misalnya binatang
ternak yang berkembang biak
c.Lewat waktu/daluwarsa (verjaring) diatur dalam Pasal 610 BW
d.Perwarisan (erfopvolging) bagi para ahli waris atas boedel warisan yang ditinggalkan
pewaris.
e.Penyerahan (levering atau overdracht) adanya pemindahan hak milik dari
seseorangyang berhak memindahkannya kepada orang lain yang memperoleh hak miliki
itu.
i.Alas hak yang umum para ahli waris, suami dan isteri karena adanya persatuanharta
kekayaan dalam perkawinan mereka, anggota-anggota badan hokum
yangdibubarkan, dan Negara terhadap harta benda yang terlantar.
ii.Alas hak yang khusus Pembeli setelah adanya levering dalam perjanjian jual-
beli,cessionaris dan legataris
Sifatnya Accesoir (perjanjian tambahan) dari perjanjian pinjaman uang (utang piutang).Hak gadai
senantiasa melekat atau mengikuti bendanya dan akan tetap ada meskipunmungkin milik benda itu
kemudian jatuh ketangan orang lain, misalnya kepada ahli waris.
Subjek Gadai
Seperti halnya perbuatan-perbuatan hukum yang lain, pemberi dan penerima hak gadai hanya
dapat dilakukan oleh orang-orang yang pada umumnya cakap untuk melakukan perbuatan
hukum. Akan tetapi bagi pemberi gadai ada syarat lagi, yaituia harus berhak mengasingkan
(menjual, menukar, menghibahkan) benda yangdigadaikan.
Cara mengadakan hak gadaiHak gadai diadakan dengan memenuhi syarat-syarat tertentu yang
berbeda-bedamenurut jenis barangnya.Apabila yang digadaikan adalah benda bergerak yang
berwujud dan surat piutang yang aan toonder (kepada si pembawa) maka syarat-syaratnya:
1. Harus ada perjanjian untuk memberi hak gadai. Perjanjian ini bentuknya dalamKUHPerdata
tidak disyaratkan apa-apa, oleh karena itu bentuk perjanjian pand(gadai) itu dapat bebas
tidak terikat oleh suatu bentuk yang tertentu.
2. Syarat yang kedua, barangnya yang digadaikan itu harus dilepaskan/ beradadiluar
kekuasaan dari si pemberi gadai. Apabila yang digadaikan itu berwujud surat piutang atas
nama maka syarat-syaratnya:
1.Harus ada perjanjian gadai
2.Harus ada pemberitahuan kepada debitur dari piutang yang digadaikan itu.
Jika kita bandingkan, maka ada beberapa perbedaan antara cessie terhadap piutangatas nama dan gadai
mengenai piutang atas nama.
1. Untuk adanya cessie diperlukan adanya akte (otentik ataupun dibawahtangan). Sedangkan pada
gadai perjanjiannya tidak terikat pada suatu bentuk yang tertentu.
2. Pada cessie dengan adanya akta itu perbuatan hukum itu sudah selesai,sedangkan adanya
pemberitahuan kepada debitur itu ialah supaya si debituritu terikat oleh adanya cessie itu. Pada
gadai dengan adanya akte saja perbuatan hukum itu belum selesai dan baru selesai setelah
adanya pemberitahuan.
3. Cessie
Hapusnya Gadai
1. Karena hapusnya perjanjian peminjaman barang
2. Karena perintah pengembalian benda yang akan digadaikan lantaran penyalahgunaan
dari pemegang gadai.
3. Karena benda yang digadaikan dikembalikan dengan kemauan sendiri oleh pemenang
gadai kepada pemberi gadai
4. Karena pemegang gadai lantaran sesuatu sebab menjadi pemilik benda yangdigadaikan
b.Jamian Fidusia
c.Hak Tanggungan
Obyek hak tanggungan dijual melalui pelelangan umum, menurut tata cara yang
ditentukandalam peraturan perundang-undangan untuk pelunasan piutang pemegang hak
tanggungandengan hak mendahului daripada kreditur-kreditur lainnya (Pasal 20 ayat (1) UUHT).
Namun, eksekusi dapat dilakukan di bawah tangan dengan lewat waktu setelah satu bulan
apabila pemberi dan pemegang hak tanggungan sepakat melakukannya (Pasal 20 ayat (2)UUHT).
d.Hipotik
Kapal laut objek hipotik Kapal menurut Pasal 510 BW sebetulnya termasuk benda bergerak.
Oleh karena itu, untuk bisa dijadikan obyek hipotik kapal tersebut harus terdaftar dalam daftar
kapal Indonesia.
Subyek hokum
1. Pemberi hipotik (hypotheek geyer)
Pihak yang dapat memberi hipotik atau yang berhak menghipotikkan kapal haruslah pihak
yang berhak memindah tangankan kapal itu (Pasal 1168 B W), orang perorangan atau badan
hukum pemilik kapal yang bersangkutan
2. Penerima hipotik (hypotheek nemer)
Peralihan hipotik Peralihan piutang yang dijamin dengan hipotik tersebut harus diberitahukan
kepada pegawai pendaftaran dan balik nama kapal untuk dilakukan pencatatan. Adanya
peralihan hipotik tidak berarti hapusnya utang debitur, karena yang terjadi hanyalah perubahan
pemeganghipotik.
Hapusnya hipotik (Pasal 1209 BW)
1. Hapusnya perikatan pokok;
2. Pelepasan hipotiknya oleh kreditur; dan
3. Penetapan tingkat oleh hakim
Pengertian Previlege
Pasal 1134 BW, suatu kedudukan istimewa yang diberikan undang-undang kepada orang-orang
yang berpiutang sehingga tingkatannya lebih tinggi dari orang yang berpiutanglainnya, semata-
mata berdasarkan sifat piutangnya.
Privilege bukan merupakan hak kebendaan meskipun sifat-sifatnya menyerupai pand dan
hypotheek, karena tidak memberikan suatu kekuasaan terhadap sesuatu benda.
2. Piutang-piutang yang diberikan privilege terhadap semua kekayaan orang yang berutang
a. Biaya-biaya yang berhubungan dengan tindakan hakim yang disebabkan oleh penyitaan
dan pelelangan benda-benda milik orang yang berutang.
b. Biaya-biaya untuk mengubur orang berutang yang meninggal dunia. Hakimdapat
mengurangi jumlah biaya ini yang dapat didahulukan apabila biaya- biaya penguburan
ini ada yang terlalu tinggi.
c. Biaya-biaya pengobatan sakit penghabisan dari orang berutang yangmeninggal dunia.
Biaya-biaya yang dimaksudkan di sini tidak hanyameliputi upah dokter melainkan juga
meliputi uang pembelian obat-obatandan perawatan di rumah sakit.
d. Upah buruh untuk satu tahun dan tahun kerja yang sedang berjalan.
e. Penagihan karena pembelian makanan untuk hidup seharihari angdiperlukan orang yang
berutang dan keluarganya selama 6 bulan yang palingakhir.
f. Penagihan uang penginapan dan perawatan dalam asrama satu tahun yangterakhir.
g. Piutang orang yang belum dewasa atau orang yang berada di bawah pengawasan
curatele terhadap seorang wali atau curator, yang disebabkanoleh kekurangan dalam
mengurus harta benda orang yang belum dewasa danorang yang diawasi itu, yaitu
sepanjang jaminan-jaminan mereka tidak mencukupi
Referensi
Sofwan, Sri Soedewi Masjchoen, Hukum Perdata : Hukum Benda, Yogyakarta : PT Liberty
Buana Raya, 2000