Anda di halaman 1dari 21

KELOMPOK 4

FADHLU TSAURI GIRSANG 180200087


YULIANA FITRI 180200162
SAHAL FAHRIAN 180200280
THARISYA AZZAHRA 180200359
AN ARAFAHAN 180200444
TIA DWI NINGRUM 180200493
Pembagian Jenis-Jenis Benda
Undang-undang membagi benda dalam beberapa macam yaitu;

a) Benda yang dapat diganti (contoh: uang) dan yang tak dapat diganti (contoh: seekor kuda)

b) Benda yang dapat diperdagangkan (praktis tiap barang dapat diperdagangkan) dan yang tidak dapat
diperdagangkan atau diluar perdagangan (contoh: jalan-jalan dan lapangan umum)

c) Benda yang dapat dibagi (contoh: beras) dan yang tidak dapat dibagi (contoh: seekor kuda)

d) Benda yang bergerak (contoh: perabot rumah) dan yang tak bergerak (contoh: tanah) (Soebekti, 1979 : 50 – 51).
Menurut Prof.Sri Soedewi Majvhoen Sofwan, benda dapat dibedakan atas:

• Barang – barang yang berwujud (lichamelijk) dan barang – barang tidak berwujud (onlichamelijk)

• Barang – barang yang bergerak dan barang – barang yang tidak bergerak
• Barang – barang yang dapat dipakai habis (verbruikbaar) dan barang – barang yang tidak dapat dipakai habis
(onverbruikbaar)

• Barang – barang yang sudah ada (tegenwoordige zaken) dan barang – barang yang masih aka nada (toekomstige zaken).
Barang yang akan ada dibedakan :

1. Barang – barang yang pada suatu saat sama sekali belum ada, misalnya panen yang akan datang

2. Barang – barang yang akan ada relative, yaitu barang-barang yang pada saat itu sudah ada, tetapi bagi
orang-orang yang tertentu belum ada, misalnya barang-barang yang sudah dibeli, tetapi belum diserahkan.

e) Barang-barang yang dalam perdagangan (zaken in de handel) dan barang-barang yang diluar perdagangan (zaken
buiten de handel).

f) Barang-barang yang dapat dibagi dan barang-barang yang tidak dapat dibagi

Sementara menurut Prof. L.J. Van Apeldoorn, benda dapat dibagi atas :

• Benda berwujud (lichamelijk zaken), yakni benda yang dapat ditangkap dengan pancaindra.

• Benda tidak berwujud (onlichamelijk zaken), yakni hak-hak subyektif.


Dari pembagian macam-macam benda yang telah disebutkan diatas, yang paling penting adalah pemabgian benda bergerak dan
benda tak bergerak, sebab pembagian ini mempunyai akibat yang sangat penting dalam hukum. Menurut Pasal 540
KUHPerdata, tiap-tiap kebendaan adalah benda bergerak atau benda tak bergerak.
• Benda bergerak adalah benda-benda yang karena sifatnya atau karena penetapan undang-undang dinyatakan sebagai
benda bergerak, misalnya kendaraan, surat-surat berharga, dan sebagainya. Dengan demikian kebendaan bergerak ini
sifatnya adalah kebendaan yang dapat dipindah atau dipndahkan (Pasal 509 KUHPerdata).
Menurut Pasal 505 KUHPerdata, benda bergerak ini dapat dibagi atas benda yang dapat dihabiskan dan benda yang tidak
dapat dihabiskan.
• Benda tidak bergerak adalah benda-benda yang karena sifatnya, tujuan pemakaiannya atau karena penetapan
undang-undang dinyatakan sebagai benda tak bergerak, misalnya tanah, bangunan, dan sebagainya .
Menurut Djaja S.Meliala, Benda dapat dibedakan atas :
1. Benda berwujud dan tidak berwujud (Pasal 503 KUHPerdata)
2. Benda bergerak dan tidak bergerak (Pasal 504 KUHPerdata)
3. Benda dapat dipalai habis dan tidak dapat dipakai habis (Pasal 505 KUHPerdata)
4. Benda yang sudah ada dan benda yang aka nada (Pasal 1334 KUHPerdata)

5. Benda dalam perdagangan dan diluar perdagangan (Pasal 537, 1444, dan 1445 KUHPerdata)

6. Benda yang dapat dibagi dan tidak dapat dibagi (Pasal 1296 KUHPerdata)

7. Benda terdaftar dan tidak terdaftar (Undang-Undang Hak Tanggungan, Fidusia) Benda atas nama dan tidak atas
nama (Pasal 613 KUHPerdata jis UUPA dan PP)

No.24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah) ( Djaja S. Meliala, 2015 : 4-5)

Dari pembedaan macam – macam benda sebagaimana disebut diatas, yang terpenting adalah pembedaan atas benda bergerak
dan tidak bergerak, serta pembedaan atas benda terdaftar dan tidak terdaftar (Sri Soedewi Masjchoen Sofwan, 1981:20).

Contoh benda terdaftar, misalnya : kendaraan bermotor, tanah, kapal, hak cipta,

Hak tanggungan, fidusia, telepon, dll. Sedangkan benda tidak terdaftar (tidak atas nama) adalah benda- benda bergerak yang
tidak sulit pembuktian pemiliknya karena berlaku asas “yang menguasai dianggap sebagai pemiliknya”, seperti alat-alat
rumah tangga, pakian, perhiasan, hewan-hewan peliharaan dll.
Pentingnya pembedaan ini terletak pada pembuktian pemiliknya (untuk ketertiban umum). Benda terdaftar
dibuktikan dengan tanda pendaftaran, atau sertifikat atas nama pemiliknya, sedangkan untuk benda tidak
terdaftar (tidak atas nama) berlaku asas “yang menguasai dianggap sebagai pemiliknya (Abdulkadir
Muhammad, 1990 : 1310).

KUHPerdata Indonesia tidak mengenal pembedaan antara benda terdaftar dan tidak terdaftar, tetapi BW
baru (NBW) mengenalnya. Benda terdaftar ada yang atas nama dan ada yang tidak atas nama. Sebaliknya
benda atas nama ada yang terdaftar dan ada yang tidak terdaftar. Benda atas nama yangb terdaftar contohnya
seperti saham-saham, piutang atas nama, dan lain-lain (Djaja S. Meliala, 2015 : 5).

Benda terdaftar dan atas nama ialah benda yang dibuktikan dengan tanda pendaftaran atau sertifikat atas nama
pemiliknya, misalnya : tanah, rumah, hak cipta, dan lain-lain. Sedangkan benda terdaftar tidak atas nama,
misalnya : hak tanggungan, fidusia, sisten resi gudang, dan lain-lain, dibuktikan dengan suatu akta.
TATA CARA PERALIHAN DAN PENJAMINAN ATAS BENDA
Penyerahan yang juga diistilahkan “levering”, “overdracht”, “opdracht”adalah merupakan tindakan atau perbuatan
pemindahan hak kepemilikan atas sesuatu barang atau benda dari seseorang kepada orang lain.Penyerahan adalah merupakan
salah satu cara untuk memperoleh hak milik. Hal ini ditegaskan dalam ketentuan Pasal 584 KUHPerdata yang menyatakan;
“Hak milik atas sesuatu kebendaan tak dapat diperoleh dengan cara lain, melainkan dengan pemilikan, karena perlekatan, karena
daluwarsa, karena pewarisan, baik menurut undang-undang, maupun menurut surat wasiat, dan karena penunjukan atau
penyerahan berdasar atas suatu peristiwa perdata untuk memindahkan hak milik,dilakukan oleh seorang yang berhak berbuat
bebas terhadap kebendaan itu”.
Adapun tata cara penyerahan (levering) adalah tergantung pada jenis benda yang akan diserahkan yaitu sebagai berikut :
1. Penyerahan (Peralihan) Benda Bergerak.Penyerahan benda bergerak diatur dalam Pasal 612 KUHPerdata, yang berbunyi:
“Penyerahan kebendaan bergerak, terkecuali yang tidak bertubuh,dilakukan dengan penyerahan nyata akan kebendaan itu
oleh atau atas nama pemilik,atau dengan penyerahan kunci-kunci dari bangunan dalam mana kebendaan itu berada.
Penyerahan tak perlu dilakukan, apabila kebendaan yang harus diserahkan,dengan alasan hak lain telah dikuasai oleh orang
yang hendak menerimanya.”Dari ketentuan pasal tersebut di atas menyatakan bahwa cara pelaksanaan penyerahan atas
benda bergerak dilakukan secara nyata (feitelijke) dari tangan ke tangan tanpa adanya suatu formalitas tertentu berupa akte
penyerahan. Bahkan jika yang akan diserahkan tersebut berupa benda yang berada dalam suatu gudang, maka penyerahan
benda tersebut cukup dengan penyerahan kunci gudang tersebut. Sekiranya benda yang akan diserahkan tersebut telah
berada dalam penguasaan seseorang yang akan menerima penyerahan benda tersebut sebagai houder misalnya penyewa,
maka dalam hal demikian tidak perlu lagi dilakukan penyerahannya melainkan dengan terjadinya perjanjian yang menjadi
dasar dari penyerahan tersebut, hak milik atas barang tersebut otomatis berpindah. Penyerahan yang demikian dinamakan
“tradition brevimanu” atau “levering met de korte hand” atau yang disebut penyerahan secara tangan pendek.
Mariam Darus Badrulzaman menyimpulkan, ada beberapa cara penyerahan benda bergerak/berwujud sebagai berikut :a) Dengan
penyerahan nyata (feitelijke levering) Pasal 612 KUHPerdata dengan perkataan lain dari tangan ke tangan.b) Penyerahaan
simbolis (tradition simbolica) Pasal 612 KUHPerdata misalnyadengan penyerahan kunci dari gudang.c) Penyerahan dengan cara
pendek (tradition brevi manu), Pasal 612KUHPerdata terjadi dalam hal benda yang akan diserahkan dengan alas hakyang lain
telah berada dalam penguasaan orang yang berhak menerimanya.d) Penyerahan dengan cara panjang (tradition longa manu),
terjadi jika bendayang akan diserahkan berada dalam penguasaan pihak ketiga.e) Constitutum possessorium, terjadi jika benda
yang akan diserahkan beradadalam tangan pemilik semula.

2. Penyerahan (Peralihan) Benda Tidak Bergerak (on roerende zaken)Mengenai penyerahan (levering) benda tidak bergerak ini
haruslah memperhatikan ketentuan Undang-Undang Pokok Agraria yang diatur dalam UU Nomor 5 tahun 1960, dimana
penyerahan atas tanah tidak berlaku lagi ketentuan yang diatur dalam KUHPerdata melainkan yang mengaturnya adalah
ketentutan Undang-Undang Pokok Agraria.Dalam ketentuan KUHPerdata penyerahan benda tidak bergerak diatur dalam Pasal
616. Yang menyatakan ; “Penyerahan atau penunjukkan akan kebendaan tak bergerak dilakukan dengan cara pengumuman
akta-akta yang bersangkutan dengan cara seperti yang ditentukan dalam Pasal 620 KUHPerdata”.R.Subekti mengemukakan;
penyerahan-mengenai benda tidak bergerak-harus dilakukan dengan pembuatan suatu tulisan yang dinamakan “akte van
transport” (surat penyerahan), yang dibuat secara resmi (authentiek), di depan notaris. Akte tersebut berupa suatu keterangan
timbal-balik yang ditandatangani bersama oleh si penjual dan si pembeli, yang secara pokok berisi disatu pihak penjual
menyerahkan hak milik atau benda yang bersangkutan.Peralihan benda tidak bergerak yang berwujud tanah, gedung, pabrik atau
semua yang melekat di atas tanah harus dilakukan dengan balik nama. Akta peralihan atas harus dibuat dihadapan Pejabat
Pembuat Akta Tanah (PPAT).
c) Piutang Surat-tunjuk (aan order).Diatur dalam Pasal 613 ayat 3 KUH Perdata, yaitu dilakukan dengan penyerahan dari surat itu
disertai dengan endossemen. Endossemen dimaksudkan yaitu dengan menuliskan di balik surat piutang itu yang menyatakan kepada
siapa piutang tersebut dipindahkan. Pada prinsipnya tidak semua benda jaminan dapat dijaminkan pada lembaga perbankan atau
lembaga keuangan non bank, namun benda yang dijaminkan adalah benda-benda yang memenuhi syarat syarat tertentu. Menurut
Rachmadi Usman, syarat-syarat benda jaminan yang baik adalah :

1. Dapat secara mudah membantu perolehan kredit itu oleh pihak yang memerlukannya;
2. Tidak melemahkan potensi (kekuatan) debitur untuk melakukan atau meneruskan usahanya;
3. Memberikan kepastian kepada kreditur, dalam arti bahwa barang jaminan setiap waktu tersedia untuk dieksekusi, bila perlu dapat
mudah diuangkan untuk melunasi hutangnya debitur.
Jaminan kebendaan ialah jaminan yang objeknya berupa baik barang bergerak maupun tidak bergerak yang khusus diperuntukan
untuk menjamin utang debitur kepada kreditur apabila dikemudian hari debitur tidak dapat membayar utangnya kepada
kreditur.Sebagaimana disebutkan di atas, benda debitur yang dijaminkan bisa berupa benda bergerak maupun tidak bergerak.
Untuk benda bergerak dapat dijaminkan dengan gadai dan fidusia, sedangkan untuk benda tidak bergerak khususnya tanah
beserta benda-benda yang berkaitan dengan tanah dibebankan dengan hak tanggungan (Undang-undang Republik Indonesia
Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan atas Tanah beserta Benda, benda yang Berkaitan Dengan Tanah) dan untuk
benda tidak bergerak bukan tanah seperti kapal laut dengan bobot 20 m3 atau lebih dan pesawat terbang serta helikopter
dibebankan dengan hak hipotik.
Peralihan hak atas kapal laut dibuat dengan akta otentik yang dibuat di hadapan Sahbandar. Peralihan hak atas pesawat udara dibuat
dengan akta otentik yang dibuat di hadapan pejabat Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Departemen Perhubungan

3. Penyerahan benda tidak bertubuh (onlichamelijk zaak)Untuk penyerahan benda tidak berwujud (bertubuh) diatur dalam Pasal
613KUHPerdata yang menyatakan: “Penyerahan akan piutang atas nama dan kebendaan tak bertubuh lainnya, dilakukan dengan jalan
membuat sebuah akte autentik atau dibawah tangan, dengan mana hak-hak atas kebendaan itu dilimpahkan kepada orang lain.
Penyerahan yang demikian bagi si berutang tiada akibatnya, melainkan setelah penyerahan itu diberitahukan kepadanya, atau secara
tertulis disetujui dan diakuinya. Penyerahan tiap-tiap piutang karena surat-bawa dilakukan dengan penyerahan surat itu, penyerahan
tiap-tiap piutang karena surat-tunjuk dilakukan dengan penyerahan surat disertai dengan endossemen”.Dari ketentuan tersebut di atas
maka yang disebut dengan benda yang tidak berwujud atau atau tidak bertubuh adalah terdiri dari ;

a) Piutang atau tagihan atas nama (op naam)Penyerahan piutang atau tagihan atas nama (op naam) ini disebutkan dalamPasal 613 ayat
(1) KUHPerdata. Syarat utama penyerahan piutang atau tagihan atas nama (opnaam) ini di dalam Pasal 613 ayat (1) KUHPerdata
tersebut diatas disebutkan harus dibuat dengan suatu akta otentik ataupun akta dibawah tangan, sehingga penyerahan secara lisan
tidaklah sah.
b) Piutang Surat-bawa (aan toonder)Penyerahan piutang surat-bawa (aan tonder) diatur dalam Pasal 613 ayat 3 KUHPerdata, dimana
dilakukan dengan cara penyerahan nyata (feitelijke levering).
Tata cara penjaminan atas benda.

Benda Bergerak :

1. Gadai Dalam KUHper tentang gadai dalam pasal 1150, menjelaskan bahwa Gadai adalah suatu hak yang diperoleh kreditur atas
suatu barang bergerak, yang diserahkan kepadanya oleh kreditur, atau oleh kuasanya, sebagai jaminan atas utangnya, dan yang
memberi wewenang kepada kreditur untuk mengambil pelunasan piutangnya dan barang itu dengan mendahalui kreditur-kreditur
lain; dengan pengecualian biaya penjualan sebagai pelaksanaan putusan atas tuntutan mengenai pemilikan atau penguasaan, dan
biaya penyelamatan barang itu, yang dikeluarkan setelah barang itu sebagai gadai dan yang harus didahulukan .

2. Fidusia adalah pengalihan hak kepemilikan suatu benda atas dasar kepercayaan dengan ketentuan bahwa benda yang hak
kepemilikannya dialihkan tersebut tetap dalam penguasaan pemilik benda Pasal 1 Undang-Undang Nomor 42 tahun 1999 tentang
Jaminan Fidusia). Permohonan pendaftaran jaminan fidusia dilakukan oleh penerima fidusia, kuasa atau wakilnya dengan
melampirkan pernyataan pendaftaran jaminan fidusia. Pernyataan pendaftaran memuat : (a) Identitas pihak Pemberi dan Penerima
Fidusia(b) Tanggal,nomor akta jaminan Fidusia, nama, tempat kedudukan notaris yang membuat akta Jaminan Fidusia(c) Data
perjanjian pokok yang dijamin fidusia(d) Uraian mengenai Benda yang menjadi obyek Jaminan Fidusia(e) Nilai penjaminan(f)
Nilai benda yang menjadi obyek Jaminan Fidusia. Kantor pendaftaran fidusia mencatat jaminan fidusia dalam Buku Daftar
Fidusia pada tanggal yang sama dengan tanggal penerimaan permohonan pendaftaran. Kantor pendaftaran fidusia menerbitkan dan
menyerahkan kepada penerima fidusia pada tanggal yang sama dengan tanggal penerimaan permohonan pendaftaran. Sertifikat
Jaminan Fidusia yang merupakan salinan dari Buku Daftar Fidusia memuat catatan tentang hal-hal persyaratan-persyaratan
pendaftaran jaminan fidusia.
Jaminan fidusia lahir pada tanggal yang sama dengan tanggal dicatatnya jaminan Fidusia dalam Buku Daftar Fidusia. Benda Tidak
Bergerak benda tidak bergerak khususnya tanah beserta benda-benda yang berkaitan dengan tanah dibebankan dengan hak tanggungan.

1. Hak Tanggungan atas tanah Adalah hak jaminan yang dibebankan pada hak atas tanah sebagaimana dimaksud dalam
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria, berikut atau tidak berikut benda-benda lain yang
merupakan satu kesatuan dengan tanah itu, untuk pelunasan utang tertentu, yang memberikan kedudukan yang diutamakan kepada
kreditor tertentu terhadap kreditor-kreditor lain. Objek Hak tanggungan : Hak Milik; Hak Guna Usaha; Hak Guna Bangunan. , Hak
Pakai atas tanah Negara yang menurut ketentuanyang berlaku wajib didaftar dan menurut sifatnya dapat dipindah tangankan.
Tata cara Hak tanggungan :

1) Pembuatan perjanjian utang piutang yang di dalamnya terdapat “janji untuk memberikan Hak Tanggungan sebagai jaminan
pelunasan utang” yang dituangkan di dalam dan merupakan bagian tak terpisahkan dari perjanjian utang-piutang2) Selanjutnya
dilakukan pembuatan Akta Pemberian Hak Tanggungan oleh PPAT.3) Pemberian Hak Tanggungan wajib didaftarkan pada Kantor
Pertanahan.4) Kantor Pertanahan membuat buku tanah Hak Tanggungan dan mencatatnya dalam buku tanah hak atas tanah yang
menjadi obyek Hak Tanggungan dan menyalin catatan tersebut pada sertipikat hak atas tanah yang bersangkutan.5) Tanggal buku
tanah Hak Tanggungan tsb adalah tanggal hari ketujuh setelah penerimaan secara lengkap surat-surat yang diperlukan bagi
pendaftarannya; jika hari ketujuh itu jatuh pada hari libur, buku tanah yang bersangkutan diberi bertanggal hari kerja berikutnya.
Benda Tidak Bergerak Bukan Tanah

Benda tidak bergerak bukan tanah seperti kapal laut dengan bobot 20 m3 atau lebih dan pesawat terbang serta
helikopter dibebankan dengan hak hipotik Hak Hipotik Diatur dalam Pasal 1162 sampai dengan Pasal 1232 KUHPer
serta Undang-Undang No. 17/2008 tentang Pelayaran. Hipotik adalah suatu hak kebendaan atas benda-benda tak
bergerak, untuk mengambil penggantian daripadanya bagi pelunasan suatu perikatan. Dalam hipotek yang menjadi
objek adalah kapal dengan isi 20 m3.Eksekusi atau tata cara pelaksanaan terhadap hak hipotik dapat melihat pada
ketentuan Pasal 1178 (2) KUHPerdata: Dalam hal debitur wanprestasi, maka kreditur selaku pemegang hipotik atas
kapal berhak untuk melakukan penjualan secara lelang di muka umum atas kapal-kapal yang sudah dibebani dengan
hipotik yang mana hasil penjualan kapal tersebut digunakan sebagai pelunasan kewajiban debitor kepada kreditur.
KEPEMILIKAN ATAS BENDA BERDASARKAN KUHPER DAN PERATURAN DI LUAR KUHPER

Berdasarkan Pasal 504 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (“KUHPer”), benda dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu benda
bergerak dan benda tidak bergerak. Mengenai benda tidak bergerak, diatur dalam Pasal 506 – Pasal 508 KUHPer. Sedangkan
untuk benda bergerak, diatur dalam Pasal 509 – Pasal 518 KUHPer.
Yang termasuk golongan benda tidak bergerak (“onroerend”) pertama karena sifatnya, kedua karena tujuan pemakaiannya,
dan ketiga karena memang demikian ditentukan oleh undang-undang.
untuk kebendaan tidak bergerak dapat dibagi dalam tiga golongan:
 
1. Benda tidak bergerak karena sifatnya (Pasal 506 KUHPer) misalnya tanah dan segala sesuatu yang melekat atau didirikan di
atasnya, atau pohon-pohon dan tanaman-tanaman yang akarnya menancap dalam tanah atau buah-buahan di pohon yang
belum dipetik, demikian juga barang-barang tambang.
 2.    Benda tidak bergerak karena peruntukannya atau tujuan pemakaiannya (Pasal 507 KUHPer) misalnya pabrik dan
barang-barang yang dihasilkannya, penggilingan-penggilingan, dan sebagainya. 
3.  Benda tidak bergerak karena ketentuan undang-undang misalnya, hak pakai hasil, dan hak pakai atas kebendaan tidak
bergerak, hak pengabdian tanah, hak numpang karang, hak usaha, dan lain-lain (Pasal 508 KUHPer). 
bahwa untuk kebendaan bergerak dapat dibagi dalam dua golongan:

1. Benda bergerak karena sifatnya yaitu benda-benda yang dapat berpindah atau dapat dipindahkan misalnya ayam, kambing, buku,
pensil, meja, kursi, dan lain-lain (Pasal 509 KUHPer).
2. Benda bergerak karena ketentuan undang-undang (Pasal 511 KUHPer) misalnya:
a. Hak pakai hasil dan hak pakai atas benda-benda bergerak;
b. Hak atas bunga-bunga yang diperjanjikan;
c. Penagihan-penagihan atau piutang-piutang;
d. Saham-saham atau andil-andil dalam persekutuan dagang, dan lain-lain.

Apa manfaat mengetahui benda bergerak dan benda tidak bergerak :

Manfaat pembedaan benda bergerak dan benda tidak bergerak akan terlihat dalam hal cara penyerahan benda tersebut, cara
meletakkan jaminan di atas benda tersebut, dan beberapa hal lainnya.
Konsep Kepemilikan Benda

Menurut ketentuan Pasal 570 KUHPerdata


“Hak milik adalah hak untuk menikmati suatu barang secara lebih leluasa dan untuk berbuat bebas terhadap barang itu sepenuhnya, asal
tidak bertentangan dengan undang-undang atau peraturan umum yang ditetapkan oleh kuasa yang berwenang dan asal tidak mengganggu
hak;hak orang lain; kesemuanya itu tidak mengurangi kemungkinan pencabutan hak demi kepentingan umum dan penggantian kerugian
yang pantas, bedasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.”
Berdasarkan ketentuan tersebut terlihat bahwa hak milik walaupun terlihat penuh, namun masih tetap dibatasi dengan peraturan
perundang-undangan, tidak bertentangan dengan kepentingan umum, dan hak-hak orang lain. Serta hak milik merupakan hak yang paling
utama artinya menjadi dasar bagi segala hak kebendaan lainnya. Karena tanpa adanya hak milik tidak akan hak-hak yang lain yang akan
muncul atas suatu kebendaan. Kemudian pemilik dapat menikmati sepenuhnya. Dan hak milik tidak dapat diganggu gugat sejauh untuk
memenuhi kebutuhan pemiliknya secara wajar.
Sedangkan cara memperoleh hak milik menurut Pasal 584 KUH Perdata dilakukan sesuai dengan bunyi berikut:

Hak milik atas suatu barang tidak dapat diperoleh selain dengan pengambilan untuk dimiliki, dengan perlekatan, dengan lewat waktu,
dengan pewarisan, baik menurut undang-undang maupun menurut surat wasiat, dan dengan penunjukan atau penyerahan berdasarkan
suatu peristiwa perdata untuk pemindahan hak milik, yang dilakukan oleh orang yang berhak untuk berbuat terhadap barang itu.
Hak milik dapat diperoleh dengan berbagai cara seperti yang tercantum dalam pasal 584 KUHPerdata yaitu

1.Pengambilan(toegening atau occupatio)Yaitu cara memperoleh hak milik dengan mengambil benda-benda bergerak yang sebelumnya tidak
ada pemiliknya (res nullius), seperti binatang di hutan, ikan di sungai, dan sebagainya.
2.penarikan oleh benda lain(natrekking atau accessio) Yaitu cara memperoleh hak milik di mana benda (pokok) yang dimiliki sebelumnya
karena alam bertambah besar atau bertambah banyak. Misalnya pohon yang berbuah.
3.Lewat waktu /daluarsa(verjaring)Yaitu cara memperoleh hak milik karena lampaunya waktu 20 tahun dalam hal ada alas hak yang sah atau
30 tahun dalam hal tidak ada alas hak. Lewat waktu ini diatur dalam Pasal 610 BW dan pasal-pasal Buku IV BW tentang pembuktian dan
daluarsa.Ada dua macam yaitu:

a.Acquisitieve verjaring adalah cara untuk memperoleh hak-hak kebendaan seperti hak milik.
b. Extinctieve verjaring adalah cara untuk dibebaskan dari suatu perutangan.
4. Pewarisan (erfopvolging) yaitu cara memperoleh hak milik bagi para ahli waris atas boedel warisan yang ditinggalkan pewaris.
5. Penyerahan (levering atau overdracht) yaitu cara memperoleh hak milik karena adanya pemindahan hak milik dari seseorang yang berhak
memindahkannya kepada orang lain yang memperoleh hak milik itu. Menurut pendapat umum di kalangan ahli hukum dan para hakim,
dalam BW berlaku apa yang dinamakan causal stelsel, dimana sah atau tidaknya peralihan hak milik bergantung kepada sah tidaknya
perjanjian obligatoir. Dalam sistem ini perlindungan lebih banyak diberikan kepada pemilik daripada pihak ketiga.
Ciri ciri hak milik :

1.hak mili merupakan hak induk terhadap hak kebendaanlainnya


2. hak milik merupakan hak yang selengkap lengkapnya
3. hak milik bersifat tetap artinya tidak akan lenyap terhadap hak kebendaan yang lainnya
4. hak milik merupakan inti dari kebendaan lainnya.

Hak milik bersama dapat dibedakan atas 2 macam hak yaitu:


1. mempunyai hak milik bersama itu tidak ada hubungan selain daripada mereka bersama menjadi pemilik. Misalnya A, B, dan C
bersama-sama membeli buku.
2. Hak milik bersama yang terikat (gebonden emedeeigendom), dalam hak ini adanya orang-orang yang bersama Hak milik bersama yang
bebas (vrije medeeigendom), dalam hak ini orang-orang yang -sama menjadi pemilik atas suatu benda itu adalah akibat daripada hubungan
satu sama lain yang telah ada sebelumnya.

Adapun sebab-sebab yang mengakibatkan hilangnya (hapusnya) hak milik adalah:


1. Karena orang lain memperoleh hak milik itu dengan salah satu cara untuk memperoleh hak milik seperti telah diuraikan di atas;
2. Karena musnahnya benda yang dimiliki;
3. Karena pemilik melepaskan benda yang dimilikinya dengan maksud untuk melepaskan hak miliknya.
PERATURAN DI LUAR KUHPER

Adapun yang dimaksud dengan “peristiwa perdata (yang merupakan terjemahan dari kata “rechtstitel”) untuk memindahkan hak milik”
adalah hubungan hukum yang menimbulkan kewajiban untuk menyerahkan suatu benda tertentu ke dalam kepemilikan orang yang
menerima penyerahan.

Peristiwa perdata itu -rechtstitel atau biasa disingkat titel- bisa berupa perjanjian, tindakan hukum sepihak atau undang-undang, sekalipun
yang paling umum adalah perjanjian dan dari perjanjian itu yang paling banyak terjadi adalah perjanjian jual beli.
Contoh tindakan hukum sepihak yang menimbulkan kewajiban penyerahan adalah hibah wasiat (legaat), yang mewajibkan ahli waris
-biasanya melalui seorang pelaksana wasiat- menyerahkan legaatnya. Sedangkan titel yang timbul karena undang-undang adalah kewajiban
pelaku PMH untuk membayar ganti rugi kepada korbannya.

Dari ketentuan di atas kita tahu, bahwa orang menyerahkan suatu benda kepada orang lain untuk menjadi milik orang lain itu, pasti ada
dasarnya. Tidak ada orang yang tanpa ada apa-apa menyerahkan suatu benda kepada orang lain. Paling tidak ia mempunyai kehendak untuk
memberikan benda itu sebagai hibah. Dasar penyerahan itu bisa berupa perjanjian, tindakan hukum sepihak atau undang-undang.

Jadi, kalau dasar penyerahan itu adalah suatu perjanjian, maka perjanjian itu harus menimbulkan kewajiban untuk menyerahkan obyek
perjanjian, dengan perkataan lain perjanjian itu harus merupakan perjanjian obligatoir.
A.FIDUISA

Fiduisa diatur dalam UU NO 42/1999,tentang jaminan fiduisa.pengertian fiduisa dapat di temukan dalam pasal 1 angka 1 UU NO 42/1999
yaitu:

Pengalihan hak kepemilikan suatu benda atas dasar kepercayaan dengan ketentuan bahwa benda yang hak kepemilikannya di alihkan tersebut
tetap dalam penguasaan pemilik benda

Objek fiduisaa yaitu benda bergerak baik yang berwujud maupun tidak berwujud dan benda tidak bergerak khususnya bangunan yang tidak
dapat di bebani hak tanggungan sebagaiman di maksud dalam UU NO 4 tahun 1996 tentang hak tanggungan

B. HAK TANGGUNGAN

Di atur dalam UU NO 4 tahun 1996 tentang hak tanggungan yaitu hak jaminan yang di bebankan kepada ha katas tanah sebagai di maksud
dalam undang undang No 5 tahu 1960 tentang peraturan dasar pokok pokok agraria
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai