Anda di halaman 1dari 9

PERKEMBANGAN HUKUM

PERDATA
(PEMBAHASAN TENTANG PENDEWASAAN, PERWALIAN &KEADAAN TIDAK HADIR)
O
L
E
H

1. Erma Dianti Manullang (170200404)


2. Fertika Yuliandari (180200024)
3. Qurrata Ayuni (180200090)
4. Wister Junan Hari Manullang (180200226)
5. Iyosi O. Saragih (180200306)

Fakultas Hukum USU


Departemen Hukum Perdata
Hukum Perdata BW
2021
PENGERTIAN PENDEWASAAN, PERWALIAN, DAN KEADAAN TIDAK HADIR

Pendewasaan adalah suatu upaya hukum yang digunakan untuk meniadakan seorang yang belum dewasa (minderjarigheid)
baik untuk keseluruhan maupun untuk hal tertentu.
Ada 2 macam pendewasaan, yaitu:
a) Pendewasaan Sempurna. Adalah pendewasaan yang meniadakan keadaan seorang yang belum dewasa untuk keseluruhan
(Pasal 424 KUHPer).
b) Pendewasaan Terbatas. Adalah pendewasaan yang diberikan hanya untuk hal-hal tertentu (Pasal 426 KUHPer).

Perwalian mempunyai arti orang lain selaku pengganti orang tua yang menurut hukum diwajibkan mengawasi dan mewakili
anak yang belum dewasa atau belum akil baligh (berusia dibawah 18 tahun dan belum menikah).
Dalam KUHPer terdapat 3 macam perwalian, yaitu:

a. Perwalian oleh suami istri yang hidup lebih lama. Hal ini diatur dalam pasal 345-354 KUHPer.
b. Perwalian yang ditunjuk oleh bapak atau ibu dengan surat wasiat atau akta tersendiri. Pasal 355 ayat 1, ayat 5 KUHPer.
c. Perwalian yang diangkat oleh hakim. Pasal 359 KUHPer.
PENGERTIAN PENDEWASAAN, PERWALIAN, DAN KEADAAN TIDAK HADIR

Keadaan tidak hadir diatur dalam Bab ke 18 KUHPer. Dari pasal 463 KUHPer dapat diketahui bahwa keadaan tidak hadir
terdiri dari beberapa unsur, yaitu:
- Meninggalkan tempat kediamannya
- Tanpa memberi kuasa kepada orang lain untuk mewakilinya
- Tidak menunjuk atau memberikan kepada orang lain untuk mengurus kepentingannya
- Kuasa yang pernah diberikan telah gugur
- Jika timbul keadaan yang memaksa untuk menanggulangi pengurusan harta bendanya secara keseluruhan atau sebagian
- Untuk mengangkat seorang wakil harus mengadakan tindakan-tindakan hukum untuk mengisi kekosongan sebagai akibat
ketidakhadiran tersebut
- Mewakili dan mengurus kepentingan orang yang tidak hadir, tidak hanya meliputi harta kekayaan saja melainkan juga
untuk kepentingan pribadinya.
REGULASI TERBARU TERKAIT DENGAN PENDEWASAAN, PERWALIAN, DAN KEADAAN TIDAK HADIR

Pendewasaan
∙ Pasal 172 ayat 1 R.Bg/ Pasal 145 ayat 1 HIR
∙ Pasal 47 ayat (1) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan
∙ Putusan MA RI tanggal 13 Oktober 1976 No. 477Sip/1976
∙ UU Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia
∙ Undang-Undang No. 12 Tahun 2006 tentang Kewarganegaraan Republik Indonesia
∙ Undang-Undang No. 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris
∙ Undang-Undang No. 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak sebagaimana terakhir diubah dalam Undang-Undang
No. 35 Tahun 2014
∙ Undang-Undang No. 44 Tahun 2008 tentang Pornografi
∙ Udang-Undang No. 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan Pidana Anak
∙ Kompilasi Hukum Islam
∙ Undang-Undang No. 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum
∙ SK Dirjen agraria Direktorat pendaftaran (Kadaster) No. Dpt. 7/539/7-77, tertanggal 13-7-77 (“SK Mendagri 1977”)
∙ Surat edaran Menteri Agraria dan tata ruang/kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 4/SE/I/2015
REGULASI TERBARU TERKAIT DENGAN PENDEWASAAN, PERWALIAN, DAN KEADAAN TIDAK HADIR

Perwalian
Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 29 Tahun 2019 tentang Syarat dan Tata Cara Penunjukan Wali, pada 26 April
2019. Penerbitqan PP ini untuk melaksanakan ketentuan Pasal 33 ayat (5) Undang-Undang Nomor 35 Tahun
2014 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.

Keadaan Tidak Hadir


∙ Buku I Bab Kedelapan Belas KUHPerdata mulai Pasal 463 sampai Pasal 495 KUHPerdata
∙ Staatblad Tahun 1946 Nomor 137 junctoBijblad V dan Staatblad Tahun 1949
∙ Intruksi untuk Balai Harta Peninggalan di Indonesia yaitu Ordonansi tanggal 5 Oktober Tahun 1872
Lembaran Negara Tahun 1872 Nomor 166 yang mulai berlaku pada tanggal 1 Juli 1873, Bab Keempat Pasal
61 juncto Pasal 64 ayat (2) dan (3)
KECAKAPAN BERTINDAK BERDASARKAN USIA
Kewenangan Hukum (rechtsbevoegdheid) adalah kewenangan untuk Tindakan hukum bisa dan adakalanya memang
menjadi pendukung (mempunyai) hak dan kewajiban dalam hukum. mempunyai akibat hukum yang sangat besar dan
Kecakapan bertindak (handelingsbekwaamheid) adalah kewenangan luas maka pembuat undang-undang merasa perlu
umum, yang dipunyai oleh persoon pada umumnya, untuk melakukan memberikan perlindungan kepada mereka-mereka
tindakan hukum pada umumnya. yang belum atau dianggap belum dapat
merumuskan kehendaknya dengan benar dan belum
Kewenangan bertindak (handelingsbevoegdheid) adalah kewenangan atau dianggap belum dapat menyadari dengan benar
khusus, yang dipunyai oleh persoon tertentu, untuk melakukan tindakan atau sepenuhnya akibat hukum dari perbuatannya.
hukum (atau tindakan-tindakan hukum) tertentu. Jadi, sekalipun setiap manusia mempunyai
Kecakapan bertindak maupun kewenangan bertindak, keduanya kewenangan hukum, tetapi demi perlindungan
berkaitan dengan peristiwa melakukan tindakan hukum. Pasal 1329 BW kepada mereka-mereka sendiri, ada di antara
mengatakan bahwa pada asasnya setiap orang adalah cakap untuk membuat mereka yang oleh undang-undang dianggap belum
perjanjian, kecuali undang-undang menentukan lain. Mereka yang cakap mampu untuk melaksanakan sendiri hak-haknya.
bertindak adakalanya oleh undang-undang dinyatakan tidak wenang untuk Jadi, ketentuan mengenai kecakapan bertindak
melakukan tindakan-tindakan hukum tertentu. Yang demikian itu tampak yang nanti akan dikemukakan, yang dikaitkan
dalam Pasal 1467; Pasal 1468; Pasal 1469; Pasal 1470; Pasal 1678; Pasal dengan usia dewasa, bermaksud untuk melindungi
1601i BW. si tidak cakap bertindak.
KECAKAPAN BERTINDAK BERDASARKAN USIA

Perbedaan dalam kecakapan bertindak dengan kewenangan bertindak dapat dikemukakan dari akibat ketidakcakapan dan
ketidakwenangan. Akibat dari ketidakcakapan, perjanjian yang bersangkutan dapat dituntut pembatalannya oleh pihak si
tidak cakap baik melalui wakilnya atau dirinya sendiri sesudah ia menjadi dewasa. Akibat dari ketidakwenangan bertindak
adalah perjanjian itu batal demi hukum.

Dalam BW, “kedewasaan” dikaitkan dengan Patokan “kedewasaan” dalam Hukum Adat yang
sejumlah tahun tertentu. Orang yang telah diukur secara kualitatif memang lebih adil, namun
mencapai umur genap 21 tahun atau telah demikian kurang memenuhi kepastian hukum
menikah sebelum mencapai usia itu (Pasal karena tidak mudah bagi kita untuk mengukur
330 BW) dianggap sudah dewasa. apakah seseorang itu sudah mandiri.
Hukum Adat mempunyai cara lain untuk BW memakai ukuran kuantitatif (berdasarkan
menetapkan apakah seseorang telah dewasa banyaknya tahun) dan lebih menekankan kepada
dan cakap untuk bertindak. kepastian hukum.
KESIMPULAN

Pendewasaan adalah suatu upaya hukum yang digunakan untuk meniadakan seorang yang belum dewasa
(minderjarigheid) baik untuk keseluruhan maupun untuk hal tertentu. Terkait regulasi terbaru mengenai pendewasaan
terdapat pada pasal 330 KUHPerdata dan beberapa undang-undang lainnya.
Perwalian mempunyai arti orang lain selaku pengganti orang tua yang menurut hukum diwajibkan mengawasi dan
mewakili anak yang belum dewasa atau belum akil baligh (berusia dibawah 18 tahun dan belum menikah).
Keadaan tidak hadir diatur dalam Bab ke 18 KUHPer.
Kecakapan bertindak berdasarkan usia diatur dalam pasal 1329 BW yang mengatakan bahwa pada asasnya setiap
orang adalah cakap untuk membuat perjanjian, kecuali undang-undang yang menentukan lain. Mereka yang cakap
bertindak ada kalanya dalam undang-undang dinyatakan tidak wewenang untuk melakukan tindakkan-tindakkan
hukum tertentu. Dalam hal ini kecakapan bertindak terdapat sebuah akibat ketidakcakapan yang dimana, perjanjian
yang bersangkutan dapat dituntut pembatalannya oleh pihak si tidak cakap baik melalui wakilnya atau dirinya sendiri
sesudah ia menjadi dewasa.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai