Anda di halaman 1dari 10

Dyah Ayu Saraswati (FH UI 2018)

ASAS-ASAS HUKUM ADAT


UAS

9.
konsepsi hukum adat mengenai benda
Benda adalah segala sesuatu yang bisa dimiliki, dijadikan hak, dikuasai. Dalam hukum
Barat, pembagiannya menjadi: benda berwujud, benda tidak berwujud, benda begerak,
benda tetap, dsb. Dalam hukum adat, benda dibagi menjadi benda tanah dan benda
bukan tanah.

benda tanah/benda terikat

Keterikatan masyarakat hukum adat Indonesia yang erat dengan tanah dapat ditarik asal
usul kita sebagai masyarakat agraris. Tanah dianggap harta kekayaan yang paling
berharga karena bersifat abadi. Antara tanah dan kita terdapat hubungan religius magis;
dianggap aset kultural. Tanah, bagi hukum adat, memiliki fungsi sosial. Ada hubungan
individu dengan tanah: seluruh anggota MHA memiliki hak bersama (hak ulayat) untuk
memiliki tanah tersebut. Tanah bagi masyarakat berperan sebagai tempat tinggal dan
mempertahankan kehidupan; alat pengikat masyarakat dalam suatu persekutuan; dan
sebagai modal produksi utama dalam suatu persekutuan.

Walaupun tanah dianggap hak ulayat, tidak menutup kemungkinan adanya individu yang
memiliki tanah, selama diberikan izin oleh kepala adat, dengan syarat tanah tersebut
harus digarap/diolah terus menerus. Kalo nggak, ntar bisa dicabut kepemilikan itu sama
kepala adatnya.. It’s mutually exclusive; strong ulayat rights means weak personal rights,
and weak ulayat rights means strong personal rights.

benda bukan tanah/benda lepas

Dalam hukum adat, yang dianggap benda bukan tanah/benda lepas ialah rumah, pohon,
hewan ternak besar (untuk upacara adat), hewan kecil, dan harta kekayaan tidak terlihat
(kekayaan intelektual).

asas pemisahan horizontal (horizontal scheiding


beginzel)
Dalam hukum adat, hubungan benda tanah dan bukan tanah memiliki prinsip yang
berbeda dari hukum barat. Hukum adat menganut asas pemisahan horizontal
1
Dyah Ayu Saraswati (FH UI 2018)

sementara hukum barat mengenal asas nattrekking (asas perlekatan). Dalam asas
pemisahan horizontal, meskipun seseorang memiliki tanah, belum tentu rumah dan pohon
di atas tanah itu ialah miliknya; ada kemungkinan adanya kepemilikan yang berbeda-
beda. Dalam asas nattrekking, kalau punya tanah, maka rumah dan pohon di atas tanah
tsb. pasti miliknya.

penerapan hukum atas asas pemisahan horizontal


Peraturan tentang tanah diatur dalam UU No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar
Pokok-Pokok Agraria atau dikenal sebagai UU Pokok Agraria/UU PA. Dalam Pasal 21 UU
PA, orang asing dilarang untuk memiliki hak milik atas tanah. Dalam hukum adat juga
berlaku aturan di mana transaksi tanah tidak boleh dilakukan di luar MHA-nya, tetapi
hanya internalnya saja. MHA luar dianggap “warga negara asing.”

Ada yang disebut juga dengan “tanah kosong tidak murni.” Hal ini muncul saat seseorang
telah dibukakan tanah oleh kepala adat, mengolahnya hingga berhak untuk punya hak
milik, ntar dia minta ke kepala adat tanah, si tanah itu yang secara “resmi” dikasih sama
kepala adatnya ke dia.

10.
subyek hukum: hak atas tanah menurut hukum adat

masyarakat/persekutuan hukum adat

Masyarakat hukum adat ialah inlander; golongan Bumiputera, Pribumi, golongan ketiga
dalam Indische Staatsregeling. Golongan pertama (Eropa) di masa kini sudah tidak ada;
golongan kedua (Timur Asing) sebagian kembali ke negaranya, dan sebagian menjadi
WNI. Bumiputera menetap di Indonesia. Jadi, masyarakat hukum ada adalah kita.

MHA bercorak/bersifat komunalistik, magis religius, kontan/tunai, dan visual.

hak perorangan atas tanah

Masing-masing anggota MHA memiliki hak untuk memiliki hak milik atas tanah. Ada
hubungan timbal balik antara hak perseorangan dengan hak ulayat: hak milik, hak pakai,
hak menikmati hasil.

Dua cara mendapatkan hak atas tanah:

- Proses menciptakan hak: dari yang tidak ada hak menjadi ada.

- Bukan menciptakan: proses jual beli.

2
Dyah Ayu Saraswati (FH UI 2018)

Dalam hukum adat, hak tertinggi adalah hak milik, tetapi sifatnya tidak mutlak karena
harus berfungsi sosial (Pasal 6 UU PA) karena berhubungan dengan MHA sekitar.
Kepemilikan tanah juga harus digarap terus, kalo nggak ntar haknya ditarik lagi sama
kepala adat.

Hak milik atas tanah dalam hukum adat tidak mutlak karena at the end of the day tanah
tuh milik bersama. Kalau hak milik atas benda lepas (rumah, tanaman, ternak) itu mutlak
karena pemilik dapat memindahtangankan kepemilikannya kepada orang lain, baik
internal ataupun eksternal MHA-nya, dengan catatan tetap mengutamakan MHA-nya
sendiri.

Jual beli dalam hukum adat berlaku secara tunai. Sekalinya harga dibayarkan, meskipun
belum lunas, tetap dianggap tunai dan sudah lunas, dan sisanya dianggap utang piutang.

hak ulayat masyarakat hukum adat atas tanah dan


hubungannya dengan hak perorangan atas tanah
Tanah ulayat dibagi menjadi:

- Tanah larangan: tanah ulayat yang tidak boleh dimiliki perorangan. Biasanya didirikan
lapangan, rumah ibadah, pasar, daerah pemakaman, dan fasilitas desa lainnya.

- Tanah kosong: tanah ulayat yang berupa hutan belantara/kosong. Belum digunakan
maka dari itu tidak ada hak perorangan. Tanah dibuka apabila MHA berkembang.

- Lahan usaha: tempat tinggal, pemukiman, berladang, berkebun, dan sebagainya.


Perorangan memiliki hak untuk mendapatkan sebidang tanah dari lahan usaha (=hak
peserta).

Penciptaan hak atas tanah:

1. Hak peserta = perorangan memiliki hak untuk mendapatkan sebidang tanah.

2. Hak ulayat = tanah milik semua orang di MHA.

3. Hak utama = didapatkan setelah meminta sebidang tanah di lahan usaha kepada
kepala adat yang nantinya diberikan patok untuk menandakan tanah tsb.

4. Hak pakai = muncul saat ada hubungan fisik antara orang dengan tanah (cth:
penanaman dan panen).

5. Hak milik = bisa diminta setelah berhasil membuktikan penggarapan yang dilakukan
thd tanah.

Apabila setelah memiliki tanah ia mengabaikan tanahnya, lambat laun hak miliknya akan
degrade kembali ke hak ulayat.

Sesuai dengan adanya UU PA, sistem ini tidak berlaku lagi, dan harus mengikuti izin
pemerintah.

3
Dyah Ayu Saraswati (FH UI 2018)

11.
konsep dan prinsip-prinsip hukum tanah adat

transaksi tanah

(jual gadai, jual tahunan, jual lepas, jual gangsur)


Jual beli tanah adalah suatu perbuatan hukum pemindahan hak milik atas tanah yang
harus dilakukan secara terang dan tunai.

TERANG TUNAI
Dilakukan di hadapan kepala adat agar Pemindahan hak milik saat jual beli terjadi.
dapat dinyatakan sah. Harus di depan Mau belinya nyicil juga tetep dianggep
kepala adat karena ia mengetahui riwayat selesai.
tanah dan mengetahui apabila si penjual
tanah memang pemilik tanah, tidak ada
sengketa, dan kedua pihak memang
anggota MHA.
Sistem kekuasaan kolektif: kalo mau jual Dalam hukum adat, jual beli tdk pernah
tanah, semua ahli waris tanah tsb. didahului perjanjian, dan tdk termasuk
(sekeluarga) yang terikat dg hubungan jual hukum perikatan.
beli, nggak cuma yang mau jual.
Apabila jual beli terjadi di luar hadapan
kepala adat, tetap dianggap sah, tapi tidak
dilindungi hukum.

BENTUK TRANSAKSI

DESKRIPSI

Jual Lepas Jual beli selama-lamanya dengan elepaskan hubungan


(in Javanese: Adol Plas) hukum dengan tanah.

Jual Gangsur Penyerahan tanah ditunda karena penjual ingin


mengambil hasil panen terakhir, baru diserahkan
kepada pembeli.
Jual Tahunan Tanah dijual dalam kurun waktu tertentu. Dalam waktu
tsb., pembeli tidak boleh menjual lepas tanahnya.
Setelah kurun waktu terpenuhi, penjual kembali
memperoleh hak milik tanah.
Jual Gadai Pemberian hak atas tanah secara perbuatan hukum.
(in Javanese: Adol Sende) Sifatnya sementara, jadi pas penjual gadai berhasil
nebus tanahnya, kepemilikan balik lagi ke penjual
gadai. Ada yang disebut gadai biasa dan gadai wajib
tebus.

4
Dyah Ayu Saraswati (FH UI 2018)

BENTUK GADAI

Gadai Biasa Gadai biasa ya yang biasanya dilakukan MHA. Intinya ya


gadai aja, yang punya tanah relinquishes their rights to
the land ke pembeli gadai, terus dapet duit, dan
penggadai harus ngolah tanah, until penjual gadai
punya duit buat nebus tanahnya dia.

Ada 2 bentuk:

1. Memindahgadaikan: tadinya hubungan gadai


antara A dan B, terus dipindahin ke C. Tadinya
kesepakatannya 5 tahun, nah abis 5 tahun ini A
bayarnya ke C bukan ke B lagi. Jangka waktunya
gak sama kalo dipindahgadai, lebih singkat. I
assume it accounts to the amount of years left?

2. Menganakgadaikan: untuk sementara waktu, B


menggadaikan tanahnya ke C, terus dia tebus. Ntar
A nebusnya tetep ke B.
Gadai Jangka Waktu Wajib Ada waktu tertentu tanah digadaikan, terserah
Tebus penggadai. Setelah sepakat waktu dan harga jualnya,
gadai berjalan.

Gadai biasa nggak ada ketentuan batas waktu. Itu segimana perjanjian dan ngerugiin
pembeli gadai karena nggak ada kepastian kapan uangnya balik, jadi dibikin peraturan
kalau lebih dari 7 tahun, tanah otomatis jadi milik penjual gadai tanpa uang tebusan
(Pasal 7 Perppu No. 56 Tahun 1960 tentang Penetapan Luas Tanah Pertanian).

Kalau kurang/di bawah 7 tahun, ada rumus gadai:

HAK IMATERIL

Hak imateril dimilik MHA, bisa bersifat turun-temurun (genealogis). Misalnya motif batik
yang jadi hak cipta/kekhasan MHA.

5
Dyah Ayu Saraswati (FH UI 2018)

transaksi yang berkaitan dengan tanah

perjanjian bagi hasil

Seseorang memiliki tanah dan bekerja sama dengan pihak lain yang itdak. Pihak lain
tersebut menggarap tanah pemilik tanah. Pada panen, hasil panen dibagi dua.

tanah sebagai jaminan utang

A meminjam uang dari B. As per usual, B butuh jaminan kalau utang itu akan dibayar. A
memberikan tanahnya kepada B sebagai jaminan utang. Kepemilikan masih ada di A, tapi
A dapat menjual tanah itu ke C untuk membayar utang ke B.

Perjanjian pokoknya di pinjam meminjam uang, tanah cuma jadi asesor jaminan.

perjanjian sewa tanah

Obyek: pemanfaatan tanah, pemindahan atas hak pakai, bukan hak milik.

perjanjian menumpang

Numpang rumah di tanah orang lain. Udah. That’s it. Kan tanah sama rumah asas
pemisahan horizontal so it can be done.

Numpang pekarangan: A minta B urusin pekarangan di rumah dia soalnya kosong terus
dia ga bisa ngurus. Kalo A punya kepentingan dia bisa ngusir B.

hukum nasional yang mengatur transaksi tanah


UU No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Pokok-Pokok Agraria.

Pasal 7 Perppu No. 56 Tahun 1960 tentang Penetapan Luas Tanah Pertanian.

12.
asas, prinsip, dan konsepsi hukum adat tentang
perikatan
Perikatan adalah hubungan hukum antara pihak, di mana pihak yang satu punya hak
prestasi (menuntut suatu prestasi) dan pihak lainnya kontraprestasi (berkewajiban untuk
memenuhi prestasi tersebut). Kedua belah pihak memiliki hak dan keawjiban. Perjanjian
merupakan penyebab dari perikatan. Perjanjian bersifat konkret sementara perikatan
bersifat abstrak. Isi dari perjanjian: harus berbuat sesuatu dan tidak berbuat sesuatu.

Dalam BW, perikatan timbul apabila muncul kesepakatan/consensus. Menurut MHA,


perikatan bukan konsensus, tapi bersifat riil/nyata yang ditunjukkan dengan adanya

6
Dyah Ayu Saraswati (FH UI 2018)

penyerahan barang panjer/jadi/barang pusaka keluarga. RIIL menunjukkan adanya suatu


visualisasi apa yang akan terjadi sesuai dengan corak MHA.

BW Hukum Adat

Asas Perjanjian Konsensualisme dan Riil dan Komunalistik

Kepribadian Riil: ditunjukin penyerahan


barang, divisualisasikan apa
yang akan terjadi.

Komunalistik: komunal…?
Gaada penjelasan, I guess it
has a correlation with the fact
that land is owned by everyone
and no one?

7
Dyah Ayu Saraswati (FH UI 2018)

BW Hukum Adat
Syarat Perikatan Subyektif: kalau tidak - Terkait dengan tanah, misal:
dipenuhi bisa batal, jadi bagi hasil, sewa tanah,
harus ada consent dan perjanjian menumpang,
kecakapan dari dua pihak.
tanah sebagai jaminan
utang.

Obyektif: kalau tidak - Yang tidak terkait dengan


terpenuhi maka batal demi tanah:

hukum, mengenai hal • Tebasan: sawah belum


tertentu, dengan sebab yang dipanen

halal.
• Perburuhan: mengupah
orang untuk bekerja

Kecakapan: udah dewasa. • Kempitan: A minta B jualin


BW: 21 thn. barang punya dia. Retail.

• Kredit perorangan: A
pinjam uang ke B, terus
dibalikin pake uang/
barang berharga lainnya +
bunga kalo ada.

• Bagi hasil ternak: minta


orang jagain ternak, nanti
hasilnya bagi 2.

• Pemeliharaan: A
memelihara B pas kecil,
tar pas A kolot B yang
ngurus. Warisan A bisa
dimiliki B 100%.

• Serikat: 2 org berkumpul,


menyerahkan uang, arisan

• Pertangguhan kerabat

• Pand/Pemegangkan: A
pinjam uang ke B dg
jaminan barang bergerak.
Barang dipegang B sampe
utangnya lunas.

- Sikap tindak atau perilaku

• Panjer —> memberikan


tanda jadi

• Orang memberikan
sesautu maka ia terikat

• Perikatan itu abstrak

8
Dyah Ayu Saraswati (FH UI 2018)

13.
kedudukan dan peranan hukum adat dewasa ini

dalam proses pembentukan hukum nasional

Soerjono Soekanto: kedudukan hukum adat sama/sederajat dengan hukum lain, yaitu
hukum agama dan hukum negara.

Ada dua peranan hukum adat:

1. Sumber utama pembentukan hukum nasional

Hukum adat menjadi sumber pembentukan UU PA. UU PA menghapuskan ketentuan


kolonial seperti agrarische wet. Yang diambil konsep, asas, prinsip, atau sistem
hukum, contohnya asas pemisahan horizontal dan konsep terang-tunai dalam jual beli
tanah.

Norma hukum adat tentang tanah baru berlaku apabila dalam UU PA tidak berlaku.
Dalam UU PA, fungsi kepala adat dalam jual beli digantikan oleh Notaris/PPAT.

UU PA mengambil konsep tanah harus diperjualbelikan antara orang dalam MHA yang
sama. Konsep ini diperluas dg tanah di Indonesia merupakan milik seluruh bangsa
Indonesia, jadi “antara orang dalam MHA” essentially means the whole country.

Hak ulayat dlm Pasal 3 tetap diberlakukan asal tidak bertentangan dengan hukum/UU
yang lebih tinggi.

2. Pelengkap hukum nasional

UU Perkawinan No. 1 Tahun 1974 menunjukkan hukum adat sbg norma pelengkap.
UUP tdk mengatur pembagian harta, jadi berlaku hukum masing-masing untuk bagi
harta, which means hukum adat applies to this.

Ada UU No. 5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Desa yang abolishes all MHA and
assumes everything is Javanese village.

Hukum Waris adat berlaku bagi orang Indonesia non-muslim diadili di PN. Kalo
Muslim di Pengadilan Agama dengan Kompilasi Hukum Islam.

dalam kaitannya dengan lembaga peradilan / yurisprudensi

Hukum adat jadi dasar pertimbangan hakim.

UU No. 14 Tahun 1970 diatur badan peradilan lain dihapus termasuk Badan Peradilan
Adat Agama. Yang berhak memutus hanya hakim PN. Walaupun begitu, hukum adat tidak

9
Dyah Ayu Saraswati (FH UI 2018)

dihapus. Hakim tdk boleh menolak mengadili suatu perkara termasuk dg alasan tidak ada
hukum, despite the law being unwritten (=adat).

Pasal 27: Hakim wajib menggali norma hukum yg dipakai untuk mengadili perkara (asas
legisme), including adat. Hakim di Indonesia bebas memutus perkara karena hakim teirkat
kepadanilai yang hidup dan berkembang di masyarakat. Hakim dapat menciptakan
hukum.

Pasal 23: Hkaim harus menyatakan dasar hukum dalam pertimbangan hukum putusan
hakim. Kalo nggak, putusan batal demi hukum.

relevansi dan urgensi hukum adat di dunia modern


[gaada catetan samsek on this thing]

Pembaharuan hukum pidana yang telah mengambil bahan-bahan dari hukum adat dalam
rangka penyesuaian hukum pidana dengan karakter, sifat dan kepribadian bangsa
Indonesia yang menjunjung tinggi asas kebersamaan, kemanusiaan, kesusilaan dan
agama. Hukum adat merupakan cerminan jiwa, kepribadian dan sifat bangsa Indonesia
yang tidak bisa dilepaskan atau diabaikan dalam usaha pembaharuan hukum pidana
nasional dalam rangka menuju hukum pidana yang responsif.1

14.
proses perkembangan atau perubahan hukum adat
Kedudukan hukum adat dan masional sama. Hukum adat harus tunduk sama UUD 1945.
Adat dinamis & gampang ngikutin perubahan zaman, jadi hukum adat suka bergeser
karena pola pikir masyarakat berubah.

faktor-faktor eksternal

Essentially the same as the previous chapter.

Faktor eksternal: adanya yurisprudensi dan UU. Kedudukan hukum adat dan nasional
dianggap sama, sehingga apabila ada kasus yang berkaitan dengan hukum adat, hakim
tidak bisa menolak perkara, dan harus menggali norma-norma adat.

faktor-faktor internal

Adanya perubahan pola pikir MHA, sehingga terjadi koreksi pada aturan dan norma yang
mengatur mereka.

1https://media.neliti.com/media/publications/9150-ID-urgensi-hukum-adat-dalam-pembaharuan-
hukum-pidana-di-indonesia.pdf
10

Anda mungkin juga menyukai