Anda di halaman 1dari 3

Nama: Andre Fairuz Laode Ngkowe

NIM/Kelas: 22410620 / J

Tugas Hukum Adat

Resume Praktek Hak Perseorangan

Semakin maju/bebas penduduk dalam usaha mengelola tanahnya, maka semakin kuat hak
perseorangan dan semakin melemah hak ulayat. Sebaliknya, apabila tanah tanah terlantarkan maka
hak ulayat semakin kuat. Hak-hak yang dimaksud tersebut secara korelatif terhubung terhadap hak
perseorangan, yakni:

- Hak menikmati hasil


- Hak wenang pilih
- Hak milik/hak yasan
- Hak wenang beli
- Hak imbalan jabatan
- Hak pakni

Hak diberikan kepada warga desa atau orang luar atas sebidang tanah.

1. Hak wenang pilih adalah hak yang diperoleh seseorang untuk mengolah bidang tanah yang
telah dipilihnya dengan memancang tanda-tanda.

Lahan adalah lahan pertanian yang berbatasan dengan tanahnya

Tanah yang diolah akan berangsur-angsur memblukar.


2. Hak imbalan jabatan adalah hak seorang pamong desa atas tanah jabatan, jadi tanah
tersebut kewenangannya dimiliki oleh yang sedang menjabat sebagai pamong desa
sehingga ia menikmati tanah tersebut ketika menjadi pamong (pengurus desa). Haknya
adalah mengerjakan atau menyewekan untuk dipakai sebagai bagian dari kesejahateraan
pamong. Tidak boleh dijual atau gadai.
Contoh Tanah tersebut: Tanah Bengkok/Lungguh di Jawa, Tanah Saba Na Bolak di Botak,
Tanah Galung Arajang di Sulses, Tanah Dusun Dati Raja di Ambon, dan Tanah Bukti di
Bali.
3. Hak wenang beli adalah hak seseorang untuk mendapat kesempatan membeli tanah dan
empang tetangganya dengan harga yang sama sebelum ditawarkan ke orang lain yang
bukan tetangga. Tetangga diutamakan, kemudian kerabat dan kemudian baru sedesa.
4. Hak menikmati hasil adalah hak pakai dan menggarap yang hitungannya per panen dan
bertujuan untuk mencegah hak ini menjelma menjadi hak milik karena sedari awal hanya
menggarap untuk dinikmati yang sewaktu-waktu dapat diminta kembali oleh pemilik
tanag asli karena hak menikmati hasil hanya menggarap dan pakai. Bukan sebagai hak
milik. Tapi, dalam hukum adat dapat dtingkatkan menjadi hak milik.

Transaksi tanah dapat dilakukan dengan 2 model, yakni secara sepihak dan 2 pihak. Secara
sepihak artinya mendapatkan tanah dengan cara melakukan pembukaan lahan atau mencoba
mendirikan desa dari tanah kosong yang dibangun dengan batas-batas untuk tinggal Bersama.
Sedangkan secara 2 pihak, tanah yang menjadi objek dalam hukum adat ada beberapa macam
transaksi. Transaksi ini berupa penyerahan objek yang serentak dengan pembayaran objek; ada
barang ada uang.

Secara 2 pihak:

- Menggadai
Ada istilah dalam hukum adat “jual gadai” atau adol sende, jual gadai berarti tanah dijual
gadai, yakni dijual ke orang dalam bentuk jaminan karena butuh duit. Jual gadai ini bisa
diambil kembali bila gadaiannya bisa dikembalikan/dibayarkan. Objek gadai pada hukum
adat tidak seperti hukum yang diatur di Indonesia yang hanya benda bergerak. Pada hukum
adat ada gadai tanah.
- Jual lepas
Jual lepas sama halnya jual biasa, yaitu menjual lepas (adol plas)/menjual semuanya tanpa
adanya lagi kaitan dengan si penjual seperti pada jual gadai.
- Jual tahunan
Jual tahunan prakteknya adalah seperti halnya sewa, karena ia memperjanjikan dalam
waktu tertentu (adol oodan).
- Jual gengsur
Dijual tapi si penjual masih bisa memakai.

Dalam praktek jual/transaksi tanah, penyerahan objek adalah oleh kepala adat agar terang dan
nyata. Setiap transaksi peralihan tanah harus disaksikan oleh kepala adat. Kalau sekarang
wujudnya adalah yuridis formal.

Transaksi lainnya yang berkaitan tanah

Adalah transaksi yang ada hubungannya dengan tanah. Faktor penting, tetapi bukan objek
transaksi itu sendiri.

Macamnya:

- Transaksi bagi hasil tanam


- Sewa
- Transaksi pinjam uang dengan tannggungan tanah, bukan jual, tetapi pinjam
- Numpang – Magersari
- Kombinasi bagi hasil tanam sewa jual gadai
- Gogol – tanah ulayat yang digarap

Anda mungkin juga menyukai