Anda di halaman 1dari 12

 Muamalah

a) Hukum-hukum syariat yang berkaitan dengan kehidupan duniawi, baik yang


berhubungan dengan kepentingan pribadi & khusus (Farid Wajdi).
b) Hukum-hukum yang berkaitan dengan hukum transaksi harta, pernikahan, amanah,
persengketaan, dan warisan. (Ibnu ‘Abidin)
c) Pergantian kepemilikan harta & manfaat dengan perantara akad & transaksi (Ahmad
Abu Fatih).

 Dasar hukum mu’amalah syar’i


 Tauhid (Q.S. al Baqarah: 133)
 Amanah (Q.S. al Baqarah: 283)
 Kejujuran (Q.S. at Taubah: 199)
 Adil (Q.S. al Maidah: 8)
 Kebolehan (‫( )اإلباحة‬Q.S. al Baqarah: 22)
 Tolong-menolong (‫( )التعاون‬Q.S. al Maidah: 5)
 Mashlahat (Q.S. al Anbiya: 107)
 Keridhoan (Q.S. an Nisa’: 29)
 Akhlak Mulia (Q.S. al Baqarah: 268)
 Harta (‫)المال‬
 Segala sesuatu yang dimiliki (kitab al Muhidh).
 Sesuatu yang mungkin untuk dimiliki & dimanfaatkan secara terus menerus(Muhammad
musthofa Syalabi)
 Sesuatu yang dimiliki, dijaga, dan dimanfaatkan secara terus menerus (Muhammad
Yusuf Musa)
 Secara syariat, sesuatu yang boleh dimanfaatkan tanpa dasar kebutuhan dan tidak
merugikan orang lain.

Para ahli fiqh sepakat bahwa benda kongkrit (yang bisa dilihat) yang dimiliki & dimanfaatkan
termasuk dari harta dan mereka juga sepakat kalau hak-hak yang tidak berhubungan dengan
harta itu tidak termasuk kategori harta ((‫المال‬. Terdapat dua pendapat mengenai perselisihan ahli
fiqh terhadap hak-hak yang berhubungan dengan harta;
 Madzhab Maliki
Hak tersebut tidak termasuk bagian dari harta karena hal itu tidak berwujud sedangkan
jika hal itu didapati maka akan berkurang sedikit demi sedikit.
 Ulama Kontemporer
Hak tersebut termasuk bagian dari harta karena dengan menguasai bendanya maka
haknya ikut terkuasai meskipun tidak dituntut. Pendapat ini paling logis dan sesuai
dengan adat masyarakat dalam bermu’amalah harta.
 Perihal macam harta para ahli fiqh memberikan penjelasan yang berbeda-beda,
 Dengan pertimbangan nilai & penjagaan hartanya.
1. ‫المتقوّ م‬
Sesuatu yang dimiliki dengan usaha dan secara syariat boleh dimanfaatkan
dalam semua keadaan.
2. ‫غير المتقوّ م‬
Sesuatu yang boleh dimanfaatkan tanpa terlebih dahulu memilikinya dan
sesuatu yang dimiliki akan tetapi tidak boleh dimanfaatkan kecuali pada
keadaan darurat (ex: khamar dan daging babi).
 Faedahnya,
1. Pada harta ‫ المتقوم‬, perusak harta bertanggungjawab menggantinya dengan
benda yang sama atau dengan benda yang senilai sedangkan pada harta ‫غير‬
‫ المنقول‬sebaliknya.
2. Pada harta ‫المتقوم‬, transaksi pada harta tesebut dianggap sah sedangkan pada
harta ‫ غير المنقول‬sebaliknya.
 Dengan pertimbangan sifat tempat barangnya (paten/tidak)
1. ‫العقار‬
Menurut madzhab Hanafi, Sesuatu yang tidak mungkin bisa dipindahkan dan
dirubah bentuk aslinya dan hal ini hanya terjadi pada tanah sedangkan menurut
madzhab maliki, sesuatu yang tidak bisa dipindahkan dengan bentuk & keadaan
semula.
2. ‫المنقول‬
Menurut madzhab Hanafi, sesuatu yang dapat dipindahkan dengan tidak
merubah bentuk & keadaannya ataupun sebaliknya sedangkan menurut
madzhab maliki, sesuatu yang dapat dipindahkan dengan bentuk & keadaan
yang sama seperti semula.
 Faedahnya,
1. Hak prioritas hanya berlaku pada harta ‫العقار‬
2. Penanggung jawab harta warisan milik seorang punya batasan yaitu tidak boleh
menjual harta ‫ العقار‬milik orang tersebut kecuali ada sebab yang
membolehkannya (ex: melunasi hutang dan membeli kebutuhan) sedangkan
harta ‫ المنقول‬nya boleh dijual jika terdapat maslahat dalam perdagangannya.
3. Wakaf dengan harta ‫ العقار‬dibolehkan sedangkan dengan harta ‫ المنقول‬masih
diperselisihkan.
4. Objeknya (‫)العقار‬boleh dijual sebelum terjadinya serah terima. Sedangkan ‫المنقول‬
berbeda.
5. Untuk melunasi hutang, Menjual harta ‫ العقار‬terlebih dahulu kemudian harta
‫ المنقول‬jika tidak mencukupi.

 Dengan pertimbangan ada dan tidak ada barang semisalnya.


1. ‫المثلى‬
Harta yang memiliki bandingannya ada atau tanpa adanya perbedaan yang
sedikit.
2. ‫القيمى‬
Sesuatu (harta) yang tidak ada duanya atau mungkin ada akan tetapi punya
perbedaan yang besar.
 Faedahnya,
1. Apabila yang dirusak merupakan harta ‫ المثلى‬maka ia wajib menggantinya
dengan yang semisalnya sedangkan pada harta ‫ القيمى‬dengan yang seharga jika
tidak didapati barang yang sama.
2. Harta ‫ المثلى‬milik serikat boleh diambil tanpa sepengetahuan orang lain
sedangkan harta ‫ القيمى‬tidak seperti itu.
3. Harta ‫ المثلى‬terlihat dengan sifat umumnya dan terkadang ada isyarat khususnya.
Sedangkan harta ‫ القيمى‬tidak seperti itu.

 Dengan pertimbangan penggunaannya.


1. Harta ‫إستعمال‬
Harta yang dapat dimanfaatkan berulang-ulang.
2. Harta ‫إستهالق‬
Harta yang bisa habis. Harta jenis ini dibagi menjadi 2 macam yaitu,
a) ‫اإلستهالق الحقيق‬
Secara nyata (materi), habis
b) ‫اإلستهالق الحقوق‬
Secara materi belum habis tetapi secara hukum dinyatakan habis.
 Faedahnya
Transaksi manfaat hanya boleh pada harta ‫ إستعمال‬.

 Kepemilikan ((‫الملك‬
 Penguasaan sesuatu yang ia berhak untuk mentransaksikannya dan memanfaatkannya
selama tidak ada halangan secara syariat (Muhammad Yusuf Musa).
 Pengkhususan syariat bagi si pemilik untuk melakukan sebuah transaksi dengan benda
tersebut selama tidak penghalangnya secara syariat (Ali al Khofif).
 Penguasaan orang terhadap hartanya dan leluasa untuk melakukan transaksi serta
memanfaatkannya (Muhammad Musthofa Syalabi)

 ‫المال & التمليك‬


Harta tidak punya hak milik pada 3 macam yaitu,
1. harta yang dikhususkan untuk maslahat bersama. (ex: jalan umum) jika pengkhususan
tersebut maka kembali ke asalnya.
2. harta yang hanya punya hak milik saat ada sebab yang dibenarkan oleh syara’. (ex:
harta baitul maal hanya boleh digunakan untuk keperluan baitul maal)
3. macam yang tidak tergolong kepada 2 macam tadi.

 ‫ الملك الناقص‬: Kepemilikan yang hanya pada objeknya ataupun sebaliknya.


 ‫ملك العين‬
Kepemilikan yang terbatas hanya pada barangnya sedangkan manfaatnya
dimiliki/dimanfaatkan oleh orang lain. Hanya madzhab Hanafi yang
membolehkan perjualbelian harta ini dengan izin si pemanfaat sedangkan selain
mereka membolehkannya tanpa izin. (ex: pinjam-meminjam)
 ‫ حق إلنتفاع الشخصى‬: ‫ملك المنفعة الشخصية‬
Terdapat perbedaan diantara para ulama dalam pembedaan dua hal tersebut,
1. Madzhab Hanafi.
Tidak mengomentari dalam hal ini.
2. Madzhab maliki.
Dua hal tersebut adalah dua hal yang berbeda. Dimiliki oleh diri sendiri
dan bisa dipindahkan ke orang lain(manfaat syakhshiyah). Dimiliki dan
dimafaatkan hanya oleh si pemilik (hak intifa’).
 Karakteristik
1. Terikat dengan waktu, tempat, dan sifat.
2. Tidak bisa diwariskan (Hanafiyah) karena tidak menganggap manfaat
sebagai suatu harta. Kepemilikan ini bisa diwariskan pada perkara yang
akadnya pengupahan (sewa) jika si penyewa mati sebelum masa yang
disepakati habis.
3. Si pemanfaat bertanggung jawab jika objeknya cacat karena ulahnya
(sengaja) sedangkan jika bukan karena ulahnya (tidak sengaja) maka ia
tidak perlu bertanggung jawab.
4. Jika objeknya dimanfaatkan secara gratis atau akad pinjam maka si
pemilk yang menanggung biaya objek. Sedangkan jika objeknya
dimanfaatkan dengan akad upah maka si pemanfaat lah yang
menanggung biayanya.

 Masa berhentinya kepemilikan manfaat.


1. Habis masa kesepakatannya
2. Menurut hanafiyah, ketika si pemanfaat mati. Sedangkan ulama lainnya
berpendapat bahwa hak tersebut tidak akan habis kecuali berakhir
sesuai kesepakatannya dan harta ini bisa diwariskan.
3. Ketika pemilik objek sewanya mati, karena pada dasarnya akad yang
berlaku adalah akad saling mengikat (mutualisme). Begitu pula berlaku
pada pinjam-meminjam. Sedangkan pada harta waris itu menjadi milik
ahli waris ketika si pewarisnya mati.
4. Objeknya rusak

 )‫ملك المنفعة العينية (حق اإلرتفاع‬


Hak untuk memanfaatkan harta ‫ العقار‬orang lain.
o Perbedaan‫الشخصى حق اإلرتفاع & حق اإلنتفاع‬
1. ‫ حق اإلرتفاع‬itu selamanya tetap pada harta ‫ العقار‬sedangkan ‫حق اإلنتفاع‬
‫ الشخصى‬selalu terikat kepada objeknya ((‫عقار أو منقول‬
2. ‫ حق اإلرتفاع‬tidak punya batas waktu sedangkan ‫حق اإلنتفاع الشخصى‬
punya batas waktunya.
o Sebab yang disamakan dengan ‫حق اإلرتفاع‬
1. Harta ‫ عقار‬boleh dimanfaatkan oleh umum jika harta tersebut
ditujukan untuk masyarakat umum.
2. Syarat dalam akad timbal balik (ex: menjual sebagian tanah
pertanian dengan syarat dan disetujui oleh pembeli)
3. Benda kuno (tidak diketahui masa ditetapkannya)
o Macam ‫حق اإلرتفاع‬
a) Hak pengairan
Pada dasarnya hak ini berkaitan dengan persawahan, perkebunan,
dll. Ada 2 makna (cara) tentang hak ini, 1) kalau debit air banyak
pemanfaatan airnya bisa berbarengan. 2) kalua debit air sedikit
maka diberlakukan giliran.
 Pembagian jenis air berdasarkan hak ini.
1. Air pada tempat umum yang tidak bertuan. Semua orang
boleh memanfaatkannya asal tidak merugikan yang lain.
2. Air sungai dan danau bertuan. Semua orang boleh
memanfaatkannya untuk dirinya (minum dll) & hewan
ternak dan butuh ijin pemilik jika digunakan untuk mengairi
sawah & pohon.
3. Air mata air, sumur, dll. Pada jenis ini hanya berlaku hak
bibir (minum).
4. Air yang ditampung pada tempat (bejana) khusus. Orang
lain tidak berhak memanfaatkannya kecuali jika membayar
ganti rugi.
b) Hak mengairi dan pelaksanaannya.
Hak menggunakan sedikit tanah orang lain untuk mengairi tanahnya
dengan syarat upah.
c) Hak membuang air lebihan ke tempat dangkal atau saluran yang
dibangun khusus.
d) Hak melewati
Hak melewati objek kepemilikan orang lain untuk mencapai objek
yang ia miliki (rumah/tanah). Pada jalan umum semua orang berhak
melewatinya, pada jalan khusus hanya fisik orangnya saja yang
boleh lewat atau si pemilik tanah membuat jalan pintas yang
menghubungkan suatu tempat yang bisa dipakai oleh banyak orang.
e) Hak bertetangga
1. Hak ‫التعلى‬
Terjadi pada rumah/apartemen bertingkat. Setiap penghuninya
tidak boleh melakukan suatu hal yang merugikan tetangganya
(tetangga di atas/di bawah).
2. Hak ‫الجانبى‬
Menurut abu hanifah, syafi’I, dan imam ahmad, pemilik objek
bebas memanfaatkan miliknya tanpa melihat maslahat
tetangganya. Sedangkan ulama kontemporer hanafiyah
berpendapat bahwa seorang tetangga tidak boleh melakukan
transaksi terhadapn hartanya yang menimbulkan kerugian
terhadap tetangga yang lain.

 ‫ الملك التام‬: kepemilikan yang disertai penjagaan dan pemanfaatannya. Maka macam ini
mutlak dan tidak terikat oleh waktu selama objeknya masih ada dengan begitu ia punya
kebebasan untuk memperlakukan dan mentransaksi semaunya. Akan tetapi hal ini tidak
sesuai dengan realita yang terjadi dan pada hari ini ada fiqh yang membatasi sehingga si
pemilik tidak selamanya memeliki harta macam ini dengan mutlak.
 Kekhususan.
1. Pemilik objek boleh melakukan transaksi dengan objeknya dan mengambil
manfaatnya.
2. Pemilik boleh memanfaatkannya dimanapun & kapanpun selama tidak
diharamkan secara syariat.
3. Kepemilikannya hanya berakhir saat dipindah tangankan ke orang lain.
4. Pemilik objek bebas melakukan apa saja terhadap harta miliknya.
5. Kepemilikan barang kongkrit tidak bisa digugurkan.

 ‫أسباب الملك التام‬


 ‫ اإلختيارية‬adalah penguasaan terhadap suatu objek yang diperoleh dari hasil jerih
payah sendiri. Sedangkan ‫ الجبرية‬adalah penguasaan yang tidak perlu usaha lebih
seperti pada permasalahan harta waris.

 Penguasaan pada harta mubah


Harta mubah merupakan harta yang tidak diharamkan kepemilikannya oleh
syariat dan tidak ada larangan untuk memlikinya. Penguasaan ini mengikuti jenis
objeknya sehingga terjadi pembagian padanya menjadi 4 macam,
1. Menghidupkan tanah yang mati
Adalah tanah yang belum ada seorang pun memiliki & memanfaatkannya.
Maksud dari “dihidupkan” ini adalah menghilangkan sebab terhalangnya
pemanfaatan objek tersebut. Imam ahmad meriwayatkan bahwa perbuatan
“menghidupkan” ini sebagaimana yang menjadi kebiasaan manusia. Abu
yusuf, muahmmad, imam syafi’I, dan imam ahmad berpendapat bahwa jenis
tanah ini kepemilikannya tidak butuh izin penguasa sedangkan abu hanifah
berpendapat perlu adanya izin penguasa dalam kepemilikannya.
 Memberikan bembatasan terhadap tanah mati
Tanah yang ditandai oleh pemiliknya sedangkan ia tidak
memanfaatkannya seperti membatasi tanah dengan menaruh batu
di sekitar tanah. Kepemilikan dengan cara ini hanya berlaku selama
3 tahun jika lebih maka akan kembali ke keadaan aslinya.
2. Perburuan (hasil buru)
Berkaitan dengan hewan perlu kecerdikan & kecermatan untuk
menangkapnya. Hukumnya kesemuanya halal kecuali,
1. Pemburunya sedang ihram
2. Perburuannya di tanah haram
Perbuatan berburu ini memberikan status kepemilikan pada objek jika
buruannya benar-benar kena (tertangkap dengan tangan/terperangkap)
sehingga pemburu lain tidak boleh mengambil buruan tersebut atau jika
mengambilnya maka harus mengembalikan kepada pemiliknya (pemburu).
Penguasaan ini terbagi jadi 2, yaitu
 ‫ حقيقي‬: penguasaan pada buruan yang ditangkap dengan perangkap
yang dipasang pemburu. Macam ini menunjukkan ‫ ملك تام‬meskipun
buruannya sempat terlepas.
 ‫ حكمي‬: penguasaan pada buruan dengan sebuah perantara (alat).
o ‫( إفادته المقيدة بشرطين‬2 syarat batasan dalam berburu yang mememberi
kepemilikan)
1. Perbuatannya memang ditujukan untuk perburuan.
2. Perbuatannya melemahkan buruan untuk kabur dan tidak butuh
alat lain.
3. Penguasaan harta terpendam (‫)الكنوز والمعادن‬
Harta terpendam adalah harta yang terkubur dalam tanah, baik benda yang
alami (tambang dll) maupun benda buatan manusia. Jika jumlah hartanya
banyak maka seperlima diserahkan kepada negara dan jika sedikit maka hal
itu tidak diberlakukan. Pada harta ini tidak diwajibkan menyerahkan
seperlima kepada negara. Harta ini digolongkan menjadi 2 yaitu,
a. ‫جاهلى‬
Harta ini punya tanda/ciri khas yang menunjukkan bahwa ini dibuat
pada masa jahiliyah. (ex: berhala, nama raja) Jika didasarkan pada
makna bahasa madzhab Hanafi, imam malik, imam syafi’I, dan ahli fiqh
Iraq cenderung memaknai harta ‫ الكنز‬seperti macam yang pertama ini.
Pada harta, ulama sepakat kalau seperlimanya diserahkan ke baitul
maal sedangkan sisanya ulama sepakat menjadi pemilik si penemu harta
dan jika ditemukan di tanah tak bertuan atau tanah yang ia hidupkan
kembali maka harta itu jadi miliknya. Sedangkan jika ditemukan di tanah
bertuan maka harta tersebut hanya milik tuan tanah pertama atau ahli
waris tuan tanah pertama apabila ia mengetahuinya dan jika tidak maka
menjadi milik baitul maal.
b. ‫إسالمى‬
Harta ini punya tanda/ciri khas yang menunjukkan bahwa ini dibuat
setelah islam masuk. (ex: syahadat, ayat qur’an). Harta campuran ( ‫جاهلى‬
‫ )& إسالمى‬lebih cenderung digolongkan ke jenis ini. Kepemilikan harta ini
menjadi milik tuan tanah tempat ditemukannya dan padanya
diberlakukan hukum harta temuan (‫ )اللقطة‬yaitu mengumumkannya
(melapor). Jika pemiliknya ketemu maka wajib dikembalikan dengan
barangnya atau dengan uang senilai dengannya jika hartanya sudah
tidak ada.
c. Barang yang disamakan kepada 2 jenis ini.
Harta ini tidak jelas masa dibuatnya. Ulama fiqh madzhab Hanafi
berpendapat kalau ini termasuk ‫ جاهلى‬sedangkan ulama kontemporer
mereka berpendapat kalua itu termasuk ‫ إسالمى‬.

Harta tambang adalah yang tercipta secara alami di dalam perut bumi, baik
itu padat maupun cair. Madzhab maliki berpendapat bahwa penguasaan
harta ini tidak sama (tidak mengikuti) dengan kepemilikan tanah karena
kepemilikan tanah hanya berlaku pada dhohirnya saja sedangkan yang di
dalam tanah menjadi milik umum sehingga pemimpin punya kuasa penuh
atas harta tambang untuk di manfaatkan maslahat bersama. Madzhab
syafi’I, Hanafi, dan hambali berpendapat yang bertentangan dengan
pendapat pertama. Madzhab Hanafi juga mengatakan kalau harta ini wajib
seperlimanya diserahkan ke negara.
 Akad pemindahan hak milik
 Jual beli
 Hiba
 Wasiat
 Perjanjian damai
 Mahar
 Talak dengan harta
 Pengupahan

 )‫الخلفية (الميراث‬
Adalah ahli waris mendapatkan kepemilikan harta atau haknya dari pewaris ketika ia mati.

 Akad
Etimologi: ikatan, janji, sumpah, dan kepercayaan.
Terminologi: pengikatan ijab dan qobul berdasarkan cara yang disyari’atkan terhadap objek.
 Rukunnya
Menurut hanafiyah, hanya Ijab dan qobul saja rukunnya sedangkan objek dan orang
yang berakad (orang yang ber-ijab & orang yang ber-qobul) merupakan keharusan
dalam hal ini. Sedangkan yang lain berpendapat kalau semuanya itu termasuk rukun.
 Ijab.
Etimologi: kewajiban dan ketetapan
Terminologi: secara syariat, menurut hanafiyah, perkataan pertama dari pihak pertama
(yang memulai pembicaraan) yang menunjukkan keridhoan (jelaskan lagi). Pendapat
yang lain mengatakan bahwa ijab adalah yang bersumber dari si pemilik harta meskipun
datang di akhir.
 Qobul.
Etimologi: dari kata “qobiltu aqdi”
Terminologi: menurut hanafiyah, perkataan kedua dari pihak kedua (lawan bicara) yang
jadi sebagai jawaban pihak pertama. Pendapat yang lain mengatakan bahwa qobul
adalah yang bersumber dari orang yang menerima kepemilikan harta meskipun datang
di awal.
 Syarat
1. Kedua pihak memiliki kecakapan dalam ber-akad
2. Kedua pihak saling memahami
3. Secara syariat, objeknya sesuai dengan kesepakatan
4. Ijab dan qobul itu jelas menunjukkan maksud dari kedua pihak
5. Qobul nya sesuai dengan ijab
6. Ketersambungan qobul dan ijab. Madzhab syafi’I berpendapat kalau qobul harus
segera dilanjut dengan ijab. Jika ada yang menengahi proses tersebut maka
dianggap gagal akadnya. Sedangkan 3 madzhab lainnya berpendapat kalau
ketersambungan ini terjadi dalam satu majlis (topik pembicaraan) meskipun
dilakukan via telpon tetap dianggap sah. Akan tetapi jika proses itu belum selesai
dan membahas yang lain maka akadnya dianggap batal.
 Pembatal akad
1. Ijabnya ditarik kembali sebelum terjadi qobul.
2. Terjadi penolakan diantara salah satu pihak
3. Tercapainya kesepakatan
4. Pelaku ijab kehilangan kecakapannya dalam ber-akad sebelum terjadinya qobul.
5. Objek akad rusak sebelum terjadi qobul.
 Bentuk akad
1. Lisan dan perkataan
2. Tulisan
3. Isyarat
4. Perbuatan
 Pembagian akad
1. Berdasarkan ada tidaknya dampak didalamnya
1. Shohih: yang tidak ada cacat dalam akad dan sifatnya serta tidak larangan
padanya. Akad ini dibagi menjadi 2 macam yaitu,
a) Akad naqid : sesuatu yang menjadikan seseorang berhak memanfaatkan
kecakapannya.
1. Akad lazim : akad yang menjadikan kedua pihak tidak bisa
membatalkan proses tersebut.
2. Akad ghairu lazim : akad yang memungkinkan sala satu pihak
membatalkan proses tersebut tanpa persetujuan lawan pihak.
b) Akad mauquf : sesuatu yang menjadikan seseorang berhak (punya
ahliyah) untuk melakukan akad terhadap benda yang bukan miliknya.
2. Ghairu shohih: yang ada cacat dalam akad dan sifatnya serta terdapat larangan
padanya. Berdasarkan letak cacatnya, hanafiyah membagi jenis ini menjadi 2
yaitu,
a) ‫ باطل‬: cacatnya di rukun
b) ‫ فاسد‬: cacatnya di sifat
2. Berdasarkan penamaan akad
1. punya nama (istilah) sendiri. (ex: jualbeli, upah, dll)
2. tidak punya nama (istilah) sendiri.
3. Berdasarkan dampak dan tujuannya.
1. Akad kepemilikan : kepemilikan pada barang konkrit atau manfaatnya
terkadang berupa imbalan dan gratis (blm paham). Macam ini dibagi jadi 2
yaitu,
a. Tukar-menukar : Terjadi atas dasar komitmen yang sama kedua pihak.
b. Derma : Terjadi atas dasar tolong-menolong salah satu pihak.
2. Pemutusan
Memutuskan (menggugurkan) suatu hak, baik dengan imbalan pengganti
atau tidak. Ada 2 macam yaitu,
a. Pemutusan (menggugurkan) dengan ikhlas seperti membayar hutang
b. Pemutusan dengan maksud transaksi (tukar-menukar)
3. Akad serikat : kerjasama dalam pengolahan harta.
4. Akad pendelegasian : seseorang menyuruh orang lain untuk melakukan
sesuatu
5. Keterikatan : pencegahan seseorang untuk melakukan transaksi yang pada
dasarnya dibolehkan.
6. Kepercayaan & keyakinan : menjamin (menganggung) hutang orang lain.
7. Akad penjagaan : penjagaan terhadap harta.

Anda mungkin juga menyukai