Anda di halaman 1dari 16

Makalah

Penegakan Hukum Berkeadilan

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Kewarganegaraan


Dosen Pengampu
M.Habiburrahman

Disusun Oleh :
Eko Prayitno – 202244500394
Yogi Irwansyah-202244500288
Kelas:
S2D

Fakultas Teknik Industri


Universitas Indraprasta
2023
DAFTAR ISI

Halaman
Kata Pengantar ………………………………………………………………
Daftar Isi ……………………………………………………………………..
BAB I Pendahuluan
A. Latar Belakang ………………………………………………………
B. Tujuan ………………………………………………………………..
BAB II Pembahasan
A. Undang-undang Penegakan Hukum di Indonesia ………………...
B. Lembaga-lembaga Penegak Hukum ……………………………….
C. Proses Penegakan Hukum di Indonesia …………………………...
D. Bagan Lembaga-lebaga Peradilan di Indonesia …………………..
BAB III Penutup
Daftar Pustaka ………………………………………………………………
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penegakan hukum di Indonesia yang ada saat ini merupakan suatu pencermi
nan bahwa negara kita merupakan negara hukum sebagai di jelaskan uud 1945.
Hukum yang ada pada saat ini dimaksudkan untuk melindungi segenap kepetin
gan individu dan menciptakan keadilan ditengah-tengah masyarakat guna menci
ptakan masyarakat yang berkeadilan dan sejahterah. Berjalan dengan pemikiran
tersebut maka tegaknya hukum merupakan suatu hal yang mutlak dan tak bisa d
i tawar tawar. Tak ada individu yang kebal soal hukum ataupun mendapat perla
kuan khusus dalam penegakan hukum yang konsisten di negara ini guna mencip
takan suatu ke adilan yang merupakan cita-cita dari terbentuk nya hukum.

Hal tersebut diperlukan dengan Udang-Udang Dasar kita yang dimana dala
m struktur hukum kita merupakan sebuah landasan bagi semua peraturan huku
m atau udang-udang yang ada. Dalam pasal 27 ayat 1 yang berbunyi segala war
ga bersamaan kedudukannya dalam hukum dan pemerintahan dalam wajib menj
unjung hukum dengan tidak ada kecualinya pasal tersebut merupakan penguat t
entang apa yang penulis jelaskan tadi tentang kesetaraan kedudukan hukum bag
i seluh warga negara Indonesia. Dalam pasal ini,apabila kita cermati lebih dala
m maka dapat kita simpulkan bahwa pasal ini merupakan inplementasi dari pen
erapan asas equality before the law atau kesetaraan.

Dalam hukumyang terdapat dalam system hukum kita saat ini. Hal ini maki
n diperkuat dengan bunyi pasal berikutnya, yaitu pasal 28D ayat 1 yang berbun
yi “setiap orang berhak atas pengakuan,jamina,pelindukan, dan kepastian huku
m yang adil,serta perlakuan yang sama soal hukum’’1. Sehingga makin jelas pu
la bahwa kedua pasal tersebut bertujuan menegakkan asas equality before the la
w.

Asas equality before the law merupakan suatu konsekuensi logis dari perlin
dungan hak asasi di negara kita. Sebagaimana kita ketahui, Indonesia merupaka
n negara yang menjujung tinggi HAM, sehingga perlindungan HAM terhadap s
eluruh warga negara merupakan hal yang tak bisa ditawar-tawar serta di kecuali
kan. Dimana dalam asas tersebut dimaksudkan untuk meberikan landasan huku
m yang tidak diskriminatif, pandang bulu,ataupun selektif.

Dalam praktiknya sendiri, penegakan hukum di Indonesia masih jauh dari k


ata suatu peradilan yang mampu mewujudkan keadilan di dalam masyarakan. B
ahkan hukm kita kadang lebih bersifat memihak, dalam artian hukum menguntu
ngkan pihak-pihaktertentu, dan memberikan keuntungan tersendiri bagi mereka
yang berusaha dengan hukum.

B. Tujuan

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas maka tujuan penulis
adalah untuk mengetahui penegakan hukum berkeadilan serta Lembaga-lembag
a penegak hukum dan proses penegakan hukum di Indonesia
BAB II
PEMBAHASAN

A. Undang-undang penegakan hukum di Indonesia


Penegakan hukum dalam bahasa inggris sering disebut sebagai law enforce
ment, sedangkan dalam bahasa Belanda disebut sebagai rechtshandhaving, yang
mempunyai arti lebih luas. Pada istilah law enforcement officer dalam arti semp
it hanyalah berarti polisi. Hal ini seperti tersurat dalam Black’s Law Dictionary
sixth edition, sebagai berikut: “Law enforcement officer those whose duty it is t
o preseve the peace.” Menurut English law dictionary dan Pettey Collin, dikatak
an bahwa law enforcement = making sure that a law is obeyed.
Penegakan hukum, sebagaimana dirumuskan secara sederhana, merupakan
suatu proses untuk mewujudkan keinginan-keinginan hukum menjadi kenyataa
n. Keinginan-keinginan hukum yang dimaksudkan di sini yaitu yang merupakan
pikiran-pikiran badan pembentuk undang-undang yang dirumuskan dalam perat
uran-peraturan hukum itu. Perumusan pikiran pembuat hukum yang dituangkan
dalam peraturan hukum, turut menentukan bagaimana penegakan hukum itu dij
alankan. Pendapat lain juga mengemukakan bahwa Penegakan hukum adalah pr
oses dilakukannya upaya untuk tegaknya atau berfungsinya norma-norma huku
m secara nyata sebagai pedoman perilaku dalam lalu lintas atau hubungan-hubu
ngan hukum dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
Penegakan hukum di Indonesia yang ada saat ini merupakan suatu pencerm
inan bahwa negara kita merupakan negara hukum sebagaimana dijelaskan UUD
1945. Hukum yang ada saat ini dimaksudkan untuk melindungi segenap kepetin
gan individu dan menciptakan keadilan ditengah-tengah masyarakat guna menci
ptakan masyarakat yang berkeadilan dan sejaterah. Sejalan dengan pemikiran m
aka tegaknya hukum merupakan suatu hal yang mutlak dan tak bisa ditawar-taw
ar. Tak ada individu yang kebal hukum ataupun mendapat perlakuan khusus dal
am penegakan hukum yang konsisten di negara ini guna mencapai suatu keadila
n yang merupakan cita-cita dari terbentuk nya hukum.
Hal tersebut di perkuat dengan Undang-Undang Dasar kita yang dimana da
lam struktur hukum kita merupakan sebuah landasan bagi semua peraturan huk
um atau udang-udang yang ada.dalam pasal 27 ayat 1 yang berbunyi segala war
ga negara bersamaan kedudukannya dalam hukum dan pemerintahan dan wajib
menjunjung hukum dengan tidak ada kecualiannya. Pasal tersebut merupakan p
enguat tentang apa penulis jelaskan tadu tentang kesetaraan kedudukan hukum
bagi seluruh warga negara Indonesia.dalam pasal ini, aapabila kita cermati lebih
dalam maka dapat kita simpulkan bahwa pasal ini merupakan implementasi asas
equality before the law ayau kesetaraan dalam hukum yang terdapat dalam siste
m hukum kita saat ini. Hal ini makin diperkuat dengan bunyi pasal berikutnya,
yaitu pasal 28D ayat 1 yang berbunyi “setiap orang berhak atas pengakuan,jami
nan,pelidungan, dan kepastian hukum yang adil, serta perlakuan yang sama di d
epan hukum.
Dalam arti luas penegakan hukum yaitu meliputi pelaksanaan dan penerapa
n hukum terhadap setiap pelanggaran atau penyimpangan terhadap peraturan pe
rundang-undang. Segala bentuk penerapannya dilakukan dengan bertahap dan
melihat segala unsusr agar saat dilaksanakan penindakan tidak keluar jadi jalur.
Diartikan juga bahwa penegakan hukum adalah keseluruhan kumpulan peratura
n atau kaidah dalam suatu kehidupan Bersama. Keseluruhan peraturan mengena
i perilaku yang berlaku dalam suatu kehidupan Bersama dapat dipaksakan pelak
sanannya dengan sanksi.
Dilihat dari beberapa penelitian yang dilakukan jika berbicara masalah pen
egakan hukum tidak dapat dilepaskan dari pengertian sistem hukum itu sendiri,
dimana didalamnya tercakup tiga komponen yang tidak terpisahkan satu denga
n yang lain, yaitu struktur hukum,subtansi hukum, dan budaya hukum. Sistem h
ukum terdiri dari tiga unsur yang saling mempengaruhi, yaitu Struktur hukum
(legal structure) adalah pola yang memperlihatkan tentang bagaimana hukum it
u dijalankan menurut ketentuan-ketentuan formalnya. Struktur mencakup dua h
al. Yaitu: kelembagaan hukum dan aparatur hukum.2). substansi hukum (legal s
ubstance) mencakup. Peraturan yang tidak hanya pada perundangan-undangan p
ositif saja, akan tetapi termaksuk normal dan pola tingkah laku yang hidup dala
m masyarakat.penekanannya terletak pada hukum yang hidup, bukan hanya pad
a aturan dalam kitab hukum 3). Budaya hukum (legal culture) adalah sikap man
usia terhadap hukum dan sistem hukum kepercayaan,nilai,pemikiran,serta harap
annya.ketiga unsur ini saling berhubungan antara satu dengan yang lainnya dan
tidak dapat dipasakan secara massif. Keterbatasan-keterbatasan yang dialami ol
eh bangsa ini dalam proses pelaksanaan penegakan hukum adalah ketidakseiban
gan ketiga unsur diatas. Segala bentuk Tindakan yang dianggap sepele terkadan
g tidak dijalankan sesuai dengan pola pada struktur hukum yang berujung terha
mbatnya proses hukum yang sesuai. Kemudian jika melihat pola tingkah laku m
asyarakat saat ini ,hukum yang dianggap hidup justru hukum yang muncul dari
kebiasaan masyarakat yang hidup ditengah-tengah kehidupan bermasyarakattan
pa menengokpada hukum yang formal seperti dalam yang tercantum dalam kita
b hukum.

B. Lembaga penegak hukum

Dalam proses penegakan hukum tidak akan terlaksana apabila tidak ada su
bjek yang menjalankan. Dalam pasal 1 KUHAP menjelaskan mengenai aparatur
pengeakan hukum yang bekerja di Indonesia. Mereka inilah yang menjadi pione
er tegaknya hukum di negari ini. Aparat penegak hukum juga jadi tolak ukur dal
am menegakkankeadilan di negari ini karena segala bentuk keberhasilan dan pr
oses yang yang dilakukan tergantung kepada rajin dan tidaknya aparat dalam ek
sekusi di lapangan. Bagaimana menilai keberhasilan aparat jika bukan masyarak
at yang melihat sejauh mana eksistensi aparatur penegak hukum dalam menega
kan hukum. Oknum-oknum tidak baik terkadang menjadi problem terbesar yan
g muncul di internal institusi-institusi penegak hukum yang kemudian memunc
ulkan pandangan bahwa semua yang berada di dalam institusi tersebut tidaklah
baik atau bobrok. Namun dalam hal ini bukan menjadi kendala besar bagi para
penegak hukum untuk melaksanakan kewajibannya dan menyelesaikan perkara-
perkara yang ada. Mereka memiliki koridor-koridor batas kewenangan dalam m
enjalankan tugasnya. Adapun yang menyalahi aturan akan sangat ditindak tegas
bagi pelakunya. Sejauh ini aparat penegak hukum di Indonesia memiliki cerita t
ersendiri dalam menangani suatu perkara. Satu kasus tentang adanya bentrok an
tar lembaga penegak hukum yang berimbas kepada eksistensi dan profesionalita
s penegak hukum di Indonesia menjadi dipertanyakan. Namun seiring berjalann
ya waktu, institusi-institusi penegak hukum di Indonesia mulai menempatkan di
ri pada tugasnya dan memperbaharui segala kekukarang dan kesalah yang ada.
Aparat penegak hukum yang dimaksut adalah :

1. Kepolisian

Pekerjaan sebagai polisi memang cukup menarik di mata masyarakat kar


ena dianggap memiliki kewibawaan dan kedudukan yang dapat mengangkat d
erajat keluarga. Namun dalam proses menjadi seorang polisi cukup berat dan
menantang. Polisi pada hakekatnya dapat dilihat sebagai hukum yang hidup,
karena di tangan polisi tersebut hukum mengalami perwujudannya setidak-tid
aknya dihukum pidana. Polisi pada umumnya memiliki interaksi lebih banyak
kepada masyarakat. Oleh karena itu polisi menanggung resiko mendapatkan s
orotan yang tajam dari masyarakat yang dilayaninya. Polisi dalam Kamus dia
rtikan sebagai badan pemerintah yang bertugas untuk menjaga keamanan dan
ketertiban (menangkap dan melanggar Undang-Undang dan sebagainya). Poli
si merupakan alat negara yang bertugas memelihara keamanan dan ketertiban
masyarakat, memberikan pengayoman, dan memberikan perlindungan kepada
masyarakat.

Kepolisian sebagai lembaga penegakan hukum dalam menjalankan tugas


nya tetap tunduk dan patuh pada tugas dan wewenang, sebagaimana yang diat
ur dalam Pasal 13 Undang-undang No 2 Tahun 2002, bahwa tugas pokok kep
olisian Negara Republik Indonesia adalah:

a. Memelihara keamanan dan ketertiba masyarakat

b. Menegakkan hukum

c. Memberikan perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada masyara


kat

Polisi dalam proses penegakan hukum dapat ditunjuk menjadi penyelidik


maupun penyidik. Penyelidik dan penyidik memiliki fungsi dan wewenang ya
ng berbeda namun sma-sama mengungkit dan mengumpulkan bukti-bukti keb
enaran dalam suatu perkara sebelum sampai kepada kejaksaan yang nanti aka
n dilanjutkan kepada hakim. Segala proses dalam penegakan dimulai dari hasi
l kerja polisi sebagai penyelidik dan penyidik. Apabila telah dianggap lengak
ap dalam pemberkasan dapat dilanjut ke tahap berikutnya, namun apabila mas
ih ada yang belum lengkap akan diserahkan kembali kepada polisi sebagai pe
nyelidik dan penyidik untuk melakukan pemeriksaan ulang.

2. Kejaksaan

Negara hukum secara sah harus mengakui mengenai prinsip jaminan kes
ederajatan bagi setiap orang di hadapan hukum (equality before the law). Dal
am hukum modern asas persamaan dihadapan hukum atau equality before the
law adalah salah satu asas terpenting, asas ini menjadi salah satu sendi doktri
n Rule of Law yang juga menyebar pada negara-negara berkembang seperti I
ndonesia.Oleh karena itu, setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlin
dungan, dan kepastian hukum yang adil, serta perlakuan yang sama di hadapa
n hukum. Dalam memperkuat prinsip tersebut, dipertegas dalam Undang-und
ang Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan Kehakiman yang menyatakan b
ahwa badn-badan lain yang fungsinya berkaitan dengan kekuasaan kehakima
n, salah satunya Kejaksaan Republik Indonesia.

Kejaksaan Republik Indonesia adalah lembaga pemerintah yang melaksa


nakan kekuasaan negera di bidang penuntutan serta kewenangan lain berdasar
kan Undang-undang yang dilaksanakan secara merdeka.Dalam menjalankan t
ugasnya, seorang jaksa tunduk dan patuh pada tugas serta wewenang yang tel
ah ditentukan oleh Undang-undang. Hal ini sejalan dengan ketentuan Pasal 2
7 ayat (1) Undang-undang Nomor 5 Tahun 1991 yang berbunyi:

a. Melakukan penuntutan dalam perkara pidana

b. Melaksanakan putusan hakim dan penetapan pengadilan

c. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan keputusan pelepasan bersy


arat

d. Melengkapi berkas perkara tertentu dan untuk itu dapat melakukan peme
riksaan tambahan sebelum dilimpahkan ke pengadilan yang dalam pelaksan
aannya dikoordinasikan dengan penyidik Berkaitan dengan ketentuan di ata
s pada Pasal 27, jaksa juga memiliki kewenangan sendiri dalam menangani
pada kasus pidana yang ditentukan dalam Pasal 30 ayat (1) Undang-undang
Nomor 5 Tahun 1991.

3. Kekuasaan Kehakiman

Penjelasan mengenai kekuasaan kehakiman sudah dijelaskan pada bab s


ebelumnya dan telah diatur dalam UU No. 48 Tahun 2009. Penyelenggaraan
peradilan yang dimaksud dalam kekuasaan kehakiman adalah tugas yang dibe
bankan kepada pengadilan sedang tugas utama pengadilan adalah sebagai tem
pat untuk mengadili atau memberikan putusan hukum dalam perkara-perkara
yang diajukan kepadanya. Tindakan khusus dari hakim (pengadilan) adalah m
emberikan putusan atau vonis dan penetapan hakim. Berdasarkan Pasal 24 ay
at (2) UUD 1945 jo. Pasal 2 UU No. 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Keha
kiman disebutkan bahwa kekuasaan kehakiman dilakukan oleh Mahkamah A
gung dan badan-badan peradilan yang berada di bawahnya, dan oleh sebuah
Mahkamah Konstitusi.

Badan-badan peradilan yang dimaksudkan terdiri dari 4 (empat) lingkun


gan badan peradilan ditambah dengan Mahkamah Konstitusi yang sama-sama
diatur dalam Pasal 24 ayat (2) UUD 1945 pasca amandemen ketiga selain Ma
hkamah Agung sebagai pelaku kekuasaan kehakiman yang masing-masing m
empunyai lingkungan wewenang mengadili dan meliputi badan peradilan ting
kat pertama, tingkat kedua (tingkat banding), dan tingkat ketiga (kasasi). Kee
mpat peradilan yang dimaksud adalah, peradilan umum, peradilan agama, per
adilan tata usaha Negara dan pengadilan militer. Keempat badan peradilan ini
memiliki wewenang dan batasan-batasan putusan tertentu dan tidak mempun
yai kewenangan dalam memutus perkara yang bukan pada kewenangan meng
adili badan peradilan tersebut karena memiliki koridor-koridor tersendiri. Per
adilan umum adalah suatu peradilan bagi rakyat pada umumnya baik mengen
ai perkara perdata maupun pidana atau perkaraperkara lain yang diajukan ke
pengadilan. Menurut Pasal 2 UU No. 2 Tahun 1984, Peradilan Umum adalah
salah satu pelaksana kekuasaan Kehakiman bagi rakyat pencari keadilan pada
umumnya. Dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2004 tentang perubahan
atas UU No. 2 Tahun 1986 tentang Peradilan Umum Pasal 50, Pengadilan Ne
geri bertugas dan berwenang, memeriksa, mengadili, memutuskan dan menye
lesaikan perkara pidana dan perkara perdata di tingkat pertama. Dalam Pasal
52 ayat (1) dan ayat (2), Pengadilan dapat memberikan keterangan, pertimban
gan dan nasihat tentang hukum kepada instansi pemerintah di daerahnya apab
ila diminta. Selain menjalankan tugas pokok, dalam Pasal 50 dan 51 pengadil
an dapat diserahi tugas dan kewenangan lain oleh atau berdasarkan Undang-
Undang. Peradilan agama, peradilan militer, dan peradilan tata usaha Negara
merupakan peradilan khusus untuk mengadili perkara-perkara tertentu atau u
ntuk mengadili golongan-golongan tertentu.

4.advoka

Pengertian advokat atau biasa disebut sebagai penasihat hukum berdasarkan U


ndang-undang No. 18 Tahun 2003 tentang Advokat adalah orang yang berprof
esi memberi jasa hukum baik di dalam maupun di luar pengadilan yang memil
iki persyaratan berdasarkan ketentuan undang-undang ini. Tugas daripada adv
okat sendiri tercantum dalam Pasal 1 ayat (2) Undang-undang No. 18 Tahun 2
003 berupa memberikan konsultasi hukum, bantuan hukum, menjalankan kuas
a, mewakili, mendampingi, membela, dan melakukan tindakan hukum lain unt
uk kepentingan hukum seorang yang dibela (klien). Advokat merupakan salah
satu lembaga atau organisasi yang memiliki peran yang sangat strategis dalam
penegakan hukum di suatu Negara. Advokat di Negara maju mempunyai statu
s social tinggi dibandingkan dengan professional lainnya.Adapun ketentuanket
entuan seseorang dapat menjadi seorang penasehat hukum harus memiliki kual
ifikasi yang telah ditetapkan secara khusus oleh undangundang salah satunya y
ang terpenting adalah merupaka lulusan sarjana hukum. Aparatur yang telah di
sebutkan tidak akan bisa dipisahkan bagaimanapun keadaannya. Mereka selay
aknya satu tubuh yang saling melengkapi dan saling membutuhkan. Satu saja t
idak bekerja dengan baik maka seterusnya akan tidak optimal dan dapat merug
ikan pihak lain dalam proses penegakan hukum yang ada.

A. Proses penegakan hukum di Indonesia


Proses dalam menegakkan hukum ada tiga unsur yang selalu harus diperha
tikan, yaitu: kepastian hukum (rechtssicherheit), kemanfaatan (zweckmassi
gkeit) dan keadilan (gerechtigeit). Apabila dalam penegakan hukum hanya
kepastian saja yang diperhatikan, maka unsur-unsur lainnya akan dikorban
kan. Demikian pula apabila yang diperhatikan hanyalah kemanfaatan, mak
a kepastian hukum dan keadilan dikorbankan dan begitu selanjutnya dan b
egitu seterusnya. Dalam menegakan hukum harus ada kompromi antara ke
tiga unsur tersebut. Ketiga unsur itu harus mendapat perhatian secara prop
osional dan seimbang agar kemudian tidak dinilai pembohongan teori dala
m penerapan di masyarakat. Tetapi dalam praktek tidak selalu mudah men
gusahakan kompromi secara proposional seimbang antara ketiga unsur ters
ebut. Proses penegakan hukum di Indonesia memiliki pandangan tersendiri
di mata masyarakat. Banyak dari masyarakat yang menilai baik namun jug
a tidak sedikit yang mengatakan bahwa penegakan hukum di Indonesia san
gat buruk atau jauh dari kata sesuai. Banyak dalam proses penegakan huku
m yang menimbulkan pro kontra karena ketidaksesuaian hasil yang diperol
eh. Contohnya dalam proses penegakan yang berkaitan dengan penegakan
HAM. Masalah penegakan HAM selalu beriringan dengan masalah penega
kan hukum, di mana hal ini menjadi salah satu hal krusial yang paling seri
ng dikeluhkan oleh warga masyarakat pada saat ini. Contoh lain mengenai
penegakan hukum bagi pelaku tindak pidana korupsi yang secara jelas tela
h melakukan kejahatan namun masih dapat menghirup udara bebas. Meng
apa demikian ? Yaitu karena lemahnya penegakan hukum. Masyarakat ter
kesan apatis dan memandang sebelah mata melihat hampir semua kasus hu
kum dalam skala besar dan menghebohkan, baik yang berhubungan denga
n tindak kriminal, kejahatan ekonomi, apalagi pelanggaran Hak Asasi Man
usia (HAM) yang sejatinya sering terjadi dilingkungan disekitar, belum ad
a yang diselesaikan dengan tuntas dan memuaskan. Masyarakat berharap,
bahwa demi kebenaran dan keadilan, maka hukum harus dan pasti senantia
sa ditegakkan. Memang ditinjau dari segi manajemen, pelaksanaan penega
kan hukum yang melibatkan beberapa instansi organisasi dalam proses pel
aksanaan sesuai dengan fungsi dan wewenang masing-masing, jelas meme
rlukan “modifikasi” pola dan “klarifikasi”. Namun dalam peningkatan mo
difikasi dan klarifikasi fungsi dan wewenang, jangan sampai menimbulkan
instansi sentris. Setiap instansi aparat harus merupakan “subsistem” yang
mendukung “total system” proses penegakan hukum dalam suatu kesatuan
yang menyeluruh karena penegakan hukum yang baik dialah penegakan ya
ng benar-benar memberi keadilan tanpa cacat baik terhadap pencari keadil
an atau siapa yang harus diadili. Adapun istilah penegakan hukum yang ak
untabel. Penegakan hukum yang akuntabel (bertanggung jawab) merupaka
n suatu upaya pelaksanaan penegakan hukum yang dapat dipertanggung ja
wabkan kepada publik, bangsa dan negara yang berkaitan dengan adanya k
epastian hukum dalam sistem hukum yang berlaku, juga berkaitan dengan
kemanfaatan hukum dan keadilan bagi masyarakat.Lembaga peradilan mer
upakan tempat yang paling memungkinkan seorang mendapat keadilan sec
ara utuh. Segala proses penegakan hukum yang telah dilalui akan mendapa
tkan hasil dalam putusan yang dipertimbangkan hakim saat proses persida
ngan. Fungsi ideal pengadilan sebagai institusi penegak hukum yang bertu
gas menegakkan hukum dan keadilan, serta menjamin perlindungan hak as
asi manusia, pada saat ini mengalami keterpurukan, yang disebabkan adan
ya rekayasa, diskriminatif, dan ketidakadilan sebagai hasil korupsi pengadi
lan (judicial corruption), yang popular disebut sebagai mafia peradilan. Ma
fia peradilan merupakan bentuk kegagalan sebagai sarana mencari keadila
n, telah menjadi pola tindakan menyimpang dalam proses peradilan pidana.
Mafia peradilan menjadi salah satu momok bagi para pencari keadilan kare
na takut adanya pengambilan hak dari penguasa untuk kepentingan mereka
yang berujung munculnya kerugian bagi para pencari keadilan di ranah per
adilan.
Tidak lupa dalam proses penegakan hukum membutuhkan institusiinstitusi
hukum sepeti hakim, jaksa, advokat dan polisi. Institusi-institusi hukum ter
sebut merupakan unsur-unsur klasik dalam merealisasikan tujuan hukum.
Selain institusi hukum tersebut saling mempengaruhi, masing-masing insti
tusi hukum tersebut mengembangkan nilai-nilainya sendiri di samping fakt
or di luar hukum yang juga turut berperan. Oleh karena itu, penegakan huk
um tidak bekerja dalam ruang hampa dan kedap pengaruh, melainkan selal
u berinteraksi dengan lingkup sosial yang lebih besar.Adanya hubungan er
at dan baik di antara para isntitusi-institusi tersebut merupakan satu diantar
a jalan yang memungkingkan akan terciptanya kedilan yang tepat. Tidak ja
rang banyak terjadi miss komunikasi diantara institusi-institusi tersebut ya
ng menyebabkan terhambatnya proses penegakan hukum dan terkadang ya
ng dilihat lemah dapat dikesampingkan dari yang memiliki kekuasaan. Ap
abila kita kontekskan dengan praktek penegakan hukum di Indonesia maka
yang terjadi adalah perasaan dimana “keadilan” hanya milik para penguasa
dan mereka yang meiliki keunggulan ekonomi dan bukan untuk mereka ya
ng berekonomi lemah. Hal inilah yang perlu dikoreksi secara besar-besara
n oleh pemerintah sendiri mengenai bagaimana sikap tanggung jawab yan
g terkadang dikesampingkan karena ada pro kontra di dalam dan di luar in
stitusi tersebut. Walaupun aparat penegak hukum terlihat begitu sibuk bek
erja, namun terkadang situasi dunia berhukum kita tidak berubah. Hukum t
etap gagal memberikan keadilan di tengah penderitaan dan kemiskinan yan
g hampir melanda sebagian besar rakyat. Supremasi hukum yang selama i
ni. didengungkan hanyalah menjadi tanda (sign) tanpa makna.Keadaan ma
syarakat saat ini terus menerus berubah-ubah dan mengalir mengikuti zam
an. Dimana tidak semua praktik penegakan dapat berjalan normal dan mud
ah begitu saja. Namun justru terkadang faktor dari kesadaran masyarakat s
endiri yang jauh memahami istilah menegakkan dan ditegakkan. Oleh kare
na itu, adanya contoh-contoh yang baik mengenai suatu hasil penegakan sa
ngat menjadi referensi tepat agar masyarakat tahu dan menilai letak kekuat
an suatu penegakan hukum yang selamanya tidak selalu main-main dan dis
epelekan. Adanya tingkat perkembangan masyarakat tempat hukum diberl
akukan mempengaruhi pola penegakan hukum, karena dalam masyarakat
modern yang bersifat rasional dan memiliki tingkat spesialisasi dan differe
nsiasi yang tinggi penggorganisasian penegak hukumnya juga semakin ko
mpleks dan sangat birokratis. Disamping faktor dari masyarakat sendiri, ad
apun beberapa problematika dalam penegakan hukum yang secara umum s
udah diketahui secara langsung oleh sebagain orang. Dirumuskan ketiga fa
ctor yang menghambat proses adalah ketidakharmonisan dalam membang
un korelasi ketiga factor penegakan hukum. Adalah tiga unsur penegakan
hukum itu sendiri yang jika dijabarkan akan muncul beberapa poin. Dianta
ranya:
1. Problem pembuatan peraturan perundang-undangan yang terkadang m
embutuhkan waktu yang sangat lama dalam pengesahan atau dalam per
umusannya sendiri.
2. Keadaan Masyarakat saat ini yang justru mencari kemenangan demi m
empertahankan nama bukan keadilan dengan melibatkan uang sebagai
perantara. Siapa saja yang memiliki uang lebih banyak maka penjamin
an dalam kemenangannya lebih terjamin. Apalagi saat ini politik menja
di tunggangan dalam mencari keadilan demi sebuah popularitas;
3. Lemahnya sumberdaya manusia dalam memprinsipkan diri bahwa pen
egakan hukum adalah landasan penting untuk terciptanya suatu kesejah
teraan. Masalahnya media massa sebagai penyambung lidah bagi publi
k terkadang memiliki pengaruh terhadap sikap seseorang dalam menjal
ankan tugasnya sebagai aparat hukum;
4. Keterbatasan anggaran yang terkadang hilang ditelan oleh oknumoknu
m perebut hak orang lain yang menjadikan rasa malas untuk melanjutk
an etika dalam berproses;
Dapat diartikan bahwa segala problematika diatas lebih kepada bobrok
nya oknum-oknum tertentu dalam menyikapi bagaimana seharusnya pe
negakan hukum dilakukan. Munculnya suap atau bayaran tinggi terhad
ap siapa saja yang dapat membayar lebih tinggi, adalah pemenang dari
satu perkara. Proses yang selama ini dikatakan sudah sesuai prosedur h
anya omong kosong yang dijadikan tirai dalam proses upaya hukumny
a. Tidak adanya peraturan yang mengatur juga sering menjadi alasan u
ntuk tidak ditindak tegasnya suatu tindak pelanggaran atau kejahatan.
Padahal dapat dilihat sejauh ini segala kasus dapat masuk dalam kateg
ori tindak pidana tertentu apabila memang dibenarkan dan masuk dala
m unsur-unsur suatu tindak pidana tertentu. Jika dibandingkan dengan
kurangnya sumberdaya manusia, tentu sangat tidak masuk diakal. Kare
na kita ketahui, di Indonesia sekarang ini masyarakat secara tidak langs
ung dapat mengakses segala hal yang berbau mengenai bagaimana suat
u upaya hukum harus dilakukan sangatlah mudah. Bagi aparat penegak
hukum sendiri sudah pasti mengetahui bagaimana suatu proses hukum
harus dilakukan tanpa ada kendala-kendala dikarenakan kurangnya pen
getahuan dari para aparatur hukum sendiri.

B. Bagan Lembaga-lembaga peradilan di Indonesia

Anda mungkin juga menyukai