Anda di halaman 1dari 17

Resume buku

“PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI ERA GLOBAL”

Judul Buku : Pemberdayaan Masyarakat di Era Global


Pengarang : Dr. Qos M. Anwas
Penerbit : ALFABETA, cv
Tahun Penerbit : Cetakan kesatu Juni 2013
ISBN : 9786027825420

BAB 1
Pendahuluan

Inilah dunia sedang mengalami era globalisasi. Globalisasi, ditandai integrasi


perdagangan global yang melintasi batas-batas wilayah negara dan geografis. Globalisasi
sangat mengutamakan kepentingan ekonomi. Kepentingan lainnya seperti kemanusiaan,
perdamian, kebersamaan, demokrasi, dan kesejahteraan sosial cenderung diabaikan. Era
globalisasi memandang bahwa jika ekonomi global berjalan dengan baik, maka agenda-agenda
lainnya juga akan mengikuti. Dengan kata lain, yang penting ada uang, segala urusan dan
kebutuhan bisa selesai.
Pemberdayaan masyarakat merupakan kegiatan yang mulia. Pada tahapan ini
masyarakat yang sudah berdaya membantu sesamannya yang tertinggal dan belum berdaya.
Namun kompleksitas masyarakat, terutama masyarakat yang belum berdaya tersebut, serta
tuntunan perubahan zaman yang begitu pesat, merupakan peluang dan sekaligus tantangan bagi
siapapun yang akan melakukan pemberdayaan masyarakat. Agen pemberdayaan juga perlu
memiliki kemauan, keiklasan, kemampuan, dan kesabaran yang kuat dalam mengubah perilaku
masyarakat tersebut. Oleh karena itu kesuksesaan dalam kegiatan pemberdayaan, diperlukan
agen pemberdayaan yang memiliki kompetensi sesuai tuntunan masyarakat dan perkembangan
zaman.

BAB 2
Kompetensi Era Global
1. Tantangan Agen Pemberdayaan
Upaya memberdayakan masyarakat memang lebih sulit dibandingkan dengan
memberikan bantuan yang bersifat charity. Begitu pula, proses pemberdayaan hasilnya tidak
langsung bisa dilihat atau dirasakan. Pemberdayaan masyarakat adalah proses pendidikan
yang merupakan investasi jangka panjang. Pemberdayaan masyarakat merupakan proses
pembangunan dalam meningkatkan harkat dan martabat serta kesejahteraan manusia. Oleh
karena itu profesi mulia sebagai agen pemberdayaan seperti : guru, dosen, penyuluh,
kiyai/ulama, pendamping, kader, relawan, penggerak pembangunan, atau aparatur
pemerintah baik pusat maupun di daerah perlu memiliki kompetensi yang bisa mendorong
klien atau sasaran didiknya untuk mengubah perilaku menuju arah yang lebih baik sesuai
dengan potensi dan kebutuhan mereka. Dengan kita lain agen pemberdayaan sebagai profesi
mulia tersebut perlu ditunjang oleh kompetensi yang mampu memberdayakan masyarakat
di era global sekarang ini.
2. Perkembangan Kompetensi
Konsep kompetensi lahir dari pemikiran-pemikiran para pendidik seperti Bloom sekitar
tahun 1950-an. Sekitar tahun 1960, konsep kompetensi mulai diterapkan di Amerika Serikat
untuk program pendidikan guru. Pada Tahun 1970, dikembangkan untuk program
pendidikan profesional lainnya, untuk program pelatihan kejuruan di Inggris dan Jerman
pada Tahun 1980 serta untuk pelatihan kejuruan dan pengenalan keterampilan profesional
di Australia pada Tahun 1990. Menurut Wood dan Payne (Ruky, 2003) konsep kompetensi
diperkenalkan sejak Tahun 1982 oleh Richard Boyatzis yang menyampaikan dalil bahwa
manajer bisnis AS harus memiliki kompetensi tertentu bila bisnis dan ekonomi AS tidak
dikalahkan oleh Jepang dan Eropa.
Dalam era globalisasi yang ditandai adanya persaingan global dan sangat ketat,
kompetensi menjadi sangat populer. Kompetensi seringkali menjadi sangat populer.
Kompetensi seringkali menjadi acuan atau indikator dalam mengukur keunggulan suatu
lembaga atau institusi baik lembaga pemerintah maupun swasta. Begitu pula dalam
penerimaan pegawai atau karyawan, kompetensi sudah menjadi indikator untuk diterima
atau tidaknya calon menjadi pegawai. Dalam kenaikan pangkat, jabatan, atau bentuk
promosi lainnya, kompetensi individu menjadi pertimbangan utama layak tidaknya
seseorang menduduki jabatan/pangkat tertentu.
3. Konsep Kompetensi
Banyak pakar mendefinisikan kompetensi secara beragam yang bergantung pada sudut
pandang dan penekanan berbeda. Yamin (2004) menekankan bahwa kompetensi merupakan
kemampuan dasar yang dapat dilakukan seseorang pada tahap kognitif, afektif, dan
psikomotik. Kemampuan dasar ini akan dijadikan landasan melakukan proses pembelajaran
dan penilaian seseorang.
4. Manfaat Kompetensi
Manfaat kompetensi dapat dilihat dari aspek individu yang melaksanakan tugas serta
pihak pengelolaan. Manfaat dari aspek individu yang melaksanakan pekerjaan adaalah
acuan kemampuan apa yang harus dimilikinya sebagai prasyarat dalam melaksanakan
pekerjaan tersbeut dengan baik. Dengan diketahuinya prasyarat ini, individu dapat
mempersiapkan kemampuannya sesuai dengan prasyarat yang ditentukan tersebut. Manfaat
komoetensi bagi manajemen atau pengelolaan adalah dapat menjadi acuan dalam seleksi
pegawai, sistem pengelolaan, pengawasan, serta aspek pengembangan organisasi/lembaga
yang bersangkutan.
5. Indikator Kompetensi
Kompetensi sangat berkaitan dengan kemampuan seseorang dalam melakukan
pekerjaannya. Kompetensi merupakan akumulasi dari kemampuan individu dalam
melaksanakan pekerjaannya yang di dalamnya terdapat unsur pengetahuan, sikap,
keterampilan, dan unsur-unsur pribadi lainnya. Kompetensi seseorang sangat kompleks.
Oleh karena itu untuk mengukur kompetensi seseorang diperlukan indikator yang meliputi
unsur tersebut.
6. Faktor yang Mempengaruhi Kompetensi
a. Internal
Fakor internal yang mempengaruhi kompetensi individu sesungguhnya adalah
karakteristik individu yang bersangkutan. Karakteristik pribadi ini merupakan sifat-sifat
atau ciri-ciri yang dimiliki seseorang yang berhubungan dengan semua aspek kehidupan
dan lingkungannya.
b. Eksternal
1. Dukungan Lingkungan
Dukungan lingkungan merupakan faktor-faktor diluar dari individu (eksternal)
yang mempengaruhi dalam kehidupannya. Pengaruh karakteristik lingkungan tersebut
jika mendukung atau sesuai dengan kebutuhan seseorang maka akan membantu dalam
kelancaran pelaksanaan tugas-tugas. Sebaliknya apabila tidak sesuai bisa menjadi
penghambat. Beberapa faktor eksternal yang berpengaruh terhadap seseorang
diantaranya, kebijakan pemerintah, dukungan keluarga, dukungan kelembagaan, serta
dukungan masyarakat (terutama klien).
2. Pendidikan dan Latihan
Pendidikan dan pelatihan merupakan upaya yang dirancang secara khusus (by
desain) untuk meningkatkan kompetensi seseorang. Bentuknya adalah pendidikan
formal lanjutan dan kegiatan pelatihan. Dalam proses belajar ini seperti ini setiap
individu memiliki ketergantungan dari pihak lain.
3. Eksposure Media Masa
Fenomena tuntutan perubahan zaman, yaitu perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi terutama perkembangan teknologi informasi dan komunikasi;
globalisasi, perubahan sistem pemerintahan desentralisasi; lahirnya berbagai Undang-
Undang dan peraturan baru, serta tuntunan kebutuhan dan dinamika masyarakat yang
terus berkembang. Fenomena perubahan tersebut, menuntun adanya kesiapan SDM
untuk dinamis dan handal agar dapat hidup esksis sesuai perubahan tersebut.
a. Media Koran/Majalah
Dalam penjelasan Anwas (2009) menegaskan bahwa melalui media majalah ini,
informasi yang sering dibaca penyuluh sebagian besar adaalah informasi yang
terkait dengan penyuluhan pertanian. Karakteristik majalah yang sering dibaca
penyuluh adalah majalah yang spesifik tentang pertanian, substansi yang diperoleh
juga terkait dengan pertanian dan keperluan kegiatan penyuluhan, serta majalah
tersebut (khususnya Sinar Tani) diperoleh secara kontinyu (dua kali dalam
sebulan).
b. Media Televisi
Media Televisi adalah media massa yang memiliki karakteristik audio visual
dan unsur gerak. Media televisi juga memiliki kelebihan dalam memanipulasi
pesan melalui teknik editing, tata cahaya, tata lampu, animasi, teknik pengambilan
gambar, dan teknik lainnya. Melalui berbagai teknik tersebut pesan tertentu dapat
ditonjolkan atau dilemahkan sesuai tujuan yang dikehendaki. Dengan karakteristik
tersebut apakah media televisi dapat meningkatkan kompetensi.
c. Media Radio
Dalam era global sekarang, media radio tetap eksis pada golongan masyarakat
tertentu, atau situasi tertentu. Pada masyarakat perkotaan, misalnya, siaran radio
sering dinikmati sambil menumpang kendaraan, bersantai, bahkan sambil bekerja,
kondisi seperti itu merupakan peluang untuk memanfaatkan media radio dalam
meningkatkan kompetensi yang sesuai dengan karakteristik media tersbut dan
kondisi sasaran yang makin segmented.
d. Media Internet
Media massa lainnya yang memiliki potensi besar untuk dimanfaatkan dalam
peningkatan kompetensi adalah internet. Di era informasi seperti sekarang ini, ciri
masyarakat informasi mayoritas masyarakatnya bekerja dalam sektor informasi,
baik mengolah, memproduksi, dan mendistribusikan informasi, tuntutan terhadap
kecepatan, keakuratan, aktualitas, dan kuantitas, serta kemudahan komunikasi.
Kehadiran teknologi internet menawarkan kemampuan untuk memenuhi tuntunan
masyarakat informasi tersebut.
4. Media Lingkungan
Lingkungan tempat bertugas sebenarnya menyediakan berbagai hal yang dapat menjadi
bahan pembelajaran. Jumlah media pembelanjaran yang tersedia dilingkungan ini hampir
tak terbatas. Hal ini sangat bergantung pada sejauh mana yang bersangkutan bisa
memanfaatkannya secara efektif. Media lingkungan di sini diartikan sebagai suatu kondisi
di sekitar tempat individu yang dapat digunakan untuk belajar dalam meningkatkan
kemampuannya.
7. Strategi Meningkatkan Kompetensi
Meningkatkan kompetensi di era global merupakan tuntunan yang wajib dipenuhi.
Seiring dengan cepatnya perubahan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi dan
komunikasi, maka meningkatkan kompetensi menuntut untuk dilakukan setiap saat.
Dalam era globalisasi, individu yang kompeten sesungguhnya adalah individu yang
selalu meluangkan waktu untuk belajar ditengah-tengah kesibukan tugas pekerjaannya.
Sebaliknya individu yang menjadi pecundang adalah mereka yang terlena dalam kehidupan
rutinitas pekerjaannya tanpa mau untuk belajar.

BAB 3
Pembangunan dan Pemberdayaan
1. Pembangunan Manusia
Pembangunan (development) secara umum identik dengan proses perubahan yang
direncanakan, atau perbaikan kondisi menuju ke arah yang lebih baik. Pembangunan adalah
sebuah upaya mencapai kemajuan bagi umat manusia. Secara umum pembangunan
seringkali dikaitkan dengan pencapaian dan peningkatan kesejahteraan secara ekonomis.
Pembangunan merupakan perubahan dalam pemenuhan kebutuhan dalam peningkatan
kualitas hidup.
2. Perubahan Berencana
Pembangunan hakikatnya adalah perubahan yang direncanakan ke lebih baik dalam
meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan manusia. Pemberdayaan yang dilakukan
oleh agen pembaharuan merupakan upaya melakukan perubahan yang direncanakan sesuai
dengan potensi dan kebutuhan sasaran. Untuk melakukan perubahan diperlukan upaya
perencanaan yang matang pada sasaran terencana.
3. Konsep Pemberdayaan
Konsep pemberdayaan ini berkembang dari realitas individu atau masyarakat yang
tidak terdaya atau pihak yang lemah (powerless). Ketidakberdayaan atau memiliki
kelemahan dalam aspek: pengetahuan, pengalaman, sikap, keterampilan, modal usaha,
networking, semangat, kerja keras, ketekunan, aspek lainnya. Kelemahan dalam berbagai
aspek tadi mengakibatkan ketergantungan, ketidakberdayaan, dan kemiskinan.
4. Penyuluhan dan Pemberdayaan
Penyuluhan dan pemberdayaan merupakan konsep yang memiliki tujuan yang sama
yaitu membuat klien atau sasaran menjadi berdaya.
Penyuluhan dan pemberdayaan merupakan kajian keilmuan dalam disiplin ilmu/studi
Ilmu Penyuluhan Pembangunan. Ilmu Penyuluhan Pembangunan sebagai suatu disiplin
ilmu yang mempelajari tentang bagaimana pola perilaku manusia pembangunan terbentuk,
bagaimana perilaku manusia dapat berubah atau di ubah sehingga mau meninggalkan
kebiasaan lama dan menggantikannya dengan perilaku yang baru yang berakibat kualitas
kehidupan orang yang bersangkutan menjadi lebih baik. Slamet (1992)
5. Agen Pemberdayaan
Menurut Chamber (Djohani, 2003), individu yang diberdayakan adalah orang miskin
yang seringkali tidak memiliki daya untuk berjuang karena sudah dilumpuhkan. Oleh karena
itu dalam pemberdayaan dibutuhkan peran orang luar. Orang asing yang bertugas
memberdayakan ini adalah kalngan petugas pembangun baik formal maupun non formal.
6. Falsafah Pemberdayaan
Pemberdayaan masyarakat juga perlu memgang falsafah kontinyu. Bahwa
pemberdayaan sesungguhnya merupakan upaya perubahan perilaku yang tidak bisa
dilakukan seperti membalikkan telapak tangan. Pemberdayaan merupakan sebuah proses
yang ada tahapan yang jelas dan dibutuhkan waktu (proses). Pemberdayaan harus dilakukan
secara bertahap, kesinambungan, dan dilakukan secara terus menerus. Oleh karena itu
pemberdayaan perlu kesabaran dan ketelatenan dari agen pemberdayaan dalam
membimbing atau memfasilitasi proses perubahan tersebut.
7. Prinsip Pemberdayaan
a. Pemeberdayaan dilakukan dengan cara yang demokratis dan menghindari unsur
paksaan.
b. Kegiatan pemberdayaan didasarkan pada kebutuhan, masalah, dan potensi klien/sasaran.
c. Sasaran pemberdayaan adalah sebagai subjek atau perilaku dalam kegiatan
pemberdayaan.
d. Pemberdayaan berarti menumbuhkan kembali nilai, budaya, dan kearifan-kearifan lokal
yang memiliki nilai luhur dalam mayarakat.
e. Pemberdayaan merupakan sebuah proses yang memerlukan waktu, sehingga dilakukan
secara bertahap dan berkesinambungan.
f. Kegiatan berdampingan atau pembinaan perlu dilakukan secara bijaksana, bertahap, dan
berkesinambungan.
g. Pemberdayaan tidak bisa dilakukan dari salah satu aspek saja, tetapi perlu dilakukan
secara holistik terhadap semua aspek kehidupan yang ada dalam masyarakat.
h. Pemberdayaan perlu dilakukan terhadap kaum perempuan terutama remaja dan ibu-ibu
muda sebagai potensi besar dalam mendongkrak kualitas kehidupan keluarga dan
pengentas kemiskinan.
i. Pemberdayaan dilakukan agar masyarakat memiliki kebiasaan untuk terus belajar,
belajar sepanjang hayat (lifelong learning education).

BAB 4
Kompetensi Agen Pemberdayaan
Seiring dengan tuntutan perkembangan zaman di era global ini maka kompetensi agen
pemberdayaan dalam melakukan pemberdayaan SDM perlu dinamis. Kompetensi dalam
pemberdayaan masyarakat memiliki makna upaya kemampuan yang harus dimiliki oleh para
agen diwujudkan dalam pengetahuan dan keterampilan serta ditunjang oleh sikapnya yang
diperlukan dalam kegiatan pemberdayaan masyarakat dapat di uraikan dalam beberapa dimensi
sebagai berikut :
1. Kompetensi Pemahaman Sasaran
Kompetisi dalam memahami potensi sasaran adalah kemampuan individu dalam
mengidentifikasi sumberdaya yang dapat dikembangkan sesuai tuntutan masyarakat sebagai
sasaran pemberdayaan. Kompetensi ini meliputi pemahaman terhadap sumber daya (alam,
sosial, dan budaya) yang dimiliki sasaran terutama yang bisa dikembangkan dalam
meningkatkan pendapatan dan kehidupan ke arah yang lebih baik. Selanjutnya kemampuan
dalam mengidentifikasi dan memahami permasalahan real yang dihadapi masyarakat sehari-
hari di lapangan.
2. Kompetensi Menumbuhkan Kesadaran
Menumbuhkan kesadaran merupakan bagian inti dalam pemberdayaan masyarakat. Oleh
karena itu, kompetensi menumbuhkan kesadaran sangat penting dimiliki oleh agen
pemberdayaan. Kompetensi ini diperlukan setelah agen pemberdayaan memahami
karakteristik, potensi, dan kebutuhan sasaran. Bahwa pada hakikatnya masyarakat memiliki
potensi untuk berubah ke arah yang lebih baik. Namun potensi tersebut sulit dirasakan
sebagai akibat dari pembiasaan dan perlakuan sebelumnya.
3. Kompetensi Komunikasi Inovasi
Dimensi komunikasi inovasi adalah kemampuan agen pemberdayaan dalam memfasilitasi
kebutuhan masyarakat guna meningkatkan kualitas kehidupan yang lebih baik sesuai
dengan potensi dan kehidupannya. Kompetensi ini mulai dari kemampuan dalam mencari
informasi inovasi. Informasi inovasi yang baik adalah inovasi yang relevan dan dibutuhkan
masyarakat. Di sisi lain inovasi tersebut bisa diuji cobakan, diterapkan, dan dimanfaatkan
oleh masyarakat.
4. Kompetensi Pengelolaan Pembaharuan
Kompetensi pengelolaan pembaharuan dapat diartikan sebagai kemampuan agen
pemberdayaan dalam memfasilitasi masyarakat agar dapat menyesuaikan dengan
lingkungan yang terus berubah. Kemampuan ini meliputi: (1) kemampuan membangkitkan
motivasi untuk berubah, (2) kemampuan menumbuhkan kepekaan terhadap perubahan
lingkungan, (3) kemampuan menerapkan teknologi atau ide-ide baru dalam memecahkan
masalah yang dihadapi masyarakat di lapangan.
5. Kompetensi Pengelolaan Pembelajaran
Kompetensi pengelolaan pembelajaran yaitu kemampuan agen pemberdayaan dalam
menciptakan proses belajar kepada masyarakat dalam mengubah perilakunya yaitu
meningkatkan kemampuan, kualitas hidup, dan kesejahteraannya. Melalui belajar,
masyarakat diharapkan mampu menguasai dan menerapkan inovasi yang lebih
menguntungkan bagi diri dan keluarganya.
6. Kompetensi Pengelolaan Pelatihan
Kompetensi pengolahan pelatihan ini meliputi: kemampuan merancang pelatihan,
kemampuan melaksanakan pelatihan, kemampuan memfasilitasi narasumber, kemampuan
mengevaluasi hasil penelitian, kemampuan melakukan tindak lanjut pelatihan, serta
kemampuan melibatkan masyarakat dalam tahapan pelatihan.
7. Kompetensi Pengembangan Kewirausahaan
Kemampuan membangun kewirausahaan bagi agen pemberdayaan diantaranya kemampuan
dalam: menanamkan sikap mental kepada masyarakat untuk berani mengambil risiko,
mencari peluang, cara pandang (visi) terhadap perubahan, dan inisiatif untuk berubah. Oleh
karena itu, agen pemberdayaan perlu memiliki kemampuan dalam hal: mengembangkan
cara pandang petani untuk mengikuti perubahan, mengembangkan kemampuan mencari
peluang usaha pertanian, menanamkan sikap untuk berinisiatif dalam berbagai usaha sesuai
tuntutan perubahan, dan membangun kerjasama dalam kelompok usaha sesaui potensi yang
dimiliki masyarakat.
8. Kompetensi Pemandu Sistem Jaringan
Pemandu sistem jaringan adalah kemampuan agen pemberdayaan dalam melakukan
hubungan kerjasama yang sinergi antar pihak terkait. Dalam hal ini agen pemberdayaan
harus memiliki kemampuan: memfasilitasi petani dengan lembaga penelitian atau perguruan
tinggi dalam menyampaikan permasalahan masyarakat serta mengakses informasi untuk
keperluan pemberdayaan, negosiasi/koordinasi denagn lembaga terkait, memfasilitasi
kemudahan informasi tentang kualitas dan kuantitas produksi pertanian dan harga pasar, dan
mengembangkan kerjasama kemitraan dengan dunia usaha.
9. Kompetensi Menumbuhkembangkan Kelembagaan
Kompetensi agen pemberdayaan dalam menumbuhkan kelembagaan masyarakat meliputi:
kemampuan dalam menguatkan atau menghidupkan kelembagaan yang sudah ada di
masyarakat; kemampuan dalam membentuk kelembagaan yang belum ada tetapi diperlukan
oleh masyarakat untuk meningkatkan kualitas kehidupan dan kesejahteraan; mensinergikan
kelembagaan yang telah ada, termasuk dengan kelembagaan yang baru dibentuk; serta
membangun kerjasama kelembagaan yang ada di masyarakat dengan kelembagaan diluar
masyarakat, dengan prinsip saling memahami, menghargai, dan saling menguntungkan.
10. Kompetensi Pendampingan
Pendampingan merupakan salah kemampuan yang sangat perlu dimiliki oleh agen
pemberdayaan. Pendampingan ini tugasnya bukan mneggurui, tetapi lebih tepat sebagai
fasilitator, komunikator, dinamistor, dan pembimbing masyarakat di lapangan.
Kemampuan yang harus dimiliki dalam aspek pendampingan meliputi: kemampuan
memberikan motivasi untuk terlibat dalam kegiatan pemebrdayaan; kemampuan dalam
meningkatkan kesadaran bahwa masyarakat termasuk keluarga miskin memiliki potensi
yang dapat dikembangkan untuk berubah dalam meningkatkan kualitas kehidupannya.
Potensi yang ada dalam masyarakat ini perlu digali. Bagi masyarakat perkotaan yang sudah
terbuka, potensi individu dan masyarakat biasanya mudah untuk diketahu. Sebaliknya
pada masyarakat pedesaan yang cenderung tertutup, diperlukan kemampuan tertentu
dalam menggali potensi diri, masyarakat, dan lingkungannya.
11. Kompetensi Melek Teknologi Informasi dan Komunikasi
Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) terdiri dari konsep yaitu teknologi informasi
dan teknologi komunikasi. Teknologi informasi menekankan pada proses, manipulasi, dan
pengelolaan informasi. Teknologi komunikasi berkaitan dengan bagaimana mentransfer
informasi kepada sasaran melalui berbagai perangkat atau media komunikasi.
Melek teknologi informasi dan komunikasi bagi agen pemberdayaan dapat berfungsi mulai
dari: mencari informasi yang berkembang sesuai kebutuhan pemberdayaan, sebagai media
komunikasi baik dengan masyarakat maupun dengan pihak lain dalam mendukung
kegiatan pemberdayaan; sebagai media pendidikan dalam menambahkan wawasan dan
keterampilan, sebagai media hiburan, memudahkan dalam melakukan kerjasama untuk
mendukung kegiatan kemasyarakatan, serta mencari dukungan partisipasi pihak-pihak luar
yang mendukung kegiatan pemberdayaan.
12. Kompetensi Mencari Sponsorship
Untuk mensukseskan kegiatan pemberdayaan, diperlukan dukungan sponsorship.
Dukungan tersebut dalam pemberdayaan dapat berupa: tenaga, pemikiran/ide, fasilitas,
kerja sama, dan dukungan dalam bentuk finansial. Dukungan sponsorship atau dukungan
dana (fundraising) untuk kegiatan pemberdayaan dapat diperoleh melalui melalui
organisasi pemerintah, Badan usaha milik Negara (BUMN), dunia usaha, yayasan,
lembaga-lembaga donor, atau individu.
13. Kompetensi Mempengaruhi Media Masa
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi telah meningkatkan cepatnya arus
informasi, menembus batas fisik dan teritorial negara, serta memasuki babak dunia yaitu
era informasi. Era informasi ini telah mempengaruhi kepada semua aspek kehidupan
manusia. Era informasi ini ditandai adanya pengaruh dan ketergantungan masyarakat akan
informasi khususnya melalui media massa baik media cetak maupun elektronik.
BAB 5
Strategi Pemberdayaan
1. Kemiskinan
Kemiskinan merupakan masalah yang sangat kompleks. Sejak zaman dulu, kemiskinan
sudah dirasakan nenek moyang kita. Kondisi ini diperparah oleh belenggu penjajahan yang
menjadikan masyarakat pribumi makin jatuh dalam lembah kemiskinan. Padahal jika
melihat dari potensi sumber daya, kekayaan Nusantara baik di darat, laut, atau sangat
melipah. Kekayaan ini sejatinya bisa menyejahterakan penduduk pribumi.
2. Pemberdayaan dalam Pengentasan Kemiskinan
Pemberdayaan dalam menuntaskan kemiskinan dapat dilakukan dengan cara mengubah
mind set individu dan masyarakat untuk berdaya dan mandiri. Pemberdayaan juga dapat
dilakukan melalui berbagai aktivitas yang dapat meningkatkan partisipasi individu dan
masyarakat.
3. Strategi Pemberdayaan
Strategi pemberdayaan, hakikatnya merupakan gerakan dari, oleh, dan untuk masyarakat.
Dalam melaksanakan pemberdayaan perlu dilakukan melalui berbagai pendekatan.
Menurut Suharto (2005), penerapan pendekatan pemberdayaan dapat dilakukan melalui
5P yaitu: pemungkinan, penguatan, perlindungan, penyongkongan, dan pemeliharaan.
4. Pendekatan Holistik
Kehidupan masyarakat memang sangat kompleks. Kebutuhan dan permasalahan yang ada
dimasyarakat juga saling terkait. Oleh karena itu pendekatan pembangunan sulit bisa
tercapai apabila dilakukan secara parsial. Pembangunan menuntut dikembangkan semua
aspek kehidupan yang ada di masyarakat secara simultan dan kontinyu sesuai dengan
potensi dan permasalahan yang dihadapi masyarakat. Pembangunan seperti itu disebut
merupakan pendekatan holistik.
5. Meningkatkan Partisipasi Masyarakat
Partisipasi masyarakat bukan sekedar keterlibatan masyarakat dalam pembangunan saja.
Partisipasi masyarakat juga bukan sekedar alat atau mobilitasi tertentu untuk mencapai
tujuan individu atau kelompok tertentu. Pertisipasi merupakan suatu proses dan tujuan
dalam mencapai tujuan pembangunan. Pertisipasi masyarakat terlibat secara aktif baik
fisik maupun psikis. Pertisipasi mengandung makna keterlibatan adanya kesadaran untuk
berubah, terjadinya proses belajar menuju ke arah perbaikan dan peningkatan kualitas
kehidupan yang lebih baik.
6. Pendampingan
Pemberdayaan merupakan suatu proses yang memerlukan waktu dan tindakan nyata secara
bertahap dan kesinambungan dalam meningkatkan kapasitas masyarakat. Oleh karena itu,
dalam kegiatan pemberdayaan, diperlukan kegiatan pendampingan. Pendampingan ini
diperlukan sebagai agen pemberdayaan yang tugasnya bukan menggurui, tetapi lebih tepat
sebagai fasilitator, komunikator, dinamisator, dan pembimbing masyarakat di lapangan.
7. Top Down vs. Bottom Up.
Pemberdayaan hakikatnya mendorong masyarakat untuk berdaya. Namun sebagai agen
pembaharu atau agen pemberdayaan (Sipil), juga memiliki tugas dalam menyukseskan
program pemerintah. Program pemerintah ini biasanya bersifat top down. Begitu pula
pemberdayaan yang dilakukan oleh dunia usaha (BUMN), mereka baisanya memiliki
agenda tersendiri dalam membangun citra dan image lembaga. Dalam hal ini agen
pemberdaya dituntut untuk melakukan sebuah joint planning antara kebutuhan/potensi
klien/sasaran dengan agenda/program lembaga tersebut melalui kegiatan pemebrdayan
yang saling menguntungkan.
8. Agen Pemberdayaan dan Media Masa
Era informasi ditandai gencarnya terpan (exposure) media massa, baik media cetak seperti
koran dan majalah maupun elektornik seperti radio, televisi, maupun internet. Lingkungan
keluarga, sekolah, dan masyarakat luas juga tidak terlepas dari terpaan media massa
tersebut. Dalam konteks perubahan sosial, media massa menjadi itu sebagai agen
pemberdayaan penting untuk mempertimbangkan pengaruh media massa terhadap
kegiatan pemberdayaan masyarakat.
9. Komunikasi dalam Pemberdayaan
Komunikasi pembangunan berarti proses penyampaian pesan kepada pelaku
pembangunan untuk berpartisipasi aktif sehingga perubahan yang direncanakan bisa
tercapai. Komunikasi memiliki peran penting dalam konteks pembangunan dan perubahan
sosial. Komunikasi dalam pemberdayaan hanya akan efektif apabila dilakukan secara
dialogis, komunikasi secara interaktif dalam suasana harmonis dan kekeluargaan. Agen
pemberdayaan sangat perlu memiliki kemampuan diciptakan dengan penuh keakraban.

10. Mencari Sponsorship Pemberdayaan


Alam melaksanakan kegiatan pemberdayaan, diperlukan dukungan pihak-pihak lain yang
terkait. Dukungan tersebut dapat berupa: tenaga, pemikiran/ide, fasilitas, kerjasama, dan
dukungan dalam bentuk finansial. Dukungan sponsorship atau dukungan dana
(fundraising) untuk kegiatan pemberdayaan dapat diperoleh melalui organisasi
pemerintah, Badan usaha Milik Negara (BUMN), dunia usaha, yayasan, lembaga-lembaga
donor, atau individu.

BAB 6
Implementasi Pemberdayaan
Implementasi pemberdayaan masyarakat seseungguhnya merupakan upaya holistik yang
menyangkut semua aspek kehidupan yang ada dan terjadi di masyarakat.
1. Pemberdayaan Sektor Pendidikan
Pendidikan merupakan sektor penting dalam mengubah perilaku ke arah yang lebih baik.
a. Pendidikan Tingkat Anak-Anak
Pemberdayaan dalam sektor pendidikan diarahkan untuk mengubah pengetahuan, sikap,
dan keterampilan masyarakat.
b. Pendidikan Tingkat Remaja
Pendidikan pada tingkat remaja tidak hanya dalam tataran pendidikan formal, tetapi
dapat dilakukan melalui pemdidikan non formal. Kursus-kursus atau berbagai pelatihan
keterampilan. Bentuk keterampilan ini hendaknya disesuaikan dengan potensi dan
kebutuhan masyarakat lokal.
c. Pendidikan Tingkat Dewasa
Pemberdayaan aspek pendidikan pada tingkat orang dewasa diarahkan pada peningkatan
kualitas kehidupan yang lebih baik. Dimulai dari analisis kebutuhan dan potensi
masyarakat dalam sektor pendidikan. Berbagai bentuk pelatihan dapat dikembangkan.
Bentuk keterampilan ini disesuaikan dengan potensi masyarakat lokal dan langsung bisa
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
d. Pendidikan Tingkat Lansia
Pemberdayaan lansia dalam sektor pendidikan ditujukan untuk memberikan peran atau
aktivitas yang sesuai dengan kondisi fisik dan pengalamannya. Dengan aktivitas yang
cukup, lansia akan tetap sehat.
2. Pemberdayaan Sektor Kesehatan
Sehat adalah sangat penting bagi semua manusia. Dengan badan sehat, individu bisa
melakukan berbagai aktivitas. Dengan modal sehat, manusia bisa meraih berbagai
keberhasilan kesuksesan. Sebaliknya, apabila sakit maka sulit melakukan aktivitas yang
optimal.
3. Pemberdayaan Sektor Usaha Kecil
Usaha mikra atau susaha kecil adalah kekuatan ekonomi kerakyatan yang tangguh. Hal ini
telah terbukti ketika terjadi krisis ekonomi tahun 1998, usaha kecil maupun tetap eksis dari
terpaan krisis ekonomi yang melanda Indoensia dan dunia.
4. Pemberdayaan Sektor Pertanian
Pemerdayaan petani diarahkan dari mulai proses produksi, pemeliharaan, panen, serta
pemasaran. Pemberdayaan petani ini diarahkan pada usaha petani.
5. Pemberdayaan Berbasis wilayah
Pemberdayaan didasarkan pada potensi wilayah (alam, sosial, budaya) sekitar masyarakat.
Jika daerah memiliki potensi alam atau sumberdaya alam yang baik untuk dikembangkan,
maka kegitan pemberdayaan mengacu pada potensi tersebut. Begitu pula potensi lingkungan
sosial dan budaya dapat dikembangkan dalam kegiatan pemberdayaan masyarakat.
6. Pemberdayaan Daerah Berencana
Pemberdayaan masyarakat di daerah bencana diarahkan pada upaya meningkatkan
kemampuan masyarakat baik sebelum bencana (pra), pada saat bencana terjadi (during),
dan upaya rehabilitasi dan rekonstruksi setelah bencana terjadi (pasca).
7. Pemberdayaan Kaum Disabilitas
Menciptakan pemberdayaan kaum disabilitasi perlu dukungan semua pihak sesuai perannya
masing-masing. Pemberdayaan ini didasarkan pada keyakinan bahwa semua individu
termasuk kaum disabilitasi memiliki potensi untuk berkembang sesuai bakat, minat, dan
cita-citanya.
8. Pemberdayaan Corporate Sosial Responsibility (SCR)
Corporate Social Responsibility (SCR), merupakan salah satu bentuk kepedulian
perusahaan terhadap lingkungan alam, lingkungan budaya, dan lingkungan sosial.
a. Beasiswa
Bantuan beasiswa CSR yang diterima mahasiswa tidak hanya digunakan untuk
menyebar sekolahnya, tetapi juga bisa digunakan untuk operasional pendampingan.
b. Pembinaan Ekonomi dan UKM
Membangun dan meningkatkan sumber daya manusia (SDM) para pelaku UKM,
dukungan dalam penambahan modal usaha, atau membantu dalam kegiatan
pemasarannya.
c. Pembinaan Lingkungan
CSR bidang lingkungan hidup, masyarakat dibina untuk peduli dan cinta kepada
lingkungannya. Program ini dapat dilakukan sesuai dengan potensi dan kebutuhan
masyarakat setempat.
d. Relevansi Produk/Jasa Perusahaan
Model SCR sebagai bentuk kepedulian kepada masyarakat dapat pula disesuiakan
dengan bentuk produk/jasa yang dilakukan perusahaan tersebut. Model SCR seperti ini
dapat dilakukan dengan prinsip menbangun perubahan perilaku kepada masyarakat ke
aarh yang lebih baik.
9. Pemberdayaan Perempuan
a. Monumen Becak
“Kisah sejoli dua pasangan yang sukses ini tepat diberi judul Monumen Becak. Adalah
pasangan Bapak Rohmat dan Ibu Sartini dari Weleri Kendal Jawa Tengah.”
b. Sukses Mantan TKW
“Menjadi TKW dan membawa pulang uang banyak, belum jaminan bisa menjadi
hidupnya sukses.”
c. PNS yang Sukses
“Usaha Bu Ajay dimulai berjualan pakaian.”
d. Pasangan Muda Kaya Raya
“Tempaan hidup yang keras menjadikan diri ulet, mandiri, dan kreatif.”
e. Sarjana Membangun Desa
“Membangun daerah sendiri lebih mulia dibandingkan dengan merantau di kampung
orang.”
f. Sejahtera Dengan Keripik Pisang
“Pasangan Roslinah dan Rahman yang tinggal di Dusun Beleweh Binuang Kabupaten
Barru Sulawesi Selatan.”

BAB 7
Pos Pemberdayaan Keluarga
Kondisi masyarakat memang heterogen. Kebutuhan, masalah, dan potensi yang ada di
masyarakat sangat beragam. Begitu pula lingkungan alam, lingkungan sosial, dan lingkungan
budaya masyarakat juga berbeda.
1. Perkembangan Posdaya
Saah satu keberhasilan pembangunan pada zaman orde baru yang di akui dunia
internasional adalah keberhasilan Kelurga Berencana (KB). Program ini dinilai berhasil
karena tidak hanya mampu menekan angka kelahiran tetapi juga bisa mengubah budaya
Indonesia.
2. Nama Generik Pemberdayaan
Posdaya dapat dijadikan sebagai Nama Genrik untuk sebuah gerakan pemberdayaan
keluarga dalam menguatkan fungsi-fungsi keluarga.
3. Forum Komunikasi
Posdaya sebagai forum komunikasi yang ada di masyarakat memiliki peran penting dalam
menyampaikan pesan perubahan sosial. Begitupun informasi melalui media massa yang
sangat gencar di era informasi sekarang.
4. Membangun Modal Sosial
Melalui posdaya dalam masyarakat dapat dibangun kembali sifat gotong royong, saling
tolong menolong, kerjasama, menghargai pada orang tua, rasa empati, dan nilai-nilai sosial
lainnya.
5. Penguatan Kelembagaan Sosial
Posdaya juga dapat melahirkan ide-ide kreatif untuk mengembangkan berbagai kegiatan
pemberdayaan sesuai dengan potensi dan kebutuhan masyarakat. Dengan semakin
meningkatnya intensitas partisipasi, masyarakat bisa saling berdiskusi memecahkan
masalah yang dihadapi secara bersama-sama dengan cara mereka.
6. Pembentukan Posdaya
Postdaya sebagai forum komunikasi dan pemberdayaan masyarakat dapat dibentuk
melalui kelembagaan baru. Posdaya juga dapat dibentuk dari kelembagaan yang telah ada
di masyarakat untuk dapat dikembangkan dan ditinggalkan sehingga dapat memberi
manfaat yang lebih baik bagi anggota masyarakat.
7. Pengembangan Posdaya
Pos pemberdayaan masyarakat merupakan gerakan masyarakat di tingkat akar rumput
(grassroots). Dalam realisasinya, posdaya berkembang tidak hanya membentuk
kelembagaan baru, akan tetapi banyak yang berkembang sebagai bentuk pengembangan
atau penyempurnaan dari kelembagaan yang telah ada di masyarakat.
8. Aktivitas Posdaya
Dalam realisasinya kebutuhan, potensi, dan masalah yang ada dalam masyarakat sangat
kompleks. Untuk memudahkan dalam pelaksaannya, kegiatan posdaya dapat
dikembangkan menjadi kelompok-kelompok Bina Kelompok Balita, Bina Keluarga
Remaja, Bina Keluarga Deawasa, dan Bina Keluarga Lansia, Bina Keluarga Cacat, Bina
Keluarga Ekomi, atau Kelompok Keluarga yang sedang menbangun ekonomi, dan
program pemberdayaan lainnya. (Suyono dan Haryanto, 2009)
9. Model PAUD Posdaya
Model PAUD Posdaya merupakan alternatif wahana pemberdayaan masyarakat dalam
pemecahan masalah-masalah PAUD yang dihadapi masyarakat secara bergotong-royong
sesuai dengan potensi dan kemampuan masyarakat.
10. Penuntasan Wajib Bayar 9 Tahun
Pendidikan terutama pendidikan dasar merupakan hak setiap warga negara yang telah
diakui sebagai kesepakatan dunia melalui pencapaian Millennium Development Goals
(MDGs). Di Indonesia penuntasan wajib belajar 9 tahun telah ditempuh melalui berbagai
model, antara lain: Sekolah Dasar/MI dan SMP/MTS reguler, SMP Satu Atap, SMP
Terbuka, Kejar Paket A dan B, membentuk layanan lainnya.
11. Pengabdian Masyarakat di Perguruan Tinggi
Pengabdian kepada masyarakat merupakan salah satu implementasi dari Thridharma
Tinggi. Kegiatan ini dapat menjadi wahana penerapan ilmu pengetahuan dan hasil-hasil
penelitian dalam upaya memberikan sumbangan dalam pemecahan masalah yang ada di
masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai