Anda di halaman 1dari 30

Karya Tulis Ilmiah

PENGARUH BULLYING
TERHADAP MORALITAS SISWA

Karya Tulis Ini Diajukan Untuk


Memenuhi Tugas Proyek Gejala-Gejala Sosial
Semester II Tahun Pelajaran 2020/2021

Anggota Kelompok :
1. Dyah Rika K (X-3/15)
2. Faza Vanda S (X-3/16)
3. Futiha Inayah Z (X-3/18)
4. Herlina Y (X-3/20)

SMA NEGERI 2 MADIUN


Jalan Biliton 24 Madiun, Kode Pos 63122 telp. (0351) 453542
Email: smanegeri2madiun@gmail.com
website: www.smanegeri2madiun.sch.id

LEMBAR PENGESAHAN

i
Karya tulis ini disusun
untuk memenuhi tugas proyek penelitian gejala sosial
semester II tahun pelajaran 2020/2021

Telah disahkan pada :


Hari : ..........................................
Tanggal : ..........................................

Di tetapkan : Madiun
Pada Tanggal : ...................................

Guru Pembimbing Peneliti

Drs. Djoko Harsana Dyah Rika, dkk.


NIP :1963122520070119009 NIS : -

KATA PENGANTAR

ii
Syukur Alhamdulillah, segala puji dan bersyukur penulis ucapan kepada
Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya. Shalawat
beriring salam penulis sanjung sajikan kepangkuan nabi Muhammad SAW
beserta keluarga dan para sahabat beliau yang telah membawa umatnya dari
alam kebodohan kepada alam yang penuh dengan ilmu pengetahuan. sehingga
dapat menyelesaikan karya ilmiah ini tepat waktu. Karya tulis ini berjudul
“Pengaruh Bullying Terhadap Moralitas Siswa”.
Karya tulis ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memenuhi tugas
proyek analisis gejala sosial semester II. Selama pelaksanaan penelitian dan
penyelesaian penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan,
arahan, motivasi dan bantuan dari berbagai pihak.Oleh karena itu, penulis ingin
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Orang tua tercinta, atas segala kasih sayang, dukungan danbimbingannya,
kepada seluruh anggota keluarga penulis, terima kasih karena dengan
semangat, kesetiaan, dukungan dan budi baik merekalah penulis dapat
menyelesaikan studi ini hingga selesai.
2. Bapak Djoko Harsana selaku guru pembimbing dalam menyelesaikan
karya tulis ilmiah ini. Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada
Bapak Djoko Harsana yang telah bersedia membimbing, dalam
menyelesaikan karya ilmiah ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa karya tulis ilmiah ini jauh dari
kesempurnaan, bukantidak mustahil dapat ditemukan kekurangan dan kekhilafan,
namun penulis sudahberusaha dengan segala kemampuan yang ada. Atas segala
bantuan dan perhatian dari semua pihak, semoga karya tulis ilmiah ini bermanfaat
dan mendapat pahala dari Allah SWT. Amin Ya Rabbal’ Alamin.

Madiun, 06 Mei 2021

Penulis

DAFTAR ISI

iii
Halaman Judul Penelitian…………………………………………………… i
Pengesahan…………………………………………………………………… ii
Kata Pengantar………………………………………………………………. iii
Daftar Isi……………………………………………………………………… iv
Daftar Tabel…………………………………………………………………... v
BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………………..1
A. Latar Belakang Masalah...................................................................1
B. Rumusan Masalah………………………………………………... 3
C. Tujuan Penelitian………………………………………………… 3
D. Manfaat penelitian………………………………………………...4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA………………………………………………. 5


A. Penyebab Adanya Bullying ………………………………………5
B. Jenis Bullying……………………………………………………….6
C. Dampak Bullying…………………………………………………...9
D. Tanggapan Masyarakat Mengenai Bullying…………………….14
E. Peran Guru Terhadap Bullying…………………………………..15
F. Kerangka Berpikir………………………………………………....16

BAB III METODELOGI PENELITIAN……………………………………...17


A. Waktu dan Penelitian………………………………………………17
B. Objek Penelitian……………………………………………………17
C. Jadwal Kegiatan……………………………………………………17
D. TeknikPengumpulan Data…………………………………………18
E. Teknis analisis Data………………………………………………..18
F. Jenis pendekatan Penelitian…………………………………….....18

BAB IV HASILDAN TEMUAN PENELITIAN ……………………………..19


A. Hasil Penelitian…………………………………………………….19
B. Temuan Penelitian…………………………………………………22

BAB V PENUTUP………………………………………………………………23
A. Kesimpulan…………………………………………………………23
B. Saran………………………………………………………………..23

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………...24

DAFTAR TABEL

iv
Tabel 3.1 Jadwal Penelitian

BAB I

v
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Menurut laman Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak (KPPPA), bullying atau penindasan merupakan segala
bentuk penindasan atau kekerasan yang dengan sengaja oleh satu orang
atau sekelompok orang yang lebih kuat atau berkuasa terhadap orang lain
dengan tujuan untuk menyakiti dan dilakukan terus menerus.Bullying
dikelompokan ke dalam 6 kategori, yaitu kontak fisik langsung, kontak
verbal langsung, perilaku non-verbal langsung, perilaku non-verbal tidak
langsung, cyberbullying dan pelecehan seksual.(Kumparan.com)
OrganisationofEconomic Co-operationand Development (OECD)
dalam riset Programmefor International StudentsAssessment (PISA) pada
Tahun 2018 mengungkapkan, sebanyak 41,1 persen murid di Indonesia
mengaku pernah mengalami perundungan.KPAI mencatat dalam kurun
waktu 9 tahun, dari 2011 sampai 2019, ada 37.381 pengaduan kekerasan
terhadap anak. Untuk Bullying baik di pendidikan maupun sosial media,
angkanya mencapai 2.473 laporan dan trennya terus meningkat
(Kompas.com)
Bullying merupakan tingkah laku yang bisa memberikan dampak
negatif yang sangatbesar terutama bagi korbannya. Bullying bukan hanya
akan meninggalkan bekas luka secara fisik, tetapi juga tekanan mental, dan
gangguan psikologis. Bullying di sekolah bisa memengaruhi kondisi emosi
dan sosial anak. Tidak menutup kemungkinan, anak menjadi sulit untuk
berteman di sekolah, merasa tidak berdaya, frustrasi, kesepian, tidak
merasa berharga karena kerap kali mendapat julukan yang buruk.Efek
bullying juga berimbas pada akademik anak. Faktanya nilai yang turun jadi
penanda bawa anak jadi korban bullying.
Sebuah studi yang dilakukan oleh Universityof Virginia di
Amerika Serikat mengatakan bahwa anak-anak yang mendapat bullying di

vi
sekolah memiliki nilai lebih rendah saat melakukan tes standar. Salah satu
alasan kenapa anak mendapat skor rendah karena dirinya kurang terlibat
dalam proses belajar.
Salah satukasusbulliyingterjadi pada siswa SMPN 16 Kota Malang
harus kehilangan jarinya lantaran dibully dengan kejam oleh
tujuhtemanyadengancaradibanting ke paving dan pohon. Hal inimelanggar
pasal 80 ayat 2 Undang-Undang Nomor 35 tahun 2014 tentang kekerasan
yang dilakukan bersama-sama di muka umum. Tetapi karena terduga
pelaku masih anak-anak, proses hukumnya sesuai dengan peradilan anak.
Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Polresta Malang
Kotamelakukan pendampingan terhadap korban maupun pelaku dengan
memberikan pendampingan psikologis. (AyoSurabaya.com).
Dalamkasus yang cukup langka, anak-anak korban
bullyingmungkin akan menunjukkan sifat kekerasan. Seperti yang dialami
seorang remaja 15 tahun di Denpasar, Bali, yang tega membunuh
temannya sendiri karena dendamnya kepada korban. Pelaku mengaku
kerap menjadi target bullying korban sejak kelas satu SMP. Akibat
perbuatannya, pelaku yang masih di bawah umur ini dijerat dengan Pasal
80 ayat 3 Undang-undang Nomor 35 tahun 2014 tentang Perlindungan
Anak, serta KUHP Pasal 340, 338, dan 351 (Zakiyah, dkk).
Gangguanpsikologidialami seorang siswi SMPN 147 Jakarta yang
meninggal dunia setelah melompat dari lantai 4 gedung sekolahnyapada 14
Januari 2020
lalu.Sebelummelompatimengirimpesansingkatberupasalamperpisahankepa
dateman-temannya.Diketahuiiaadalahsosok yang kurangberbaur dan kerap
kali tidur di dalamkelas, seringmerasakesepian dan
tidakmemilikibanyaktemandekat.
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, penulis
tertarik untuk mengadakan
penelitiantentang“PengaruhBulliyingterhadapMoralitasSiswa”.

vii
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan dari permasalahan di atas maka yang menjadi rumusan
masalah adalah:
1. Apa faktor terjadinya bullying ?
2. Bagaimana bentuk-bentuk bullying ?
3. Apa dampak terjadinya bullyingterhadap korban dan pelaku?
4. Bagaimanaperkembangan moral
siswasetelahmendapatkanperilakubullying ?
5. Bagaimanaperan guru dalamperkembangan moral
siswauntukmeminimalisirterjadinyabullying di sekolah ?

C. TujuanPenelitian
Sesuai dengan latar belakang dan rumusan masalah yang
dikemukakan di atas, maka tujuan yang dilakukan dalam penelitian ini
yaitu :
1. Mengetahui faktor terjadinya bullying.
2. Mengetahui bentuk-bentuk bullying.
3. Memahami dampak terjadinya bullyingterhadap korban dan pelaku.
4. Memahami perkembangan moral siswa setelah mendapatkan perilaku
bullying.
5. Mengetahui peran guru dalam perkembangan moral siswa untuk
meminimalisir terjadinya bullying di sekolah.

D. ManfaatPenelitian
1. ManfaatTeoritis
Secarateoritis, diharapkandapatmemberikanmanfaatkepada para
pembaca, siswa, guru dan penelitisendirimengenaipengaruh bullying
terhadapmoralitassiswa.

viii
2. ManfaatPraktis
a. Hasil
penelitianinidiharapkandapatmenjadibahaninformasibagipenulisma
upunbagi guru dalammengatasikasus bully yang terjadi di
sekolahmaupun di luarsekolah.
b. Hasil penelitianini
diharapkandapatmenjadibahaninformasiuntukmemudahkanpenelitil
ainnyamengenaimasalah yang serupa,
yaknitentangpengaruhbullyingterhadapmoralitassiswa.
c. Dapatmenjadimasukanuntuk orang
tuahendaknyalebihmemperhatikandengansiapaanaknyabergaul,
agar anakterhindardariperilaku-perilaku yang
tidakdiinginkansepertiperilakubullying.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. PenyebabMelakukanBulliying

ix
Faktor Penyebab terjadinya Bullying Menurut Ariesto (2009),
faktor-faktor penyebab terjadinya bullying antara lain:

a. Keluarga.
Pelaku bullying seringkali berasal dari keluarga yang bermasalah :
orang tua yang sering menghukum anaknya secara berlebihan, atau
situasi rumah yang penuh stres, agresi, dan permusuhan. Anak akan
mempelajari perilaku bullying ketika mengamati konflik-konflik yang
terjadi pada orang tua mereka, dan kemudian menirunya terhadap
teman-temannya. Jika tidak ada konsekuensi yang tegas dari lingkungan
terhadap perilaku coba-cobanya itu, ia akan belajar bahwa “mereka
yang memiliki kekuatan diperbolehkan untuk berperilaku agresif, dan
perilaku agresif itu dapat meningkatkan status dan kekuasaan
seseorang”. Dari sini anak mengembangkan perilaku bullying;

b. Sekolah
Pihak sekolah sering mengabaikan keberadaan bullying ini.
Akibatnya, anak-anak sebagai pelaku bullying akan mendapatkan
penguatan terhadap perilaku mereka untuk melakukan intimidasi
terhadap anak lain. Bullying berkembang dengan pesat dalam
lingkungan sekolah sering memberikanmasukan negatif pada siswanya,
misalnya berupa hukuman yang tidak membangun sehingga tidak
mengembangkan rasa menghargai dan menghormati antar sesama
anggota sekolah;

c. Faktor Kelompok Sebaya.


Anak-anak ketika berinteraksi dalam sekolah dan dengan teman di
sekitar rumah, kadang kala terdorong untuk melakukan bullying.
Beberapa anak melakukan bullying dalam usaha untuk membuktikan

x
bahwa mereka bisa masuk dalam kelompok tertentu, meskipun mereka
sendiri merasa tidak nyaman dengan perilaku tersebut.

d. Kondisi lingkungan sosial


Kondisi lingkungan sosial dapat pula menjadi penyebab timbulnya
perilaku bullying. Salah satu faktor lingkungan sosial yang
menyebabkan tindakan bullying adalah kemiskinan. Mereka yang hidup
dalam kemiskinan akan berbuat apa saja demi memenuhi kebutuhan
hidupnya, sehingga tidak heran jika di lingkungan sekolah sering terjadi
pemalakan antar siswanya.

e. Tayangan televisi dan media cetak


Televisi dan media cetak membentuk pola perilaku bullying dari
segi tayangan yang mereka tampilkan. Survey yang dilakukan kompas
(Saripah, 2006) memperlihatkan bahwa 56,9% anak meniru adegan-
adegan film yang ditontonnya, umumnya mereka meniru geraknya
(64%) dan kata-katanya (43%).

B. JenisBullying
Bullying juga terjadi dalam beberapa bentuk tindakan. Menurut
Coloroso (2007), bullying dibagi menjadi tiga jenis, yaitu:
a. Bullying Fisik
Penindasan fisik merupakan jenis bullying yang paling
tampak dan paling dapat diidentifikasi di antara bentuk-bentuk
penindasan lainnya, namun kejadian penindasan fisik terhitung
kurang dari sepertiga insiden penindasan yang dilaporkan oleh
siswa. Jenis penindasan secara fisik di antaranya adalah memukul,
mencekik, menyikut, meninju, menendang, menggigit, memiting,
mencakar, serta meludahi anak yang ditindas hingga ke posisi yang
menyakitkan, serta merusak dan menghancurkan pakaian serta
barang-barang milik anak yang tertindas. Semakin kuat dan

xi
semakin dewasa sang penindas, semakin berbahaya jenis serangan
ini, bahkan walaupun tidak dimaksudkan untuk mencederai secara
serius.

b. BullyingVerbal
Kekerasan verbal adalah bentuk penindasan yang paling
umum digunakan, baik oleh anak perempuan maupun anak laki-
laki. Kekerasan verbal mudah dilakukan dan dapat dibisikkan di
hadapan orang dewasa serta teman sebaya, tanpa terdeteksi.
Penindasan verbal dapat diteriakkan di taman bermain bercampur
dengan hingar bingar yang terdengar oleh pengawas, diabaikan
karena hanya dianggap sebagai dialog yang bodoh dan tidak
simpatik di antara teman sebaya. Penindasan verbal dapat berupa
julukan nama, celaan, fitnah, kritik kejam, penghinaan, dan
pernyataan-pernyataan bernuansa ajakan seksual atau pelecehan
seksual. Selain itu, penindasan verbal dapat berupa perampasan
uang jajan atau barang-barang, telepon yang kasar, email yang
mengintimidasi, surat-surat kaleng yang berisi ancaman kekerasan,
tuduhan-tuduhan yang tidak benar, kasak-kusuk yang keji, serta
gosip.

c. Bullying Relasional
Jenis ini paling sulit dideteksi dari luar. Penindasan
relasional adalah pelemahan harga diri si korban penindasan secara
sistematis melalui pengabaian, pengucilan, pengecualian, atau
penghindaran. Penghindaran, suatu tindakan penyingkiran, adalah
alat penindasan yang terkuat. Anak yang digunjingkan mungkin
akan tidak mendengar gosip itu, namun tetap akan mengalami
efeknya. Penindasan relasional dapat digunakan untuk
mengasingkan atau menolak seorang teman atau secara sengaja
ditujukan untuk merusak persahabatan. Perilaku ini dapat

xii
mencakup sikap-sikap tersembunyi seperti pandangan yang agresif,
lirikan mata, helaan napas, bahu yang bergidik, cibiran, tawa
mengejek, dan bahasa tubuh yang kasar.

d. Cyberbullying
Ini adalah bentuk bullying yang terbaru karena semakin
berkembangnya teknologi, internet dan media sosial. Pada intinya
adalah korban terus menerus mendapatkan pesan negatif dari
pelaku bullying baik dari SMS, pesan di internet dan media sosial
lainnya. Bentuknya berupa:
1. Mengirim pesan yang menyakitkan atau menggunakan
gambar
2. Meninggalkan pesan voice email yang kejam
3. Menelepon terus menerus tanpa henti namun tidak
mengatakan apa-apa (silentcalls)
4. Membuat website yang memalukan bagi si korban
5. Si korban dihindarkan atau dijauhi dari chatroom dan
lainnya
6. “Happy slapping” – yaitu video yang berisi di mana si
korban dipermalukan atau di bully lalu disebarluaskan

Sedangkan Riauskina, dkk (2005, dalam Ariesto, 2009)


mengelompokkan perilaku bullying ke dalam 5 kategori, yaitu:
a. Kontak fisik langsung (memukul, mendorong, menggigit,
menjambak, menendang, mengunci, seseorang dalam ruangan,
mencubit, mencakar, juga termasuk memeras dan merusak barang-
barang yang dimiliki orang lain);
b. Kontak verbal langsung (mengancam, mempermalukan,
merendahkan (putdown), mengganggu, memberi panggilan nama
(name-calling), sarkasme, mencela/mengejek, memaki,
menyebarkan gosip);

xiii
c. Perilaku non verbal langsung (melihat dengan sinis, menjulurkan
lidah, menampilkan ekspresi muka yang merendahkan, mengejek,
atau mengancam, biasanya disertai oleh bullying fisik atau verbal) ;
d. Perilaku non verbal tidak langsung (mendiamkan seseorang,
memanipulasi persahabatan sehingga retak, sengaja mengucilkan
atau mengabaikan, mengirimkan surat kaleng);
e. Pelecehan seksual (kadang-kadang dikategorikan perilaku agresi
fisik atau verbal).

C. Dampak Bullying
Perilaku perundungan (bullying) masih kerap terjadi pada anak usia
sekolah, baik pada anak Sekolah Dasar (SD), anak Sekolah Menengah
Pertama (SMP), dan juga seringnya terjadi pada anak Sekolah Menengah
Awal (SMA). Perilaku ini memberikan banyak dampak negatif terhadap
tumbuh kembang anak, baik perkembangan psikomotor maupun
psikologis. Jika dilihat dari beberapa faktor yang menjadi penyebab
terjadinya perundungan atau lebih dikenal dengan istilah bullying salah
satunya adalah kurangnya pendidikan empati terhadap oranglain. Hal ini
tentu terkait pemahaman moral.
Anak yang memiliki pemahaman moral yang tinggi akan menilai
suatu perbuatan apakah itu bernilai baik atau buruk. Secara tidak langsung
anak akan menjaga perilakunya agar tidak melukai atau menyakiti
perasaan oranglain atau dengan kata lain tidak akan melakukan perilaku
bullying terhadap temannya. Hal ini tentu berbeda dengan anak dengan
pemahaman moral yang rendah, setiap tindakannya tidak akan dipikirkan
sehingga mereka akan cenderung melakukan perilaku bullying.
Tulisan ini bertujuan menilai pemahaman moral anak berdasar
tayangan video pendek dengan melihat tanggapan (reaksi) anak pada saat
pemutaran video. Pemutaran video pendek dilakukan ditiap kelas yang
didampingi fasilitator dengan video berisi tayangan contoh perilaku
bullying. Setelah itu tiap anak akan diberi kesempatan untuk memberikan

xiv
komentar, mengungkapkan perasaannya yakni menilai video yang ditonton
dan secara bersama-sama akan menyepakati hal-hal yang tidak boleh
dilakukan terhadap sesama teman serta konsekuensi yang akan diterima
apabila melakukan hal yang telah disepakati tidak boleh dilakukan
tersebut.
Hal yang menarik dari kegiatan ini adalah, salah satu kelas pada
saat menyaksikan video tersebut, mayoritas dari mereka malah tertawa
terbahak-bahak melihat beberapa kejadian yang ditayangkan dalam video
pendek tersebut. Bukannya merasa iba tetapi menganggap lucu. Hal ini
menunjukkan bahwa sekelompok anak pada kelas tersebut cenderung
memiliki pemahaman moral yang rendah, yakni belum bisa membedakan
perbuatan yang bernilai buruk yang harus dihindari, tidak boleh dilakukan.
Sehingga pemahaman moral terhadap anak dianggap sangat penting dalam
mencegah perilaku bullying.
Dampak bullying Teman sebaya merupakan dunia yang tak
terpisahkan dan penting bagi anak, namun di sisi lain anak dapat
mengalami stres dan sensitif dalam pergaulannya dengan teman sebaya.
Hal ini antara lain muncul akibat dari perkataan negatif teman sebaya
terhadap kondisi fisiknya. Priyohadi mengemukakan bahwa pergaulan
dengan teman sebaya anak dapat menjadi mudah tersinggung oleh
kekurangan-kekurangan “bawaan”. Sejalan dengan perlakuan negatif yang
berlangsung terus menerus, paparan kekerasan secara berkelanjutan
memiliki efek negatif, seperti munculnya kecemasan, depresi, dan
mengalami penurunan kemampuan belajar dikarenakan mengalami
kesulitan konsentrasi dan penurunan memori, sehingga prestasi akademis
anak akan menurun secara signifikan. Korban bullying juga dapat
mengalami depresi yang ekstrem sehingga dapat melakukan bunuh diri.
Selain dampak bullying secara umum di atas, peneliti menjelaskan dampak
bullying bagi korban, pelaku, dan bagi siswa lain yang menyaksikan
sebagai berikut :

xv
a. Dampak Bullying bagi Korban
Dampak bullying bagi korban dapat membuat remaja merasa
cemas dan ketakutan, mempengaruhi konsentrasi belajar di sekolah
dan menuntun mereka untuk menghindari sekolah. Jika bullying
berlanjut dalam waktu yang lama, dapat mempengaruhi selfesteem
siswa, meningkatkan isolasi sosial, memunculkan perilaku menarik
diri, menjadikan remaja rentan terhadap stres dan depresi, serta rasa
tidak aman. Dalam kasus yang lebih ekstrem, bullying dapat
mengakibatkan korban berbuat nekat, bahkan bisa membunuh atau
melakukan bunuh diri. Jika bullying menimpa korban secara
berulang-ulang. Konsekuensinya yaitu korban akan merasa depresi
dan marah, marah terhadap dirinya sendiri, terhadap pelaku dan
terhadap orang-orang di sekitarnya serta terhadap orang dewasa yang
tidak dapat atau tidak mau menolongnya.

b. Dampak bagi Pelaku


Pada umumnya para pelaku bullying memiliki rasa percaya diri
yang tinggi dengan harga diri yang tinggi pula, cenderung bersifat
agresif dengan perilaku yang pro terhadap kekerasan, tipikal orang
yang berwatak keras, mudah marah dan impulsif, toleransi yang
rendah terhadap frustasi. Para pelaku bullying memiliki kebutuhan
yang kuat untuk mendominasi orang lain dan kurang berempati
terhadap targetnya.27 Siswa akan terperangkap dalam peran pelaku
bullying, tidak dapat mengembangkan hubungan yang sehat, kurang
cakap untuk memandang dari perspektif lain, tidak memiliki empati,
serta menganggap bahwa dirinya kuat dan disukai hingga dapat
mempengaruhi pola hubungan sosialnya di masa yang akan datang.

c. Dampak bagi Siswa Lain yang Menyaksikan Bullying (bystanders)


Jika bullying dibiarkan tanpa tindak lanjut, maka siswa lain yang
menonton dapat berasumsi bahwa bullying adalah perilaku yang

xvi
diterima secara sosial. Dalam kondisi ini, beberapa siswa mungkin
akan bergabung dengan penindas karena takut menjadi sasaran
berikutnya dan beberapa lainnya mungkin hanya akan diam saja
tanpa melakukan apapun dan yang paling parah mereka merasa tidak
perlu menghentikannya. Berdasarkan uraian di atas dapat
disimpulkan bahwa perilaku bullying dapat berdampak terhadap fisik
maupun psikis pada korban. Dampak fisik seperti sakit kepala, sakit
dada, cedera pada tubuh, bahkan dapat sampai menimbulkan
kematian. Sedangkan dampak psikis seperti rendah diri, sulit
berkonsentrasi sehingga berpengaruh pada penurunan nilai
akademik, trauma, sulit bersosialisasi, hingga depresi.

d. Dampak BullyingTerhadap Kesehatan Mental


Dampak bullying secara umum sudah dijelaskan di atas, namun
secara khusus dampak bullying terhadap kesehatan mental sendiri
yaitu korban mengalami trauma terhadap pelaku, depresi yang
mengakibatkan korban mengalami penurunan konsentrasi,
penurunan rasa tidak percaya diri, muncul keinginan membully
sebagai bentuk balas dendam, fobia sosial dengan ciri takut dilihat
atau diperhatikan di depan umum, cemas berlebihan, putus sekolah,
bullycide (bunuh diri). Selain dari pemaparan di atas, dampak
bullying bagi kesehatan mental anak yaitu: semangat korban
menurun, korban menjadi sakit hati akibat di bully, korban merasa
paling bersalah di antara yang lain sehingga biasanya korban bully
cenderung lebih sering menyendiri, kepercayaan diri korban
menurun, semangat hidup berkurang sehingga korban bully lebih
suka murung dan cenderung tidak bergairah, bagi sebagian orang
emosi mereka semakin meningkat sehingga mereka cenderung
dendam dan berniat melakukan apa yang telah mereka alami
terhadap orang lain.

xvii
Adapun masalah yang lebih mungkin dialami korban bullying,
antara lain:
1. Munculnya berbagai masalah mental seperti depresi, kegelisahan dan
masalah tidur. Masalah ini mungkin akan terbawa hingga dewasa.
Dari hasil penelitian longitudinal di Inggris selama lima dekade
menyebutkan bahwa korban bully pada masa kanak-kanak akan
meningkat tekanan psikologisnya pada usia 23 dan 50 tahun. Korban
bullying memiliki tingkat depresi yang lebih tinggi, kecemasan kronis,
dan memiliki kecenderungan bunuh diri bila dibandingkan dengan
teman sebayanya yang bukan merupakan korban bullying. Korban
bullying pada masa anak-anak memiliki kemampuan hubungan sosial
yang rendah, kesulitan ekonomi, dan rendah dalam perimaan hidup
yang berkualitas pada usia 50 tahun.
2. Keluhan kesehatan fisik, seperti sakit kepala, sakit perut dan
ketegangan otot.
3. Rasa tidak aman saat berada di lingkungan sekolah.
4. Penurunan semangat belajar dan prestasi akademis.
5. Dalam kasus yang cukup langka, korban bullying mungkin akan
menunjukkan sifat kekerasan. Di samping dampak negatifnya,
bullying juga dapat mendorong munculnya berbagai perkembangan
positif bagi korban bullying. Korban bullying cenderung akan:
1. Lebih kuat dan tegar dalam menghadapi suatu masalah.
2. Termotivasi untuk menunjukkan potensi mereka agar tidak lagi
direndahkan.
3. Terdorong untuk berintrospeksi diri.
Tak hanya korban bullying, pelaku bullying juga dapat terkena
dampaknya. Menurut riset, saat menginjak usia dewasa, pelaku bullying
memiliki kecenderungan yang lebih besar untuk:
1. Berperilaku kasar/abusif
2. Melakukan kriminalitas
3. Terlibat dalam vandalisme

xviii
4. Menyalahgunakan obat-obatan dan alkohol
5. Terlibat dalam pergaulan bebas

Sekitar 60% anak laki-laki yang melakukan bullying temannya di


masa SD atau SMP pernah dinyatakan bersalah paling tidak sekali atas
suatu tindak kriminal di usia 24 tahun. Orang yang menyaksikan Bullying
(dalam hal ini anak-anak) juga dapat turut terkena dampak negatif
bullying. Anak - anak yang menyaksikan bullying mungkin akan memiliki
kecenderungan yang lebih besar untuk: 1. Merasa tidak aman berada di
lingkungan sekolah 2. Mengalami berbagai masalah mental, seperti
depresi dan kegelisahan 3. Menyalahgunakan obat-obatan dan alkohol.

D. Tanggapan Masyarakat Mengenai Bullying


Kasus bullying ini menurut beberapa orang dianggap cukup sepele.
Mereka mengatakan bahwa tindakan dari pelaku bully dilakukan atas
candaan bersama teman. Akan tetapi tindakan tersebut tidak wajar bagi
korban dan dapat memberikan dampak yang sangat buruk bagi korban.
Banyak dari pihak sekolah terkait memberikan kebijakan dengan
cara menyelesaikan masalah bullying ini dengan secara kekeluargaan. Hal
tersebut banyak mendapat kecaman bagi masyarakat karena menurutnya
hal tersebut banyak mendapat kecaman dari beberapa masyarakat karena
menurutnya tidak layak diselesaikan dengan cara kekeluargaan.
Menurut Kak Seto mengenai bullying.
“Hal ini adalah sebuah kritik untuk dunia pendidikan. Harus ada
kontrol dan pengawasan hingga tindakan atau sanksi yang tegas. Tidak
boleh dibiarkan begitu saja dengan alasan masih kecil atau belum mengerti
keadaan,” tambahnya.
“Dampak terbesarnya adalah kejiwaan anak, yang tidak lagi
berkembang dengan baik. Baik si pelaku maupun korban bullying sama-
sama memiliki gangguan yang berbeda,” ujarnya. Perlu diingat bahwa
korban bullying ada yang sampai bunuh diri karena tidak sanggup

xix
menerima tekanan.Kasus bullying menurut Kak Seto bukan sesuatu yang
boleh dianggap remeh. Sosialisi dan pengawasan harus dilakukan secara
terus-menerus, karena masa depan bangsa ini ada di tangan anak-anak.

E. Peran Guru Terhadap Bullying


Guru yang berperan sebagai pendidik tidak hanya bertanggung
jawab pada nilai akademis siswa, tetapi juga memiliki tanggung jawab
dalam membentuk tingkah laku dan karakter siswa. Dalam kasus bullying
yang terjadi pada siswa, guru berhak dengan segera melakukan berbagai
tindakan untuk merespon perilaku bullying siswa agar terhindar dari
berbagai macam kekerasan. Sesuai dengan amanah Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak,
pasal 4 yang berbunyi “Setiap anak berhak untuk dapat hidup, tumbuh,
berkembang, dan berpartisipasi secara wajar sesuai dengan harkat dan
martabat kemanusiaan, serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan
diskriminasi”.
Peran guru terhadap bullying yaitu sebagai orang yang
membimbing atau yang memberi nasehat dan mengarahkan serta membina
siswa sehingga dapat mengatasi kasus atau masalah yang terjadi mengenai
bullying dan agar dapat meminimalisirbullying yang terjadi disekolah,
sehingga perilaku siswa bisa menjadi lebih baik. Peran guru menurut
Mulyasa, (2007: 35) Guru sebagai pembimbing, berdasarkan pengetahuan
dan pengalamanya guru harus mampu membimbing dan bertanggung
jawab atas perjalanan dan perkembangan siswa.
Guru BK dalam menangani perilaku bullying sudah dilakukan
tetapi peran yang diberikan masih kurang dan belum efektif. Dalam
sebuah penelitian yang dilakukan oleh Yunika, Riri, dkk., dalam Jurnal
Ilmiah Konseling Vol. 2, No. 3, Th. September 2013 menyatakan bahwa,
peran guru BK dalam mencegah perilaku bullying di sekolah diperlukan
beberapa aspek yaitu pemberian layanan orientasi, layanan informasi serta

xx
layanan penempatan dan penyaluran untuk mencegah siswa berperilaku
bullying .

F. Kerangka Berpikir

Keharmonisan Keluarga Pendidikan Agama dan Moral

Disfungsi Keluarga

Pengendalian Diri Rendah

Kemampuan Emosi Rendah

Bullying

Pengaruh Terhadap Moral Siswa

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Penelitian


Tanggal : 27 April – 6 Mei 2021

B. Objek Penelitian

xxi
Objek penelitian yang dijadikan sebagai kajian penelitian adalah
moral siswa. Dalam penelitian ini, peneliti akan menganalisis dampak dari
bullying terhadap moral siswa. Murid yang menjadi korban bullying
merasa tidak percaya diri dengan keadaan fisiknya, artinya karena terbiasa
mendapatkan cemoohan dan perkataan yang tidak sesuai dengan keadaan
dirinya sehingga membuat psikisnya mendapatkan masalah. Di sini
peneliti akan meneliti berbagai jenis pengaruh bullying terhadap moralitas
siswa.

C. Jadwal Kegiatan

Hari/Tanggal
Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu
No. Jenis Kegiatan 27 28 30
3 Mei 6 Mei 2 Mei
April April April
2021 2021 2021
2021 2021 2021
1. Pendahuluan √
Penyusunan
2. √
Proposal
Pelaksanaan
3. √
Penelitian
a. Pengumpulan

data
b. Pembahasan

Analisis
4. Susunan Laporan √
Tabel 3.1

D. Teknik Pengumpulan Data


Adapun proses pengumpulan data dan
menganalisisnyasecarakualitatif. Teknik pengumpulan data yang
digunakan penelitian ini meliputi studikepustakaan (Library Research).
Metodeinidigunakanuntukmengumpulkan data-data yang

xxii
berkenaandenganteori yang akandibahas. Data-data dapat di
perolehdarijurnal, berita elektronik, dan referensi-referensi yang relevan
dengan penelitian yang dilakukan.

E. Teknis analisis Data


Pada penelitianini, penulismengolah data yang berasaldarihasil
studi kepustakaandenganmenggunakanteknikanalisis data
berdasarkanhasilstudi kepustakaan. Artinya, setiap data
darihasilstudikepustakaandimasukkankedalampenelitianini,
kemudianmengambilbeberapakesimpulansertamemberi saran-saran yang
bersifatmembantupenyempurnaankekurangan yang
terdapatdalampenelitianini.

F. Jenis pendekatan Penelitian


Padapenelitianini, penulis menggunakan jenis pendekatan
penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif dalam hal ini dimaksud untuk
memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian
misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll. secara holistik dan
dengan cara deskriptif dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu
konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode
ilmiah (Moleong, 2007:6)

BAB IV
HASIL DAN TEMUAN PENELITIAN

A. Hasil Penelitian

xxiii
Hasil penelitianmenunjukkan bahwa adanya perilaku bullying di
sekolah dengan faktor di mulainya perilaku ini saat di sekolah dasar atau
awal sekolah menengah pertama. Seperti dalam hasil penelitian yang
dilakukan oleh Peterson dan Rigby di Australia. “Bullying yang terjadi di
sekolah mulaimeningkat pada awal secondaryschool atau setingkat dari
SMP”. Dari semuainformanbeberapadari mereka menjadi pelaku bullying
di sekolah karena sebelumnya mereka pernah menjadi korban bullying
oleh kakak kelas mereka.
1. Faktor yang MempengaruhiPerilakuBullying di Sekolah
Menurut hasil penelitian didapatkan bahwa faktor yang banyak
mempengaruhi siswa untuk melakukan perilaku bullying di sekolah
adalah faktor individu dan keluarga. Dari faktor individu sendiri, yang
memungkinkan siswa menjadi seorang pelaku bullying dikarenakan
siswa sebelumnya merupakan korban bullying yang dilakukan oleh
kakak kelas mereka. Hal ini merupakan bentuk pembenaran dan
dukungan terhadap tingkah laku agresif yang telah dilakukannya.
Beberapa penelitian juga menunjukkan bahwa pelaku bullying
mungkin berasal dari korban yang pernah mengalami perlakuan negatif
atau kekerasan (Verlinden, Herson & Thomas, dalamNingrum 2016).
Kebanyakan dari mereka menjadi pelaku bullying dengan latar
belakang pernah menjadi korban bullying sebelumnya karena sebagai
bentuk balas dendam. Dalam kasus seperti ini peranan sebagai korban
bullying telah berubah peranan menjadi pelaku bullying seperti yang
terjadi sekolah-sekolah. Sedangkan dengan faktor keluarga, dari hasil
penelitian yang didapatkan oleh peneliti bahwa latar belakang keluarga
yang buruk, kurangnya kasih sayang orang tua, didikan yang tidak
sempurna dan kurangnya pengawasan ketika dirumah menyebabkan
siswa berpotensi untuk melakukan perilaku bullyiing di sekolah.
Seperti yang terjadi pada siswa di suatusekolah meskipun pola
hubungan orang tua dan anak tergolong baik dengan masih
mempertahankan komunikasi tetapi jarak yang jauh karena orangtua

xxiv
berada diluar kota untuk bekerja memungkinkan kurangnya kontrol
sosial orangtua terhadap anak kurang sedangkan pada siswa di seolah
lain karena tidak lengkapnya keluarga hanya ada ibu yang merangkap
sebagai ayah dan bekerja menyebabkan kurangnya perhatian yang
diberikan oleh ibu terhadap anak.

2. Bentuk PerilakuBullying di Sekolah


Dari hasil yang penelitiandidapatkan, perilaku bullying yang
dilakukan siswa di sekolah bahwa bentuk perilaku bullying di sekolah
terjadi dalam bentuk bullying fisik, bullying verbal, bullying
elektronik. serta bullying rasional. Bullying verbal yang dilakukan di
sekolah adalah dengan sengaja, mengolok-olok, mengejek, berupa
julukan nama orang tua, menghina siswa lain yang lebih lemah. Dari
perilaku bullyingdiatas, bullying verbal adalah bentuk perilaku
bullying yang mudah dilakukan. Hal ini kerap kali menjadi awal dari
perilaku bullying yang lain. Bullying verbal dilakukan untuk
menyudutkan seseorang karena kesalahannya. Mereka melakukannya
dengan menyindir dan melihat secara terang-terangan kepada siswa
yang bersangkutan. Bullying fisik yang dilakukan di sekolah terjadi
dalam bentuk memukuli dan menendang karena mereka yang memulai
terlebih dahulu memancing kemarahan mereka. Korban bullying
merasa tidak takut dengan perilaku bullying sehingga memancing
temannya untuk melakukan bullying fisik pada mereka yang
berdampak kesakitan yang dirasakannya. Di sekolah, siswa
melakukan bullying fisik pada mantan kakak kelasnya dikerenakan
adanyaperasaan balas dendam mengingat dia merupakan korban
bullying yang mendapatkan perlakuan negatif dari mantan kakak
kelasnya tersebut. Hasil yang didapatkan dari sekolah lain, bentuk
perilaku bullying yang terjadi adalah bullying verbal, bullying
relasional, dan bullying elektronik. Perilaku negatif yang didapatkan
untuk bullying verbal adalah mendapatkan sindiran pedas, tatapan

xxv
yang mencemooh dan menyudutkan informan utama yang dilakukan
secara terang-terangan oleh teman-temannya. Sedangkan bullying
relasional, diasingkannya dan ditolaknya menjadi teman mereka di
sekolah bahkan juga merusak persahabatan.Bbullying secara
relasional adalah pelemahan harga diri korban secara isitematis
melalui pengabaian, pengucilan, pengecualian atau penghindaran,.
Perilaku ini dapat mencakup sikap-sikap yang tersembunyi seperti
pandangan yang agresif, lirikan mata, helaan napas, cibiran, tawa
mengejek dan bahasa tubuh yang kasar. Tidak hanya itu, bullying
elektronik yang diterima juga bersifat menyakiti, mengintimadasi dan
menyudutkan melalui jejaring sosial facebook.

3. Dampak PerilakuBullyingdan Perkembangan Moral Siswadi


Sekolah
Dampak dari perilaku bullying di sekolah yaitu menurunnya
kesejahteraan psikologis dan penyesuaian sossial yang buruk,
kesulitan menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial, timbulnya
gangguan psikologis. Seperti yang dikemukakakn oleh Riauskinadkk
(2005) dalam Jurnal Penelitian Vol. 5, No. 5 April 2010, Studi Kasus
perilaku bullying pada Siswa SMA di Kota Yogyakarta dampak
perilaku bullying ini pada menurunnya kesejahteraan psikologis dan
penyesuaian sosial yang buruk, informan utama merasakan banyak
emosi negatif seperti marah, dendam, kesal, tertekan, malu, sedih,
tidak nyaman, dan terancam namun tidak berdaya untuk
menghadapinya. Dengan kesulitan menyesuaikan diri dengan
lingkungan sosial memungkinkan siswa merasakan tidak nyaman dan
prestasi akademisnya akan terganggu dan dengan sengaja tidak hadir
di sekolah untuk mengikuti proses belajar, menjadi biang kerok di
sekolah, seringnya bolos saat proses belajar berlangsung.

4. PeranGuru pada PerilakuBullying diSekolah

xxvi
Peran guru terutamaBK dalam mengatasi perilaku bullying di sekolah,
hanya sampai pada usaha preventif dan kuratif. Pada tingkat
preservatif, guru hanya mengontrol siswa agar tidak mengulangi
kembali perilaku tersebut.

B. Temuan Penelitian
Peranan guru dalam menanggulangi perilaku bullying pada peserta
didik sangat besar pengaruhnya untuk pembentukan karakter yang baik
dan berakhlak mulia. Guru yang selalu memberikan stimulus dan inspirasi
teladan kepada peserta didiknya akan membuat suasana pembelajaran
semakin hangat dan memotivasi untuk memberbaiki akhlak mereka.
Hambatan yang dialami oleh guru dalam menjalankan perannya
untuk menanggulangi bullyingsangatlah banyak antara lain; dikarenakan
peserta didik cenderung tertutup kepada gurunya dengan berbagai alasan
yang membuat guru tidak mengetahui permasalahan beberapa peserta
didiknya.
Dampak peran guru dalam menanggulangi bullying peserta didik
menghasilkan hal yang positif dan membuat peserta didik lebih bersikap
dewasa. Peserta didik sendiri juga memberikan dampak yang positif.
Dengan adanya penangulangan tersebut, mereka bisa mengintropeksi
dirinya apa yang salah dan harus diperbaiki, apa yang benar dan harus
terus dibenahi.

BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan

xxvii
Berdasarkandeskripsi data penelitian yang diperoleh dan
pembahasanhasilpenelitian, dapatdisimpulkanbahwa, penyebab siswa
melakukan bullying adalah pengendalian emosi yang tidak stabil. Macam-
macambullyingyaitu, bullying verbal, bullying fisik, dan
bullyingrelasional. Dampak bullying dapatmerusakakhlak dan
moralitaspelaku bullying, sedangkan untuk korban bullymengalami
depresi bahkan sampai melakukan bunuh diri.Sikap moral yang nampak
pada pada korban bullying yaitu mudah cemas, penakut, dan kurang
percaya diri. Peran guru sangat diperlukan dalam membentuk karakter
siswa untuk mencegah terjadinya bullying khususnya di
sekolah.Siswamenjadilebihbertanggungjawab dan bisa mengintropeksi
dirinya.

B. Saran
Adapun saran yang dapatpenelitipaparkanadalahsebagaiberikut:
1. Meningkatkanperhatiankepadasiswa, khususnyasiswa yang mem-
bully dan yang di-bullydenganmelakukanpercakapanringan.
2. Orang tuadarisiswa dan guru
untukterusmenerusmemberikanmotivasisertadorongankepadasemu
asiswaagartidaksalingmencelasatusama lain.

DAFTAR PUSTAKA

Apriyani, Tri. (2020). Kasus Bullying dan Penanganannya di Indonesia. Diakses


pada 4 Mei 2021, dari

xxviii
https://yoursay.suara.com/news/2020/03/24/133301/kasus-bullying-dan
penanganannya-di-indonesia?page=all#:~:text=Bullying%20adalah
%20sebuah%20tindakan%20atau,fisik%2C%20verbal%2C%20dan
%20emosional.&text=Bullying%20dilakukan%20oleh%20seseorang
%20atau,yang%20lebih%20kuat%20dari%20korban

AyoSurabaya.com, dengan Judul Keji, Kronologi Bully Siswa SMPN 16 Malang


hingga Jarinya Diamputasi. Diakses pada 4 Mei 2021, dari
https://www.ayosurabaya.com/read/2020/02/04/1111/keji-kronologi-bully-
siswa-smpn-16-malang-hingga-jarinya-diamputasi

Kasih, Ayunda Pininta. (2021). 41 Persen Murid Indonesia Alami "Bully", Siswa
SMA Buat Aplikasi Atasi Trauma. Diakses pada 4 Mei 2021, dari
https://www.kompas.com/edu/read/2021/03/20/084259871/41-persen-
murid-indonesia-alami-bully-siswa-sma-buat-aplikasi-atasi-trauma?page=all

KPAI. Sejumlah Kasus Bullying Sudah Warnai Catatan Masalah Anak di Awal 2020,
Begini Kata Komisioner KPAI. (2020). Diakses pada 4 Mei 2021, dari
https://www.kpai.go.id/publikasi/sejumlah-kasus-bullying-sudah-warnai-
catatan-masalah-anak-di-awal-2020-begini-kata-komisioner-kpai

KumparanMOM. (2020). Jadi Korban Bullying di Sekolah, Apa Dampaknya pada


Anak? Diakses pada 3 Mei 2021,
darihttps://kumparan.com/kumparanmom/jadi-korban-bullying-di-sekolah-
apa-dampaknya-pada-anak-1stdJDdB8Xe

Ningrum A W, Christiana E, Nursalimdkk. Studi Tentang Perilaku Bullying Di


Sekolah Menengah Pertama Se-Kecamatan Prajurit Kulon Kota Mojokerto
Serta Penanganan Oleh Guru Bk The Study OfBullyingBehavior In Junior
HighSchool At Prajurit Kulon Districts Mojokerto City AndHandling By
Counselor. Diakses pada 6Mei 2021
darihttps://media.neliti.com/media/publications/251886-studi-tentang-
perilaku-bullying-di-sekol-6f85e973.pdf

Mandiri, Juang Apri. (2017). Peran Guru Dalam Mengatasi Perilaku Bullying
Pada Siswa Kelas Atas Di Sd Muhammadiyah 6 Surakarta. Universitas
Muhammadiyah Surakarta. Diakses pada 3 Mei 2021, dari
https://core.ac.uk/download/pdf/148617107.pdf

xxix
Wardiati ,Eli. (2018). Pengaruh Bullying Terhadap Moralitas Siswa Pada Smp
Negeri 1 Darul Hikmah Kabupaten Aceh Jaya. . 12 – 59. Diakses pada 3
Mei 2021, dari
https://repository.ar-raniry.ac.id/id/eprint/3158/1/eli%20wardiati.pdf

Zakiyah E Z, Humaedi S, Santoso M.B. 2017. Faktor Yang Mempengaruhi


Remaja Dalam Melakukan Bullying. Vol 4, No: 2 Hal: 129 – 389. Diakses
pada 3 Mei 2021, dari
http://journal.unpad.ac.id/prosiding/article/viewFile/14352/6931

xxx

Anda mungkin juga menyukai