Anda di halaman 1dari 10

DZIHAR

MAKALAH INI DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS


KELOMPOK MATA KULIAH TAFSIR AHKAM 2

DOSEN PENGAMPU

ACH. KAWAKIB, M.H

DI SUSUN OLEH

MUSTOFA 12004041

HUKUM EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS SYARIAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI ( IAIN )

PONTIANAK

2022
2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
hidayah-nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah dengan tepat
waktu. Shalawat serta salam tak lupa kita haturkan kepada Nabi junjungan alam
yakni Nabi Muhammad SAW.

Dalam mengerjakan makalah ini penulis sangat bersyukur atas nikmat


yang telah Allah berikan baik berupa kesehatan jasmani dan rohani sehingga
penulis bisa menyelesaikan makalah yang berjudul “Dzihar” ini dengan tepat
waktu.

Pada kesempatan ini tak lupa penulis mengucapkan terimakasih kepada


semua pihak terutama kepada Dosen Pengampu Ach Kawakib, M.H Mata Kuliah
Tafsir Ahkam II yang telah memberikan tugas ini kepada penulis.

Penulis telah berusaha semaksimal mungkin dalam menyelesaikan


makalah ini. Akan tetapi, penulis juga menyadari bahwa makalah ini tidak lepas
dari kekurangan. Oleh karena itu, penulis megharapkan kritik dan saran dari
pembaca untuk membangun kesempurnaan dalam makalah ini.

Pontianak, 20 Juni 2022

Penulis

i
DAFTAR PUSTAKA

Halaman

KATA PENGANTAR....................................................................................i

DAFTAR ISI...................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1

A. Latar Belakang....................................................................................1
B. Rumusan Masalah..............................................................................1
C. Tujuan..................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN.................................................................................2

A. Serba-Serbi Dzihar.............................................................................2
1.Pengertian Dzihar...........................................................................1
2.Hukum dan Akibat Dzihar............................................................2
B. Dasar Hukum Al-Qur’an dan hadits tentang dzihar .....................12
C. Asbabun Nuzul Ayat Tentang Dzihar...............................................13
D. Pendapat Para Ulama’ Tentang Dzihar...........................................16

BAB III PENUTUP.........................................................................................21

A. Kesimpulan..........................................................................................21
B. Saran....................................................................................................22

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................22

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia diciptakan oleh Allah dengan karakter yang berbeda. Inilah yang
menyebabkan keragaman ekosistem manusia. Banyak dari mereka yang menjadi
orang baik. Namun tak sedikit pula yang melanggar ketentuan Allah. Di antara al
‘ashi (pendosa) adalah orang yang melakukan zhihar dan ila’ terhadap istrinya

. Ada banyak hal yang melatarbelakangi mereka berbuat demikian. Baik faktor
dari diri sendiri (intern) maupun orang lain (ekstern). Terlepas dari kedua faktor
tersebut, mereka yang mengila’ maupun mengzhihar istrinya tetap mendapatkan
dosa. Dosa itu harus ditebus dengan fai’/ruju’ (kembali kepada istri) atau cerai
untuk ila’ dan berpuasa selama dua bulan untuk zhihar. Selain itu, taubat kepada
Allah adalah hal yang terpenting dilaksanakan.

Rumusan Masalah

Adapun masalah yang dibahas dalam makalah ini yaitu :


1. Apa pengertian Dzihar?
2. Apa Dasar Ayat Al-Qur’an dan hadits tentang dzihar?
3. Apa Asbabun Nuzul Ayat Tentang Dzihar?
4. Apa Pendapat Para Ulama’ Tentang Dzihar?
B. Tujuan
Tujuan penulis dalam makalah ini ialah :
a. Untuk memenuhi tugas kelompok dari mata kuliah Tafsir AhkamII
b. Untuk memberitahukan Informasi yang ada di dalam materi ini

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Serba-Serbi Dzihar
1. Pengertian Dzihar
Zihar menjadi salah satu budaya kaum jahiliyah yang dilarang
dalam Islam. Secara bahasa, Dzihar Artinya  punggung. Zhihar secara
bahasa diambil dari kata ‫ظهر‬yakni punggung. Hal ini dikarenakan
orang-orang yahudi mengibaratkan istri yang digauli sebagai
kendaraan yang ditunggangi. Sehingga mereka melarang menggauli
istri dari belakang karena dapat mengakibatkan lahirnya anak yang
cacat. Sedangkan secara istilah, dzihar adalah ucapan seorang mukallaf
(dewasa dan berakal) kepada istrinya bahwa dia sama dengan ibunya,
Namun Abu Hanifah mengatakan bahwa tidak hanya ibu akan tetapi
bisa juga wanita lain yang haram untuk dinilahi baik karena hubungan
darah, perkawinan, penyusuan maupun sebab lain seperti lafadz "
Punggung kamu seperti punggung saudara perempuanku" sebagaimana
juga dikatakan oleh Quraish Shihab dalam tafsirnya.
Dijelaskan dalam buku Oase Iman Media Sosial karya Abdi Kurnia
Djohan, perempuan yang dimaksud di sini bisa ibu, saudara perempuan, bibi,
ataupun mahram lainnya. Contoh ungkapan zihar yaitu “punggungmu persis
seperti punggung ibuku”.
2. Hukum dan Akibat Dzihar
Perbuatan zihar dilarang (Haram) dalam ajaran Islam. Sebab menurut
Syekh Wahbah, hakikatnya sama saja seperti ila’, yaitu sumpah suami untuk
tidak mempergauli istrinya lagi.
Larangan zihar datang bersama hukuman dan akibat yang akan diterima
pelakunya. Sudarto dalam buku Ilmu Fiqih (2018) mengatakan, suami yang
telah menzihar istrinya secara sah bisa mendapatkan dua akibat :

2
a) Haram Untuk Bersetubuh
Ia dilarang melakukan persetubuhan dengan istrinya sebelum membayar
kafarat. Kemudian, diharamkan pula perbuatan-perbuatan pendahuluannya
seperti mencium, mengecup leher, dan lain-lain. Hal ini disampaikan oleh
Imam Malik dan Abu Hanifah dalam kitab beliau.
Berbeda dengan pendapat tersebut, Imam Syafi’i mengatakan perbuatan
zihar hanya menyebabkan keharaman pergaulan pada kelamin perempuan
saja yang telah disepakati atasnya. Bukan terhadap anggota tubuh lainnya.
b) Wajib Membayar Kafarat Untuk Kembali Lagi
Para ulama berbeda pendapat dalam mengartikan maksud "kembali lagi" di
sini. Ibnu Qatadah, Sai'id bin Zubair, Abu Hanifah, dan murid-muridnya
mengatakan bahwa 'kembali lagi' artinya kembali bersetubuh dengan istri
yang sebelumnya diharamkan karena perbuatan zihar.
Kondisi ini dapat tercipta apabila suami mau membayar kafarat yang
dijatuhkan atasnya. Adapun kafarat zihar yaitu dengan memerdekakan
seorang budak atau hamba sahaya.
Jika tidak mampu, maka diganti dengan berpuasa selama dua bulan
berturut-turut. Jika tidak mampu juga, diganti dengan memberi 2,5 kg beras
kepada 60 orang miskin.

B. Dasar Hukum Al-Qur’an Dan Hadits


a.)Al-Qur’an
‫َوالَّ ِذي َْن ي ُٰظ ِه ر ُْو َن مِنْ ِّن َس ۤا ِٕى ِه ْم ُث َّم َي ُع ْو ُد ْو َن لِ َم ا َق الُ ْوا َف َتحْ ِر ْي ُر َر َق َب ٍة مِّنْ َق ْب ِل اَنْ َّي َت َم ۤا َّس ۗا ٰذلِ ُك ْم‬
‫ظ ْو َن ِب ۗ ٖه َوهّٰللا ُ ِب َما َتعْ َملُ ْو َن َخ ِب ْي ٌر‬ُ ‫ُت ْو َع‬
Artinya : “Dan mereka yang menzihar istrinya, kemudian menarik
kembali apa yang telah mereka ucapkan, maka (mereka diwajibkan)
memerdekakan seorang budak sebelum kedua suami istri itu bercampur.
Demikianlah yang diajarkan kepadamu, dan Allah Mahateliti terhadap apa
yang kamu kerjakan.” (QS.Al-Mujadalah :3)
b.)Hadits

3
‫ ةَ َأ َّن َر ُجاًل‬T‫َن ِع ْك ِر َم‬Tْ ‫ْن َأبَانَ ع‬Tُ ‫ ْال َح َك ُم ب‬T‫ ُس ْفيَانُ َح َّدثَنَا‬T‫ل الطَّالَقَانِ ُّي َح َّدثَنَا‬Tَ ‫ْن ِإ ْس َم ِعي‬Tُ ‫ق ب‬ ُ ‫ ِإ ْس َح‬T‫َح َّدثَنَا‬
َ T َ‫ا َح َمل‬TT‫ه َو َسل َّ َم فََأ ْخبَ َرهُ فَقَا َل َم‬Tِ ‫ َعلَ ْي‬Tُ ‫صلَّى هَّللا‬
‫ك‬ َ ‫ي‬ َّ ِ‫ن ا ْم َرَأتِ ِه ثُ َّم َواقَ َعهَا قَ ْب َل َأ َّن يُ َكفِّ َر فََأتَى النَّب‬Tْ ‫ظَاهَ َر ِم‬
َ ‫اض َساقِهَا فِي ْالقَ َم ِر قَا َل فَا ْعت َِز ْلهَا َحت َّى تُ َكفِّ َر َع ْن‬
‫ك‬ ُ ‫صنَ ْعتَ قَا َل َرَأي‬
َ َ‫ْت بَي‬ َ ‫َعلَى َما‬
Artinya : “Telah menceritakan kepada kami Ishaq bin Isma'il Ath
Thalaqani, telah menceritakan kepada kami Sufyan, telah menceritakan
kepada kami Al Hakam bin Aban dari Ikrimah bahwa seorang laki-laki
telah menzhihar isterinya kemudian ia menggaulinya sebelum membayar
kafarat. Kemudian ia datang kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam
dan mengabarkan hal tersebut kepadanya. Lalu beliau berkata: "Apa
yang mendorongmu untuk melakukan apa yang telah engkau perbuat?" Ia
berkata; aku melihat putih betisnya dalam cahaya rembulan. Beliau
berkata: "Jauhi dia hingga engkau membayar kafarah."

C. Asbabun Nuzul Ayat

Hukum zihar bermula ketika Aus bin Shamit menyamakan istrinya, Haulah,
dengan ibu kandungnya. Melihat sikap itu, Haulah pun mengadu kepada Allah Swt.
Suatu waktu, Haulah berkata kepada Rasulullah, “Ya Rasulullah, Aus bin Shamit
mengawiniku, aku adalah wanita yang sangat dicintainya. Setelah usiaku lanjut, perutku
mulai berkeriput, ia menganggapku seperti ibunya.”
Rasulullah pun menjawab, “Saya belum dapat memutuskan perkaramu”. Mendengar
jawaban itu, Haulah pun berseru, “Ya Allah, aku mengadu kepadamu!” Kemudian,
turunlah ayat Alquran tentang perkara zihar ini. Dalam Surat Al-Mujadilah ayat 3, Allah
Swt berfirman yang artinya:

“Dan mereka yang menzihar istrinya, kemudian menarik kembali apa yang telah
mereka ucapkan, maka (mereka diwajibkan) memerdekakan seorang budak
sebelum kedua suami istri itu bercampur. Demikianlah yang diajarkan kepadamu,
dan Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan.”
D. Pendapat Ulama’ Tentang Dzihar
Zihar sendiri terbagi menjadi dua yakni zihar dengan shigat sharih (jelas)
dan shigat kinayah (sindiran). Sementara itu Ibnu Qayyim berpendapat, Pada
masa jahiliyah, zihar dianggap sebagai talak, lalu dihapus dengan kedatangan
Islam. Karena itulah, hukum yang telah dihapuskan tidak boleh dilaksanakan.

4
Secara umum, mayoritas ulama termasuk ulama mazhab yang empat (Syafii,
Hanafi, Maliki, dan Hanbali) sepakat bahwa perbuatan zihar hukumnya adalah
haram. Sebab, keharaman tersebut sebagaimana keharaman menggauli ibu
kandungnya.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Zhihar adalah ucapan seorang mukallaf (dewasa dan berakal)
kepada istrinya bahwa dia sama dengan ibu atau muharramatnya.
Dan hukumnya adalah haram.
Macam-Macam Kaffarat Dzihar :
1.Memerdekakan Budak
2.Puasa 2 Bulan Berturut-turut
3.Memberi Makan kepada 60 orang Miskin

B.Saran
Kami menyadari dalam penulisan makalah ini masih banyak
kekeliruan karena minimnya referensi yang kami dapatkan. Oleh
karena itu kami masi mengharapkan kritik dan saran oleh pembaca
demi perbaikan makalah.

5
DAFTAR PUSTAKA

Al Shabuni, Muhammad Ali. 2001. Rawai’ al Bayan Tafsir Ayat al


Ahkam min al Qur’an. Jakarta: Dar al Kutub al Islamiyah.

Shihab , M. Quraish. 2002. Tafsir al Mishbah: Pesan, Kesan dan


Keserasian al Qur’an Volume 1. Jakarta: Lentera Hati.

Zuhaili, Wahbah. 1991. Al Tafsir al Munir fi al ‘Aqidah wa al Syari’ah


wa al Manhaj. Lebanon: Dar al Fikr al Mu’ashir.

Al Sayis, Muhammad Ali. 1953. Tafsir Ayat al Ahkam. Mesir:


Mathba’ah Muhammad Ali Shubh.

Anda mungkin juga menyukai