Anda di halaman 1dari 10

HADIS TENTANG LARANGAN MINUM SAMBIL BERDIRI

MAKALAH

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Hadis Maudhu’i yang diampu oleh
Bapak Jamal Abd Nasir, Lc, M. Th I.

Oleh:

Alfin Lutfiana

20384012026

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFISR

FAKULTAS USHULUDDIN DAN DAKWAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI MADURA

OKTOBER 2022
KATA PENGANTAR
Puja dan puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang maha esa atas
ridha dan hidayahnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas Makalah ini.
Semoga dengan terselesaikannya tugas ini dapat memberi pelajaran positif bagi kita
semua.

Selanjutnya penulis juga ucapkan terima kasih kepada bapak Jamal Abd Nasir,
Lc, M. Th.I selaku dosen pengampu mata kuliah Hadis Maudhu’i yang telah
memberikan tugas makalah ini kepada kami sehingga dapat memicu motifasi kami
untuk senantiasa belajar lebih giat dan menggali ilmu lebih dalam khususnya
mengenai “Hadis tentang Larangan Minum Sambil Berdiri” sehingga dengan ini
penulis dapat menemukan hal-hal baru yang belum penulis ketahui.

Pepatah mengatakan “Tiada gading yang tak retak” penulis yakin dan menyadari
bahwa dalam penulisan makalah ini banyak dijumpai kekurangan dan kesalahan, oleh
karena itu segala kritikan dan saran kami harapkan.

Akhirnya dari kami sebagai penulis, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
kami dan bagi orang yang membaca serta umat islam pada umumnya. Aamiin.
Wallahu al-Musta’an ‘ala Sabili Al-Rahman.

Pamekasan, 30 Oktober 2022

penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................................ii

DAFTAR ISI.........................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................1

A. Latar Belakang...........................................................................................................
B. Rumusan Masalah......................................................................................................
C. Tujuan........................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN......................................................................................................

A. Redaksi Hadis tentang Larangan Minum Sambil Berdiri..........................................


B. Asbab al-Wurūd Hadis tentang Larangan Minum Sambil Berdiri.............................
C. Pendapat Ulama Mengenai Minum Sambil Berdiri...................................................

BAB III PENUTUP..............................................................................................................

A. Kesimpulan................................................................................................................
B. Saran..........................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Islam merupakan agama rahmatanlil’alamin yang memiliki pedoman
hukum yang sangat banyak diantaranya terdapat hadis yang mana hadis
merupakan sumber hukum kedua setelah Al-Qur’an sebagaimana yang telah
disepakati oleh umat Islam, yang salah satu fungsinya adalah sebagai penjelas
dari Al-Qur’an. Maka, suatu hal yang belum jelas (mujmal) dalam Al-Qur’an
merujuklah pada hadis agar menemukan jalan keluarnya.
Maka dari itu dalam Al-Qur’an menganjurkan untuk minum dengan
baik dan benar kemudian diperjelas dalam hadis dengan berbagai etikanya
yang baik. Dapat kita pahami bahwa islam adalah agama yang mengatur
segala sesuatu yang baik dalam kehidupan sehari-hari dan apa sebaiknya yang
tidak dilakukan ketika minum.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana redaksi hadis tentang larangan minum sambil berdiri?
2. Bagaimana asbab al-wurūd hadis tentang larangan minum sambil berdiri?
3. Bagaimana pendapat ulama mengenai minum sambil berdiri?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui redaksi hadis tentang larangan minum sambil berdiri.
2. Untuk mengetahui asbab al-wurūd hadis tentang larangan minum sambil
berdiri.
3. Untuk mengetahui pendapat ulama mengenai minum sambil berdiri.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Redaksi Hadis Tentang Larangan Minum Sambil Berdiri.
Berdasarkan pelacakan dalam aplikasi al-Jami’ al-kutub at-Tis’ah terdapat 17
hadis tentang larangan minum sambil berdiri yang disebutkan dalam literatur-
literatur hadis sebagaimana rinciannya yakni Ṣahih Muslim ada dua nomer 2026
dan 2024, Tirmiżi ada dua nomer 1881 dan 1879, Ahmad ada sebelas nomer
13943, 11085, 12185, 12338, 12490, 12871, 13062, 13231, 13618, 13943, dan
14105, al-Darimī ada satu nomer 2173, dan Abu Daud ada satu nomer 3717.
Namun pemakalah hanya menakhrij dua hadis saja sebagaimana berikut:
a. HR. Muslim nomor 2024

َّ ِ‫ َأ َّن النَّب‬، ‫س‬


‫ي‬ ٍ َ‫ ع َْن َأن‬، ُ‫ َح َّدثَنَا قَتَا َدة‬، ‫ َح َّدثَنَا هَ َّما ٌم‬، ‫َح َّدثَنَا هَ َّدابُ ب ُْن خَ الِ ٍد‬
)‫ب قَاِئ ًما(رواه مسلم‬ ِ ْ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم زَ َج َر َع ِن ال ُّشر‬
َ 1
Telah menceritakan kepada kami Haddab bin Khalid, telah
menceritakan kepada kami Hammam, telah menceritakan kepada kami
Qatadah dari Anas bahwa nabi saw melarang minum ketika berdiri.”
(HR. Muslim 2024)
b. HR. Ibnu Majah nomor 3424

َّ َ‫ َح َّدثَنَا بِ ْش ُر ب ُْن ْال ُمف‬: ‫ قَا َل‬، َ‫َح َّدثَنَا ُح َم ْي ُد ب ُْن َم ْس َع َدة‬
‫ َح َّدثَنَا‬: ‫ قَا َل‬، ‫ض ِل‬
َ ِ ‫ َأ َّن َرسُو َل هَّللا‬، ‫ك‬
‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه‬ ِ ‫ ع َْن َأن‬، َ‫ ع َْن قَتَا َدة‬، ‫َس ِعي ٌد‬
ٍ ِ‫َس ْب ِن َمال‬
)‫ب قَاِئ ًما (رواه ابن ماجه‬ ِ ْ‫ َو َسلَّ َم نَهَى ع َِن ال ُّشر‬2
Telah menceritakan kepada kami Humaid bin Mas’adah, dia berkata:
telah menceritakan kepada kami bin al-Mufaddal, dia berkata: telah
menceritakan kepada kami Sa’id dari Qatadah dari Anas bin Malik

1
Al-Nawawī, Syarah Shahih Muslim, vol. 9, terj. Fathoni Muhammad dkk (Jakarta: Darus Sunnah,
2013), 722.
2
Abu Abdullah Muhammad bin Yazid Ibnu Majah, vol. 4, terj. Abdullah Shonhaji (Semarang: CV.
Asy-Syifa’, 1993), 208.
sesungguhnya Rasulullah saw melarang minum sambil berdiri.” (HR.
Ibnu Majah 3424)

B. Asbab al-wurūd Hadis Tentang Larangan Minum Sambil Berdiri.


Adanya suatu hadis tidak serta merta langsung dibukukan tanpa adanya sebab
sebagaimana yang sudah populer dengan sebutan asbab al-wurūd, dan tidak
semua hadis memiliki asbab al-wurūd. Sedangkan asbab al-wurūd dari hadis
yang telah disebutkan di atas adalah nabi Muhammad diutus oleh Allah sebagai
pembawa rahmat dan penyempurna akhlak, dimana pada saat itu bangsa Arab
tidak mempunyai tata krama atau etika dan bersifat keras, atau disebut dengan
zaman jahiliah. Oleh karena itu, anjuran-anjuran yang beliau sampaikan selalu
berkaitan dengan peningkatan norma, etika dan akhlak.
Di sisi lain, jika dilihat dari kondisi geografis wilayah Arab yang berupa
padang pasir dimana air merupakan suatu sumber yang sangat berharga dan sulit
diperoleh, sehingga mereka memanfaatkan air yang mereka peroleh tersebut
dengan bijaksana dan sebaik-baiknya yakni dengan meminumnya sambil duduk.
Maka, hal tersebut menggambarkan bahwa mereka meminumnya dengan tenang
dan tidak terburu-buru, sehingga akan mengurangi resiko air tersebut tertumpah
atau tercecer yang menyebabkan mubazir.3

C. Pendapat Ulama Mengenai Minum Sambil Berdiri.


Dapat dikatakan bahwa apabila dilihat dari sudut pandang moral, tata karma,
maupun etika, minum sambil duduk dinilai lehih sopan dan etis. nabi Muhammad
saw telah mengajarkan dan memberikan tuntunan kepada umatnya adab-adab
yang Islami, termasuk adab dalam minum. Dalam keadaan darurat, minum dapat
dilakukan dalam posisi berdiri, namun hal tersebut bukanlah suatu kebiasaan yang
dilakukan oleh nabi Muhammad saw, lebih karena keadaan terpaksa akibat situasi

3
Aprilia Mardiastuti, “Syariat Makan dan Minum dalam Islam: Kajian terhadap Fenomena Standing
Party pada Pesta Pernikahan (walīmatul ‘ursy),” Jurnal Living Hadis 1, no. 1(Mei, 2016): 168.
dan kondisi yang tidak memungkinkan untuk minum sambil duduk.4 Berikut etika
minum dalam perspektif syari’ah:
1) Membaca Basmalah
2) Minum dengan tangan kanan
3) Mengambil air yang lebih dekat
4) Larangan minum sambil berdiri
5) Larangan bernafas dalam wadah ketika minum dan anjuran bernafas diluar
wadah
6) Larangan meniup air dalam wadah
7) Berdoa selesai minum

Ulama Syafi’iyah yakni Imam Nawawi (w. 676 H) menjelaskan dalam


kitabnya Raudatu al-Ṭalibīn bahwa minum sambil berdiri tanpa adanya uzur
termasuk khilaf al-aula (menyalahi keutamaan), beliau berlandaskan pada hadis-
hadis ṣahīh yang secara jelas melarang minum sambil berdiri. Sedangkan ulama
Hanabilah yakni Ibnul Qayyim (w. 751 H) dalam kitabnya Zād al-Ma’ad fi Hadyi
Khair al-Ibad beliau berpendapat bahwa minum sambil berdiri bisa menyebabkan
banyak bahaya, diantaranya; air minum tidak bisa mengalir secara optimal, tidak
bisa bertahan dalam lambung dengan tenang untuk kemudian disirkulasikan oleh
lever ke seluruh tubuh. Air turun langsung ke lambung sehingga khawatir akan
terjadi konfrontasi dengan suhu panas dalam perut dan mengganggu proses
pembakaran, dan terlalu cepat ke bagian bawah tubuh tidak secara bertahap.
Semua ini akan membahayakan orang yang minum sambil berdiri. Namun, jika
dilakukan sesekali atau karena kebutuhan maka tidak berbahaya.

Dalam kitab syarh ma’ani al-aṣar disebutkan bahwa yang memakruhkan


adalah Amir as-Sya’bi dan dalam mushannaf Ibnu Abi Syaibah juga menjelaskan
bahwa Ibrahim bin Yazid an-Nakha’i memakruhkan minum sambil berdiri namun
kemakruhan ini berdasarkan aspek medis bukan aspek syari’at. Hal ini dari
kalangan Tabiin. Terakhir menurut ulama hanafiyah yakni Al-Hashkafi (w. 1088

4
Ibid., 168-169.
H) mengatakan “hendaklah meminum air sisa dari wudhu seperti halnya
meminum air zam-zam dengan menghadap ke arah kiblat, baik dengan berdiri
atau duduk. Adapun selain dua air tersebut, jika minum sambil berdiri dihukumi
makruh untuk dilakukan. Dari penjelasan ini bahwa ulama hanafiyah tidak
menyatakan kemakruhan minum sambil berdiri secara mutlak, tapi ada
pengecualiannya yaitu ketika meminum air zam-zam atau meminum air sisa dari
wudhu atau orang yang sedang dalam perjalanan (musafir).5

5
Syafri Muhammad Noor, Makan dan Minum Sambil Berdiri, Haramkah?, (Jakarta: Rumah Fiqih
Publishing, 2019), 16-21.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. HR. Muslim nomor 2024

َّ ِ‫ َأ َّن النَّب‬، ‫س‬


‫ي‬ ٍ َ‫ ع َْن َأن‬، ُ‫ َح َّدثَنَا قَتَا َدة‬، ‫ َح َّدثَنَا هَ َّما ٌم‬، ‫َح َّدثَنَا هَ َّدابُ ب ُْن خَ الِ ٍد‬
)‫ب قَاِئ ًما(رواه مسلم‬ ِ ْ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم زَ َج َر َع ِن ال ُّشر‬َ
Telah menceritakan kepada kami Haddab bin Khalid, telah
menceritakan kepada kami Hammam, telah menceritakan kepada kami
Qatadah dari Anas bahwa nabi saw melarang minum ketika berdiri.”
(HR. Muslim)
2. jika dilihat dari kondisi geografis wilayah Arab yang berupa padang pasir
dimana air merupakan suatu sumber yang sangat berharga dan sulit
diperoleh, sehingga mereka memanfaatkan air yang mereka peroleh
tersebut dengan bijaksana dan sebaik-baiknya yakni dengan meminumnya
sambil duduk.
3. Menurut ulama hanafiyah tidak menyatakan kemakruhan minum sembari
berdiri secara mutlak, tapi ada pengecualiannya yaitu ketika meminum air
zam-zam atau meminum air sisa dari wudhu atau orang yang sedang
dalam perjalanan (musafir). Menurut ulama syafiiyah minum sambil
berdiri adalah adalah khilaful aula (menyalahi keutamaan). Menurut
ulama hanabilah Minum sambil berdiri bisa menimbulkan banyak bahaya,
dan menurut kalangan tabiin memakruhkan minum sambil berdiri dari
aspek medis, 
B. Saran
Dengan penjelasan di atas penulis berharap pembaca dapat mengambil
manfaat atas penjelasan tersebut. Sebagai penutup, penulis harap apabila
terdapat kesalahan dalam hal penulisan dan ejaan, pembaca dapat memberikan
feedback berupa saran yang membangun untuk penulis, agar tulisan ke depan
menjadi lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA

Al-Nawawī, Syarah Shahih Muslim, vol. 9, terj. Fathoni Muhammad dkk Jakarta:
Darus Sunnah, 2013.
Ibnu Majah, Abu Abdullah Muhammad bin Yazid. Sunan Ibnu Majah, vol. 4, terj.
Abdullah Shonhaji Semarang: CV. Asy-Syifa’, 1993.
Mardiastuti, Aprilia. “Syariat Makan dan Minum dalam Islam: Kajian terhadap
Fenomena Standing Party pada Pesta Pernikahan (walīmatul ‘ursy),” Jurnal Living
Hadis 1, no. 1. Mei, 2016.
Noor, Syafri Muhammad. Makan dan Minum Sambil Berdiri, Haramkah?, Jakarta:
Rumah Fiqih Publishing, 2019.

Anda mungkin juga menyukai