KELOMPOK 4
Sumber
dari Anas in Malik ra. Dihadapkan kepada nabi SAW seorang yang telah
meminum khamar, kemudian beliau menjilidnya dengan dua tangkai pelapah
korma kira kira 40 kali.
A. Saksi
B. Pengakuan
Adanya pengakuan pelaku. Pengakuan ini cukup satu kali dan tidak perlu
diulang-ulang sampai empat kali. Ketentuan-ketentuan yang berlaku untuk
pengakuan dalamjarimah zina juga berlaku untuk jarimah syurbal-
khamr.Imam Abu Hanifah dan Imam Abu Yusuf mensyaratkan pengakuan
tersebut sebelum kadaluarsa. akan tetapi, imam-imam lain tidak
mensyaratkan.
C. Qarinah
Imam Malik berpendapat bahwa bau minuman keras dari mulut orang yang
meminum merupakan suatu bukti dilakukannya perbuatan minuman
khamr, meskipun tidak ada saksi. Akan tetapi, Imam Abu Hanifah, Imam
Syafi‟i, dan pendapat yang rajih dari Imam Ahmad berpendapat bahwa bau
minuman semata-mata tidak bisa dijadikan sebagai alat bukti, karena
sebenarnya mungkin saja ia sebenarnya tidak minum, melainkan hanya
berkumur-kumur, atau ia menyangka apa yang diminumnya itu adalah air,
bukan khamr.
2) Mabuk
3) Muntah
Imam Malik berpendapat bahwa muntah merupakan alat bukti yang lebih
kuat daripada sekedar bau minuman, karena pelaku tidak akan muntah
kecuali setelah meminum minuman keras. akan tetapi Imam Abu Hanifah,
Imam Syafi‟i, dan Imam Ahmad dalam salah satu pendapatnya tidak
menganggap muntah sebagai alat bukti, kecuali apabila ditunjang dengan
bukti-bukti yang lain, misalnya terdapatnya bau minuman keras dalam
muntahnya.
Hukum Agama:
1. Islam
Dalam hukum Islam, minum alkohol atau khamr dianggap sebagai perilaku
yang dilarang dan dikenai sanksi hukum. Al-Qur'an dan hadits memberikan
pandangan yang tegas terkait dengan konsumsi alkohol. Dalam Islam,
konsumsi alkohol diharamkan oleh hukum syariah. Al-Qur'an secara tegas
melarang minuman keras, dan berbagai hadis menyampaikan penolakan
terhadap konsumsi alkohol.
Selain itu, bagi pengedar, pengusaha, dan penjual minuman keras juga
dapat dikenai ancaman pidana, yaitu hukuman ta'zir, yang bisa berupa
hukuman penjara atau denda.
Hukum Kenegaraan:
2. Pembatasan Penjualan:
Beberapa negara menerapkan regulasi terkait penjualan alkohol, seperti
jam operasional toko alkohol, lisensi penjualan, dan lokasi penjualan yang
diizinkan.
Sanksi hukum bagi penjual khamr, atau minuman keras, dapat bervariasi
tergantung pada sistem hukum yang berlaku.
1. Aceh Pasal 16 Qanun Aceh 6/2014: Setiap Orang yang dengan sengaja
memproduksi, menyimpan/menimbun, menjual, atau memasukkan
Khamar, masing-masing diancam dengan ‘Uqubat Ta’zir cambuk paling
banyak 60 (enam puluh) kali atau denda paling banyak 600 (enam ratus)
gram emas murni atau penjara paling lama 60 (enam puluh) bulan.
2. Uu no 204 KUHP diancam dengan pidana penjara satu tahun atau denda
paling banyak tiga ratus rupiah apabila barang siapa dengan sengaja
menjual atau memberikan minuman mabuk pada anak yang telah berusia
enam belas tahun. Serta barang siapa dengan ancaman atau kekerasan
memaksa seseorang untuk minum minuman yang memabukkan.
Dalam HR Abi Daud dalam kitab Al Asyribat. Ibn Umar berkata : Rasulullah
bersabda “Allah melaknat dan mengutuk khamr, peminumnya, penyajinya,
pedagangnya, pembelinya, pemeras bahannya, penyimpannya, pembawa
dan penerima nya. Sehingga segala sesuatu yang berhubungan dengan
khamr dilarang oleh Allah SWT.