Anda di halaman 1dari 8

JARIMAH KHAMR

KELOMPOK 4

I. Pengertian jarimah khamar

 Jarimah adalah perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh syara‟, yang


diancam oleh Allah swt dengan hukuman hadd atau ta’zir

 Khamar (khamr) berasal dari kata khamara –yakhmuru atau


yakhmiru yang secara etimologi berarti tertutup, terhalang, atau
tersembunyi

 Sedangkan secara terminologi terdapat perbedaan pendapat


dikalangan ulama fiqh. Menurut Imam Malik, Imam Syafi‟i, dan
Imam Ahmad, khamr adalah minum minuman yang memabukkan
baik minuman tersebut dinamakan khamr maupun bukan khamr,
baik berasal dari perasan anggur maupun berasal dari bahan-bahan
yang lain

 Pengertian asy-syurbu menurut Imam Abu Hanifah adalahArtinya:


Meminum menurut Abu Hanifah adalah meminum minuman khamr
saja, baik yang diminum itu banyak maupun sedikit.

 Khamr hukum meminumnya tetap haram sedikit maupun banyak.


Adapun selain khamr, yaitu musykir yang terbuat dari bahan-bahan
selain perasan buah anggur yang sifatnya memabukkan, baru
dikenakan hukuman apabila orang yang meminumnya mabuk.
apabila tidak mabuk, maka tidak dikenakan hukuman.

Sumber

A. Adanya Nash yang melarang perbuatan dan mengancam hukuman


terhadapnya. Unsur ini biasa disebut unsur formil (rukun syar’i).
Ketentuan tentang larangan meminum minuman keras ini
tercantum dalam Surat alMaidah ayat 90.
B. Adanya tingkah laku yang membentuk jarimah, baik berupa
perbuatan-perbuatan nyata ataupun sikap tidak berbuat. Unsur ini
biasa disebut unsur materiil (rukun maddi). Orang itu sudah
meneguk walaupun baru beberapa tegukan.
C. Pelaku adalah orang mukallaf yaitu orang yang dapat dimintai
pertanggung jawaban terhadap jarimah yang diperbuat. Unsur ini
disebut unsur moril (rukun adabi).
II. Syarat Peminum
Meminum khamar merupakan perbuatan yang melanggar had Allah,
Sedangkan khamar tersebut adalah segala apapun yang memabukan yang
kita sendiri sebagai umat muslim di larang untuk mengkonsumsinya.
karenanya ia termasuk bagian dari jenis tindak pidana hudud. Apa itu
Had, Had adalah pelanggaran pengerjaan apa yang di larang Allah, dan
diperintahkan untuk dijauhi (tidak didekati), mengenai ketentuannya had
tidak dilakukan pada orang yang mabuk (tidak sadarkan diri) dan sakit,
jika mabuk atau tidak sadarkan diri maka peminum ditunggu sampa dalam
keadaan sadar sedangkan sakit akan di tunggu sampai sembuh.

Syarat-syarat peminum yang dapat dijatuhi had meminum minuman


keras adalah:
1. Baligh
 Syarat bagi orang yang minum khamar agar wajib dicambuk adalah
sudah baligh. Bila anak kecil di bawah umur yang belum baligh dan
kedapatan minum khamar, maka tidak berlaku atasnya hukum
cambuk.
 Perlu diketahui bahwa hukum hudud secara umum tidak
diberlakukan buat pelaku yang berada di bawah umur. Hanya
mereka yang sudah baligh saja yang dimungkinkan untuk dijatuhi
hukuman.
2. Berakal
 Hanya peminum khamar yang akalnya waras saja yang boleh dijatuhi
hukuman. Dan warasnya akal itu dinyatakan sehat jiwanya oleh
dokter ahli jiwa.
 Sedangkan orang yang berpenyakit kejiwaan, entah idiot, gila, sinting,
atau penderita penyakit syaraf tertentu yang mengganggu kerja
kesadaran otaknya, bila minum khamar tidak ada ancaman hukum
cambuk.
3. Minum dengan sengaja dan kehendak sendiri
 Kalau ada orang dipaksa minum khamar di bawah ancaman yang
sekiranya membahayakan jiwa atau nyawanya, maka tidak boleh
dijatuhi hukuman. Walaupun karena minum khamar dia jadi mabuk
berat dan teler.
 Karena orang tersebut pada dasarnya tidak minum. Kalau pun pada
kenyataannya dia minum, hal itu terjadi karena dia berada dalam
tekanan atau ancaman untuk meminumnya.
 Orang yang berada di bawah ancaman atau dipaksa untuk minum,
lalu dia tidak punya pilihan lain kecuali harus meminum khamar,
sementara hati kecilnya tetap menolak untuk meminumnya, maka
dia tidak perlu dicambuk atau dijatuhi hukuman. Sebab dia
melakukannya dalam keadaan terpaksa.
4. Islam
 Hanya orang yang beragama Islam saja yang bila minum khamar
wajib dihukum dicambuk 80 atau 40 kali. Kalau ternyata yang
minum itu tidak beragama Islam, justru malah bebas dan tidak
diberlakukan hukuman hudud ini.
 Maka ketakutan sebagian pemeluk agama selain Islam atas
berlakunya hukum Islam sangat tidak beralasan, sebab hukum
cambuk peminum khamar ternyata hanya berlaku buat mereka yang
resmi dan sah memeluk agama Islam. Sedangkan non muslim tidak
bisa dihukum bahkan tidak bisa dilarang untuk meminumnya.
5. Pemmiunum tahu bahwa yang diminum adalah sesuatu yang
memabukkan
 Syarat yang juga penting untuk diketahui adalah seorang yang
minum khamar itu tahu persis bahwa yang diminumnya itu memang
nyata-nyata khamar.
 Sedangkan bila seorang meminum sesuatu, dimana pada hakikatnya
dia memang tidak tahu bahwa yang diminumnya itu ternyata adalah
khamar yang memabukkan, maka maka dia tidak bisa dijatuhi
hukuman hudud.
6. Bukan karena paksaan.
 Keadaan darurat yang membuat seseorang terpaksa minum khamar juga
membebaskannya dari hukuman. Maksudnya, bila dalam suatu kondisi darurat
dimana seseorang bisa mati bila tidak meminum khamar, maka pada saat itu berlaku
hukum darurat.
 Sehingga orang yang minum khamar dalam kondisi darurat itu tidak bisa dijatuhi
hukum cambuk.

Dalam Hal ini ada terdapat beberapa syarat:


1. Pelaku kejahatan adalah seorang mukallaf yaitu baligh dan berakal
2. Pelaku kejahatan tidak terpaksa dan dipaksa
3. Pelaku kejahatan mengetahui larangannya
4. Kejahatan terbukti dan bahwa ia melakukan tanpa ada syubhat

Peminum khamar tersebut akan dikenakan had ketia ia terbukti dengan


pengakuan dia sendiri atau dengan kesaksian dua orang saksi yang adil.
Yang mana terdapat beberapa pendapat yaitu Nabi SAW men jilid 40 kali,
sahabat Abu Bakar menjilid 40 kali jilid, Umar 80 kali jilid dan semuanya
adalah sunnah. Sedangkan Ali men jilid tidak boleh kurang dari 40 kali,
tetapi dapat lebih dari 40 kali. Adapun juga jumlah pukulan (dera) dalam
hukuman minuman keras adalah 40 kali. Sabda Rasulullah saw yang mana
artinya sebagai berikut:

dari Anas in Malik ra. Dihadapkan kepada nabi SAW seorang yang telah
meminum khamar, kemudian beliau menjilidnya dengan dua tangkai pelapah
korma kira kira 40 kali.

III. Syarat minuman khamr


Dari definisi Imam Abu Hanifah merumuskan khamr menjadi ke dalam
tiga cairan:

a. Perasan anggur yang diendapkan hingga membuih dan menjadi zat


yang memabukkan;
b. Perahan anggur yang dimasak hingga menggelegak sampai dua
pertiga zat asli anggur hilang, dan akhirnya menjadi zat yang
memabukkan.
c. Perahan kurma dan anggur kering yang diendapkan hingga membuih
dan menjadi zat yang memabukkan.

Dari pengertian tersebut dapat dikemukakan bahwa khamr menurut Abu


Hanifah adalah minuman yang diperoleh dari perasan anggur. Dengan
demikian Imam Abu Hanifah membedakan antara khamr dan musykir.
Khamr hukum meminumnya tetap haram sedikit maupun banyak. Adapun
selain khamr, yaitu musykir yang terbuat dari bahan-bahan selain perasan
buah anggur yang sifatnya memabukkan, baru dikenakan hukuman
apabila orang yang meminumnya mabuk. apabila tidak mabuk, maka tidak
dikenakan hukuman.

Sumber Khamr berdasarkan alquran

 Surah Al-Baqarah Ayat 219

Artinya: Mereka bertanya kepadamu tentang khamar dan judi. Katakanlah:


"Pada keduanya terdapat dosa yang besar dan beberapa manfaat bagi
manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya". Dan mereka
bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah: "Yang lebih
dari keperluan". Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu
supaya kamu berfikir

 Surah an-Nisa ayat 43

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu shalat, sedang


kamu dalam keadaan mabuk, sehingga kamu mengerti apa yang kamu
ucapkan, (jangan pula hampiri mesjid) sedang kamu dalam keadaan junub,
terkecuali sekedar berlalu saja, hingga kamu mandi. Dan jika kamu sakit
atau sedang dalam musafir atau datang dari tempat buang air atau kamu
telah menyentuh perempuan, kemudian kamu tidak mendapat air, maka
bertayamumlah kamu dengan tanah yang baik (suci); sapulah mukamu dan
tanganmu. Sesungguhnya Allah Maha Pemaaf lagi Maha Pengampun.
 Surah Al-Maidah ayat 90

Artinya : Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum)


khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan
panah, adalah termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-
perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan.

Pembuktian Jarimah asy-SyurbulKhamr

Pembuktian untuk jarimah syurbal-khamr dapat dilakukan dengan cara


sebagai berikut .

A. Saksi

Jumlah saksi yang diperlukan untuk membuktikan jarimah khamr adalah


dua orang yang memenuhi syarat- 24 Ibid,. h.97. 32 syarat persaksian,
sebagaimana yang telah diuraikan dalam jarimah zina dan qadzaf.
Disamping itu Imam Abu Hanifah dan Imam Abu Yusuf mensyaratkan
masih terdapatnya bau minuman pada waktu dilaksanakan persaksian.
Dengan demikian, kedua imam ini mengaitkan persaksian dengan bau
minuman keras (khamr). Akan tetapi, Imam Muhammad Ibn Hasan tidak
mensyaratkan hal ini, syarat lain yang dikemukakan oleh Imam Abu
Hanifah dan murid-muridnya adalah persaksian atau peristiwa minum
khamrnya itu belum kadaluarsa. Batas kadaluwarsa menurut Imam Abu
Hanifah dan Imam Abu Yusuf adalah hilangnya bau minuman.

B. Pengakuan

Adanya pengakuan pelaku. Pengakuan ini cukup satu kali dan tidak perlu
diulang-ulang sampai empat kali. Ketentuan-ketentuan yang berlaku untuk
pengakuan dalamjarimah zina juga berlaku untuk jarimah syurbal-
khamr.Imam Abu Hanifah dan Imam Abu Yusuf mensyaratkan pengakuan
tersebut sebelum kadaluarsa. akan tetapi, imam-imam lain tidak
mensyaratkan.

C. Qarinah

Jarimah syurbal-khamr juga bisa dibuktikan dengan qarinah atau tanda.


Qarinahtersebut antara lain: 1) Bau Minuman

Imam Malik berpendapat bahwa bau minuman keras dari mulut orang yang
meminum merupakan suatu bukti dilakukannya perbuatan minuman
khamr, meskipun tidak ada saksi. Akan tetapi, Imam Abu Hanifah, Imam
Syafi‟i, dan pendapat yang rajih dari Imam Ahmad berpendapat bahwa bau
minuman semata-mata tidak bisa dijadikan sebagai alat bukti, karena
sebenarnya mungkin saja ia sebenarnya tidak minum, melainkan hanya
berkumur-kumur, atau ia menyangka apa yang diminumnya itu adalah air,
bukan khamr.
2) Mabuk

Imam Abu Hanifah berpendapat bahwa mabuknya seseorang sudah


merupakan bukti bahwa ia melakukan perbuatan meminum minuman
keras (khamr). Apabila dua orang atau lebih menemukan seseorang dalam
keadaan mabuk itu harus dikenai hukuman hadd, yaitu dera empat puluh
kali. Pendapat ini juga merupakan pendapat Imam Malik. akan tetapi,
Imam Syafi‟i dan salah satu pendapat Imam Ahmad tidak menganggap
mabuk semata-mata sebagai alat bukti tanpa ditunjang dengan bukti yang
lain. Sebabnya adalah adanya kemungkinan minumnya itu dipaksa atau
karena kesalahan.

3) Muntah

Imam Malik berpendapat bahwa muntah merupakan alat bukti yang lebih
kuat daripada sekedar bau minuman, karena pelaku tidak akan muntah
kecuali setelah meminum minuman keras. akan tetapi Imam Abu Hanifah,
Imam Syafi‟i, dan Imam Ahmad dalam salah satu pendapatnya tidak
menganggap muntah sebagai alat bukti, kecuali apabila ditunjang dengan
bukti-bukti yang lain, misalnya terdapatnya bau minuman keras dalam
muntahnya.

IV. Sanksi hukum peminum

Hukum terkait konsumsi minuman beralkohol, seperti khamar (minuman


keras), dapat dibedakan antara hukum kenegaraan dan hukum agama. Di
banyak negara, regulasi terkait konsumsi alkohol diatur oleh hukum
kenegaraan, sementara di beberapa negara dengan mayoritas penduduk
yang memeluk agama tertentu, hukum agama juga dapat memainkan peran
penting.

Hukum Agama:

1. Islam

Dalam hukum Islam, minum alkohol atau khamr dianggap sebagai perilaku
yang dilarang dan dikenai sanksi hukum. Al-Qur'an dan hadits memberikan
pandangan yang tegas terkait dengan konsumsi alkohol. Dalam Islam,
konsumsi alkohol diharamkan oleh hukum syariah. Al-Qur'an secara tegas
melarang minuman keras, dan berbagai hadis menyampaikan penolakan
terhadap konsumsi alkohol.

Dalam Al-Qur'an, larangan minum khamar terdapat dalam surat Al-


Baqarah ayat 219, Allah SWT berfirman: “Mereka bertanya kepadamu
tentang khamar (minuman keras) dan judi. Mengatakan: “Pada
keduanya terdapat dosa yang besar dan beberapa manfaat bagi
manusia, tetapi dosa keduanya lebih besar dari manfaatnya”.
Hadits juga menyebutkan larangan minum khamar, dengan Nabi
Muhammad SAW menyatakan bahwa orang yang senantiasa minum
khamar tidak akan masuk surga. Selain itu, hadits juga menyebutkan
bahwa Allah melaknat peminum khamar dan penjualnya seperti yang
ada dalam surat Al-Baqarah ayat 219.

Berdasarkan hukuman bagi peminum khamar dalam Islam dapat berupa


cambuk sebanyak 80 kali pada bagian punggungnya. Selain itu, hukuman
tambahan berupa cambuk sebanyak 20 kali bisa diberikan jika orang yang
mabuk melakukannya pada bulan Ramadhan. Hukuman ini sesuai dengan
yang dicontohkan Nabi Muhammad bagi para pelanggar larangan minum
khamar. Namun, penting untuk dicatat bahwa pelaksanaan hukuman ini
hanya boleh dilakukan oleh lembaga pengadilan resmi dan sah yang
memberlakukan hukum hudud, dan tidak boleh dilakukan secara
semena-mena oleh warga biasa meskipun memiliki sanksi yang adil.

Selain itu, bagi pengedar, pengusaha, dan penjual minuman keras juga
dapat dikenai ancaman pidana, yaitu hukuman ta'zir, yang bisa berupa
hukuman penjara atau denda.

2. Kristen, Yahudi, dan Agama Lainnya:

Sikap terhadap konsumsi alkohol dapat bervariasi di antara denominasi


Kristen dan agama-agama lainnya. Beberapa denominasi Kristen mungkin
mengizinkan konsumsi alkohol dengan moderat, sementara beberapa
mungkin menganjurkan penolakan terhadap alkohol.

Dengan demikian, hukum peminum khamar diatur dalam berbagai


peraturan, termasuk undang-undang dan qanun di Indonesia, serta
dijelaskan dalam literatur keagamaan terkait hukum pidana Islam.

Hukum Kenegaraan:

Hukum peminum khamar dalam undang-undang di Indonesia diatur dalam


berbagai peraturan, termasuk dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun
2012 tentang Pangan. Pasal 1 angka 1 Undang-Undang tersebut
mendefinisikan minuman beralkohol sebagai minuman hasil fermentasi
atau destilasi yang mengandung etanol. Selain itu, terdapat juga Qanun
Jinayat di Provinsi Aceh yang mengatur larangan dan hukuman bagi
peminum khamar. Selain itu, peraturan terkait khamr (minuman keras)
juga meliputi berbagai hal sebagai berikut:

1. Pembatasan Umur: Banyak negara memiliki regulasi yang mengatur


pembelian dan konsumsi alkohol berdasarkan usia. Misalnya, seseorang
harus mencapai usia tertentu sebelum diizinkan untuk membeli atau
mengkonsumsi minuman beralkohol.

2. Pembatasan Penjualan:
Beberapa negara menerapkan regulasi terkait penjualan alkohol, seperti
jam operasional toko alkohol, lisensi penjualan, dan lokasi penjualan yang
diizinkan.

3. Pembatasan Kandungan Alkohol:

Ada juga regulasi terkait kandungan alkohol dalam minuman. Beberapa


negara mungkin memiliki batasan tertentu terkait berapa persen alkohol
yang diperbolehkan dalam minuman.

V. Sanksi hukum penjual khamr

Sanksi hukum bagi penjual khamr, atau minuman keras, dapat bervariasi
tergantung pada sistem hukum yang berlaku.

1. Aceh Pasal 16 Qanun Aceh 6/2014: Setiap Orang yang dengan sengaja
memproduksi, menyimpan/menimbun, menjual, atau memasukkan
Khamar, masing-masing diancam dengan ‘Uqubat Ta’zir cambuk paling
banyak 60 (enam puluh) kali atau denda paling banyak 600 (enam ratus)
gram emas murni atau penjara paling lama 60 (enam puluh) bulan.

2. Uu no 204 KUHP diancam dengan pidana penjara satu tahun atau denda
paling banyak tiga ratus rupiah apabila barang siapa dengan sengaja
menjual atau memberikan minuman mabuk pada anak yang telah berusia
enam belas tahun. Serta barang siapa dengan ancaman atau kekerasan
memaksa seseorang untuk minum minuman yang memabukkan.

Dalam HR Abi Daud dalam kitab Al Asyribat. Ibn Umar berkata : Rasulullah
bersabda “Allah melaknat dan mengutuk khamr, peminumnya, penyajinya,
pedagangnya, pembelinya, pemeras bahannya, penyimpannya, pembawa
dan penerima nya. Sehingga segala sesuatu yang berhubungan dengan
khamr dilarang oleh Allah SWT.

Anda mungkin juga menyukai