Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

KEBIJAKAN BELAJAR ONLINE DIMASA COVID-19 DAN


MERDEKA BELAJAR DALAM PENENTUAN KELULUSAN
Disusun untuk memenuhi tugas
Mata Kuliah Kebijakan Pendidikan

DOSEN
Drs. Marzul Hidayat, MA., PhD.
Eddy Haryanto, S.Pd., M.Sc.Ed., M.PP., PhD.
Prof. Amirul Mukminin, S.Pd. M.Sc. Ed. PhD.

Disusun oleh :
Disusun Oleh : Kelompok 4
KELAS A
Saipul Effendi (P3A120001)
Wahyuni Fitria (P3A120002)
Didik Siswanto (P3A120006)
Varial Adhi Putra (P3A120007)

PROGRAM STUDI DOKTOR KEPENDIDIKAN


PASCASARJANA UNIVERSITAS JAMBI
2020
Kata Pengantar

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan semesta alam.
Atas izin dan karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan makalah kebijakan
Pendidikan ini tepat waktu tanpa kurang suatu apa pun. Atas rahmat dan
hidayah-Nya lah kami dapat menyelesaikan makalah kebijakan Pendidikan ini
dengan judul Kebijakan Belajar Online Dimasa Covid-19 Dan Merdeka
Belajar Dalam Penentuan Kelulusan tepat waktu.
Makalah Kebijakan Belajar Online Dimasa Covid-19 Dan Merdeka
Belajar Dalam Penentuan Kelulusan disusun guna memenuhi tugas
mahasiswa Pascasarjaba pada Program Studi Doktor Kependidikan di
Universitas Jambi. Selain itu, penulis juga berharap agar makalah ini dapat
menambah wawasan bagi pembaca tentang kebijakan dalam pendidikan.
Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada dosen mata
kuliah Kebijakan Pendidikan. Tugas yang telah diberikan ini dapat menambah
pengetahuan dan wawasan terkait bidang yang ditekuni para mahasiswa S3
Doktor Pendidikan. Kami juga mengucapkan terima kasih pada semua pihak
yang telah membantu proses penyusunan makalah ini.
Kami menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun akan penulis terima demi kesempurnaan
makalah ini. Terimakasih

Kota Jambi, 26 September 2020


Penulis

Kelompok 4 Kelas A
Daftar Isi

Halaman

Kata Pengantar
Daftar Isi
Bab I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Penulisan
1.4 Manfaat Penulisan

Bab II Pembahasan
2.1 Surat Edaran Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 4 Tahun
2O2O
(Kebijakan Belajar Online dimasa Pandemi Covid-19)
2.2 Surat Edaran Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 1 Tahun
2O2O
(Kebijakan Merdeka Belajar Dalam Penentuan Kelulusan)

Bab III Penutup

3.1 Kesimpulan

3.2 Saran

Daftar Pustaka
Bab I
Pendahuluan

1.1 Latar Belakang


Saat ini Corona menjadi pembicaraan yang hangat. Di belahan bumi
manapun, corona masih mendominasi ruang publik. Dalam waktu singkat
saja, namanya menjadi trending topik, dibicarakan di sana-sini, dan
diberitakan secara masif di media cetak maupun elektronik. Severe Acute
Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-COV-2) yang lebih dikenal
dengan nama virus corona adalah jenis baru dari coronavirus yang
menyebabkan penyakit menular ke manusia.
Covid-19 adalah penyakit menular yang disebabkan oleh jenis
coronavirus yang baru ditemukan. Walaupun lebih banyak menyerang ke
lansia, virus ini sebenarnya bisa juga menyerang siapa saja, mulai dari
bayi, anak-anak, hingga orang dewasa. Virus corona ini bisa
menyebabkan ganguan ringan pada sistem pernapasan, infeksi paru-paru
yang berat, hingga kematian.
Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) pertama kali ditemukan di
kota Wuhan, China pada akhir Desember 2019. Virus ini menular sangat
cepat dan telah menyebar hampir ke semua negara, termasuk Indonesia,
hanya dalam waktu beberapa bulan saja. Sehingga WHO pada tanggal 11
Maret 2020 menetapkan wabah ini sebagai pandemi global.
Hal tersebut membuat beberapa negara menetapkan kebijakan
untuk memberlakukan lockdown dalam rangka mencegah penyebaran
virus corona. Di Indonesia sendiri, diberlakukan kebijakan Pembatasan
Sosial Berskala Besar (PSBB) untuk menekan penyebaran virus
ini.Karena Indonesia sedang melakukan PSBB, maka semua kegiatan
yang dilakukan di luar rumah harus dihentikan sampai pandemi ini
mereda.

Pandemi Covid-19 memaksa masyarakat dunia mendefinisikan


makna hidup, tujuan pembelajaran dan hakikat kemanusiaan. Jika selama
ini manusia-manusia dipaksa hidup dalam situasi serba cepat, pekerjaan
tanpa henti, dan kejaran target pertumbuhan ekonomi dalam sistem
kompetisi. Namun, persebaran virus Corona (Covid-19) yang menjadi
krisis besar manusia modern, memaksa kita untuk sejenak bernafas,
berhenti dari pusaran sistem, serta melihat kembali kehidupan, keluarga,
dan lingkungan sosial dalam arti yang sebenarnya. Manusia dipaksa
‘berhenti’ dari rutinitasnya, untuk memaknai apa yang sebenarnya dicari
dari kehidupan.
Pandemi Covid-19 telah berdampak di sektor pendidikan. Demi
mengurangi penyebaran Covid-19, pemerintah menerapkan strategi social
distancing, salah satunya dengan menutup sekolah. Kebijakan lainnya
untuk memenuhi kebutuhan pendidikan anak adalah dengan menerapkan
strategi belajar di rumah dan belajar tatap muka dengan penerapan
protokol ketat.
Pandemi Covid-19 memaksa kebijakan social distancing, atau di
Indonesia lebih dikenalkan sebagai physical distancing (menjaga jarak
fisik) untuk meminimalisir persebaran Covid-19. Jadi, kebijakan ini
diupayakan untuk memperlambat laju persebaran virus Corona di tengah
masyarakat. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud)
merespon dengan kebijakan belajar dari rumah, melalui pembelajaran
daring dan disusul peniadaan Ujian Nasional untuk tahun ini.
Mempertimbangkan kebutuhan pembelajaran, berbagai masukan
dari para ahli dan organisasi serta mempertimbangkan evaluasi
implementasi SKB Empat Menteri, Pemerintah melakukan penyesuaian
keputusan bersama Empat Menteri terkait pelaksanaan pembelajaran di
zona selain merah dan oranye, yakni di zona kuning dan hijau, untuk
dapat melaksanakan pembelajaran tatap muka dengan penerapan
protokol kesehatan yang sangat ketat.
Dengan memprioritaskan kesehatan dan keselamatan, Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan menerapkan beberapa kebijakan
pembelajaran bagi anak selama pandemi. Kebijakan pemerintah dalam
mengupayakan pemenuhan hak pendidikan anak selama pandemi dapat
dilihat dalam dua periode.
Pertama, pelaksanaan pendidikan selama pandemi. Kedua,
pelaksanaan proses pengajaran tahun ajaran baru 2020/2021. Periode
kedua berlangsung juga dalam suasana pandemi, tetapi juga diwarnai
dengan wacana penerapan situasi normal yang baru dan perkembangan
penyebaran Covid-19.
Berdasarkan permasalah tersebut diuatas, maka pemerintah
memberikan respon terhadap perkembangan penyebaran virus SARS-
CoV-2 penyebab penyakit Covid-19 di bidang pendidikan dimulai dengan
munculnya lima protokol kesehatan penanganan Covid-19 yang
diterbitkan oleh Kantor Staf Presiden (KSP) pada 6 Maret 2020.
Satu dari lima protokol yang diterbitkan tersebut adalah protokol area
insititusi pendidikan. Di dalamnya diatur beberapa hal, antara lain perlunya
koordinasi dengan dinas pendidikan setempat, penyediaan sarana cuci
tangan dengan sabun, pembersihan lingkungan sekolah, melakukan
skrining awal terhadap warga sekolah yang mengalami keluhan sakit,
hingga menunda kegiatan yang mengumpulkan banyak orang.
Dari penjabaran permasalah diatas, maka dalam penulisan makalah
ini para penulis dari Kelompok 4 Kelas A Program Studi Doktor
Kependidikan Universitas Jambi akan membahas tentang Kebijakan
Belajar Online dimasa Pandemi Covid-19 yang tertuang dalam Surat
Edaran Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 4 Tahun 2O2O serta
Kebijakan Merdeka Belajar Dalam Penentuan Kelulusan yang tertuang
dalam Surat Edaran Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 1 Tahun
2O2O. Maka dari itu makalah ini diberi judul : Kebijakan Belajar Online
Dimasa Covid-19 Dan Merdeka Belajar Dalam Penentuan Kelulusan.
1.2 Rumusan Masalah
Dalam Penulisan makalah ini, rumusan masalahnya adalah:
1. Bagaimana penerapan Surat Edaran Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Nomor 4 Tahun 2O2O dalam masa pandemic Covid-19?
2. Bagaimana penerapan Surat Edaran Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Nomor 1 Tahun 2O2O dalam masa pandemic Covid-19?
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini untuk mengetahui tentang :
1. Penerapan Surat Edaran Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 4
Tahun 2O2O dalam masa pandemic Covid-19 berkenaan dengan
Kebijakan Belajar Online dimasa Pandemi Covid-19.
2. Penerapan Surat Edaran Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 1
Tahun 2O2O dalam masa pandemic Covid-19 berkenaan dengan
Kebijakan Merdeka Belajar Dalam Penentuan Kelulusan
1.4 Manfaat Penulisan
Tulisan dalam makalah ini memberikan manfaat tentang bagimana
pedoman untuk memastikan pemenuhan hak anak dalam mendapatkan
layanan pendidikan selama darurat Covid-19, melindungi warga satuan
pendidikan dari dampak buruk Covid-19, mencegah penyebaran dan penularan
Covid-19, serta memastikan pemenuhan dukungan psikososial bagi pendidik,
peserta didik, dan orangtua/wali. Di dalamnya ditegaskan kembali bahwa
belajar di rumah dilaksanakan dengan tetap memperhatikan protokol
penanganan Covid-19.
Diharapkan pada akhir diskusi makalah yang dibuat oleh kelompok 4 ini
nantinya bisa berguna untuk menjadi bahan pendukung perkuliahan bagi
mahasiswa program Studi Doktor Kependidikan Universitas Jambi pada
khususnya dan pada semua tenaga pendidik serta profesional pengambil
kebijakan yang selalu terlibat dalam dunia pendidikan.
Bab II
Pembahasan

2.1 Surat Edaran Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 4 Tahun


2O2O
(Kebijakan Belajar Online dimasa Pandemi Covid-19)
Sistem pembelajaran daring (dalam jaringan) merupakan sistem
pembelajaran tanpa tatap muka secara langsung antara guru dan siswa tetapi
dilakukan melalui online yang menggunakan jaringan internet. Guru harus
memastikan kegiatan belajar mengajar tetap berjalan, meskipun siswa berada
di rumah. Solusinya, guru dituntut dapat mendesain media pembelajaran
sebagai inovasi dengan memanfaatkan media daring (online).
Hal ini sesuai dengan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik
Indonesia terkait Surat Edaran Nomor 4 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan
Kebijakan Pendidikan dalam Masa Darurat Penyebaran Corona Virus Disease
(COVID-19).
Sistem pembelajaran dilaksanakan melalui perangkat personal computer
(PC) atau laptop yang terhubung dengan koneksi jaringan internet. Guru dapat
melakukan pembelajaran bersama diwaktu yang sama menggunakan grup di
media sosial seperti WhatsApp (WA), telegram, instagram, aplikasi zoom
ataupun media lainnya sebagai media pembelajaran. Dengan demikian, guru
dapat memastikan siswa mengikuti pembelajaran dalam waktu yang
bersamaan, meskipun di tempat yang berbeda.
Semua sektor merasakan dampak corona. Dunia pendidikan salah
satunya. Dilihat dari kejadian sekitar yang sedang terjadi, baik siswa maupun
orangtua siswa yang tidak memiliki handphone untuk menunjang kegiatan
pembelajaran daring ini merasa kebingungan, sehingga pihak sekolah ikut
mencari solusi untuk mengantisipasi hal tersebut. Beberapa siswa yang tidak
memiliki handphone melakukan pembelajaran secara berkelompok, sehingga
mereka melakukan aktivitas pembelajaran pun bersama. Mulai belajar melalui
videocall yang dihubungkan dengan guru yang bersangkutan, diberi pertanyaan
satu persatu, hingga mengapsen melalui VoiceNote yang tersedia di WhatsApp.
Materi-materinya pun diberikan dalam bentuk video yang berdurasi kurang dari
2 menit.
Permasalahan yang terjadi bukan hanya terdapat pada sistem media
pembelajaran akan tetapi ketersediaan kuota yang membutuhkan biaya cukup
tinggi harganya bagi siswa dan guru guna memfasilitasi kebutuhan
pembelajaran daring. Kuota yang dibeli untuk kebutuhan internet menjadi
melonjak dan banyak diantara orangtua siswa yang tidak siap untuk menambah
anggaran dalam menyediakan jaringan internet.
Hal ini pun menjadi permasalahan yang sangat penting bagi siswa, jam
berapa mereka harus belajar dan bagaimana data (kuota) yang mereka miliki,
sedangkan orangtua mereka yang berpenghasilan rendah atau dari kalangan
menengah kebawah (kurang mampu). Hingga akhirnya hal seperti ini
dibebankan kepada orangtua siswa yang ingin anaknya tetap mengikuti
pembelajaran daring.
Pembelajaran daring tidak bisa lepas dari jaringan internet. Koneksi
jaringan internet menjadi salah satu kendala yang dihadapi siswa yang tempat
tinggalnya sulit untuk mengakses internet, apalagi siswa tersebut tempat
tinggalnya di daerah pedesaan, terpencil dan tertinggal. Kalaupun ada yang
menggunakan jaringan seluler terkadang jaringan yang tidak stabil, karena letak
geografis yang masih jauh dari jangkauan sinyal seluler. Hal ini juga menjadi
permasalahan yang banyak terjadi pada siswa yang mengikuti pembelajaran
daring sehingga kurang optimal pelaksanaannya.
Ramai diberbagai media sosial yang menceritakan pengalaman orangtua
siswa selama mendampingi anak-anaknya belajar baik positif maupun negatif.
Seperti misalnya ternyata ada orangtua yang sering marah-marah karena
mendapatkan anaknya yang sulit diatur sehingga mereka tidak tahan dan
menginginkan anak mereka belajar kembali di sekolah.
Kejadian ini memberikan kesadaran kepada orangtua bahwa mendidik
anak itu ternyata tidak mudah, diperlukan ilmu dan kesabaran yang sangat
besar. Sehingga dengan kejadian ini orangtua harus menyadari dan
mengetahui bagaimana cara membimbing anak-anak mereka dalam belajar.
Setelah mendapat pengalaman ini diharapkan para orangtua mau belajar
bagaimana cara mendidik anak-anak mereka di rumah.
Perlu disadari bahwa ketidaksiapan guru dan siswa terhadap
pembelajaran daring juga menjadi masalah. Perpindahan sistem belajar
konvensional ke sistem daring amat mendadak, tanpa persiapan yang matang.
Tetapi semua ini harus tetap dilaksanakan agar proses pembelajaran dapat
berjalan lancar dan siswa aktif mengikuti walaupun dalam kondisi pandemi
Covid-19.
Kegagapan pembelajaran daring memang nampak terlihat di hadapan
kita, tidak satu atau dua sekolah saja melainkan menyeluruh dibeberapa daerah
di Indonesia. Komponen-komponen yang sangat penting dari proses
pembelajaran daring (online) perlu ditingkatkan dan diperbaiki. Pertama dan
terpenting adalah jaringan internet yang stabil, kemudian gawai atau komputer
yang mumpuni,aplikasi dengan platform yang user friendly, san sosialisasi
daring yang bersifat efisien, efektif, kontinyu, dan integratif kepada seluruh
stekholder pendidikan.
Solusi atas permasalahan ini adalah pemerintah harus memberikan
kebijakan dengan membuka gratis layanan aplikasi daring bekerjasama dengan
provider internet dan aplikasi untuk membantu proses pembelajaran daring ini.
Pemerintah juga harus mempersiapkan kurikulum dan silabus permbelajaran
berbasis daring. Bagi sekolah-sekolah perlu untuk melakukan bimbingan teknik
(bimtek) online proses pelaksanaan daring dan melakukan sosialisasi kepada
orangtua dan siswa melalui media cetak dan media sosial tentang tata cara
pelaksanaan pembelajaran daring, kaitannya dengan peran dan tugasnya.
Dalam proses pembelajaran daring, penting untuk ditambahkan pesan-
pesan edukatif kepada orangtua dan peserta didik, tentang wabah pandemi
Covid-19. Dengan demikian kita dapati pembelajaran yang sama dengan tatap
muka tetapi berbasis online. Efeknya sangat bagus, programnya tepat sasaran,
dan capaian pembelajarannya tercapai.
Ujian Nasional dibatalkan di semua jenjang Sekolah. Demikian dalam
Surat Edaran Mendikbud SE 4 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan Kebijakan
Pendidikan dalam Masa Darurat Penyebaran Coronavirus Disease (COVID-19).
Hal ini diumumkan oleh Presiden dan Mendikbud setelah melakukan rapat
terbatas melihat perkembangan Penyebaran COVID-19 dan tentu saja
pencegahan demi kebaikan masyarakat semuanya.
SE 4 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan dalam
Masa Darurat Penyebaran Coronavirus Disease (COVID-19) di tandatangani
Mendikbud Nadiem Anwar Makarim pada tanggal 24 Maret 2020 di Jakarta.
SE 4 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan dalam
Masa Darurat Penyebaran Coronavirus Disease (COVID-19) ditujukan kepada
Para Gubernur, dan Bupati/Walikota di seluruh Indonesia dengan tembusan
kepada Seluruh Kepala DInas Pendidikan Provinsi, Seluruh Kepala DInas
Pendidikan Kabupaten/Kota dan Seluruh Kepala Satuan Pendidikan.
Berikut isi Surat Edaran Mendikbud SE Nomor 4 Tahun 2020 tentang
Pelaksanaan Kebijakan Pendidikan dalam Masa Darurat Penyebaran
Coronavirus Disease (COVID-19).
Berkenaan dengan penyebaran Coronavirus Disease (Covid-19) yang
semakin meningkat maka kesehatan lahir dan batin siswa, guru, kepala sekolah
dan seluruh warga sekolah menjadi pertimbangan utama dalam pelaksanaan
kebijakan pendidikan.
Sehubungan dengan ha1 tersebut kami sampaikan kepada Saudara hal-
hal sebagai berikut:
1. Ujian Nasional (UN):
a. UN Tahun 2020 dibatalkan, termasuk Uji Kompetensi Keahlian
2020 bagi Sekolah Menengah Kejuruan;
b. Dengan dibatalkannya UN Tahun 2O2O maka keikutsertaan UN
tidak menjadi syarat kelulusan atau seleksi masuk jenjang
pendidikan yang lebih tinggi;
c. Dengan dibatalkannya UN Tahun 2O2O maka proses
penyetaraan bagi lulusan program Paket A, program Paket B, dan
program Paket C akan ditentukan kemudian.
2. Proses Belajar dari Rumah dilaksanakan dengan ketentuan sebagai
berikut:
a. Belajar dari Rumah melalui pembelajaran daring/jarak jauh
dilaksanakan untuk memberikan pengalaman belajar yang
bermakna bagi siswa, tanpa terbebani tuntutan menuntaskan
seluruh capaian kurikulum untuk kenaikan kelas maupun
keluiusan;
b. Belajar dari Rumah dapat difokuskan pada pendidikan kecakapan
hidup antara lain mengenai pandemi Covid-19;
c. Aktivitas dan tugas pembelajaran Belajar dari Rumah dapat
bervariasi antarsiswa, sesuai minat dan kondisi masing-masing,
termasuk mempertimbangkan kesenjangan akses/ fasilitas belajar
di rumah;
d. Bukti atau produk aktivitas Belajar dari Rumah diberi umpan baiik
yang bersifat kualitatif dan berguna dari guru, tanpa diharuskan
memberi skor/nilai kuantitatif.
3. Ujian Sekolah untuk kelulusan dilaksanakan dengan ketentuan sebagai
berikut:
a. Ujian Sekolah untuk kelulusan dalam bentuk tes yang
mengumpulkan siswa tidak boleh dilakukan, kecuali yang telah
dilaksanakan sebelum terbitnya surat edaran ini;
b. Ujian Sekolah dapat dilakukan dalam bentuk portofolio nilai rapor
dan prestasi yang diperoleh sebelumnya, penugasan, tes daring,
dan/atau bentuk asesmen jarak jauh lainnya;
c. Ujian Sekolah dirancang untuk mendorong aktivitas belajar yang
bermakna, dan tidak perlu mengukur ketuntasan capaian
kurikulum secara menyeluruh;
d. Sekolah yang telah melaksanakan Ujian Sekolah dapat
menggunakan nilai Ujian Sekolah untuk menentukan kelulusan
siswa. Bagi sekolah yang belum melaksanakan Ujian Sekolah
berlaku ketentuan sebagai berikut:
1. kelulusan Sekolah Dasar (SD)/sederajat ditentukan
berdasarkan nilai lima semester terakhir (kelas 4, kelas 5,
dan kelas 6 semester gasal). Nilai semester genap kelas 6
dapat digunakan sebagai tambahan niiai kelulusan;
2. kelulusan Sekolah Menengah Pertama (SMP)/sederajat
dan Sekolah Menengah Atas (SMA) / sederajat ditentukan
berdasarkan nilai lima semester terakhir. Nilai semester
genap kelas 9 dan kelas 12 dapat digunakan sebagai
tambahan nilai kelulusan; dan
3. kelulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) / sederajat
ditentukan berdasarkan nilai rapor, praktik kerja lapangan,
portofolio dan nilai praktik selama lima semester terakhir.
Nilai semester genap tahun terakhir dapat digunakan
sebagai tambahan nilai kelulusan.
4. Kenaikan Kelas dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Ujian akhir semester untuk Kenaikan Kelas dalam bentuk tes yang
mengumpulkan siswa tidak boleh dilakukan, kecuali yang telah
dilaksanakan sebelum terbitnya Surat Edaran ini;
b. Ujian akhir semester untuk Kenaikan Kelas dapat dilakukan dalam
bentuk portofoiio nilai rapor dan prestasi yang diperoleh
sebelumnya, penugasan, tes daring, dan/atau bentuk asesmen
jarak jauh lainnya;
c. Ujian akhir semester untuk Kenaikan Kelas dirancang untuk
mendorong aktivitas belajar yang bermakna, dan tidak perlu
mengukur ketuntasan capaian kurikulum secara menyeluruh.
5. Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) dilaksanakan dengan ketentuan
sebagai berikut:
a. Dinas Pendidikan dan sekolah diminta menyiapkan mekanisme
PPDB yang mengikuti protokol kesehatan untuk mencegah
penyebaran Covid-19, termasuk mencegah berkumpulnya siswa
dan orangtua secara {isik di sekolah;
b. PPDB pada Jalur Prestasi dilaksanakan berdasarkan:
1. akumulasi nilai rapor ditentukan berdasarkan nilai lima
semester terakhir; dan/atau
2. prestasi akademik dan non-akademik di luar rapor sekolah;
3. Pusat Data dan Informasi (Pusdatin) Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan menyediakan bantuan teknis
bagi daerah yang memerlukan mekanisme PPDB daring.
6. Dana Bantuan Operasional Sekolah atau Bantuan Operasionai
Pendidikan dapat digunakan untuk pengadaan barang sesuai kebutuhan
sekolah termasuk untuk membiayai keperluan dalam pencegahan
pandemi Covid-19 seperti penyediaan alat kebersihan, hand sanitizer,
disinfectant, dan masker bagi warga sekolah serta untuk membiayai
pembelajaran daring/jarak jauh.

2.2 Surat Edaran Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 1 Tahun


2O2O
(Kebijakan Merdeka Belajar Dalam Penentuan Kelulusan)
Menindaklanjuti arahan Presiden Republik Indonesia Joko Widodo
dan Wakil Presiden Republik Indonesia Ma’ruf Amin untuk meningkatkan
kualitas sumber daya manusia, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
(Kemendikbud) mencanangkan reformasi sistem pendidikan Indonesia
melalui kebijakan Merdeka Belajar.
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan telah mengeluarkan
kebijakan “Merdeka Belajar”. Salah satu program pokok kebijakan
pendidikan “Merdeka Belajar” adalah Ujian Sekolah Berstandar
Nasional (USBN).
Terkait hal ini Kemendikbud telah menerbitkan Surat Edaran (SE)
Nomor 1 Tahun 2020 tentang Kebijakan Merdeka Belajar dalam
Penentuan Kelulusan Peserta Didik dan Penerimaan Peserta Didik Baru
Tahun Ajaran 2020/2021.
Surat Edaran yang ditandatangani oleh Sekretaris Jenderal (Sekjen)
Kemendikbud, Ainun Naim, atas nama Mendikbud, ditetapkan pada
tanggal 7 Februari 2020 lalu dan ditujukan kepada Gubernur dan
Bupati/Wali Kota seluruh Indonesia.
Dalam SE tersebut diungkapkan 5 kebijakan penentuan kelulusan
peserta didik, mulai dari soal-soal ujian yang dibuat oleh guru hingga
larangan Dinas Pendidikan memaksakan bahan tertentu dalam
pelaksanaan ujian, sebagai berikut:
1. Kelulusan peserta didik ditentukan melalui ujian sekolah yang
diselenggarakan oleh satuan pendidikan berdasarkan penilaian hasil
belajar yang dilakukan oleh guru.
2. Bahan ujian sekolah untuk kelulusan peserta didik (seperti tes tertulis,
portofolio, penugasan, dan atau bentuk kegiatan lain) dibuat oleh guru
pada masing-masing satuan pendidikan.
3. Satuan pendidikan yang belum siap membuat bahan ujian sekolah dapat
menggunakan bahan penilaian (tes tertulis, tugas, dan/atau bentuk ujian
lain) yang diperoleh dari berbagai sumber, seperti soal-soal yang dibuat
oleh Kelompok Kerja Guru dan Musyawarah Guru Mata Pelajaran.
4. Dinas pendidikan tidak dapat memaksa satuan pendidikan untuk
menggunakan bahan tertentu dalam pelaksanaan ujian sekolah.
5. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menyediakan contoh-contoh
praktik baik ujian sekolah melalui laman
https://puspendik.kemdikbud.go.id/publikasi
Kebijakan tersebut dibuat berdasarkan dua payung hukum, yaitu
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 43 Tahun 2019
tentang Penyelenggaraan Ujian yang Diselenggarakan Satuan Pendidikan
dan Ujian Nasional (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor
1590).
Serta berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Nomor 44 Tahun 2019 tentang Penerimaan Peserta Didik Baru pada
Taman Kanak-Kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama,
Sekolah Menengah Atas, dan Sekolah Menengah Kejuruan (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2OI9 Nomor 1591).
Dalam Surat Edaran (SE) Nomor 1 Tahun 2020 mengatur juga
tentang Penerimaan Peserta Didik Baru Tahun Ajaran 2020/2021. Adapun
ketentuan Penerimaan Peserta Didik Baru tersebut antara lain :
1. Pemerintah Daerah segera menyusun petunjuk teknis pelaksanaan
Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) daerah dan menetapkan wilayah
zonasi sesuai dengan kewenangannya sebagaimana dimaksud dalam
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 44 Tahun 2019
tentang Penerimaan Peserta Didik Baru pada Taman Kanak-Kanak,
Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas,
dan Sekolah Menengah Kejuruan, serta melakukan koordinasi dengan
Kepala Lembaga Penjaminan Mlttu Pendidikan Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan (LPMP Kemendikbud)
2. Mengirimkan dokumen resmi berupa: 1) kebijakan teknis pelaksanaan
PPDB daerah; dan 2) penetapan wilayah zonasi, kepada Kepala LPMP
Kemendikbud sesuai wilayah kerjanya, paling lambat minggu keempat
pada bulan Maret 2020.
3. Pemerintah Daerah tidak menggunakan nilai ujian nasional dan/atau nilai
ujian lainnya dalam pelaksanaran PPDB jalur zonasi dan jalur afirmasi.
4. Apabila Pemerintah Daerah hendak melaksanakan tes untuk seleksi jalur
prestasi jenjang SMP, tes tersebut dapat dilaksanakan sebagai bagian
dari ujian sekolah . Keikutsertaan peserta didik dalam tes seleksi
tersebut harus bersifat sukarela. Sehingga, satuan pendidikan maupun
peserta didik tidak boleh diwajibkan untuk mengikuti tes seleksi tersebut.
5. Dalam hal Pemerintah Daerah melaksanakan tes untuk seleksi jaiur
prestasi jenjang SMP sebagaimana dimaksud pada angka 5,
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan menyediakan contoh-contoh
praktik baik ,yang bisa digunakan untuk tes seleksi melalui laman https
: //puspendik.kemdikbud.go.id/publikasi.
6. Melakukan sosialisasi terhadap: 1) Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Nomor 44 Tahun 2019 tentang Penerimaan Peserta Didlk
Baru pada Taman Kanak-kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah
Pertama, Sekolah Menengah Atas, dan Sekolah Menengah kejuruan; 2)
penetapan zonasi; dan 3) petunjuk teknis pelaksanaan PPDB daerah.
kepada seluruh kepala sekolah , guru, dan orang tua peserta didik
sebelum dilakukan pengumllman pr:ndaftaran PPDB.
7. Melaporkan pelaksanaan PPDB keperda Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan melalui LPMP Kemendikbud sesuai wilayah kerjanya paling
lambat 3 (tiga) bulan setelah pelaksanaan PPDB
Kebijakan merdeka belajar khususnya pada poin asesmen telah
menjawab keresahan para guru selama ini. Kebijakan asesmen sebagai
pengganti USBN membuka ruang bagi variasi model ujian. Kini, lanjutnya,
ujian bukan hanya soal dan jawaban tetapi juga menghasilkan karya. 
Selain itu, penyederhanaan RPP juga menjawab kebutuhan untuk
mendapat kebebasan menentukan proses yang berlangsung di dalam
kelas. Ditambah pula dengan penghapusan Ujian Nasional yang memberi
kesempatan pada sekolah untuk memperbaiki diri, mengevalusasi mutu
pengajaran dan melakukan refleksi praktik belajar di kelas. 
Kemendikbud menyiapkan strategi yang tidak akan keluar dari
esensi pendidikan, yakni kualitas guru. Guru tidak akan mungkin bisa
digantikan teknologi. "Teknologi adalah alat bantu guru meningkatkan
potensi mereka dan mencari guru-guru penggerak terbaik serta
memastikan mereka bisa menjadi pemimpin-pemimpin pembelajaran
dalam sekolah-sekolah di seluruh Indonesia.
Konsep pelatihan guru akan berubah dari model seminar atau
lokakarya menjadi pelatihan yang lebih praktis. Kurikulum yang mudah
dipahami dan lebih fleksibel juga menjadi salah satu hal yang diperlukan
untuk mendukung implementasi Merdeka Belajar. Kurikulum yang dapat
mendorong para guru agar dapat memilih materi atau metode
pembelajaran dengan kualitas tinggi, tetapi sesuai tingkat kompetensi,
minat, dan bakat masing-masing siswa.
Esensi Merdeka Belajar adalah menggali potensi terbesar para guru-
guru sekolah dan murid kita untuk berinovasi dan meningkatkan kualitas
pembelajaran secara mandiri. Mandiri bukan hanya mengikuti proses
birokrasi pendidikan, tetapi benar-benar inovasi Pendidikan.
Keberagaman pendekatan yang ada menghasilkan berbagai macam
teknik dan inovasi di setiap daerah, sekolah, dan siswa. Semua itu hanya
bisa dilakukan hanya dengan dukungan teknologi. Merdeka Belajar tidak
akan mungkin bisa berhasil tanpa teknologi.
Di sisi lain, pandemi Covid-19 justru memberikan potensi akselerasi
kebijakan Merdeka Belajar. Pandemi Covid-19 telah menunjukkan bahwa
sebenarnya ada selisih besar antara mereka yang memiliki akses
terhadap teknologi dengan yang tidak. Padahal, teknologi memiliki potensi
pemerataan akses atau kesempatan mendapat akses yang setara
terhadap materi dan pembelajaran yang sama.
Merdeka belajar, sudah tentu kebijakan tersebut lahir dari evaluasi
sistem dan proses pendidikan yang selama ini berlangsung. Tujuannya
sederhana, agar siswa, guru bahkan orang tua terlibat aktif dalam
kegiatan belajar yang menyenangkan; menjadi bagian dari proses
pendidikan yang membahagiakan.
Karena hakikatnya, pendidikan bukanlah beban. Beban siswa yang
dijejali beragam mata pelajaran dan nilai-nilai tertinggi hingga membunuh
kerativitas. Beban guru yang lebih banyak terlibat urusan administrasi
bahkan kepangkatan yang jadi sebab ruang geraknya tidak merdeka di
dalam kelas.
Sangat amat disayangkan, bila anggaran pendidikan dari APBN yang
mencapai 20% atau sekitar 450 triliun untuk pendidikan berbanding
terbalik dengan prestasi siswa-siswa Indonesia.  Bila anggaran pendidikan
terus meningkat dan biaya pendidikan kian mahal harusnya prestasi
belajar semakin meningkat. Jadi, semua pihak harus introspeksi diri
terhadap praktik pendidikan di Indonesia selama ini. Untuk pendidikan
yang lebih baik, kini saatnya masyarakat ikut mengawal penerapan
kebijakan "Merdeka Belajar" berjalan dengan optimal. Memang tidak
mudah, akibat sistem pendidikan Indonesia yang sudah "membatu",
utamanya budaya guru dalam mengajar. UN (Ujian Nasional) bukan
dihapus. Tapi diubah menjadi Asesmen Kompetensi Minimum dan Survei
Karakter yang bertumpu pada kemampuan literasi, numerasi, dan
pendidikan karakter peserta didik.
Maka "Merdeka Belajar" adalah momentum untuk memperkuat
literasi pendidikan di Indonesia. Agar siapapun mau berbenah dan
berubah. Sehingga dapat memperkuat kualitas pendidikan dan
memperbaiki mutu pembelajaran yang ada.

Bab III
Penutup

3.1 Kesimpulan
Masih berlangsungnya pandemi Covid-19, membuat banyak sektor
harus kembali berbenah, salah satunya adalah sektor pendidikan.
Pemerintah membuat keputusan tetang panduan penyelenggarana
pembelajaran pada Tahun Ajaran dan Tahun Akademik Baru 2020-2021
selama masa pandemi coronavirus disease (covid-19). Panduan yang
disusun dari hasil kerja sama dan sinergi antarkementerian ini bertujuan
mempersiapkan satuan pendidikan saat menjalani masa kebiasaan baru.
Keputusan itu disusun Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
(Kemendikbud) bersama Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-
19, Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan
(Kemenko PMK), Kementerian Agama (Kemenag), Kementerian
Kesehatan (Kemenkes), Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri), Badan
Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), dan Komisi X DPR. Dalam
SKB 4 menteri itu diketahui bahwa pada Juli 2020 sekolah akan memulai
kegiatan pendidikannya.
Prinsip kebijakan pendidikan di masa pandemi Covid-19 adalah
mengutamakan kesehatan dan keselamatan peserta didik, pendidik,
tenaga kependidikan, keluarga, dan masyarakat secara umum, serta
mempertimbangkan tumbuh kembang peserta didik dan kondisi
psikososial dalam upaya pemenuhan layanan pendidikan selama pandemi
Covid-19
Pemerintah mengeluarkan berbagai kebijakan dan inisiatif untuk
menghadapi kendala pembelajaran di masa pandemi Covid-19, seperti
Revisi Surat Keputusan Bersama (SKB) Empat Menteri yang telah
diterbitkan tanggal 7 Agustus 2020, untuk menyesuaikan kebijakan
pembelajaran di era pandemi saat ini.
Selain itu, sekolah diberi fleksibilitas untuk memilih kurikulum yang
sesuai dengan kebutuhan pembelajaran siswa di masa pandemi,
sebagaimana ditetapkan dalam Keputusan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan terkait kurikulum pada masa darurat.
Semua kebijakan diatas akhirnya tertuang dalam surat edaran yang
dikeluarkan oleh kementrian Pendidikan dan kebudayaan yaitu membahas
tentang Kebijakan Belajar Online dimasa Pandemi Covid-19 yang tertuang
dalam Surat Edaran Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 4
Tahun 2O2O serta Kebijakan Merdeka Belajar Dalam Penentuan
Kelulusan yang tertuang dalam Surat Edaran Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Nomor 1 Tahun 2O2O.
3.2 Saran

Beberapa kendala yang timbul dalam pelaksanaan Pembelajaran Jarak


Jauh (PJJ) diantaranya kesulitan guru dalam mengelola PJJ dan masih terfokus
dalam penuntasan kurikulum. Sementara itu, tidak semua orang tua mampu
mendampingi anak-anak belajar di rumah dengan optimal karena harus bekerja
ataupun kemampuan sebagai pendamping belajar anak. Para peserta didik juga
mengalami kesulitan berkonsentrasi belajar dari rumah serta meningkatnya rasa
jenuh yang berpotensi menimbulkan gangguan pada kesehatan jiwa.
Untuk mengantisipasi kendala tersebut, Pemerintah mengeluarkan
penyesuaian zonasi untuk pembelajaran tatap muka. Dalam perubahan SKB
Empat Menteri ini, izin pembelajaran tatap muka diperluas ke zona kuning, dari
sebelumnya hanya di zona hijau. Prosedur pengambilan keputusan
pembelajaran tatap muka tetap dilakukan secara bertingkat seperti pada SKB
sebelumnya. Pemda/kantor/kanwil Kemenag dan sekolah memiliki kewenangan
penuh untuk menentukan apakah daerah atau sekolahnya dapat mulai
melakukan pembelajaran tatap muka.

Daftar Pustaka

Surat Edaran Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 1 Tahun 2O2O

Surat Edaran Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 4 Tahun 2O2O

Anda mungkin juga menyukai