Misbahus Surur
Abstrak
PENDAHULUAN
Keberadaan moral bagi kehidupan seseorang (pelajar) sangat
penting dalam keluarga dan masyarakat. Moral pelajar yang lebih baik
dalam kehidupan. Dan sebaliknya, moral pelajar yang tidak baik akan
mengakibatkan suatu interaksi yang tidak harmonis dalam masyarakat
yang selanjutnya akan memunculkan kegelisahan social.
H.A.R. Tilaar (1999) mengatakan bahwa degradasi moral telah
menggejala dalam kehidupan masyarakat modern dewasa ini, demikian
halnya dengan para pelajar dan mahasiswa. Banyak kalangan muda atau
pelajar yang melakukan tindakan-tindakan yang tidak bermoral.
Pendidikan Moral
Pendidikan moral adalah penanaman, pengembangan dan
pembentukan akhlak yang mulia dalam diri anak. Pendidikan moral harus
merupakan satu program atau pelajaran khusus, akan tetapi merupakan
suatu dimensi dari seluruh usaha p endidikan (Satra:2000). Sedangkan
menurut Nasikh Ulwan mengemukakan bahwa pendidikan moral adalah
se ndi moral, keutamaan tingkah laku yang wajib dilakukan oleh anak
didik, diusahakan dan dibiasakan sejak kecil hingga dewasa
(Ulwan:1990). Ini berarti bahwa moral seseorang itu dapat dipupuk dan
dapat dikembangkan menuju tingkat perkembangan yang sempurna
dalam suatu proses pendidikan.
Para psikolog seperti Pieget dan Kholberg memandang bahwa
moral seseorang itu mengalami perkembangan dalam tahap-tahap
operasional yang cirri-cirinya: terjadi perubahan secara bertahap
kepemilikan moral. Tahap ketiga : Format operasional yang cirri-cirinya
1.memperimbangkan tujuan-tujuan perilaku moral, menyadari bahwa
aturan moral adalah kesempatan tradisi yang berubah (Muhibbin:1995).
126
MISBAHUS SURUR ; Problematika Pendidikan
Moral «
127
Jurnal Fikroh. Vol. 4 No. 2 Januari 2010
128
MISBAHUS SURUR ; Problematika Pendidikan
Moral «
129
Jurnal Fikroh. Vol. 4 No. 2 Januari 2010
Upaya Pemecahan
Tujuan pendidikan dan pengajaran dapat dikatakan berhasil bila
anak mengalami proses perubahan. Perubahan itu tidak hanya parsial
namun totalitas. Artinya perubahan tentang pendidikan moral belum
menjamin tercapainya perkembamgan moral yang baik evaluasi harus
di kembangkan pada semua ranah dan harus dilakukan pada seluruh
mata pelajaran. Maksudnya keberhasilan pendidikan moral jangan
dibebankan pada mata pelajaran pendidikan agama atau pandidikan
moral saja, akan tetapi setiap mata pelajaran harus mempunyai hidden
kurikulum (kurikulum tersimpan) yang disusun oleh guru masing-
masing mata pelajaran. Setiap guru harus mempunyai misi untuk
membantu anak didiknya mencapai moral yang sempurna dan jangan
menganggap bahwa pendidikan moral itu hanya tugas guru agama
saja. Perlu diketahui, selain mengajar guru bidang mempunyai tugas
memberikan informasi serentetan materi pelajaran, juga bertanggung
jawab secara moral untuk membantu anak didik menjadi manusia
yang sempurna baik jasmani maupun rohani, mampu berdiri sendiri
memenuhi tugasnya sebagai mahluk tuhan, mahluk social dan sebagai
individu yang mandiri (Yunus:2000).
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa tugas pendidik
(orang tua, guru dan sebagainya) selain memberikan pengetahuan
sebanyak-banyaknya, juga membantu anak menjadi anak yang
bermoral yang sempurna. Adapun untuk mengetahui keberhasilan
anak dalam belajar sehingga terbentuk moral yang baik dapat
diidentifikasikan dalam klasifikasinya Sujarwo dalam bukunya
Beberapa Aspek Pengembangan Sumber Belajar, halaman 108-120,
sebagai berikut :
Keberhasilan dalam kawasan kognitif (pengetahuan), apabila anak
mempunyai kecakapan:
Kecakapan pengetahuan (knowledge), pengetahuan diartikan
sebagai kemampuan seseorang dalam menghafal atau
mengingat kembali atau mengulang kembali pengetahuan.
130
MISBAHUS SURUR ; Problematika Pendidikan Moral «
131
Jurnal Fikroh. Vol. 4 No. 2 Januari 2010
Upaya Pemecahannya
Untuk membentuk prilaku moral yang sempurna sesuai yang
diharapkan harus dimulai dari keluarga, karena keluarga adalah
sebagai lembaga pertama dan orang tu a sebagai pendidik
132
MISBAHUS SURUR ; Problematika Pendidikan
Moral «
133
Jurnal Fikroh. Vol. 4 No. 2 Januari 2010
Upaya Pemecahan
Suatu kenyataan bahwa ti dak semua guru mencerminkan
perilaku atau sikap moral yang baik. Banyak guru yang
menampakkan keegoisannya, mungkin disebabkan factor menjaga
posisi jabatannya. Mereka lupa bahwa sosok seorang guru adalah
orang yang secara sengaja/tidak sengaja keseluruhan aspek
kepribadiannya akan ditiru muridnya. Oleh karena itu proses
modeling perlu dikondisikan baik melalui tata cara bicaranya,
sikapnya, pendiriannya kedisiplinan ibadah shalatnya dan lain se
bagainya baik berlaku untuk guru maupun murid.
134
MISBAHUS SURUR ; Problematika Pendidikan Moral «
Upaya Pencegahan
Adanya ketidaksinkronan pembahasan moral yang diajarkan di
sekolah dengan situasi moral di masyarakat yang menganalisis kebaikan
dan keburukannya serta anak tidak melakukan atau berperilaku moral.
KESIMPULAN
Sebagaimana telah disebutkan di atas, bahwa telah terjadi
kesenjangan antara apa yang diharapkan dan apa yang terjadi dalam
kenyataan perihal moralitas pelajar, sebagaimana apa yang dijelaskan
oleh Tilaar. Dari itu perlu diidentifikasi agar masalah dalam
pendidikanmoral di sekolah.
Tabiat atau moral anak dapat dikembangkan kea rah lebih
sempurna. Upaya ini dapat ditempuh melalui proses pendidikan moral.
Pendidikan moral tersebut berupaya membantu anak didik mencapai
135
Jurnal Fikroh. Vol. 4 No. 2 Januari 2010
DAFTAR PUSTAKA
136
PROBLEMATIK PENDIDIKAN MORAL DI SEKOLAH
DAN UPAYA PEMECAHANNYA
WANDA APRILLA
1810128220022
Pada zaman sekarang bisa kita lihat bahwasannya pendidikan moral tengah
dijalankan oleh setiap sekolah, namun jika dilihat dari keadaan nyatanya bahwa
pendidikan moral belum berjalan dengan baik akibat adanya ketidakseimbangan
antara pemberian pendidikan dengan hasil yang didapatkan setelah pendidikan
tersebut. Ada beberapa problematika yang muncul walaupun sekolah sudah
melakukan pendidikan moral antara lain:
3. Formulasi pendidikan moral dan lemahnya system evaluasi pendidikan
moral
Yang terjadi pada pendidikan moral saat ini banyaknya guru hanya
berfokus pada pendidikan akademik yang mengakibatkan pendidikan moral
pun kurang dijadikan bahan penting dalam pembelajaran disekolah, jika bisa
digambarkan keadaan secara umum guru hanya berpatokan pada bagaimana
peserta didik mampu mengerti dan memahami arti sebuah nilai dan norma
yang berlaku dimasyarakat akan tetapi tidak menekankan peserta didik
untuk meaplikasikan nilai nilai moral yang diajarkan oleh guru saat
pembelajaran. Sehingga peserta didik hanya unggul dalam hal teori namun
tidak dalam hal pengaplikasian nilai moral dalam kehidupannya. Seharusnya
disini guru haruslah berperan penting dalam membantu peserta didik untuk
lebih memahami pengaplikasian lebih penting dilakukan karena ia akan
selalu berhubungan dengan lingkungannya maka setiap perilakunya pun
akan berpengaruh pada dirinya dan lingkungannya.
4. Lemahnya unsure conditioning dalam pendidikan moral
Dalam hal ini guru tidak terlalu memperhatikan setiap proses dari hasil
pendidikan moral yang sudah diberikan, pada sast peserta didik melakukan
sesuatu yang tidak mencirikan nilai moral dari tindakannya, respon guru pun
tidak terlalu menjadikan kesalahannya adalah sesuatu yang salah dan lebih
menganggap apa yang dilakukannya adalah hal biasa, yang pada dasarnya
harusnya guru haruslah memberikan stimulus kepada peserta didik yang
mulai tidak mencerminkan nilai moral yang baik sehingga peserta mampu
memahami bahwa moral sangatlah penting dalam berperilaku.
5. Kurang mendukungnya unsure modeling dalam pendidikan moral
Dalam hal ini lebih merujuk mengenai bagaimana pihak lain
memberikan dampak dalam proses pendidikan moral, seperti yang kita
ketahui bahwa tidak hanya guru yang berperan dalam memberikan
pendidikan moral akan tetapi lingkungan dan lebih pentingnya dari
orang tua karena peserta didik akan mencontoh perilaku yang baik
dari orang terdekatnya terlebih dahulu didalam keluarga dan barulah
ke dalam lingkungan sekolahnya. Sebenarnya guru haruslah
memberikan contoh perilaku yang baik bukan hanya bisa memberikan
pendidikan, seperti yang dijabarkan dalam jurnal tersebut cenderung
guru hanya mampu memberikan contoh perilaku baik tetapi ketika
diluar kelas ada yang juga terkesan meninggikan dirinya tanpa sadar
perilaku tersebut bisa saja di ikuti oleh peserta didik. Kurangnya
kesadaran guru akan hal ini adalah permasalahan yang harus diatasi
agar terbangunnya pendidikan moral yang menuju sempurna.
6. Lemahnya pembahasan konflik moral
Dalam permasalahan ini pembahasan konflik moral yang dimaksud
adalah bagaimana peran guru menjelaskan mengenai pendidikan moral yang
tidak diimbangi dengan bagaimana seharusnya peserta didik dalam
menghadapi sebuah konflik ditengah masyarakat, akibatnya peserta didik
hanya memahami apa yang harusnya dilakukan secara baik namun ketika ia
mengalami konflik atau permasalahan yang nyata ia akan mudah gegabah
dalam mengambil keputusan bijak dalam menghadapi sebuah permasalahan,
seharusnya disini guru harus memberikan pemahaman juga mengenai moral
yang baik ketika menghadapi konflik atau permasalahan ditengah masyarakat
atau lingkungannya, bagaimana cara ia mengambil tindakan, perilaku dan
keputusan yang baik saat mengalami konflik.
Permasalan ini juga bisa menimbulkan beberapa hal jika dipandang dari
perspektif ilmu sosial, jika dilihat dari perspektif sosiologi permasalan ini jika
terus berlanjut maka akan berdampak pada bagaimana moral peserta didik
dalam menjalani kehidupan ditengah lingkungan keluarga, masyarakat. Seperti
yang kita ketahui masyarakat akan selalu memandang seseorang dari bagaimana
moral yang dimiliki orang tersebut sehingga pendidikan moral yang sudah
diberikan diharapkan bisa dijalankan dengan baik oleh peserta didik dimana pun
ia berada dan sesuai nilai dan norma yang berlaku. Jika dilihat dari perspektif
psikologi permasalah ini bermula karena individu masing-masing, kita tidak bisa
menuntut guru untuk berlaku sempurna dalam memberikan pendidikan moral
kepada peserta didik, akan tetapi peserta didik juga harus mau menerapkan dan
membangun dirinya untuk menjadi anak yang bermoral. Apabila hanya guru yang
memberikan contoh serta pendidikan moral sedangkan peserta didik tidak
ikutserta maka pendidikan moral tidak akan berjalan dengan baik. Maka dengan
pendidikan moral ini diharapkan peserta didik juga bisa menjadikan pendidikan
moral ini sebagai bahan untuk membangun dirinya sendiri untuk menjadi orang
yang bermoral.
Maka dari itu dapat dilihat dari empat permasalahan dalam pendidikan moral
disekolah hal yang bisa kita ambil adalah bagaimana peran guru sangat berperan
penting dalam tercapainya tujuan pendidikan moral tersebut dan tentunya harus
adanya ikatan antara guru dan peserta didik dalam membangun moral yang
sempurna karena moral yang akan dimiliki generasi sekarang akan memberikan
dampak bagi kemajuan suatu bangsa, tidak hanya itu akan tetapi juga bagi
kehidupannya dimasa akan datang.
Kebermaknaan yang bisa dikaitkan dengan pembelajaran IPS adalah
bagaimana kita sebagai calon guru mampu memberikan contoh yang baik serta
menanamkan dalam diri kita terlebih dahulu moral yang baik karena mengingat
kita akan menjadi panutan dari peserta didik yang kita ajar, selain itu kita juga
bisa memberikan stimulus kepada peserta didik bagaimana moral yang baik, cara
memfilter perilaku, cara menghadapi permasalahan tetapi tidak melanggar nilai
dan norma serta bisa memberikan contoh yang ada disekitar kita pada saat
pembelajaran dengan mengkaitkan dengan berbagai aspek dalam bidang apapun.
Mengingat kembali tujuan IPS bahwasannya IPS adalah sebagai pemecah
masalah maka setiap pembelajaran kita berikan yang berkaitan dengan moral bisa
kita ajak peserta didik untuk mencari solusi bersama dalam memahami suatu
konflik dan membangun pemikiran kritis dalam menyelesaikan masalah.
Sumber : Surus, Misbahus. 2010. Problematika Pendidikan Moral Di Sekolah
Dan Upaya Pemecahannya. Jurnal Fikroh. Vol.4: 126-136.