Anda di halaman 1dari 3

JUDUL.......................................................................

SUKU ALAS

Suku alas terletak di Pulau Sumatra. Kata alas berasal dari bahasa Gayo yang berarti
“tikar”. Asal-usul orang Alas menurut sebagian orang memang berasal dari Gayo, selain yang
berasal dari migran suku bangsa Kluet, Batak, Melayu, dan sebagainya. Jumlah populasinya
menurut sensus tahun 1930 adalah 13.621 jiwa, sekarang telah berjumlah sekitar 90.000 jiwa
lebih. Masyarakat ini tersebar di 5 kecamatan di Kabupaten Aceh Tenggara, yaitu Kecamatan
Babussalam, Bambel, Lawe Alas, Badar, Dan Lawe Sigalagala. Wilayah pemukiman mereka
ini disebut juga Tanah Alas atau Lembah Alas. Masyarakat Alas di masa sekarang umunya
menganut agama Islam.

Bahasa Alas termasuk ke dalam rumpun bahasa Austronesia atau bahasa Melayu pada
umumnya yang terbagi lagi ke dalam beberapa dialek, seperti dialek Alas Hulu, dialek Alas
Tengah, dan dialek Alas Hilir.

Mata pencarian utama mereka adalah bercocok tanam di sawah dan ladang, di
samping itu juga beternak dan menangkap ikan. Sebagian lain bekerja mengumpulkan hasil
hutan, berkebun kopi, cengkeh, kelapa, karet, dan sebagainya.

Sebutan keluarga inti-nya orang Alas disebut indung jabu. Biasanya mereka tinggal
bersama-sama membentuk keluarga luas yang berdiam di sebuah rumah panjang, di mana
setiap keluarga inti mempunyai dapur sendiri. Prinsip keturunan suku Alas adalah patrilineal.
Bentuk perkawinan yang ideal pada masa lalu adalah perkawinan dengan saudara sepupu
silang. Masyarakat suku Alas masih memegang teguh pada adat istiadat nenek moyang.
Hampir semua kegiatan dikaitkan dengan upacara adat seperti acara perkawinan, khitanan,
perayaan hari besar agama, kenduri, dan bahkan acara berkunjung ke tempat saudara lainnya
masih terjaga dengan baik. Salah satu upacara yang menarik dalam kehdupan masyarakat ini
adalah antat taruh, yaitu upacara bersunat. Dalam upacara ini anak laki-laki (7-12 tahun)
dijemput oleh pamannya menjumput untuk disunat dirumahnya. Tujuan mengadakan upacara
sunatan di rumah pamannya adalah sekaligus untuk menjodohkan anak laki-laki itu dengan
anak gadis pamannya (cross cousin marriage). Upacara ini diiringi musik tradisional.
Makanan khas dalam budaya Alas yaitu antara lain : sulukh kosap (sulukh= akar
talas/keladi, kosap= keladi) yang disayur asam dengan mangga muda; sayur lalapan mutik
mbacang (pentil bacang) dilengkapi dengan sambal belacan/sambal terasi; mie lontong atau
sering disebut lontong lidi yang terdiri paduan masakan berupa mi lidi, kuah gulai sayur
nangka atau labu siam; njekhuk sambal/tempoyak sambal; kendiling – salah satu jenis lauk
yang sering ada di masyarakat perkampungan Alas;

Berdasarkan penelitian di kabupaten Aceh Tenggara terhadap suku Alas ada juga
beragam makanan yang dikonsumsi saat mengadakan upacara adat seperti kenduri selalu
menghidangkan makanan seperti gulai kambing, gulai nangka, ketan putih yang dikasih kuah.
Setiap acara upacara adat berlangsung, bagi saudara terdekat diwajibkan membawa bahan
makanan seperti kambing, ayam, bebek, beras, ketan, gula merah, gula pasir, teh,
kopi, ikan mas, telur, dan kelapa ataupun makanan seperti gulai nangka, gulai ikan, rendang
ayam/ kambing dan lainnya.

Hal ini tidak terlepas dari makanan yang disajikan di setiap upacara adat tersebut
berlangsung yang ada kaitannya dengan status gizi dan kejadian hipertensi pada masyarakat
tersebut. Hampir semua makanan yang disajikan mengandung tinggi karbohidrat, tinggi
lemak jenuh, tinggi protein dan tinggi garam serta kurang mengkonsumsi makanan berserat.
DAFTAR PUSTAKA

Hidayah, Zulyani. 2015. Ensiklopedia Suku Bangsa di Indonesia edisi kedua. Jakarta:
Yayasan Pustaka Obor Indonesia.

Eliska. 2016. Pengaruh Pola Makan Masyarakat Suku Alas Terhadap Status Gizi
Penderita Hipertensi Di Wilayah Kerja Puskesmas Perawatan Kutambaru Kabupaten
Aceh Tenggara. JUMANTIK. 1(1): 25-40.

http://www.jurnal.uinsu.ac.id/index.php/kesmas/article/view/1014/808

Anda mungkin juga menyukai